Henrico
Magister Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan
Email : henrico.harianja@gmail.com
Anton Soekiman
Dosen Magister Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan
Email: soekiman@unpar.ac.id
ABSTRAK : Ketimpangan komposisi kontraktor kecil yang bersifat spesialis di Indonesia sangat ditentukan oleh
pasar jasa konstruksi subkontrak terhadap usaha spesialis. Sebagai salah satu langkah awal mendorong
pelaksanaan subkontrak konstruksi kepada kontraktor spesialis adalah dengan mengetahui perilaku kontraktor
utama dalam pelaksanaan subkontrak konstruksi termasuk didalamnya faktor-faktor yang terkait keputusan
kontraktor utama melakukan subkontrak konstruksi, aspek dominan yang menjadi dasar dalam pemilihan
subkontraktor, metode pemilihan subkontraktor, metode pembayaran subkontraktor, serta persepsi kontraktor
terhadap kinerja subkontraktor. Selain itu, juga diperlukan suatu identifikasi alternatif kebijakan sebagai upaya
untuk mendorong pelaksanaan subkontrak konstruksi. Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap 37 project
manager, project engineer, project supervisor dari 8 kontraktor besar di Indonesia, memberikan informasi
bahwa faktor ketersediaan kontraktor lokal yang memiliki pengalaman dan peralatan yang sesuai adalah faktor
dominan bagi kontraktor utama dalam memutuskan akan mensubkontrakkan suatu pekerjaan. Namun
demikian, hasil analisa korelasi terhadap tingkat subkontrak dari pekerjaan-pekerjaan dalam lingkup proyek
bangunan gedung, memberikan indikasi bahwa minimnya kontraktor lokal yang memiliki kemampuan dan
kapasitas khususnya dalam hal pengalaman dan kepemilikan peralatan menjadi salah satu faktor keengganan
kontraktor utama melakukan subkontrak konstruksi di Indonesia. Oleh sebab itu, upaya mendorong pelaksanaan
subkontrak konstruksi harus lebih fokus diarahkan kepada pengembangan kemampuan dan daya saing
(competitivenes) kontraktor kecil dilevel lokal dibandingkan dengan kebijakan yang mewajibkan kontraktor
utama melakukan subkontrak konstruksi. Selain itu, berdasarkan 3 responden ahli yang disurvey dengan
menggunakan metode Analytical Hiearracy Process (AHP) menghasilkan alternatif kebijakan prioritas antara
lain pengaturan yang mewajibkan peserta lelang untuk mencantumkan rencana pengguna subkontraktor dalam
dokumen penawaran, memberikan pelatihan kepada penanggungjawab teknik kontraktor kecil serta
meningkatkan akuntabilitas proses sertifikasi dan registrasi kontraktor.
ABSTRACT: Inequality in composition of small contractors who are specialists in Indonesia is largely determined
by the market of construction services subcontracted to specialist businesses. As one of the initial steps to
encourage the implementation of the construction subcontract to specialist contractor is to study the behavior of
the prime contractor in the execution of construction subcontracts including dominan factors related to the
decision made by the main contractor to subcontract some of the construction work, what is the dominant aspect
in the selection of subcontractors, subcontractor selection methods, payments methods of the subcontractor, as
well as perceptions of the performance of the contractor against the subcontractor. Moreover, it also required an
identification of policy alternatives in an effort to encourage the implementation of the construction subcontract.
1|K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 1 | Desember 2013
Based on a survey conducted on 37 project manager , project engineer , project supervisor of 8 major contractor
in Indonesia, providing information that the availability of local contractors who have the experience and the
proper equipment is the dominant factor in deciding the prime contractor will subcontract some of the
construction work . Nevertheless, the results of correlation analysis of the level of subcontracting of the
construction work within the scope of the building project, the dominant factor was not significantly correlated
with the level of subcontracting especially for work related to structure work and architectural work. This gives
an indication that the lack of local contractors who have the ability and capacity, especially in terms of
experience and ownership of the equipment to be one factor that prime contractor reluctance to subcontract
some of construction works in Indonesia . Therefore, efforts to encourage the implementation of construction
subcontracts should be focused on capacity building and competitiveness at the level of local small contractors
compared to the policy that requires prime contractors to subcontract some of the construction work . Based on
survey conducted to 3 experts respondents using Hiearracy Analytical Process ( AHP ) generating alternatives
include setting policy priorities that require bidders to include subcontracting plan in bidding documents ,
provide technical training to managers of small contractors and increase the accountability of contractor
certification and registration process.
2|K o n s t r u k s i a
ANALISA PERILAKU KONTRAKTOR UTAMA DALAM MELAKUKAN SUBKONTRAK (Henrico - Anton)
35 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 1 | Desember 2013
36 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PERILAKU KONTRAKTOR UTAMA DALAM MELAKUKAN SUBKONTRAK (Henrico - Anton)
pengguna jasa sudah melakukan dimana setelah dilakukan uji validitas dan
pembayaran untuk pekerjaan yang
dilaksanakan oleh subkontraktor. reliabilitas seluruh item pertanyaan dalam
Jenis Subkontrak 1. Subkontrak tenaga kerja kuisioner dapat dianggap valid dan reliabel
2. Subkontrak tenaga kerja, material,
Tabel 3 Uji validitas dan reliabilitas
maupun peralatan.
3. Subkontrak Peralatan kuisioner Diolah SPSS 20
Proses 1. Keputusan subkontrak dan
Pengambilan penunjukkan subkontraktor
Keputusan diserahkan sepenuhnya kepada
organisasi proyek.
subkontrak dan
2. Keputusan subkontrak dan Correcte
pelaksanaan penunjukkan subkontraktor Scale Scale d Item nilai Cronbach's
pengadaan diserahkan sepenuhnya kepada Mean if Variance R tabel Alpha if
No.
subkontraktor manajemen pusat. Item if Item -Total product Item
3. Keputusan subkontrak dan Deleted Deleted Correlati moment Deleted
penunjukkan subkontraktor on
tergantung kepada nilai proyek
1 57.19 251.55 0.62 0.32 0.93 Valid
Persepsi Terhadap Kinerja Mutu, Kinerja Waktu, Kinerja
Kinerja Keselamatan Kerja dan Kinerja 2 57.08 254.52 0.58 0.32 0.93 Valid
Subkontraktor Kepedulian lingkungan
3 57.00 252.06 0.62 0.32 0.93 Valid
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4 57.49 258.09 0.55 0.32 0.93 Valid
Perilaku Kontraktor Utama Dalam
5 57.49 259.09 0.49 0.32 0.93 Valid
Pelaksanaan Subkontrak
Profil responden yang melakukan pengisian 6 57.08 254.35 0.65 0.32 0.92 Valid
kuisioner perilaku subkontrak dapat dilihat 7 57.43 252.64 0.63 0.32 0.92 Valid
pada gambar 1. profil responden kuisioner
8 57.35 259.62 0.51 0.32 0.93 Valid
perilaku subkontrak.
9 56.84 267.20 0.36 0.32 0.93 Valid
Profil Responden Berdasarkan Besar Proyek Pengalaman
Gambar 1 Profil Responden Kuisioner 18 56.86 257.45 0.56 0.32 0.93 Valid
Perilaku Subkontrak 19 56.62 255.19 0.59 0.32 0.93 Valid
Dari hasil pengisian kuisioner perilaku 20 57.54 260.09 0.44 0.32 0.93 Valid
subkontrak dilakukan uji validitas dan 21 56.97 248.25 0.73 0.32 0.92 Valid
reliabilitas dengan menggunakan SPSS versi
20 sebagaimana dapat dilihat pada tabel 3.
37 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 1 | Desember 2013
Setelah dilakukan uiji validitas dan perusahaan tidak memiliki 2.6757 .20887
basis peralatan dilokasi proyek
reliabilitas, dapat dilihat pada tabel 4 Analisa
Deskriptif Faktor-Faktor Subkontrak. Utilisasi peralatan yang 2.5676 .22104
dimiliki perusahaan sudah
maksimal
Tabel 2 Analisa Deskriptif Faktor
Subkontrak Program CSR 2.4054 .18768
Mean
Mitigasi risiko SDM 2.3243 .20887
Indikator Statistic Std. Error
Utilisasi SDM Terampil sudah 2.2703 .20003
maksimal
Ketersediaan subkontraktor 3.5405 .22123
lokal yang memiliki
Utilisasi SDM Ahli sudah 2.2703 .18844
pengalaman yang sesuai
maksimal
Ketersediaan subkontraktor 3.4324 .20335
Insentif pegguna jasa 2.2162 .20916
lokal yang memiliki peralatan
yang sesuai
38 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PERILAKU KONTRAKTOR UTAMA DALAM MELAKUKAN SUBKONTRAK (Henrico - Anton)
39 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 1 | Desember 2013
40 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PERILAKU KONTRAKTOR UTAMA DALAM MELAKUKAN SUBKONTRAK (Henrico - Anton)
41 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 1 | Desember 2013
kemampuan kontraktor lokal yakni faktor sebagian pekerjaan tersebut terlambat atau
ketersediaan subkontraktor lokal yang mutu pekerjaan tidak sesuai dengan
memiliki pengalaman yang sesuai dan spesifikasi yang ditetapkan pengguna jasa,
ketersediaan subkontraktor lokal yang maka risiko tersebut akan ditanggung oleh
memiliki peralatan yang sesuai. Namun kontraktor utama.
demikian dilihat hasil korelasi antara kedua
faktor dominan tersebut dengan tingkat
Lebih jauh lagi, kontraktor utama juga
subkontrak masing-masing pekerjaan secara
melihat jika suatu pekerjaan dilakukan oleh
statistik tidak cukup signifikan.
subkontraktor lokal memiliki beberapa
keuntungan seperti pengetahuan
Faktor ketersediaan subkontraktor yang (knowledge) terhadap akses material dan
memiliki pengalaman hanya berkorelasi peralatan lokal dengan harga yang kompetitif
secara signifikan dengan pekerjaan interior serta sumber daya manusia lokal yang pasti
bangunan dan faktor ketersediaan lebih baik dibandingkan dengan
subkontraktor yang memiliki peralatan subkontraktor non-lokal. Selain itu, dengan
hanya berkorelasi signifikan secara statistik bekerjasama dengan subkontraktor lokal,
dengan pekerjaan mekanikal dan elektrikal. kontraktor utama dapat menjadikan hal itu
Hal ini memberikan informasi bahwa faktor sebagai bagian dari kebijakan Corporate
yang menurut kontraktor utama paling Social Responsibillity (CSR) dengan tujuan
penting ketika memutuskan akan mengembangkan perekonomian lokal dan
mensubkontrakkan pekerjaan yakni faktor membantu untuk meningkatkan kemampuan
yang terkait dengan kemampuan kontraktor dan kapasitas kontraktor lokal. Apalagi
lokal, belum menjadi faktor yang secara riil dengan kondisi dimana kontraktor lokal
menjadi alasan kontraktor utama melakukan melalui asosiasi kontraktor yang meminta
subkontrak pekerjaan konstruksi, yang untuk mendapatkan pekerjaan dari
artinya, keengganan kontraktor utama dalam kontraktor utama yang bekerja diwilayahnya.
melakukan subkontrak konstruksi lebih
cenderung disebabkan oleh ketersediaan
Namun demikian, meskipun kontraktor
subkontraktor lokal yang memiliki
utama melihat bahwa bekerjasama dengan
pengalaman dan peralatan masih sangat
subkontraktor lokal memiliki keuntungan
terbatas atau dengan kata lain subkontraktor
yang lebih dibanding dengan bekerjasama
yang memiliki kemampuan yang sesuai
dibandingka non-lokal atau bahkan
masih sangat minim.
dibandingkan dengan melakukan pekerjaan
secara swakelola, kontraktor utama masih
Sedangkan pada aspek pemilihan sangat berhati-hati untuk bekerja sama
subkontraktor, kontraktor utama juga dengan subkontraktor yang belum
cenderung menjadikan aspek pengalaman mendapatkan aspek kepercayaan (bussiness
menjadi aspek yang paling penting ketika trust) dari kontraktor utama atau dengan
akan memiliki subkontraktor. Dari hasil ini, kata lain, kontraktor utama tidak mau
terlihat bahwa sesuai dengan karakteristik mengambil risiko memberikan pekerjaan
jasa konstruksi dimana aspek-aspek terkait kepada subkontraktor lokal dengan alasan
kepercayaan (bussiness trust) masih menjadi hanya memberdayakan dan ingin
dasar bagi kontraktor utama untuk menjalin mengembangkan kontraktor lokal.
kerjasama dengan pihak ketiga untuk
melakukan sebagian pekerjaan dalam suatu
proyek. Hal ini dapat dipahami karena ketika
42 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PERILAKU KONTRAKTOR UTAMA DALAM MELAKUKAN SUBKONTRAK (Henrico - Anton)
43 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 1 | Desember 2013
dapat dilihat bahwa subkontrak tenaga kerja penilaian perbandingan berpasangan oleh
dilakukan oleh kontraktor utama dengan para responden adalah sebagai berikut:
frekuensi yang cukup tinggi. Namun
demikian, sesuai dengan pernyataan dari
1. Pengaturan yang mewajibkan peserta
Prof. Rizal Tamin yang menjadi responden
lelang untuk mencantumkan rencana
dalam FGD Rekonstruksi Struktur Usaha Jasa
pengguna subkontraktor dalam
Konstruksi, bahwa kecenderungan
dokumen penawaran. Kebijakan ini
subkontraktor yang hanya men-supply
memang sudah tercantum didalam
tenaga kerja tidak memiliki entitas hukum
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
yang jelas, yang membuat subkontraktor
2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
tenaga kerja tersebut tidak memiliki
Oleh Pemerintah, sehingga dari kriteria
kekuatan yang cukup untuk bernegosiasi
keselarasan dengan peraturan
terkait dengan hal-hal dalam pelaksanaan
perundangan ketiga responden
pekerjaan dan pembayaran oleh kontraktor
berpendapat dari seluruh alternatif
utama.
kebijakan, yang paling selaras dengan
peraturan perundangan adalah alternatif
Selain itu, responden tersebut juga ini. Selain itu, alternatif ini juga dianggap
menyatakan bahwa subkontrak tenaga kerja memiliki akseptabilitas yang cukup baik
memiliki keuntungan tersendiri bagi bagi pelaku usaha serta efisien dalam
kontrkator utama terkait dengan segi penggunaan sumber daya dalam
pembayaran pajak, dimana subkontrak penerapannya.
terima jadi yang biasanya dilakukan kepada 2. Memberikan pelatihan bagi penanggung
subkontraktor dengan entitas hukum yang jawab teknik kontraktor kecil yang
jelas, maka setiap kerjasama dan transaksi bersifat spesialis. Kebijakan ini juga
pembayaran didalamnya menjadi objek pajak merupakan salah satu upaya untuk
yang akan membuat biaya pekerjaan meningkatkan kemampuan dan
konstruksi menjadi lebih besar bila kapasitas kontraktor kecil yang bersifat
pekerjaan tersebut tidak disubkontrakkan. spesialis dengan cara memberikan
Hal ini juga diidentifikasi menjadi salah satu pelatihan terkait kemamuan manajerial
kengganan kontraktor utama melakukan manajemen proyek. Diharapkan dengan
subkontrak untuk pekerjaan yang bernilai memberikan pelatihan ini, kontraktor
besar. kecil yang bersifat spesialis dapat lebih
memiliki kemampuan melaksanakan
Pembahasan Pengembangan Alternatif pekerjaan tepat waktu dan tepat mutu.
Kebijakan Pendorong Subkontrak Konstruksi 3. Proses Sertifikasi dan registrasi yang
akuntabel dan bertanggung jawab.
Proses sertifikasi dan registrasi
Hasil dari pengembangan alternatif kebijakan
kontraktor yang keluarannya adalah
mendorong subkontrak konstruksi juga
Sertifikat Badan Usaha (SBU) sebetulnya
searah dengan perilaku kontraktor utama
dapat dijadikan dasar bagi kontraktor
dalam pelaksanaan subkontrak konstruksi,
utama untuk melakukan subkontrak
dimana menurut para responden terdapat 2
konstruksi dengan subkontraktor lokal.
alterrnatif kebijakan prioritas adalah yang
terkait dengan pengembangan kontraktor
kecil yang bersifat spesialis. 3 Alternatif Namun demikian, perilaku kontraktor
kebijakan dengan nilai tertinggi hasil utama lebih dominan untuk membuat
44 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PERILAKU KONTRAKTOR UTAMA DALAM MELAKUKAN SUBKONTRAK (Henrico - Anton)
45 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 1 | Desember 2013
46 | K o n s t r u k s i a
ANALISA PERILAKU KONTRAKTOR UTAMA DALAM MELAKUKAN SUBKONTRAK (Henrico - Anton)
47 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 1 | Desember 2013
48 | K o n s t r u k s i a