Anda di halaman 1dari 18

COMPOUNDING AND

DISPENSING

SWAMEDIKASI BATUK
Penyusun
Revy Aprilia 41191097000003
Alifia Rimadhani 41191097000012
Risyda Afdhilati 41191097000015
Andi ayulestari 41191097000030
Sona Lediana 41191097000032
Dwi Rizkiyanti 41191097000041
M. Sunnihaq al faaz 41191097000047
Yetika Alvionita 41191097000050
Wahyu Putri 41191097000055
Isa Desi Mawati 41191097000056
Hanifah alfiyah 41191097000058
Anissa Pratiwi 41191097000075
Laila Khanifatunnisa 41191097000081
Mutia Dwi Lestari 41191097000084
Kusmiyati 41191097000086
Definition
Batuk: respon utama dengan meningkatkan pembersihan
sekresi serta partikel-partikel yang ada dalam saluran
pernapasan.

Body’s Defense
Mechanism
One of the Most
Common Symptoms
PATOFISIOLGI
Batuk
Dipicu
diawali
Reflex sengaja
Espirasi dalam
jalur saraf jalur saraf
aferen eferen penutupan glottis 0,2s, relaksasi
diafragma, dan kontraksi otot

Glottis terbuka
melawan glottis yang menutup

tekanan positif penyempitan


pada intratoraks trakea.
Perbedaan tekanan yang
besar antara saluran napas
dan udara luar bersama Udara terdorong
dengan penyempitan trakea keluar
akan menghasilkan aliran
udara yang melalui trakea batuk
KLASIFIKASI

Batuk

Berdasarkan Berdasarkan
durasi tanda klinis

Akut (Selama/
kurang dari 3 Sub akut (3-8 Kronis (lebih dari Batuk Kering (non Batuk berdahak Batuk yang khas
minggu) minggu) 8 minggu) produktif) (Ptoduktif)
Tatalaksana Batuk

Tujuan
menghilangkan gejala menghilangkan penyakit pengobatan dengan tujuan membuat penderita batuk
batuk atau kondisi batuk penyebab batuk dan merasa sedikit nyaman.

Startegi terapi
Terapi non farmakologi Terapi farmakologi

pengobatan
Pemberian obat berdasarkan pada jenis batuk yang terjadi (batuk kering atau batuk berdahak) dan penyebab
batuk (karena bakteri atau karena reaksi alergi)
Intinya !!
Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya
SWAMEDIKASI sendiri termasuk BATUK.

 Suatu perawatan sendiri oleh masyarakat terhadap


penyakit yang umum diderita, menggunakan obat-
obatan yang di jual bebas di pasaran atau obat
keras yang bisa didapat tanpa esep dokter dan
diserahkan oleh apoteker di apotek (BPOM, 2004)
 Swamedikasi biasa dilakukan untuk mengatasi
keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami
masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk,
influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit
kulit, dan lain-lain.
Algoritma Swamedikasi Batuk
Golongan obat yang dapat di swamedikasi

• Obat Bebas
• Obat Bebas Terbatas
OTC
• Obat keras yang terdapat di daftar OWA
• Diberikan nformasi lengkap dan dibawah pengawasan apoteker
• Tujuan digolongkan obat ini agar melibatkan apoteker dalam praktik
OWA swamedikasi.

• Vitamin
• Mineral
SUPPLEMEN
Golongan obat yang dapat di swamedikasi

Sesuai Permenkes No. 919/MenKes/PER/X/1993 tentang kriteria obat


yang dapat diserahkan tanpa resep, antara lain :

• Tidak dikontraindikasikan pada wanita hamil


• Bukan anak dibawah usia 2 tahun dan lanjut usia diatas
65 tahun;
• Tujuan pengobatan sendiri agar tidak memberikan
risiko lebih lanjut terhadap penyakitnya;
• Dalam penggunaannya tidak diperlukan alat atau cara
khusus yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan, seperti injeksi;
• Obat yang digunakan memiliki risiko efek samping
minimal dan dapat dipertanggungjawabkan
khasiatnya untuk pengobatan sendiri.
Yang Harus Diperhatikan dalam penggunaan obat
swamedikasi

hanya untuk jangka pendek (3 hari-1minggu


Waktu jika tidak ada ES), jika gejela tetap segera
ke dokter.

Perhatikan aturan pakai obat, frekuensi


Aturan Pakai pemakaian, obat yang digunakan sebelum/
sesudah makan.

Perhatikan masalah makanan, minuman,


atau obat lain yang harus dihindari ketika
Lainnya
mengkonsumsi obat tersebut, perhatikan
Juga bagaimana penyimpanannya.
Terapi Farmakologi Obat batuk yang dapat digunakan
untuk swamedikasi

Antitusif Ekspektoran Mukolitik


Ambroxol
gliseril
Dextrometorfan guaiakolat /
Hbr guaiafenesin
Bromheksin

Ammonium Asetilsistein
Noscapine chlorida

Erdostein
Succus Liquiritae
diphenhidramin (OBH)
Karbosistein
Obat Batuk
ANTITUSIF
Komposisi : Dextromethorphan HBr, Doxylamine succinate
Indikasi : Untuk Batuk Kering
Dosis
Dewasa (>12 tahun) : 2 sendok takar (10 ml). Diminum 4- 6 kali per
hari.
Anak (6 - 12 tahun) : 1 sendok takar (5 ml).

Anak (4 - 6 tahun) :1/2 sendok takar (2.5 ml).

Bentuk Sediaan : Sirup

Komposisi : Dextromethorphan HBr


Indikasi : Meredakan batuk kering
Dosis
Dewasa : 10 sampai 20 mg secara oral setiap 4 jam atau 30 mg
atau setiap 6-8 jam dengan dosis maksimal 120 mg/
hari.
Bentuk Sediaan : Tablet
Obat Batuk
EKSPEKTORA
N

Komposisi : Diphenhydramine HCl, Ammonium HCl, K.


Guaiacolsulfonate, Na citrate, Menthol
Indikasi : Expectoran
Dosis
Dewasa : 3-4 kali sehari 2 sendok takar
Anak : 3-4 kali sehari 1 sendok takar.
Bentuk : Sirup
Sediaan
Obat Batuk
ME Komposisi : Bromheksin HCl 10 mg, Guaifenesin 50 mg.
Indikasi : Sebagai mukolitik dan ekspektoran untuk
meredakan batuk berdahak dan mempermudah
pengeluaran dahak
Dosis
Dewasa : 5 – 10 ml 3 kali sehari
Anak : 6 – 12 tahun: 3 kali sehari 5 ml
: 2 – 5 tahun: 3 kali sehari 2,5 ml
Bentuk Sediaan : Tablet

Komposisi : Bromheksin HCl 10 mg, Guaifenesin 50 mg.


Indikasi : Sebagai mukolitik dan ekspektoran untuk
meredakan batuk berdahak dan mempermudah
pengeluaran dahak
Dosis
Dewasa : 3 x 1 sdtk
Anak : 5-10 tahun sehari 3 x 1 sdtk
Bentuk Sediaan : Tablet
Indikasi : meringankan gejala batuk berdahak maupun kering,
radang tenggorokan, suara yang hilang, mengobati
Obat Batuk asma, menjaga daya tahan tubuh
HERBAL Dosis
Dewasa : 1 sendok makan @15 mL 3 x sehari
7-12 tahun : 2/3 sendok makan @10 mL 3 x sehari
3-6 tahun : 1/3 sendok makan @5 mL 3 x sehari
Bentuk Sediaan : Sirup

Komposisi : Per 100 mL : Ekstrak daun Ivy kering 0.7 g,


larutan Sorbitol 70%, K Sorbate 0.134 g, Citric
acid
Indikasi : Sebagai mukolitik untuk meredakan batuk
Dosis
Dewasa : 5 - 7.5 ml.
Anak : 6 – 9 tahun: 3 kali sehari 5 ml
: 1 – 5 tahun: 3 kali sehari 2,5 ml
Bentuk Sediaan : Tablet
Terapi non-
farmakologi
REFERENSI
1. Vally, M dan Irhuma, MOE. (2016). Management of Cough: a
practical approach. South African Family Practice, (58)4, 35-39.
2. Chung, K.F., Pavord, I.D. (2008) Prevalence, Pathogenesis, And
Causes Of Chronic Cough. Lancet, 371(9621):1364-1374.
3. De Blasio F, Virchow JC, Polverino M, et al. (2011). Cough
management: a practical approach. BioMed Central, (7)7. 1-12.
4. Guyton, et all. 2008. buku ajar fisiologi
kedokteran. 11 . Ed. Jakarta : EGC
th

5. Kumar, Vinay, et all. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai