Laporan Magang Putri Nurhaziela 17032070
Laporan Magang Putri Nurhaziela 17032070
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah
Kerja
Praktek
OLEH:
Putri Nurhaziela
17032070/2017
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
LEMBARAN PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
INSTANSI/ LEMBAGA:
DI RUMAH SAKIT PARU PROVINSI SUMATERA BARAT
PUTRI NURHAZIELA
NIM. 17032070/2017
Mengetahui,
Kepala Prodi Biologi
Disahkan Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
i
KETERANGAN TELAH MENYELESAIKAN KERJA PRAKTEK
Putri Nurhaziela
BIODATA PENULIS
ii
Telah menyelesaikan kerja praktek di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit
Paru Provinsi Sumatera Barat mulai dari tanggal 3 Agustus - 31 Agustus 2020
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadiratn Allah Subhana Wata’ala
atas rahmat yang diberikan-Nya kepada penulis, atas kemurahan-Nya pula penulis dapat
menyelesaikan laporan magang biologi ini. Penulis mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan magang.
Adapun tujuan penulisan laporan magang biologi ini adalah untuk melengkapi
penyempurnaan secara tertulis magang biologi. Pada kesempatan
ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu penulis dalam melaksanakan kegiatan magang, diantaranya :
1. Ibu dr. Elsa Yuniarti S.Ked, M.Biomed., selaku Dosen Pembimbing dari
Jurusan Biologi FMIPA UNP.
2. Bapak drg. Achmad Mardanus, M.Kes, selaku Kepala pimpinan Rumah
Sakit Paru Provinsi Sumatera Barat
4. Ibu dan Bapak seluruh staf dan karyawan Rumah Sakit Paru Provinsi
Sumatera Barat
5. Kedua Orang Tua penulis yang senantiasa memberikan dukungan dan doa.
iv
Putri Nurhaziela
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. vi
DAFTAR TABEL...................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang.................................................................................... 1
B.Tujuan kerja praktek........................................................................... 3
C.Batasan Masalah................................................................................. 3
D.Manfaat Pengujian ............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN INSTANSI
A. Profil RS.Paru Sumatera Barat........................................................... 5
B. Struktur Organisasi RS.Paru Sumatera Barat..................................... 6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
A.Pengertian Tubercolousis.................................................................... 8
B.Risiko Tubercolousis........................................................................... 9
C.Diagnosa dan Perawatan..................................................................... 11
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan......................................................... 15
B. Alat dan Bahan.................................................................................. 15
C. Cara Kerja........................................................................................... 16
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan ................................................................................. 21
B. Pembahasan ....................................................................................... 26
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 31
v
B Saran................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA Lampiran
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes, 2011). Tuberkulosis
adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Penyakit
ini apabila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan
komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI, 2016).
1
Menurut World Health Organization (2015) menyatakan bahwa penyakit
tuberkulosis paru saat ini telah menjadi ancaman global, karena hampir sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi. Sebanyak 95% kasus tuberkulosis paru dan 98%
kematian akibat tuberkulosis paru didunia, terjadi pada negara-negara berkembang.
Negara dengan kasus pertama di dunia adalah India dengan presentasi kasus 23%,
Indonesia menempati urutan ke dua dengan presentasi kasus 10% dan Cina
menempati urutan ke tiga dengan presentase 10% sama seperti Indonesia dari
seluruh penderita tuberkulosis di dunia (WHO, 2015).
Dalam laporan WHO tahun 2016 diperkirakan 8,7 juta orang terjangkit TB
Paru dan 1,4 juta orang meninggal. Dilaporkan terdapat 6.216.513 TB Paru kasus
baru, dan 2.621.308 merupakan BTA positif. Kasus terbanyak TB Paru antara umur
15-44 tahun, di dapatkan 734.908 kasus. Berdasarkan data dari WHO tahun 2016,
angka prevalensi tuberkulosis di Indonesia di perkirakan 395 per 100.000 penduduk
dan menyatakan bahwa Indonesia dengan jumlah penduduk 254.831.222 menepati
posisi kedua dengan beban tuberkulosis tertinggi di dunia setelah China.
Tuberkulosis di Indonesia juga merupakan penyebab nomor empat kematian setelah
kardiovaskular (WHO, 2016).
Diseluruh dunia pada tahun 2017 ditemukan 6,4 juta kasus TB Paru baru,
jumlah ini terus mengalami peningkatan sejak tahun 2013 dan empat tahun
sebelumnya dimana hanya terdapat 5,7-5,8 juta kasus baru. Dari 6,4 juta kasus TB
Paru yang dilaporkan mewakili 64% dari total perkiraan 10 juta. Kasus TB Paru
pada tahun 2017 sepuluh negara menyumbang 80% dari 3,6 juta kesenjangan
global. Tiga teratas adalah India (26%), Indonesia (11%) dan Nigeria (9%) (WHO,
2018).
Prevalensi TB paru di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 297 per 100.000
penduduk. Target prevalensi TB paru tahun 2019 sebesar 245 per 100.000
penduduk (Kemenkes RI, 2015). Sehingga perlu adanya peningkatan program
pengendalian TB paru untuk mencapai target tersebut. Tahun 2014 ditemukan kasus
baru BTA positif di Indonesia sebanyak 176.677 kasus. Kasus tersebut mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 196.310 kasus dan tahun
2012 sebesar 202.301 kasus (Kemenkes RI, 2015).
2
Di Indonesia pada tahun 2017 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis
sebanyak 425.089 kasus dengan CNR 162/100.000 penduduk, meningkat bila
dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2016 yang
sebesar 351.893 kasus dengan CNR 136/100.000 dan tahun 2015 sebesar 330.729
kasus dengan CNR 129/100.000. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di
tiga provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat 78.698 kasus,
disusul oleh Jawa Timur 48.323 kasus dan Jawa Tengah 42.272 kasus. Menurut
kelompok umur, kasus tuberkulosis pada tahun 2017 paling banyak ditemukan pada
kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 17,32% diikuti kelompok umur 45-54
tahun sebesar 17,09 % dan pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 16,43%
(Kemenkes RI, 2017).
3
lux berisiko 8,125 kali lebih besar untuk terinfeksi TB Paru dari pada dengan rumah
yang memiliki pencahayaan ≥ 60 lux.
B. Rumusan Masalah
TB Paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis, dan menjadi masalah kesehatan hingga saat ini. Ada
faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian TB Paru seperti perilaku
kesehatan dan lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
meliputi luas ventilasi, kepadatan hunian, pencahayaan dan kelembaban. Di rumah
Sakit Paru Provinsi Sumatera Barat banyak kasus TB yang telah ditangani,
berdasarkan pembagian, terdapat pasien dengan kasus yang berbeda tingkatan,
dilihat dari jumlah BTA hasil mikroskopis sample dahak (sputum).
C. Tujuan Pengujian
1. Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan dari dahak pasien
4
2. Untuk mengetahui cara pewarnaan sediaan dari dahak pasien
D. Manfaat Pengujian
1.Bagi Peneliti
2. Bagi Responden
Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, dan sebagai acuan untuk membuat
BAB II
5
TINJAUAN INSTITUSI
6
Catatan : Berdasarkan peraturan daerah sumatera barat Nomor 11
tahun 2017 tentang penetapan status balai pengobatan
penyakit paru-paru (BP4) Lubuk Alung menadi rumah sakit
paru sumatera barat . sejak saat itu nama BP4 berubah
menjadi Rumah Sakit Paru Sumatera Barat. tetapi sampai
akhir tahun 2019, struktur organisasi dan tata kerja (SOTK)
Rumah Sakit Paru Sumatera Barat belum disyahkan,
sehingga SOTK yang digunkan masih SOTK Balai
Pegobatan Penyakit Paru-paru.
Visi
Visi Rumah Sakit Paru Sumatera Barat adalah gamabaran arah pembangunan atau
kondisi masa depan yang ingin di capai melalaui penyenggaraan tugas dan fungsi. Visi
rumah sakit paru sumatera Barat yaitu: “Menjadi Pusat Rujukan Penyakit Paru dan
Saluran Pernapasan di Regional Sumatera Tengah Tahun 2025”.
Rujukan Paru Wilayah Sumatera Barat Tengah adalah pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab atas masalah kesehatan paru dan gangguan saluran pernapasan yang
dilakukan secara timbale balik antar fasilitas kesehatan meliputi sarana, rujukan
teknologi, rujukan tenaga ahli, rujukan operasional, rujukan kusus, rujukan ilmu
pengetahuan dan rujukan bahan pemeriksaan penunjang pada tahun 2025.
MISI
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan sebuah visi. Untuk mewujudkan Visi yang telah disepakati, rumah sakit
paru sumatera barat menetapkan beberapa misi, antara lain:
1). memberikan pelayanan kesehatan paru dan saluran pernafasan secara berkualitas,
professional dan paripurna
2). membentuk jejaring pelaksanaan rujukan dan kerjasama dengan lembaga dan
institusi terkait, khususnya dalam penanganan penyakit paru dan saluran pernafasan.
melaksanakan kerjasama dengan lintas program dan lintas sector dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan paru dan saluran pernafasan, meliputi:
rujukan khusus dan rujukan specimen.
3). jejaring pendidikan, penelitian, pelatihan, pengembangan ilmu dan kualitas SDM di
Bidang Kesehatan Paru dan Saluran Pernapasan.
7
menjadi pusat pendidikan dan pelatihan SDM kesehtan paru serta menjadi pusat
pelatihan dan pengembangan kesehatan paru di wilayah bagian sumatera bagian tengah.
berperan aktif dan menjadi pusat pengembangan metode pencegahan, pengobatan dan
pengembangan alat kesehatan, seiring dengan makin tingginya tuntutan masyarakat dan
kompleknya permasalahan kesehatan, khususnya pada penyakit paru dan gangguan
saluran pernapasan untuk wilayah sumatera tengah
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian
2. Manifestasi Klinis
a. Demam
b. Malaise
c. Anoreksia
9
h. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
i. Demam persisten
3. Patofisiologi
10
kembali menjadi aktif, Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi
sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkus.Tuberkel yang
ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut.Paru-paru
yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya.Pneumonia seluler ini
dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus
difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel
epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang
mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan
fibroblas akan memberikan respons berbeda kemudian pada akhirnya
membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.
11
kurang informasi
penyebaran klasifikasi
hematogen
Ketidakefektifan
limfogen
bersihan jalan napas
As. Lambung
Gangguan
Mual, anoreksia pertukaran gas
Resti penyebaran
infeksi pada diri
Perubahan nutrisi sendiri
kurang dari
kebutuhan tubuh
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Sputum Culture
12
b. Ziehl neelsen: Positif untuk BTA
d. Chest X-ray
h. Bronkografi
C.PENATAAN MEDIS
1. Pengkajian Keperawatan
tuberkulosis adalah:
13
setelah usia remaja di mana TB paru-paru menyerupai kasus pada pasien
dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada paru-paru).
2.Riwayat kesehatan
atelektasis.
Pada tahapan dini sulit diketahui, ronchi basah kasar dan nyaring,
hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberikan suara umforik, pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi
interkostal dan fibrosa.
4.Pemeriksaan Penunjang
a.Sputum Kultur
14
b. Skin test: mantoux, tine, and vollmer patch yaitu reaksi positif
mengindikasi infeksi lama dan adanya antibody, tetapi tidak
mengindikasikan infeksi lam dan adanya antibody, tetapi tidak
mengindikasikan penyakit yang sedang aktif.
c.Diagnosa Keperawatan
Tujuan :
15
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis, dan program pengobatan
secara benar
- Suhu 360-370C
16
Tidak ada keluhan demam
17
- Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama dan frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada suara
napas abnormal).
- Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan napas.
Intervensi (NIC) :
- Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
Rasional: pasien bisa bernapas dengan lega
18
- Mendeskripsikan proses penularan infeksi, factor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya
- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulmya infeksi
Intervensi ( NIC ) :
19
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan O2 - Bebas dari gejala dan
distress pernapasan Intervensi:
Rasional: periode singkat berakhir setelah 2-3 hari setelah terapi awal,
tetapi risiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan
20
- Anjurkan pasien untuk makan sedikit tetapi sering dengan nutrisi yang
seimbang
Rasional: mencegah mal nutrisi, karenaa mal nutrisi dapat
meningkatkan risiko penyebaran infeksi
j..Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan nutrisi pada pasien terpenuhi.
Kriteris hasil :
- Tidak ada tanda – tanda malnutrisi - Tidak ada penurunan berat badan
yang berarti
Intervensi ( NIC ) :
21
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Rencana tindakan :
22
• Jelaskan kepada keluarga akibat lanjut TB paru
BAB IV
PELAKSANAAN KERJA PRAKTTEK
1. Pembuatan sediaan
a. Alat
Alat yang digunakan adalah BSC, kaca objek, tusuk lidi, spidol permanen, cawan
sputum
b. Bahan
Bahan yang digunakan adalah sputum dahak
2.Pewarnaan
a. Alat
Alat yang digunakan adalah papan pemanggang, sediaan dahak, spritus, korek
api, penjepit
b.Bahan
Bahan yang digunakan adalah metilen blue, carbol fuchsin, air
23
3.Pembacaan
a. Alat
Alat yang digunakan adalah mikroskop
b.Bahan
Bahan yang digunakaan adalah sediaan dahak dan alkohol
C. Prosedur Kerja
Pada tahap awal ini, dalam pembuatan menguji ke negatif atau positif an pasien
terhadap TB adalah dengan membuat sediaan menggunakan dahak (sputum). ada 2 jenis
dahak yang dapat digunakan, yaitu dahak bertipe A atau disebut ‘Dahak Sewaktu” yang
artinya dahak ini diambil dan dikeluarkan sendiri oleh pasien langsung di rumah sakit.
Selanjutnya dahak tipe B atau yang disebut “Dahak Pagi” adalah dahak yang diambil
dan dikeluarkan oleh pasien ketika setelah bangun tidur.
c. Beri tanda pada kaca objek dengan spidol dengan data pasien
seperti
nama dan no identitas yang diberikan dari rumah sakit
e. Ukir membentuk oval dengan ukuran 3x2 cm, ukir hingga rata
24
f. Setelah membentuk ukiran yang baik kemudian diamkan hingga
kering
2.Pewarnaan
Pada pewarnaan terdapat beberapa kriteria atau kualitas yang perlu disesuaikan, seperti
kekentalan mukoid, warna dahak hijau kekuningan. Dan juga terdapat identitas sediaan.
Yang perlu dipersiapkan yaitu ot dahak yang hanya bisa digunakan sekali pakai, bersih
dan kering. No identitas sesuai TB 0,5, menuliskan identitas pada dinding pet, bukan
pada tutupnya.
a. Setelah sediaan kering dengan suhu kamar, pegang kaca objek dengan
pinset, permukaan sediaan menghadap keatas
b. Lewatkan diatas bagian api yang biru 2-3 kali selama 1-2 detik
e. Bilas sediaan dengan asam alkohol 0,3% hingga tidak ada sisa berwarna
merah
25
1.Pembacaan mikroskopis dan pelaporan dngan skala IUATLD
a. Temukan
BAB 1V
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
26
Gambar hasil pengamatan preparat positif 3+ BTA
27
Gambar pembacaan hasil mikroskopis Berikut skala IUATLD
28
Yang terlihat hasil penulisan
B. Pembahasan
Pada kerja praktek yang dilakukan selama di Rumah Sakit Paru Privinsi
Sumatera Barat ini, dapat diketahui bahwa tuberculosis dapat terjadi melalui organ
paru. Sementara itu Tuberkulosis itu sendiri merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis
ditemukan oleh Robet Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan
tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati
dalam suhu 600C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis
menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan
asam dan merupakan faktor terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan
tuberkel.(FKUI,2005)
Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar
matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakterium tuberculosis yaitu
29
tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita
mastitis tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di
udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi
TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui udara.
Bakteri juga dapat masuk ke sistem pencernaan manusia melalui benda/bahan
makanan yang terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga dapat menimbulkan asam
lambung meningkat dan dapat menjadikan infeksi lambung. (Wim de Jong, 2005)
Faktor risiko terjadinya TB Paru dapat digolongkan dalam 5 (lima) hal yaitu
manusia, kuman penyebab, lingkungan fisik rumah baik dalam maupun luar,
perilaku dan tindakan. Faktor manusia adalah sejauh mana kondisi dan ketahanan
tubuh manusia mampu menangkis serangan kuman akibat terinfeksi dari orang
sakit. Faktor kuman penyebab adalah keadaan keganasan dan jumlah kuman yang
masuk cukup kuat dan banyak. Faktor lingkungan adalah keadaan lingkungan
manusia dan kuman yang mendukung untuk perubahan sehat menjadi sakit. Faktor
risiko perilaku kebiasaan yang dilakukan sehari-hari yang dapat mempengaruhi
terjadinya penularan atau penyebaran penyakit TB Paru yaitu kebiasaan tidur
penderita TB Paru bersama-sama dengan anggota keluarga, membuang dahak di
sembarang tempat, tidak pernah membuka jendela ruangan rumah, tidak membuka
jendela kamar tidur, tidak pernah membersihkan lantai dan kebiasaan merokok.
Faktor tindakan adalah tindakan penemuan dalam rangka pencarian penderita yang
dilaksanakan di lapangan maupun penegakan diagnosis dan pengobatan di
Puskesmas serta rumah sakit.
30
lingkungan rumah yang mempengaruhi kejadian tuberkulosis keadaan lingkungan
fisik, lingkungan biologis dan lingkungan sosial yang kurang baik juga akan dapat
merugikan kesehatan dan dapat mempengaruhi penyakit tuberkulosis dan pada
akhirnya mempengaruhi tingginya kejadian tuberkulosis.
31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tujuan penulisan dari laporan ini adalah untuk Untuk mengetahui uji negatif
positif terdapatnya Mycobacterium tuberculosis pada sediaan dahak pasien 2.
Tuberculosis merupakan penyakit yang dapat menular
3. Gejala umum yang ditimbulkan dari tuberculosis ialah batuk yang
berkepanjangan, lebih dari 2 minggu
B. Saran
Saran penulis, dalam kerja praktek, khususnya untuk yang melakukan kerja praktek
di rumah sakit dibutuhkan kehati-hatian untuk menjaga ke steril an diri sendiri maupun
terhadap pekerjaan dan terhadap pasien. Ditinjau lagi dari rumah sakit paru ini, memang
terkhusus pada paru, yang dikenal dengan penularan yang cukup mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Black, J.M, et al, Luckman and Sorensen’s Medikal Nursing : A Nursing Process
Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder Company, 1995.
Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchell, L.G.a. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
32
Johnson, Marion& Maas, Meidean. 2000. Nursing Outcome Classification. New York :
Mosby.
Price & Wilson (1995), Patofisiologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,
Jakarta
Soedarsono (2000), Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis dan Terapi, Lab. Ilmu
Penyakit Paru FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.
33
Lampiran