IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
3.2 Optimalisasi Pengelolaan Lahan Bekas Urugan Guna Mendukung Urban Farming di
Kampung Organik Tidar Asri.
Pemanfaatan lahan untuk pertanian kota merupakan salah satu sektor ekonomi yang
menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian besar masyarakat dikawasan pedesaan, demikian
pula dengan masyarakat di Kampung Kiringan, Kelurahan Tidar Utara, Kecamatan Magelang
Selatan, Kota Magelang. Masyarakat di kampung Kiringan telah turun temurun mengandalkan
kegiatan bercocok tanam sebagai sumber penghidupan mereka. Menilik balik bahwa kegiatan ini
merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian, mengingat fungsi dan perannya
dalam penyediaan pangan bagi penduduk, pakan dan energi, serta tempat bergantungnya mata
pencaharian penduduk setempat. Dimana sektor urban farming mempunyai sumbangan yang
berarti dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), peningkatan devisa dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat setempat, sehingga pembangunan pertanian di perkotaan dapat
dikatakan sebagai motor penggerak dan penyangga perekonomian nasional, apalagi pasca
pandemi Covid-19.
Pengelolaan lahan di Kiringan biasanya masih dilakukan oleh pemilik lahan sendiri,
meskipun ada juga yang mempekerjakan buruh tani untuk membantu mengolah lahannnya,
hampir seluruh pemilik tetap berprofesi sebagai petani juga dan terlibat langung dalam aktifitas
kegiatan bercocok tanam. Para pemilik lahan sekaligus para petani tersebut saling terhubung dan
bersosialisasi melalui paguyuban atau kelompok tani, salah satu kelompok tani yang ada di
Kampung Kiringan yaitu kelompok tani Manunggal Karso. Dimana kelompok tani Manunggal
Karso ada kurang lebih 15 anggota di dalamnya berkolaborasi dengan stakeholder RT 02 RW 02,
sehingga memunculkan suatu mindset warganya akan urgensi pemanfaatan lahan melalui
penanaman. Hal ini telah membawa kampung mereka menyandang status sebagai Kampung
Organik Tidar Asri yang mampu berkompetisi diluaran sana.
Salah satu permasalahan yang sering ketika dilakukan kegiatan bercocok tanam adalah
masalah kekeringan atau kurangnya jumlah air untuk mengairi sawah pada musim kemarau.
Selain itu juga faktor kondisi tanah yang kurang produktif karna dibiarkan begitu saja tanpa
dioptimalkan penggunaanya, bahkan ada lahan kosong warga yang menjadi tempat pembuangan
tanah urugan sisa pembangunan. Sehingga tanah perlu dilakukan pemerataan permukaan tanah
melalui kerja bakti bersama warga sekitar. Kemudian tanah yang sudah diratakan perlu
ditambahkannya kotoran kerbau sebagai pupuk guna merevitalisasi lahan menjadi produktif
kembali. Sehingga dapat dilakukan suatu pengembangan Urban Farming berbasis agrowisata
yang mampu mencetak Technopreneur unggul. Sumber air utama pada jaringan irigasi yang ada
saat ini belum mampu mencukupi kebutuhan pengairan lahan ketika musim kemarau. Dimana
saluran irigasi eksisting di Kiringan bersumber pada mata air dari anak Sungai Dadali yang
sering menyusut volume air nya saat kemarau. Sumber air lain berupa air PDAM yang
merupakan alternatif warga untuk mengairi lahan bercocok tanam mereka di musim kemarau,
hanya saja masih terdapat beberapa kendala dalam proses distribusi air terkait penyiraman
tanaman dimana hal tersebut masih dilakukan secara konvensional yaitu menyiram tanaman
dengan ember maupun selang. Sehingga, model pemeliharaan penyiraman tanaman belum bisa
dikatakan efisien. Kendala utama dalam pendistribusian air yang bersumber dari sumur
disebabkan oleh tidak dapat dibangunnya sumur di daerah Kiringan walaupun dengan desain
sedalam apapun air sumur tidak keluar. Sehingga semua warga menggunakan PDAM guna
mendukung kegiatan bercocok tanam mereka. Perlu adanya suatu inovasi pemanfaatan teknologi
untuk pendistribusian air guna pemeliharaan dan penyiraman tanaman secara otomatis. Menilik
balik bahwasanya masalah utama kegiatan pemanfaatan lahan adalah menyoal perawatan yang
dirasa memberatkan ketika setiap waktu perlu dimonitoring. Selain itu, musuh utama ketika
warga bercocok tanam adalah gangguan ayam dan hama lainnya. Sehingga perlu adanya suatu
tempat yang mampu melindungi tanaman sehingga lebih produktif dan efisien.
BAB IV
STRATEGI PERMASALAHAN
4.2 Strategi Optimalisasi Pengelolaan Lahan Bekas Urugan Guna Mendukung Urban Farming
di Kampung Organik Tidar Asri
Perlu adanya penggalakan kegiatan pengelolaan Smart Garden sebagai wujud
implementasi Urban Farming yang berbasis Agrowisata dan mampu mencetak Technopreneur
yang unggul. Adapun faktor penting dalam proses pengelolaan Smart Garden dapat dilihat dari
beberapa aspek terkait variabel tanah, air, pupuk, model penanaman, lokasi penanaman, SDM,
perawatan dan pemeliharaan tanaman yang memiliki dampak langsung terhadap produktifitas
tanaman. Dalam hal ini, solusi yang ditawarkan adalah dibangunnya Green House sederhana
yang mampu mendukung jalannya kegiatan bercocok tanam yang aman dan produktif. Selain itu
juga didukung dengan adanya inovasi terkait teknologi authomatic penyiraman tanaman yang
mendeteksi temperatur tanah hingga otomatis air akan menyemprot tanaman ketika sensor
pendeteksi temperatur tanah menunjukan bahwasanya tanaman perlu disiram.
Adapun Smart Garden itu perlu adanya eksistensi guna menarik minat khalayak umum
yang notabenya bisa dijadikan sebagai wisata edukasi, agrowisata, dan aset performance daerah
setempat. Maka dilakukanlah plangisasi dengan membuat plang menarik bertuliskan nama keren
kampung Kiringan RT 02 Rw 02 yaitu Kampung Organik Tidar Asri supaya lebih dikenal di
luaran sana. Selain itu, juga dibuat pagar yang bernuansa kebudayaan lokal dengan
memanfaatkan limbah botol plastik dengan melibatkan masyarakat setempat. Guna
meminimalisir limbah rumah tangga dan menciptakan suatu tatanan yang estetik dengan
memperhatikan lingkungan sekitar agar lebih harmonis dan ramah lingkungan. Harapannya
dengan adanya kegiatan ini mampu meningkatkan pendapatan daerah setempat ketika sudut
pandang kita dari aspek ekonomi.