Anda di halaman 1dari 53

STEP 1

 Mortalitas : Peristiwa hilangnya tanda kehidupan secara permanen setiap saat setelah
kelahiran berlangsung (mati). Jumlah kematian di suatu populasi
 SDGs : Sustainable development goal/tujuan pembangunan berkelanjutan yang menjaga
kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan. Pada tahun 2030.
Berisikan 17 tujuan dengan total indikator 169 capaian. Lanjutan dari MDGs
 Demografi : ilmu kependudukan adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan
manusia. Meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk serta bagaimana jumlah
penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, dan penuaan.
Demos : rakyat, grafein : menulis (tulisan mengenai penduduk)
 AKI : banyaknya wanita yang meninggal dalam suatu penyebab kematian terkait dengan
penanganannya.
Kematian ibu yang terjadi saat kelahiran atau 42 hari setelah kelahiran akibat kelahiran
tsb ataupun yang memperberat kehamilan, kecuali karena kecelakaan.
Per 100000 kelahiran bayi
 RPJMN tenokrat : Rencana pembangunan jangka menengah nasional yang digunakan
saat ini (2020-2024)
STEP 2
1. Sebutkan 3 komponen dari demografi?
2. Bagaimana cara menurunkan AKI dan AKB?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi mortalitas?
4. Apa saja macam-macam ukuran mortalitas?
5. Bagaimana cara menurunkan mortalitas?
6. Apa saja penyebab dari AKI?
7. Apa tujuan dan manfaat dari demografi?
8. Apa saja target dari SDGs?
9. Mengapa angka kematian ibu di negara berkembang jauh lebih tinggi daripada di negara
maju?
10. Berapa capaian angka kematian ibu oleh SDGs?
11. Apa saja faktor yang mempengaruhi AKI?
12. Bagaimana sumber informasi mengenai mortalitas?
13. Apa perbedaan dari studi mortalitas dengan mortalitas penduduk?
14. Apa saja masalah yang timbul akibat mortalitas?
15. Bagaimana upaya yang perlu dilakukan dalam pemecahan masalah mortalitas?
16. Apa saja penyebab dari kematian?
17. Bagaimana hubungan sosial ekonomi dengan mortalitas?
18. Bagaimana perbedaan pola mortalitas di negara berkembang dengan negara maju?
19. Apa saja target dari RPJMN 2015-2019 dan 2020-2024 dalam bidang kesehatan?

STEP 3
1. Sebutkan 3 komponen dari demografi?
Terdapat 2 sumber
Terdiri dari 5 komponen donal j
 Fertilitas
Lahirnya seorang bayi dari perempuan dengan adanya tanda-tanda kehidupan
 Mortalitas
Jumlah kematian dalam suatu populasi
 Perkawinan
Merubah status seseorang daribujangan janda/duda menjadi kawin dibedakan menjadi
menikah, belum menikah, janda, duda
 Migrasi penduduk
Perpindahan dari desa ke kota dengan tujuan menetap
 Mobilitas penduduk
Perpindahan bersifat sementara/tidak menetap
Dibagi menjadi 2
Pendorong : perubahan fungsi sosial, ekspansi teritorial, situasi politik
Penghambat : tingkat pendidikan yang rendah, merasa cukup dengan kehidupannya,
kemiskinan, tingkat pendidikan
Sumber lain : 3 komponen Kelahiran, kematian, migrasi

2. Apa tujuan dan manfaat dari demografi?


 Membant pemerintah dalam melakukan evaluasi kinerja pembangunan
 Membantu pemerintah dalam perencanaan pembangunan di berbagai bidang
 Mengetahui tingkat perkembangan ekonomi suatu negara
 Mengetahui tingkat harapan hidup rata-rata penduduk
Tujuan
 Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam satu daerah tertentu
 Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penurunannya, dan persebarannya
dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia
 Mengembangkan hub sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan
bermacam-macam aspek organisasi sosial
 Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk dimasa yang akan datang dan
kemungkinan konsekuensinya

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi mortalitas?


 Status perkawinan
Penduduk yang sudah menikah lebih rendah dari yang sudah menikah
 Tempat tinggal
Mortalitas di pedesaan lebih rendah dari di perkotaan
 Cara hidup
Kondisi sosial memuaskan maka angka kematian menurun, jika kebiasaan hidup
buruk spt merokok maka meningkatkan angka mortalitas
Genetik

Faktor langsung : seperti usia, jenis kelamin, penyakit, kecelakan


Tidak langsung : tekanan fisik dan psikis, kedudukan dalam perkawinan.
Kedudukan sosial ekonomi, tingkat pendidikan, pekerjaan, fasilitas kesehatan, dan
kemampuan pencegahan penyakit

 Faktor mendorong mortalitas


Rendahnya kesadaran masyarakat mengenai kesehatan
Fasilitas kesehatan belum memadai
Terjadi bencana alam
Terjadinya peperangan, wabah penyakit, pembunuhan
 Faktor menghambat
Fasilitas kesehatan yang memadai, banyaknya petugas kesehatan, tingkat kesadaran
masyarakat tinggi, alat-alat kesehatan yang memadai.

4. Apa saja penyebab dari kematian?


 Usia
Pengaruh terhadap lansia  tingkat kematian tinggi
 Penyakit yang tidak menular
Penyakit yang tidak berpindah antar individu sehingga kematian lebih sedikit
daripada yang menular
 Penyakit menular
 Kehamilan atau proses persalinan ibu
 Gizi buruk
 Ketersediaan senjata
 Bunuh diri
Secara langsung : akibat dari pengendalian penyakit, gizi, kecelakaan, cara hidup
Tidak langsung : sosial ekonomi, pendidikan (semakin rendah, tingkat mortalitas tinggi),
pekerjaan, institusi (pelayanan kesehatan kurang memadai)
Kebudayaan (kepercayaan mengenai suatu penyakit)

5. Apa perbedaan dari studi mortalitas dengan mortalitas penduduk?


Studi mortalitas baginan dari komponen skrt (durvei kesehatan rumah tangga) yang
mengumpulkan data kematian masyarakat.
Melalui studi mortalitas dapat mengetahui pola penyebaran, penyebab kematian, dan
besarnya masalah.

6. Bagaimana sumber informasi mengenai mortalitas?


 Sensus dan survei penduduk
Kegiatan sesaat yang digunakan untuk mengumpulkan data penduduk terutama data
mortalitas, bisa berupa langsung (diperoleh dengan menanyakan langsung) tidak
langsung (melalui pertanyaan golongan penduduk tertentu misal anak, ayah)
 Registrasi penduduk
Proses pencatatan setiap saat secara lebih luas dan mendalam

 Sistem registrasi vital (kurang valid)


Kejadian kematian yang dicatat segera setelah kematian terjadi
 Sensus penduduk
 Penelitian : dilakukan bersamaan dengan kelahiran
 Estimasi : dengan mengamati tahapan kehidupan dari waktu ke waktu
Data bisa didapat dari rs, dinas pemakaman, dan kantor polisi

7. Apa saja macam-macam ukuran mortalitas?


 Angka kematian kasar
 Angka kematian ibu
Banyaknya kematian perempuan pada saat kehamilan atau 42 hari setelah persalinan
tanpa memandang lama dan tempat persalinan yang disebabkan karena kehamilan.
Per 100000 kelahiran hidup. Digunakan untuk mendapat informasi mengenai MMR
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pemerintah mengenai kehamilan ibu
 AKB
Banyaknya kematian bayi berusia dibawah 1 tahun per 1000 kelahiran hidup per 1
tahun tertentu
 Angka kematian neonatal
Kematian yang terjadi sebelum berusia 1 bulan/28 hari per 1000 kelahiran hidup
pada tahun tertentu
 Angka kematian post neonatal
Kematian yang terjadi pada bayi yang berusia 1 bulan- kurang dari 1 tahun per 1000
kelahiran hidup pada satu tahun tertentu
 Angka kematian anak
Jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama 1 tahun tertentu per 1000 anak pada
usia anak yang sama pada tahun tertentu
 Angka kematian balita
Jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak
dengan usia yang sama pada pertengahan tahun dihitung dengan kematian bayi
 Angka kematian menurut usia
Jumlah kematian yang terjadi pada umur tertentu per 1000 penduduk per kelompok
umur tsb
 Peri natal mortality rate
Kematian janin pada usia >28 minggu ditambah kematian dibawah 1 tahun dalam
satu tahun per 1000 jumlah hidup dalam satu tahun

8. Apa saja masalah yang timbul akibat mortalitas?


 Angka harapan hidup bertambah perlu adanya fasilitas pemerintah. Angka harapan
hidup digunakan sebagai indikator kemajuan suatu negara
 Mortalitas berhub dengan laju pertumbuhan penduduk.
 Pengurangan SDM

9. Bagaimana hubungan sosial ekonomi dengan mortalitas?


Berhubungan dengan cara hidup, semakin bagus sosial ekonomi maka cara hidup/ kebiasan
hidup dinilai dari (segi kualitas perumahan, kebersihan, kesehatan) angka kematian akan
menurun.
Sosial ekonomi yang rendah menjadi pendukung langsung kematian peri natal (kesulitan
memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari)
Pendidikan yang rendah, shg tidak mengetahui mengenai pelayanan kesehatan saat
kehamilan

10. Bagaimana perbedaan pola mortalitas di negara berkembang dengan negara maju?

11. Bagaimana cara menurunkan mortalitas?


 Seluruh ibu hamil diharuskan mendapat pelayanan mengenai kehamilan, persalinan,
hingga nifas
 Pelayanan yang diberikan harus bermutu
 Prioritas bersalin di rs ditujukan pada ibu hamil dengan riwayat obstetri buruk,dan
komplikasi
 Melalui kebijakan sanitasi (ketersediaan air bersih, penanganan sampah dan limbah)
 Kebijakan vaksin dan imunisasi, menekan angka mortalitas anak
Vaksin yang dilemahkan : polio, rubela, rotavirus
Vaksin inaktif : influenza, rabies, hepatitis
Vaksin rekombinan : hepatitis b, tifoid, dtp dll
 Memperbanyak dan meningkatkan kualitas tenaga kesehatan
 Memperbanyak pengembangan riset terutama mengenai obat-obatan.

12. Apa saja penyebab dari AKI?


Karena perdarahan (setelah melahirkan), infeksi, eklampsi dan pre eklampsi, aborsi yang
tidak aman sisanya berhubungan dengan penyakit seperti malaria, dan hiv aids.
 Penyebab langsung
Perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, partus lama/macet, abortus
Di indonesia terdapat 3 penyebab utama : perdarahan, hdk, dan infeksi
 Penyebab tidak langsung
Ibu hamil yang meninggal akibat penyakit tb, malaria, anemia, hiv aids.
(Disebabkan oleh non obstetri)

Dipengaruhi oleh
 Determinan jauh
Pendidikan, pekerjaan, keberadaan perempuan
Status keluarga (pendidikan keluarga, penghasilan, status pekerjaan keluarga)
Status masyarakat
 Determinan antara
Status gizi, penyakit menahun pada ibu hamil, usia (resiko kehamilan), jarak
kehamilan, akses pelayanan kesehatan reproduksi, status perkawinan, perilaku sehat
berhub dengan alat kontrasepsi
 Determinan dekat
Kejadian saat hamil, (berpengaruh dalam resiko terjadinya mortalitas), komplikasi
pada kehamilan (Perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, partus
lama/macet, abortus)

13. Apa saja faktor yang mempengaruhi AKI?


 Status kesehatan ibu dan persiapan kehamilan
 Pertolongan persalinan
 Perawatan segera setelah persalinan
 Status antenatal
 Penyediaan fasilitas oleh pemerintah (ponek, poned, posyandu)

14. Bagaimana cara menurunkan AKI dan AKB?


 Seluruh ibu hamil diharuskan mendapat pelayanan mengenai kehamilan, persalinan,
hingga nifas
 Pelayanan yang diberikan harus bermutu
 Prioritas bersalin di rs ditujukan pada ibu hamil dengan riwayat obstetri buruk,dan
komplikasi
 Melalui kebijakan sanitasi (ketersediaan air bersih, penanganan sampah dan limbah)
 Kebijakan vaksin dan imunisasi, menekan angka mortalitas anak
Vaksin yang dilemahkan : polio, rubela, rotavirus
Vaksin inaktif : influenza, rabies, hepatitis
Vaksin rekombinan : hepatitis b, tifoid, dtp dll
 Memperbanyak dan meningkatkan kualitas tenaga kesehatan
 Memperbanyak pengembangan riset terutama mengenai obat-obatan.
 Obat yang disediakan dalam suatu sistem pelayanan kesehatan
 Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kehamilan
 Meningkatkan riset litbang

15. Mengapa angka kematian ibu di negara berkembang jauh lebih tinggi daripada di negara
maju?
 Tenaga kesehatan pada negara berkembang belum memenuhi sehingga kualitas
kesehatan berbeda dengan negara maju
 Fasilitas kesehatan pada negara berkembang belum memenuhi
 Penyebaran tenaga kesehatan
 Kesalahan dalam mendata mortalitas pada negara berkembang dipengaruhi oleh
sarana prasarana yang memadai pada negara berkembang

16. Berapa capaian angka kematian ibu oleh SDGs?


17. Apa saja target dari SDGs?
18. Apa saja target dari RPJMN 2015-2019 dan 2020-2024 dalam bidang kesehatan
STEP 4

DEMOGRAFI

MORTALITAS SUMBER INFORMASI :

- Sistem Registarsi Vital


FERTILITAS MIGRASI - Survei Dan Snsus
- Penelitian
- Perkiraan /Estimasi
- Rumah sakit

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ::


MORTALITAS
 LANGSUNG :
- Usia
- Penyakit
- Bunuh Diri
 TIDAK LANGSUNG MASALAH-MASALAH YANG
- Pekerjaan TERKAIT :
- Tempat Tinggal Dan Lingkungan -SUMBER DAYA MANUSIA
- Tingkat Pencemaran Lingkungan UKURAN MORTALITAS :
- Faskes Yang Rendah - MASALAH KESEHATAN
- TINGKAT KEMATIAN KASAR /CDR
- Bencana Alam - TINGKAT KEMATIAN KHUSUS - MASALAH EKONOMI
UMUR / ASDR
- TINGKAT KEMATIAN BAYI /IMR
- ANGKA KEMATIAN BALITA/AKBa
- ANGKA KEMATIAN ANAK/AKA
- ANGKA KEMATIAN IBU /AKI 
Maternal mortality rate dan
maternal mortality ratio UPAYA
MORTALITAS :

- Menyediak
an FASKES
yang
bermutu
- Mengemb
angkan
riset dalam
menemuka
n obat-
obata
STEP 7
1. Sebutkan 3 komponen dari demografi?
- Fertilitas
 Faktor pendorong kelahiran (pronatalitas)
• Anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.
• Sifat alami manusia yang ingin melanjutkan keturunan.
• Pernikahan usia dini (usia muda).
 Faktor penghambat kelahiran (antinatalitas)
• Program Keluarga Berencana (KB).
• Kemajuan di bidang iptek dan obat-obatan.
• Peraturan pemerintah tentang pembatasan tunjungan anak bagi PNS.
• UU perkawinan yang membatasi dan mengatur usia pernikahan.
• Penundaan usia pernikahan karena alasan ekonomi, pendidikan dan karir.
• Adanya perasaan malu bila memiliki banyak anak.
- Migrasi
 Persebaran penduduk erat kaitannya dengan tingkat hunian
 Sekitar 60% penduduknya tinggal di Pulau Jawa yang hanya memiliki luas ±
6,9% dari luas wilayah daratan Indonesia.
Permasalahan ini terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana sosial,
kesempatan kerja, stabilitas keamanan, serta pemerataan pembangunan

- Mortality
 Faktor pendorong kematian (promortalitas)
• Wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung dan sebagainya.
• Bencana alam
• Kesehatan : Kesadaran tentang kesehatan, Gizi, Fasilitas Kesehatan.
• Peperangan, kecelakaan
• Kondisi Lingkungan : Pencemaran, krisis Air.
 Faktor penghambat kematian (antimortalitas)
• Tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat yang sudah baik.
• Negara dalam keadaan aman dan tidak terjadi peperangan.
• Adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai macam
penyakit dapat diobati.
• Adanya pemahaman agama yang kuat oleh masyarakat.

a. kelahiran (fertilitas),
Fertilitas dalam pengertian demografi adalah Kemampuan rill seorang wanita
untuk melahirkan. (Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI “Dasar-
Dasar Demografi” : 7).
Proses lahirnya seorang bayi dari rahim perempuan dengan adanya tanda2
kehidupan, seperti bernafas, bergerak, menangis, dsb....atau kemampuan wujud
reproduksi aktual dari seorang wanita atau individu

b. kematian (mortalitas),
Mortalitas atau kematian adalah Peristiwa menghilangnya semua tanda –tanda
kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran
hidup. ( Ida Bagoes Mantra , “Demografi Umum “, 2000 : 115).

c. perkawinan,
Perkawinan merubah status seseorang dari bujangan atau janda/duda
menjadi berstatus kawin.
Dalam demografi status perkawinan penduduk dapat dibedakan menjadi status
belum pernah menikah, menikah, pisah atau cerai, janda atau duda.
Di daerah dimana pemakaian KB rendah, rata-rata umur penduduk saat menikah
pertama kali serta lamanya seseorang dalam status perkawinan akan
mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat fertilitas.  Usia kawin dini menjadi
perhatian penentu kebijakan serta perencana program karena berisiko tinggi
terhadap kegagalan perkawinan, kehamilan usia muda yang berisiko kematian
maternal, serta risiko tidak siap mental untuk membina perkawinan dan menjadi
orangtua yang bertanggung jawab.

d. migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap disuatu
tempat ke tempat lain melampaui batas politik / negara ataupun batas
administrative / batas bagian dalam suatu negara.
Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahan penduduk yang relatif
permanen dari suatu daerah ke daerah lain . (Lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi UI “Dasar-Dasar Demografi” : 9).
e. mobilitas sosial.
perpindahan status seseorang atau kelompok dari satu kedudukan ke kedudukan
lain.
Perpindahan penduduk (migrasi atau mobilitas) merupakan salah satu dari tiga
komponen utama pertumbuhan penduduk yang dapat menambah atau
mengurangi jumlah penduduk.Komponen ini bersama dengan kelahiran dan
kematian mempengaruhi dinamika penduduk di suatu wilayah seperti jumlah,
komposisi, dan distribusi keruangan.Tinjauan migrasi secara regional sangat
penting dilakukan terutama terkait dengan kepadatan dan distribusi penduduk
yang tidak merata, adanya faktor-faktor pendorong dan penarik bagi penduduk
untuk melakukan migrasi, kelancaran sarana transportasi antar wilayah, dan
pembangunan wilayah dalam kaitannya dengan desentralisasi pembangunan.

Migrasi penduduk adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota yang


bertujuan untuk tinggal menetap di kota. Sedangkan Mobilitas Penduduk berarti
perpindahan penduduk yang hanya bersifat sementara saja atau tidak menetap.
Faktor pendorong mobilitas sosial :
a. perubahan kondisi social
b. ekspansi teritorial (perluasan daerah)
c. pembagian kerja
d. situasi politik

Faktor penghambat mobilitas sosial :


a. tingkat pendidikan yang rendah
b. sudah puas dengan apa yang dimiliki
c. diskriminasi kelas
d. kemiskinan

KULIAH PAKAR FAKTOR DEMOGRAFI DAN DEMOGRAFI DR SURYANI


(Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI “Dasar-Dasar Demografi” : 9).

2. Apa tujuan dan manfaat dari demografi?


TUJUAN
 Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu.
 Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penurunannya dan persebarannya dengan
sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia.
 Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan
bermacam-macam aspek organisasi social.
 Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk di masa yang akan dating dan
kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya.
MANFAAT
 Mempelajari kuantitas, komposisi, dan distribusi penduduk dalam suatu daerah
tertentu serta perubahan-perubahannya.
 Menjelaskan pertumbuhan masa lampau dan mengestimasi pertumbuhan penduduk
di masa mendatang.
 Mengembangkan hubungan sebab-akibat antara perkembangan penduduk dan
bermacam-macam aspek pembangunan sosial, ekonomi, budaya, politik, lingkungan
dan keamanan.
 Memperlajari dan mengantisipasi kemungkinan dampak yang timbul dari
pertumbuhan penduduk di masa mendatang.
Sumber : Dasar-Dasar Demografi, Lembaga Demografi FE UI

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi mortalitas?


Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian dibagi menjadi dua yaitu:
1) Faktor langsung (faktor dari dalam), faktor tersebut antara lain dipengaruhi oleh
beberapa variabel yaitu:
a. Umur,
b. Jenis kelamin,
c. Penyakit,
d. Kecelakaan, kekerasan, bunuh diri.
2) Faktor tidak langsung (faktor dari luar), faktor tersebut antara lain dipengaruhi oleh
beberapa variabel yaitu:
a. Tekanan, baik psikis maupun fisik,
b. Kedudukan dalam perkawinan,
c. Kedudukan sosial-ekonomi,
d. Tingkat pendidikan,
e. Pekerjaan,
f. Beban anak yang dilahirkan,
g. Tempat tinggal dan lingkungan,
h. Tingkat pencemaran lingkungan,
i. Fasilitas kesehatan dan kemampuan mencegah penyakit,
j. Politik dan bencana alam
Sumber ; Muhammad Arif Fahrudin Alfana, dkk. 2015. Mortalitas di Indonesia
(Sejarah Masa Lalu dan Proyeksi ke Depan). Yogyakarta

4. Apa saja penyebab dari kematian?


Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian dibagi menjadi dua yaitu:
3) Faktor langsung (faktor dari dalam), faktor tersebut antara lain dipengaruhi oleh
beberapa variabel yaitu:
e. Umur,
f. Jenis kelamin,
g. Penyakit,
h. Kecelakaan, kekerasan, bunuh diri.
4) Faktor tidak langsung (faktor dari luar), faktor tersebut antara lain dipengaruhi oleh
beberapa variabel yaitu:
k. Tekanan, baik psikis maupun fisik,
l. Kedudukan dalam perkawinan,
m. Kedudukan sosial-ekonomi,
n. Tingkat pendidikan,
o. Pekerjaan,
p. Beban anak yang dilahirkan,
q. Tempat tinggal dan lingkungan,
r. Tingkat pencemaran lingkungan,
s. Fasilitas kesehatan dan kemampuan mencegah penyakit,
t. Politik dan bencana alam
Sumber ; Muhammad Arif Fahrudin Alfana, dkk. 2015. Mortalitas di Indonesia
(Sejarah Masa Lalu dan Proyeksi ke Depan). Yogyakarta

Faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas :


 Status perkawinan
Mortalitas penduduk yang sudah menikah ternyata lebih rendah dibandingkan dengan
yang belum menikah, dan perbedaan untuk pria lebih besar daripada wanita. Hal ini
sebagain disebabkan oleh faktor bahwa perkawinan biasanya mensyaratkan orang-
orang yang sehat, maupun karena perbedaan kebiasaan dan kondisi hidup.
 Tempat tinggal
Mortalitas di daerah pedesaan pada umumnya lebih rendah dibandingkan di daerah
kota, tetapi sekarang perbedaan tersebut sudah berkurang. Beberapa penyakit
menyerang daerah iklim panas, dan ada juga yang melanda tempat-tempat yang dingin;
akibatnya perbedaan iklim dapat juga menjadi faktor penyebab kematian. Atas dasar
alasan ini juga di tempat tinggal yang sama dapat terjadi fluktuasi mortalitas musiman.
 Cara hidup
Pada umumnya apabila kondisi sosial semakin memuaskan ( diukur dari segi kualitas
perumahan, kebersihan, pelayanan kesehatan, dan lain-lain ), angka kematian akan
menurun. Kebiasaan hidup, misalnya merokok, makan dan minum, dapat juga
mempengaruhi mortalitas.
 Faktor genetic
Beberapa penyakit ternyata dapat menular dari generasi yang satu ke generasi lain;
dengan demikian terdapat juga beberapa alasan tertentu mengapa para keluarga harus
berusaha memperpanjang masa kehidupan. Walaupun jumlah penyakit seperti itu tidak
begitu banyak, dan pengaruhnya terhadap mortalitas dirasakan tidak menentu. Dengan
demikian dewasa ini perbedaan keturunan secara komparatif dianggap tidak berarti.
Munir, Rozi dan Budiarto, Teknik Demografi, Jakarta : PT. Bina Aksara

Faktor pendorong kematian (promortalitas)


 Adanya wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung dan sebagainya.
 Adanya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan sebagainya.
 Kesehatan serta pemenuhan gizi penduduk yang rendah.
 Adanya peperangan, kecelakaan, dan sebagainya.
 Tingkat pencemaran yang tinggi sehingga lingkungan tidak sehat.
 Sarana kesehatan yang kurang memadai
 Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
Faktor penghambat kematian (antimortalitas)
 Tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat yang sudah baik. Termasuk
fasilitas kesehatan yang tersedia dengan lengkap
 Negara dalam keadaan aman dan tidak terjadi peperangan.
 Adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai macam penyakit
dapat diobati.
 Adanya pemahaman agama yang kuat oleh masyarakat.
 Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk
 Lingkungan hidup yang sehat
Ekonomi Kependudukan: Teori dan Kebijakan Prof. Dr. Sutyastie Soemitro
Remi, M.S., dan Dr. Ferry Hadiyanto, M.A., Universitas Padjajaran

a. Faktor umum
Masih banyak terjadi perkawinan, kehamilan dan persalinan di luar kurun waktu
reproduksi ynag sehat, terutam pada usia muda. Risiko kematian pada kelompok
umur di bawah 2 tahun dan di atas 35 tahun adalah 3xlebih tinggi dari kelompok
umur reproduksi sehat (20-34 tahun)
b. Factor paritas
Grandmultipara, yaitu ibu dnegna jumlah kehamilan dan persalinan lebih dari 6 kali
masih banyak terdapat. Risiko kematian maternal dari golongan ini 8 kali lebih tinggi
dari lainnya
c. Factor perawatan antenatal
Masih rendahnya kesadaran ibu-ibu hamil untuk memeriksa kandungannya pada
sarana kesehatan, sehingga factor-faktor yang sesungguhnya dapat dicegah atau
komplikasi kehamilan yang dapat diperbaiki serta diobati tidak segera dapat
ditangani. Seringkali mereka dating setelah keadaannya buruk
d. Factor penolong
Sekitar 70-80% persalinan masih ditolong oleh dukun beranak, baru setelah
persalinan terlantar dan tidak dapat maju serta disertai gejala komplikasi yang berat
(infeksi, rupture uteri) kemudian dikirim ke fasilitas kebidanan yang memadai. Bila
sudah demikian, apapun yang kita usahakan kadang kala tidak dapat menolong ibu
maupun anaknya
e. Factor sarana dan fasilitas
Misalnya sarana fasilitas rumah sakit, penyediaan darah dan obat2an yang merah dan
terjangkau oleh masyarakt, desediakannya fasilitas anastesi, transportasi dan
sebagainya
f. Factor lainnya
Yaitu factor sosia ekonomi, kepercayaan dan budaya masyarakat, pendidikan dan
ketidaktahuan, dan sebagainya
g. Factor system rujukan
Agar supaya pelayanan kebidanan mudah dicapai, pemerintah telah menetapkan
seorang ahli kebidanan disetiap ibukota kabupaten, namun belum seluruh ibukota
kabupaten dapat diisi, oleh karena itu rujukan kasus kebidanan belum sempurna
Sumber : Sinopsis Obstetri jilid 2, EGC

5. Apa perbedaan dari studi mortalitas dengan mortalitas penduduk?


Studi mortalitas : bagian dari survei kesehatan rumah tangga yang mengumpulkan data
penyakit sebab kematian di masyarakat
Mortalitas penduduk : ukuran, jumlah penduduk yang mati pada suatu populasi, daerah,
atau negara per dikali satuan.
Sumber : Faqih, Ahmad. Kependudukan : Teori, Fakta dan Masalah untuk mahasiswa dan
umum. Yogyakarta : Dee Publish

Study mortalitas
Studi mortalitas adalah bagian dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang
mengumpulkan data penyakit sebab kematian yang terjadi di masyarakat.
Studi mortalitas bertujuan mengetahui pola penyakit penyebab kematian dan besaran
permasalahan kematian di masyarakat Indonesia. Gambaran pola penyakit dan besaran
permasalahan akan merupakan baseline indikator bagi program kesehatan menuju Indonesia
Sehat 2010, outcome indikator dari program-program kesehatan yang telah dilakukan, serta
indikator proses dari program yang sedang berjalan.

Mortalitas adalah Peristiwa hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang
bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa
menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat
setelah kelahiran hidup.
Sumber : Mantra, Ida Bagoes.2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta

6. Bagaimana sumber informasi mengenai mortalitas?


Sumber data angka mortalitas
a. registrasi penduduk
Cara pengumpulannya prospektif yaitu pencatatan yang kontinyu terhadap tiap-tiap
peristiwa kematian
b. penelitian (survei)
biasanya dijadikan satu dengan penelitian kelahiran (fertilitas) yang disebut dengan
penelitian statistik vital
c. sensus penduduk, ditanyakan :
 jumlah perempuan yang pernah kawin menurut umur,
 jumlah anak yang dilahirkan hidup,
 jumlah anak yang meninggal, dan
 jumlah anak yang masih hidup
Dari informasi di atas dibuat perkiraan (estimasi) mengenai tingkat kematian bayi dan tingkat
kematian anak
Mantra, Ida Bagoes, 2003, Demografi Umum, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Buku pegangan pengantar kependudukan jilid 1

a. Sistem registrasi vital Apabila sistem ini bekerja dengan baik merupakan sumber data
kematian yang ideal. Di sini, kejadian kematian dilaporkan dan dicatat segera setelah
peristiwa kematian tersebut terjadi. Di Indonesia, belum ada sistem registrasi vital yang
bersifat nasional, yang ada hanya sistem registrasi vital yang bersifat bersifat lokal, dan hal
ini tidak sepenuhnya meliputi semua kejadian kematian pada kota-kota itu sendiri. Dengan
demikian di Indonesia tidak mungkin memperoleh data kematian yang baik dari sistem
registrasi vital.
b. Sensus dan survei penduduk Sensus dan survei penduduk merupakan kegiatan sesaat
yang bertujuan untuk mengumpulkan data penduduk, termasuk pula data kematian. Berbeda
dengan sistem registrasi vital, pada sensus atau survei kejadian kematian dicacat setelah
sekian lama peristiwa kejadian itu terjadi. Data ini diperoleh melalui sensus atau survei
dapat digolongkan menjadi dua bagian : Bentuk langsung (Direct Mortality Data) Data
kematian bentuk langsung diperoleh dengan menanyakan kepada responden tentang ada
tidaknya kematian selama kurun waktu tertentu. Apabila ada tidaknya kematian tersebut
dibatasi selama satu tahun terakhir menjelang waktu sensus atau survei dilakukan, data
kematian yang diperoleh dikenal sebagai ‘Current mortality Data’. Bentuk tidak langsung
(Indirect Mortalilty Data) Data kematian bentuk tidak langsung diperoleh melalui
pertanyaan tentang ‘Survivorship’ golongan penduduk tertentu misalnya anak, ibu, ayah
dan sebagainya. Dalam kenyatana data ini mempunyai kualitas lebih baik dibandingkan
dengan data bentuk langsung. Oleh sebab itu data kematian yang sering dipakai di
Indonesia adalah data kematian bentuk tidak langsung dan biasanya yaitu data
‘Survivorship’ anak. Selain sumber data di atas, data kematian untuk penduduk golongan
tertentu di suatu tempat, kemungkinan dapat diperoleh dari rumah sakit, dinas pemakaman,
kantor polisi lalu lintas dan sebagainya.
c. Penelitian Penelitian kematian penduduk biasanya dilakukan bersamaan dengan
penelitian kelahiran yang disebut dengan penelitian statistik vital.
d. Perkiraan (estimasi) Tingkat kematian dapat diperkirakan menggunakan pendekatan
tidak langsung. Pendekatan tidak langsung tersebut dilakukan dengan cara mengamati
tahapan kehidupan dari waktu ke waktu. Pendekatan tidak langsung ini memiliki tiga
kesulitan utama yaitu terbatasnya sumberdaya untuk memastikan data dan disertai
kesalahan pada sampling, tingkat mobilitas remaja yang tinggi menyebabkan remaja
terhindar dari sampling, dan tidak perkiraan struktur kematian yang tidak mudah (Wood
dan Nisbet, 1990). . (Alfana, hanif, dan iffani, 2015)

7. Apa saja macam-macam ukuran mortalitas?


A. Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR)
Konsep Dasar
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa
besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000
penduduk.Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur
penduduk.Penduduk tua mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan
dengan penduduk yang masih muda.
Kegunaan
Angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan
pengaruh umur penduduk. Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka
ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk
pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka kelahiran
Kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah.
Definisi
Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per
1000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu.
Rumus :
D
CDR= ×K
P
CDR =Crude Death Rate ( Angka Kematian Kasar)
D = Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu
P = Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun tertentu
K = Bilangan konstan 1000

B. Angka Kematian Ibu (AKI)


Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun
waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau
tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll
(Budi, Utomo. 1985).
Definisi
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil
atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat
persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan
karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.
Kegunaan
Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk pengembangan program
peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat
kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program
peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistim
rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami
siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi
Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.
Cara Menghitung
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per
100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas
umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000
kelahiran
Rumus
Jumlah Kematian Ibu
AKI = ×K
Jumlah Kelahiran Hidup
Dimana:
 Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu yang
disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada
tahun tertentu, di daerah tertentu.
 Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun
tertentu, di daerah tertentu.
 Konstanta =100.000 bayi lahir hidup.

C. Angka Kematian Bayi (AKB)


 Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai
bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan
kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua
macam yaitu endogen dan eksogen.
 Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal;
adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan
umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang
diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
 Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang
terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan
oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
 Kegunaan Angka Kematian Bayi dan Balita
 Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat
dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk
pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi
yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang
berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka
kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan
kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti
tetanus.
 Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta
Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta
program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak,
program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak
dibawah usia 5 tahun.
Definisi
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu
tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Cara Menghitung:
D 0 −¿ 1 th
AKB= ¿K
∑ Lahir Hidup
 AKB = Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate (IMR)
 D 0-<1th = Jumlah Kematian Bayi (berumur kurang 1 tahun) pada satu tahun tertentu di
daerah tertentu.
 ∑lahir hidup = Jumlah Kelahiran Hidup pada satu tahun tertentu di daerah tertentu (lihat
modul fertilitas untuk definisi kelahiran hidup).
 K = 1000
Sumber Data
Data mengenai jumlah anak yang lahir jarang tersedia dari pencatatan atau registrasi
kependudukan, sehingga sering dibuat perhitungan/estimasi tidak langsung dengan program
"Mortpak 4". Program ini menghitung AKB berdasarkan data mengenai jumlah Anak yang
Lahirkan Hidup (ALH) atau Children Ever Born (CEB) dan Jumlah Anak Yang Masih Hidup (AMH)
atau Children Still Living (CSL) (catatan: lihat definisi di modul fertilitas).
D. Angka Kematian Neonatal (AKN) : Jumlah kematian bayi usia 0 – 1 bln.
Definisi
Angka Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan atau
28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Rumus

Angka Kematian Neo−natal=


∑ D 0−¿ 1 bulan ×K
∑ LahirHidup
Keterangan :
 Angka Kematian Neo-Natal =Angka Kematian Bayi umur 0 - < 1bulan
 ∑ D 0-<1bulan = Jumlah Kematian Bayi umur 0 - kurang 1 bulan pada satu tahun tertentu di
daerah tertentu.
 ∑ lahir hidup = Jumlah Kelahiran hidup pada satu tahun tertentu di daerah tertentu
 K = 1000

E. Angka Kematian Postneonatal (AKP)


Definisi
Angka Kematian Post Neo-natal atau Post Neo-natal Death Rate adalah kematian yang
terjadi pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai dengan kurang 1 tahun per 1000
kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Rumus

Angka Kematian Post Neo−natal=


∑ D 1 bulan−¿ 1 tahun ×K
∑ Lahir Hidup
Keterangan :
 Angka Kematian Post Neo-Natal = angka kematian bayi berumur 1 bulan sampai
dengan kurang dari 1 tahun
 ∑ D1bulan-<1tahun = Jumlah kematian bayi berumur satu bulan sampai dengan
kurang dari 1 tahun pada satu tahun tertentu & daerah tertentu
 ∑ lahir hidup = Jumlah kelahiran hidup pada satu tahun tertentu & daerah tertentu
 K = konstanta (1000)

F. Angka Kematian Anak (AKA)


 Yang dimaksud dengan anak (1-4 tahun) disini adalah penduduk yang berusia
satu sampai menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 sampai dengan 4 tahun 11 bulan
29 hari.
 Angka Kematian Anak mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan yang
langsung mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Angka Kematian Anak akan
tinggi bila terjadi keadaan salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri dan
kebersihan yang buruk, tingginya prevalensi penyakit menular pada anak, atau
kecelakaan yang terjadi di dalam atau di sekitar rumah (Budi Utomo, 1985)
Definisi
Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu tahun
tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Jadi Angka
Kematian Anak tidak termasuk kematian bayi.

Rumus

Angka Kematian Anak (1-4 ) th =


∑ Kematian Anak (1-4 )th ×K
∑ Penduduk (1-4 ) th
Dimana:
 Jumlah kematian Anak (1-4)th =Banyaknya kematian anak berusia 1-4 th (yang
belum tepat berusia 5 tahun) pada satu tahun tertentu di daerah tertentu.
 Jumlah Penduduk (1-4) th =jumlah penduduk berusia 1-4 th pada pertengahan tahun
tertentu didaerah tertentu
 K = Konstanta, umumnya 1000.

G. Angka Kematian Balita (AKBa)


Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang
berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya
ditulis dengan notasi 0-4 tahun.
Definisi
Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun
tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian
bayi)
Cara Menghitung

Angka Kematian Balita ( 0-4) th =


∑ Kematian Balita ( 0-4 )th ×K
∑ Penduduk Balita ( 0-4 )th
Dimana :
 Jumlah Kematian Balita (0-4)th= Banyaknya kematian anak berusia 0-4 th pada satu
tahun tertentu di daerah tertentu
 Jumlah Penduduk Balita (0-4)th= jumlah penduduk berusia 0-4 th pada pertengahan
tahun tertentu di daerah tertentu
 K = Konstanta, umumnya 1000.

Ada 5 :
 Age Specific Date Rate (angka kematian menurut umur)
Menunjukkan jumlah kematian penduduk pada kelompok umur tertentu selama
satu tahun per jumlah penduduk pada pertengah tahun yang sama.
ASDRi = d/p x 1000
 Angka Kematian Bayi (IMR)
Menunjukkan banyaknya kematian bayi di bawah satu tahun per seribu kelahiran
hidup pada suatu tahun terntentu.
IMR = D/B x 1000
Factor endogen : angka kematian neonatal  terjadi saat bulan pertama kelahiran.
Factor Eksogen :angka kematian post neonatal  usia bayi yang mati di atas 1
bulan menjelang satu tahun.
 Angka Kematian Ibu bersalin (Maternal Mortality Rate)
Diberikan batasan sebagai angka kematian wanita akibat persalinan dan
komplikasi masa nifas
MMR= jumlah kematian wanita akibat persalinan dan masa nifas dalam satu
tahun kalender / jumlah lahir hidup dalam satu kalender yang sama x 100k
 Under 5 years mortality rate (U5YMR)
Jumlah kematian anak yang berusia 1tahun sampai 4 tahun 11 bulan 29 hari tahun
selama satu tahun tertntu per seribu anak umur yang sama.
U5YMR = jumlah kematian balita dalam satu tahun kalender/jumlah penduduk
balita pada pertengahan kalender satu tehun tersebut x 1000
 Perinatal Mortality Rate
Kematian janin pada kehamilan di atas 29 minggu + kematian bayi di bawah
umur 1 minggu dalam satu tahun kalender yang sama / jumlah lahir hidup dalam
tahun kalender yg sama x 1000
8. Apa saja masalah yang timbul akibat mortalitas?
Dampak positif (mortalitas meningkat)
 Ketersediaan lapangan kerja yang melimpah
 Dapat mengurangi angka ketergantungan
 Kesempatan berwirausaha semakin besar
 Meningkatkan produksi dan pengembangan ekonomi
 Mempercepat pembangunan, karena distribusi tidak banyak

Dampak negative (mortalitas menurun)


 Peningkatan angka kemiskinan
 Peningkatan angka pengangguran
 Penurunan lahan tempat tinggal dan cocok tanam
 Semakin banyak polusi
 Faktor resiko penurunan angka kesehatan
 Faktor resiko kesulitan ketersediaan pangan
 Penurunan angka kecukupan gizi
 Peningkatan kemungkinan wabah penyakit baru
 Tuntutan pembangunan
 Peningkatan kesenjangan ekonomi
 Menurunnya generasi penerus
 Penurunan kualitas SDM, terutama peningkatan AKI
Sumber : Faqih, Ahmad. Kependudukan : Teori, Fakta dan Masalah untuk mahasiswa dan
umum. Yogyakarta : Dee Publish

9. Bagaimana hubungan sosial ekonomi dengan mortalitas?


Tingkat mortalitas penduduk dalam masa tertentu dapat mempengaruhi proses
pembangunan ekonomi di masa yang akan datang. Sedikitnya kuantitas serta rendahnya
kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki suatu bangsa dapat menjadi penghambat bagi
bangsa itu sendiri dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. Selain itu, hubungan antara
pembangunan ekonomi dengan tingkat mortalitas penduduk sifatnya saling mempengaruhi
(Arshia et’al, 2013). Menurut Sulaiman (2015) peran human capital dan teknologi dalam
menentukan pertumbuhan telah mengalami perdebatan untuk waktu yang lama, dari dasar
teoritis sampai pengujian empiris.

- pendapatan keluarga bertambah atau naik sebesar satu satuan rupiah maka jumlah
kematian ibu akan berkurang atau turun sebesar 9,069E-7 satu satuan (orang). Koefisien
regresi yang bernilai negatif menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan keluarga
akan berdampak pada penurunan jumlah kematian ibu dengan asumsi bahwa variabel
yang lainnya dianggap konstan atau tetap.
- Apabila ada kenaikan pendapatan keluarga, daya beli atau kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan (permintaan jumlah barang atau jasa kesehatan) akan meningkat.
Ada hubungan (asosiasi) antara tingginya pendapatan dengan besarnya permintaan akan
pemeliharaan kesehatan, terutama dalam hal pelayanan kesehatan modern. Jika
pendapatan meningkat maka garis pendapatan akan bergeser kekanan sehingga jumlah
barang dan jasa kesehatan yang diminta meningkat
- Pada masyarakat yang berpendapatan lebih tinggi, daya beli atau kemampuan
memenuhi kebutuhannya dalam bidang kesehatan lebih tinggi daripada masyarakat
yang berpendapatan lebih rendah. Hal ini dikarenakan, pada masyarakat berpendapatan
rendah, akan mencukupi kebutuhan barang terlebih dahulu, setelah kebutuhan akan
barang tercukupi baru kemudian akan mengkonsumsi barang atau jasa kesehatan.
(Riyani Suryaningsih,2017, Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap
Tingginya Mortalitas Penduduk)
- Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007:17) mengatakan bahwa yang paling
mempengaruhi kesehatan seseorang adalah perilaku dan faktor non perilaku. Perilaku
sendiri terbentuk karena adanya proses pendidikan sebelumnya yang melalui beberapa
tahap hingga kemudian terbentuk pola perilakunya. Pendidikan, latar pendidikan formal
serta informal akan sangat berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan para ibu mulai
dari segi pikiran, perasaan maupun tindakannya.
- Adapun tempat tinggal tersebut terkait dengan aspek geografi misalnya tempat
tinggal berada di wilayah pedesaan atau perkotaan. Masyarakat dengan tingkat
kemampuan ekonomi yang rendah umumnya banyak terdapat di daerah pedesaan
dengan kondisi kesehatan yang rendah jika dibandingkan dengan masyarakat yang
hidup didaerah perkotaan. Hal ini disebabkan karena di daerah pedesaan jumlah fasilitas
kesehatan yang masih terbatas serta aspek aksesibilitas pelayanan kesehatan. Hasil
Riskesdas juga menunjukkan bahwa cakupan program kesehatan ibu dan reproduksi
umumnya rendah pada ibu-ibu di pedesaan dengan tingkat pendidikan dan ekonomi
rendah (Kementerian Kesehatan, 2011).
- Daya beli atau kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya di bidang
kesehatan berbeda antar masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya. Pada
masyarakat yang berpendapatan lebih tinggi, daya beli atau kemampuan memenuhi
kebutuhannya dalam bidang kesehatan lebih tinggi daripada masyarakat yang
berpendapatan lebih rendah. Hal ini dikarenakan, pada masyarakat berpendapatan
rendah, akan mencukupi kebutuhan barang terlebih dahulu, setelah kebutuhan akan
barang tercukupi baru kemudian akan mengkonsumsi barang atau jasa kesehatan.
Sumber: Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Tingginya Mortalitas
Penduduk oleh Riyani Suryaningsih Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

10. Bagaimana perbedaan pola mortalitas di negara berkembang dengan negara maju?
Pola penyebab kematian, pola kematian berdasar umur, jenis kelamin, geografi, sosek
Di Indonesia transisi epidemiologi menyebabkan terjadinya pergeseran pola penyakit, di
mana penyakit kronis degeneratif sudah terjadi peningkatan. Penyakit degeneratif
merupakan penyakit tidak menular yang berlangsung kronis seperti penyakit jantung,
hipertensi, diabetes, kegemukan dan lainnya. Kontributor utama terjadinya penyakit kronis
adalah pola hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, pola
makan dan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, stres, dan pencemaran lingkungan.
Sehingga Indonesia menanggung beban ganda penyakit di bidang kesehatan, yaitu penyakit
infeksi masih merajalela dan ditambah lagi dengan penyakit penyakit kronik
degeneratif
kematian cenderung lebih banyak di perdesaan daripada perkotaan. Hal ini dapat
disebabkan antara lain karena kurang meratanya distribusi tenaga kesehatan di wilayah
perdesaan dan kurangnya sarana prasarana di fasilitas kesehatan yang ada
Handajani, Adianti, Betty Roosihermatie, and Herti Maryani. "Faktor-faktor yang
berhubungan dengan pola kematian pada penyakit degeneratif di Indonesia." Buletin
penelitian sistem kesehatan 13.1 Jan (2010).

Pola Penyebab Kematian negara Berkembang


Secara nasional sepuluh penyebab kematian yang tertinggi adalah: penyakit pembuluh
darah otak (21%), penyakit jantung iskemik (12.9%), diabetes mellitus (6.7%),TBC
(5.7%), hipertensi dengan komplikasinya (5.3%), penyakit saluran napas bawah kronik
(4.9%), penyakit hati (2.7%), kecelakaan transportasi (2.6%), pneumonia (2.1%) dan
diare (1.9%) (Litbangkes, 2015)

Data penyebab kematian dari 1995 sampai dengan 2007 menunjukkan terjadinya
perubahan pola penyebab kematian. Proporsi penyakit infeksi atau penyakit menular serta
kematian maternal dan neonatal sebagai penyebab kematian cenderung menurun,
sedangkan penyakit tidak menular meningkat.
Sumber : Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2017. Renana
Aksi Nasional Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular 2015-2019.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Pola Penyebab Kematian Negara Maju


 Heart disease: 647,457
 Cancer: 599,108
 Accidents (unintentional injuries): 169,936
 Chronic lower respiratory diseases: 160,201
 Stroke (cerebrovascular diseases): 146,383
 Alzheimer’s disease: 121,404
 Diabetes: 83,564
 Influenza and pneumonia: 55,672
 Nephritis, nephrotic syndrome, and nephrosis: 50,633
 Intentional self-harm (suicide): 47,173
Sumber : Heron. 2019. Deaths: Leading Causes for 2017. National Vital Statistics Reports, Vol.
68, No. 6, June 24, 2019

11. Bagaimana cara menurunkan mortalitas?


Maine dan kawan-kawan mengidentifikasi “rantai penyebab” kematian ibu dan
menghubungkannya dengan strategi intervensi yang dikelompokkan
dalam 3 kategori yaitu :
a. Mencegah/memperkecil kemungkinan perempuan untuk menjadi hamil.
Pada saat perempuan tidak berada dalam kehamilan, ia tidak mempunyai risiko
kematian ibu. Penurunan angka kesuburan perempuan merupakan cara yang efektif
untuk mencegah kemungkinan menjadi hamil sehingga menghilangkan risiko
kematian akibat kehamilan/persalinan. Keikutsertaan dalam ber-KB mencegah
kematian ibu.

b. Mencegah/Memperkecil kemungkinan perempuan hamil mengalami komplikasi


dalam kehamilan/persalinan.
Banyak analisis menunjukkan bahwa kejadian komplikasi obstetri tidak dapat di
cegah atau diperkirakan sebelumnya, kecuali misalnya induksi abortus yang tidak
aman. Dan telah diketahui bahwa kelompok perempuan tertentu mempunyai risiko
yang lebih besar terhadap kematian dari pada kelompok perempuan lainnya. Analisis
juga menunjukkan risiko kematian ibu terbesar pada kelompok umur di bawah
20 tahun dan di atas 30 tahun.

c. Mencegah/memperkecil kematian perempuan yang mengalami komplikasi dalam


kehamilan/persalinan.
Walaupun kebanyakan komplikasi obstetri tidak dapat dicegah dan diperkirakan
sebelumnya, tidak berarti bahwa komplikasi tersebut tidak dapat ditangani.Setiap ibu
hamil mempunyai risiko untuk mengalami komplikasi obstetri, maka ibu hamil
perlu mempunyai akses terhadap pelayanan kegawat-daruratan obstetri.
Dengan penanganan yang baik, hampir semua kematian ibu dapat dicegah.

Sumber ; Dra. Ita Mardiani Z, M.Kes. 2018. Fertilitas dan mortalitas. Ristekdikti
Faktor yang menghambat mortalitas
o Meningkatkanya kesadaran penduduk akan pentingnya kesehatan
o Fasilitas kesehatan yang memadai
o Meningkatnya keadaan gizi penduduk
o Memperbanyak tenaga medis seperti dokter dan bidan
o Kemajuan di bidang kedokteran

Sumber : Faqih, Ahmad. Kependudukan : Teori, Fakta dan Masalah untuk mahasiswa dan
umum. Yogyakarta : Dee Publish

12. Apa saja penyebab dari AKI?


Penyebab langsungyaitu kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi obstetri pada masa
hamil, bersalin dan nifas, atau yang disebabkan oleh suatu tindakan yang dilakukan pada
masa hamil, bersalin dan nifas, atau berbagai hal akibat tindakan tersebut
Penyebab tidak langsung yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh penyakit yang bukan
komplikasi obstetri, yang berkembang atau bertambah berat akibat kehamilan atau
persalinan
Penyebab kematian ibu paling banyak ditemui di negara sedang berkembang diantaranya
adalah perdarahan, sepsis, eklampsia, aborsi (unsafe abortion), dan obstruksi kelahiran.
Lima besar penyebab tersebut menyumbang lebih dari dua per tiga total angka kematian ibu
di dunia. Sementara penyebab tak langsung dari kematian ibu menyumbangkan sekitar 20%
dari total angka kematian ibu di seluruh dunia, termasuk kondisi atau penyakit yang sudah
menyertai ibu sebelumnya (preexisting conditions) seperti malaria dan infeksi virus
hepatitis yang semakin parah oleh kehamilan atau penanganan yang kurang tepat (Bale et
al., 2003)
The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017 MODEL SOSIO
EKOLOGI PERILAKU KESEHATAN DAN PENDEKATAN CONTINUUM OF CARE
UNTUK MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU Sri Sumarmi

Penyebab kematian secara global (Say L et al, 2014 ) sekitar 28% disebabkan
oleh pendarahan hebat, 27 % oleh penyakit yang sudah ada sebelum kehamilan, 11%
oleh infeksi, 14% oleh hipertensi dalam kehamilan, 9% oleh persalinan macet, serta
aborsi yang tidak aman (8 %).
Penyebab kematian ibu di Indonesia 80% disebabkan oleh penyebab langsung
obstetrik seperti perdarahan, sepsis, abortus tidak aman, preeklampsia-eklampsia, dan
persalinan macet. Sisanya 20 % terjadi oleh karena penyakit yang diperberat oleh
kehamilan. Situasi kematian ibu di Indonesia tahun 2010-2013, penyebab perdarahan
juga masih tinggi walaupun cenderung menurun ( 35,1% menjadi 30,3% ) ,
sementara penyebab kematian ibu baik di dunia maupun di Indonesia masih berputar
pada 3 masalah utama ( perdarahan, preeklampsia-eklampsia dan infeksi ) ,
sehingga pencegahan dan penanggulangan masalah ini seharusnya difokuskan melalui
intervensi pada ketiga masalah tersebut, melalui peran petugas kesehatan.
Sumber : Maisuri T. Chalid . UPAYA MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU:
PERAN PETUGAS KESEHATAN. Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin

1. Penyebab langsung yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi obstetri
pada masa hamil, bersalin dan nifas, atau yang disebabkan oleh suatu tindakan yang
dilakukan pada masa hamil, bersalin dan nifas, atau berbagai hal akibat tindakan
tersebut
2. Penyebab tidak langsung yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh penyakit yang
bukan komplikasi obstetri, yang berkembang atau bertambah berat akibat kehamilan
atau persalinan
Mc.Carthy dan Maine (1992) dalam kerangka konsepnya mengemukakan peran
determinan kematian ibu sebagai keadaan atau hal yang melatarbelakangi dan
menjadi penyebab langsung serta tidak langsung dari kematian ibu. Determinan
kematian ibu itu dikelompokkan dalam : Determinan Proksi atau dekat (proximate
determinant), determinan antara (intermediate determinants) dan determinan
kontekstual (contekstual determinants).
- 1. Determinan Kontekstual/jauh (determinan sosial, ekonomi dan budaya), yaitu
a. Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat Faktor-faktor yang menentukan
status perempuan antara lain tingkat pendidikan (Kecenderungan perempuan yang
berpendidikan lebih tinggi lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya),
pekerjaan (ibu yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik terhadap
berbagai informasi kesehatan), keberdayaan perempuan (woman empowerment) yang
memungkinkan perempuan lebih aktif dalam menentukan sikap dan lebih mandiri dalam
memutuskan hal terbaik bagi dirinya, termasuk kesehatannya atau kehamilannya.
b. Status keluarga dalam masyarakat Jika variabel yang tersebut di atas lebih menekankan
pada diri perempuan sebagai individu, maka variabel berikut ini merupakan variabel dari
keluarga perempuan tersebut. Variabel tersebut antara lain penghasilan keluarga,
kekayaan keluarga, tingkat pendidikan dan status pekerjaan anggota keluarga, juga dapat
berpengaruh terhadap risiko mengalami kematian ibu.
c. Status Masyarakat Variabel ini meliputi antara lain tingkat kesejahteraan, ketersediaan
sumber daya (misalnya jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia), serta ketersediaan dan kemudahan transportasi. Status masyarakat umumnya
terkait pula pada tingkat kemakmuran suatu negara serta besarnya perhatian pemerintah
terhadap masalah kesehatan.
2. Determinan Antara, meliputi
a. Status Kesehatan Faktor-faktor status kesehatan ibu antara lain status gizi, penyakit
infeksi atau parasit, penyakit menahun seperti TBC, penyakit jantung, ginjal dan riwayat
komplikasi obstretri.
b. Status Reproduksi Faktor-faktor status reproduksi antara lain usia ibu hamil ( usia
dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia berisiko untuk hamil dan
melahirkan), jumlah kelahiran (semakin banyak jumlah kelahiran yang dialami oleh
seorang ibu semakin tinggi risikonya untuk mengalami komplikasi), jarak antara
kehamilan, status perkawinan (perempuan dengan status tidak menikah cenderung kurang
memperhatikan kesehatan diri dan janinnya selama kehamilan dengan tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan, yang akan menyebabkan tidak terdeteksinya kelainan yang dapat
menyebabkan komplikasi)
c. Akses Terhadap Pelayanan Reproduksi Akses pelayanan, ada dua aspek utama, yaitu
ketersediaan dan keterjangkauan.Ketersediaan adalah tersedianya fasilitas pelayanan
kesehatan dengan jumlah dan kualitas yang memadai.Keterjangkauan pelayanan
kesehatan meliputi jarak, waktu, dan biaya.
d. Perilaku sehat Berkaitan dengan perilaku penggunaan alat-alat kontrasepsi ( ibu ber
KB akan lebih jarang melahirkan dibandingkan dengan ibu yang tidak berKB),
pemeriksaan kehamilan (ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur akan
terdeteksi masalah kesehatan dan komplikasinya), penolong persalinan (ibu yang ditolong
oleh dukun berisiko lebih besar untuk mengalami kematian dibandingkan dengan ibu
yang melahirkan oleh tenaga kesehatan), perilaku menggugurkan kandungan (ibu yang
berusaha menggugurkan kandungannya berisiko lebih besar untuk mengalami
komplikasi)
e. Faktor-faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terduga Ada keadaan yang mungkin
terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi
selam hamil atau melahirkan.Beberapa keadaan tersebut terjadi pada saat melahirkan,
misalnya kontraksi uterus yang tidak adekuat, ketuban pecah dini dan persalinan yang
terlambat melebihi 9 bulan.
3. Determinan Proksi, yaitu
a. Kejadian Kehamilan Perempuan yang hamil mempunyai risiko untuk mengalami
komplikasi, sedangkan perempuan yang tidak hamil tidak mempunyai risiko
tersebut.Program keluarga berencana dapat secara tidak langsung mengurangi risiko
kematian ibu. Efek KB terhadap penurunan AKI berkaitan dengan TFR. Bila TFR tinggi
maka penurunan kematian ibu akan sangat dipengaruhi oleh keikutsertaan KB.
Sebaliknya jika TFR cukup rendah, maka pelayanan KB tidak lagi berpengaruh terhadap
penurunan AKI. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa angka total kesuburan
(Total Fertility Rate/TFR) ternyata tidak selalu memberikan dampak yang berarti pada
penurunan AKI karena kematian ibu berkaitan pula dengan faktor-faktor lain, misal
kualitas pelayanan kesehatan
b. Komplikasi Kehamilan dan Persalinan Komplikasi obstetri ini merupakan penyebab
langsung kematian ibu, yaitu perdarahan, infeksi, eklampsia, partus lama, abortus dan
rupture uteri. Intervensi yang ditujukan untuk mengatasi komplikasi obstetri tersebut
merupakan intervensi jangka pendek; yang hasilnya akan dapat gera terlihat dalam
bentuk penurunan AKI.
(ita mardiani dan nugroho,
2018, mortalitas dan fertilitas)

13. Apa saja faktor yang mempengaruhi AKI?


Faktor yang mempengaruhi:
- Pendidikan rendah
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan responden oleh karena
kemampuan seseorang dalam menerima dan memahami ditentukan oleh tingkat
pendidikan yang dimiliki. Penerimaan dan pemahaman terhadap informasi yang diterima
seseorang yang berpendidikan tinggi lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang
berpendidikan rendah.

- Kemiskinan
Kemiskinan juga menjadi masalah dalam kematian maternal di Indonesia. Walaupun ada
upaya pemerintah mengatasi persoalan kemiskinan, tetapi masalahnya adalah banyak
program penanggulangan kemiskinan yang tidak terintegrasi dengan sektor
kesehatan terutama kesehatan maternal. Hal ini bisa dilihat dari rendahnya akses
kesehatan maternal pada kelompok miskin. Sehingga risiko kematian terhadap kelompok
ini menjadi lebih tinggi.

- Ketidaktahuan tentang perkembangan seksualitas dan proses reproduksi


Perilaku seksual remaja yang kurang baik erat kaitannya dengan pengetahuan remaja yan
kurang tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi.Pengetahuan dasar remaja yang
masih kurang tentang anatomi dan fisiologi reproduksi, bagaimana terjadinya hamil,
bagaimana mencegahnya dan dimana mendapatkan perlindungan. Selain itu faktor orang
tua yang merasa kurang aman, malu menceritakan tentang seks kepada anakanaknya
sementara usia remaja saat itu memerlukan bimbingan untuk melalui masa remajanya
dengan baik sesuai dengan peruabhan fisik dan psikologis yang dialaminya.

- Budaya
Paraji merupakan salah satu contoh tradisi kebudayaan yaitu seorang praktek kerja
paraji dengan cara menolong persalinan, memberi perawatan pasca partum sampai kira-
kira 40 hari bahkan memberikan perawatan ante natal pada saat kehamilan. Hal tersebut
membuat ibu hamil tidak ke rumah sakit karena biaya yang dikeluarkan tidak ada,
sehingga terdapat pengaruh jika tidak sesuai medis dapat meningkatkan angka
kematian ibu.

- Kondisi bias gender dalam masyarakat dan keluarga


Di Indonesia masih terdapat budaya perempuan tidak boleh mengambil keputusan tanpa
pertimbangan suami dan keluarga, termasuk soal akses pelayanan kesehatan melahirkan.
Terlebih tradisi ini didukung oleh regulasi yang bias gender, yaitu undang-undang
Perkawinan tahun 1974 yang mengatur usia pernikahan minimal 16 tahun untuk
perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki.

- Tempat tinggal terpencil


Dapat berpengaruh dikarenakan akses untuk bisa menuju rumah sakit atau puskesmas
sangatlah jauh dan tidak bisa dijangkau oleh ambulan, sehingga hal tersebut bisa
meningkatkan angka kematian ibu dan anak.

- Keterlambatan pengambilan keputusan dalam pertolongan persalinan


Dokter berperan dalam pemeriksaan kehamilan, deteksi awal terhadap risiko tinggi
persalinan agar tidak terjadi keterlambatan memutuskan dan penanganan maternal
dengan risiko tinggi.Dengan keadaan tersebut dilakukan upaya secara bertahap agar
persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan di fasilitas kesehatan.

- Ketepatan waktu mencapai fasilitas kesehatan


Jika tempat tinggal jauh dengan fasilitas kesehatan, akan membuat peningkatan angka
kematian ibu.

- Keterlambatan penanganan yang memadai


Peralatan di fasilitas kesehatan juga dapat berpengaruh, agar pada saat menangani
kehamilan ibu dapat teratasi dengan baik. Jika kekurangan alat saat persalinan, membuat
ibu sulit dalam kelahiran sehingga meningkatkan angka kematian ibu.

- Kehamilan terlalu (muda, tua, dekat, jarak)


Kehamilan risiko tinggi dimana umur <20 tahun alat reproduksi wanita belum matang
Umur >35 tahun ibu juga berisiko untuk melahirkan dikarenakan kekuatan untuk
mengedan dan fungsi uterus sudah berkurangnya.

- Stereotype tentang kehamilan hal yang wajar hingga tidak membutuhkan ANC
ANC akan tetap dibutuhkan oleh ibu hamil baik itu dengan kehamilan wajar ataupun tak
wajar. Kehamilan perlu dipantau agar ibu dapat melahirkan anaknya dengan selamat. Hal
tersebut bisa meningkatkan tingkat kematian ibu.

Sumber :
- Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.
- Nababan, Y.H., et.all. Trends and Inequities in Use Maternal Health Care Service in
Indonesia, 1986-2012. International Journal of Women’s Health. 2018;10.
- Rahma. 2018. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SEKSUALITAS DENGAN
PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 SUBANG. Jurnal Bidan “Midwife
Journal” Volume 5 No. 01, Jan 2018
- Rajab, Budi. 2009. KEMATIAN IBU: SUATU TINJAUAN SOSIAL-BUDAYA. Jurnal
Masyarakat & Budaya, Volume 11 No. 2 Tahun 2009
- Verayanti Albertina Bata, Ova Emilia, Mohammad Hakimi. Peran Pengambil
Keputusan dalam Keterlambatan Rujukan Maternal. Jurnal Kesehatan Primer Vol 4,
No.1 Juni 2019, pp. 1-12
- Nursal dan Satri. 2015. KEHAMILAN RISIKO TINGGI DI PUSKESMAS LUBUK
GADANG KABUPATEN SOLOK SELATAN. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |
Oktober 2014 - Maret 2015 | Vol. 9, No. 1, Hal. 23-28

14. Bagaimana cara menurunkan AKI dan AKB?

The Safe Motherhood Initiative  inilah yang kemudian digunakan sebagai basis Program Gerakan
Sayang Ibu, atau yang biasa disebut sebagai Program GSI. Program Gerakan Sayang Ibu
merupakan sebuah “gerakan” untuk mengembangkan kualitas perempuan – utamanya
melalui percepatan penurunan angka kematian ibu – yang dilaksanakan bersama-sama
oleh pemerintah dan masyarakat (Syafrudin dalam Priyadi dkk, 2011).
Tujuan utama dari Program GSI adalah peningkatan kesadaran masyarakat, yang
kemudian berdampak pada keterlibatan mereka secara aktif dalam program-program
penurunan AKI; seperti menghimpun dana bantuan persalinan melalui Tabungan Ibu
Bersalin (Tabulin), pemetaan ibu hamil dan penugasan donor darah pendamping, serta
penyediaan ambulan desa (Syafrudin dalam Priyadi dkk, 2011). Berbeda dengan The Safe
Motherhood Initiative  yang terkesan sangat struktural, program GSI justru menekankan
keterlibatan masyarakat sipil dalam upaya-upaya untuk menurunkan AKI.

 PGSI (basis Program Gerakan Sayang Ibu)


Konsep safe motherhood sendiri mencakup serangkaian upaya, praktik, protokol, dan panduan
pemberian pelayanan yang didesain untuk memastikan perempuan menerima layanan
ginekologis, layanan keluarga berencana, serta layanan prenatal, delivery, dan postpartum  yang
berkualitas, dengan tujuan untuk menjamin kondisi kesehatan sang ibu, janin, dan anak agar
tetap optimal pada saat kehamilan, persalinan, dan pasca-melahirkan (USAID, 2005). Mengacu
pada modul yang disusun oleh The Health Policy Project (2003), konsep safe
motherhood sendiri memiliki enam pilar utama, yaitu:
- Keluarga Berencana – Memastikan bahwa baik individu maupun pasangan
memiliki akses terhadap informasi, dan layanan keluarga berencana untuk
merencanakan waktu, jumlah, dan jarak kehamilan.
- Perawatan Antenatal – Menyediakan vitamin, imunisasi, dan memantau faktor-
faktor risiko yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan; serta memastikan
bahwa segala bentuk komplikasi dapat terdeteksi secara dini, dan ditangani
dengan baik.
- Perawatan Persalinan – Memastikan bahwa tenaga kesehatan yang terlibat
dalam proses persalinan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan alat-alat
kesehatan untuk mendukung persalinan yang aman; serta menjamin ketersediaan
perawatan darurat bagi perempuan yang membutuhkan, terkait kasus-kasus
kehamilan berisiko dan komplikasi kehamilan.
- Perawatan Postnatal – Memastikan bahwa perawatan pasca-persalinan diberikan
kepada ibu dan bayi, seperti bantuan terkait cara menyusui, layanan keluarga
berencana, serta mengamati tanda-tanda bahaya yang terlihat pada ibu dan anak.
- Perawatan Post-aborsi – Mencegah terjadinya komplikasi, memastikan bahwa
komplikasi aborsi terdeteksi sejak dini dan ditangani dengan baik, membahas
tentang permasalahan kesehatan reproduksi lain yang dialami oleh pasien, serta
memberikan layanan keluarga berencana jika dibutuhkan.
- Kontrol Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS – mendeteksi,
mencegah, dan mengendalikan penularan IMS, HIV dan AIDS kepada bayi;
menghitung risiko infeksi di masa yang akan datang; menyediakan fasilitas
konseling dan tes IMS, HIV dan AIDS untuk mendorong upaya pencegahan; dan
– jika memungkinkan – memperluas upaya kontrol pada kasus-kasus transmisi
IMS, HIV dan AIDS dari ibu ke bayinya.
Media Indonesia. (2016). Angka Kematian Ibu Masih Tinggi. Diakses pada tanggal
18 Maret 2018 di http://mediaindonesia.com/read/detail/83701-angka-kematian-ibu-
masih-tinggi-1.
Upaya penurunan AKI merupakan salah satu target Kementerian Kesehatan. Beberapa
program yang telah dilaksanakan antara lain Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) dan Bantuan 15 Operasional Kesehatan (BOK) ke
puskesmas di kabupaten/kota; safe motherhood initiative, program yang memastikan
semua perempuan mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat
selama kehamilan dan persalinannya (tahun 1990); dan Gerakan Sayang Ibu pada tahun
1996 (Mi’raj, 2017).
Penempatan bidan di tingkat desa secara besar-besaran yang bertujuan untuk mendekatkan
akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir kepada masyarakat. Upaya lainnya yaitu
strategi Making Pregnancy Safer (tahun 2000). Selanjutnya pada tahun 2012 diluncurkan
Program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan
AKI dan neonatal sebesar 25%
Susiana, S. (2015). Angka Kematian Ibu: Faktor Penyebab dan Upaya Penanganannya. INFO
Singkat: Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual Dan Strategis, XI(24), 13–18.
15. Mengapa angka kematian ibu di negara berkembang jauh lebih tinggi daripada di negara
maju?
Pola penyebab kematian, pola kematian berdasar umur, jenis kelamin, geografi, sosek
Di Indonesia transisi epidemiologi menyebabkan terjadinya pergeseran pola penyakit, di
mana penyakit kronis degeneratif sudah terjadi peningkatan. Penyakit degeneratif
merupakan penyakit tidak menular yang berlangsung kronis seperti penyakit jantung,
hipertensi, diabetes, kegemukan dan lainnya. Kontributor utama terjadinya penyakit kronis
adalah pola hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, pola
makan dan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, stres, dan pencemaran lingkungan.
Sehingga Indonesia menanggung beban ganda penyakit di bidang kesehatan, yaitu penyakit
infeksi masih merajalela dan ditambah lagi dengan penyakit penyakit kronik
degeneratif
kematian cenderung lebih banyak di perdesaan daripada perkotaan. Hal ini dapat
disebabkan antara lain karena kurang meratanya distribusi tenaga kesehatan di wilayah
perdesaan dan kurangnya sarana prasarana di fasilitas kesehatan yang ada
Handajani, Adianti, Betty Roosihermatie, and Herti Maryani. "Faktor-faktor yang
berhubungan dengan pola kematian pada penyakit degeneratif di Indonesia." Buletin
penelitian sistem kesehatan 13.1 Jan (2010).

Pola Penyebab Kematian negara Berkembang


Secara nasional sepuluh penyebab kematian yang tertinggi adalah: penyakit pembuluh
darah otak (21%), penyakit jantung iskemik (12.9%), diabetes mellitus (6.7%),TBC
(5.7%), hipertensi dengan komplikasinya (5.3%), penyakit saluran napas bawah kronik
(4.9%), penyakit hati (2.7%), kecelakaan transportasi (2.6%), pneumonia (2.1%) dan
diare (1.9%) (Litbangkes, 2015)

Data penyebab kematian dari 1995 sampai dengan 2007 menunjukkan terjadinya
perubahan pola penyebab kematian. Proporsi penyakit infeksi atau penyakit menular serta
kematian maternal dan neonatal sebagai penyebab kematian cenderung menurun,
sedangkan penyakit tidak menular meningkat.

Sumber : Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2017. Renana


Aksi Nasional Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular 2015-2019.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Pola Penyebab Kematian Negara Maju


 Heart disease: 647,457
 Cancer: 599,108
 Accidents (unintentional injuries): 169,936
 Chronic lower respiratory diseases: 160,201
 Stroke (cerebrovascular diseases): 146,383
 Alzheimer’s disease: 121,404
 Diabetes: 83,564
 Influenza and pneumonia: 55,672
 Nephritis, nephrotic syndrome, and nephrosis: 50,633
 Intentional self-harm (suicide): 47,173
Sumber : Heron. 2019. Deaths: Leading Causes for 2017. National Vital Statistics Reports, Vol.
68, No. 6, June 24, 2019

16. Berapa capaian angka kematian ibu oleh SDGs?


Menurut Ketua Komite Ilmiah International Conference on Indonesia Family Planning and
Reproductive Health (ICIFPRH), Meiwita Budhiharsana, hingga tahun 2019 AKI Indonesia
masih tetap tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup.
 AKI ditargetkan turun dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 102
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
 Sedangkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan AKI sebesar
305 per 100.000 kelahiran hidup, masih sangat tinggi dibandingkan perkiraan Kementerian
Kesehatan.
 Dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs), target
AKI adalah 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Untuk mencapai target tersebut
diperlukan kerja keras, terlebih jika dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN, AKI di
Indonesia relatif masih sangat tinggi. AKI di negara-negara ASEAN rata-rata sebesar 40-60
per 100.000 kelahiran hidup. Bahkan, AKI di Singapura sebesar 2-3 per 100.000 kelahiran hidup
Susiana, S. (2015). Angka Kematian Ibu: Faktor Penyebab dan Upaya Penanganannya. INFO
Singkat: Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual Dan Strategis, XI(24), 13–18.

17. Apa saja target dari SDGs?

1) Tanpa Kemiskinan. Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru
dunia.
2) Tanpa Kelaparan. Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan
nutrisi, serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.
3) Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan. Menjamin kehidupan yang sehat serta
mendorong kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur.
4) Pendidikan Berkualitas. Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan
meningkatkan kesempatan belajar untuk semua orang, menjamin pendidikan yang
inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua
orang.
5) Kesetaraan Gender. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu dan
perempuan.
6) Air Bersih dan Sanitasi. Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang
berkelanjutan untuk semua orang.
7) Energi Bersih dan Terjangkau. Menjamin akses terhadap sumber energi yang
terjangkau, terpercaya,
berkelanjutan dan modern untuk semua orang.
8) Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak. Mendukung perkembangan
ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, lapangan kerja yang penuh dan produktif, serta
pekerjaan yang layak untuk semua orang.
9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur. Membangun infrastruktur yang berkualitas,
mendorong peningkatan industri yang inklusif dan berkelanjutan serta mendorong
inovasi.
10) Mengurangi Kesenjangan. Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam sebuah negara
maupun di antara negara-negara di dunia.
11) Keberlanjutan Kota dan Komunitas. Membangun kota-kota serta pemukiman yang
inklusif, berkualitas, aman, berketahanan dan bekelanjutan.
12) Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab. Menjamin keberlangsungan konsumsi
dan pola produksi.
13) Aksi Terhadap Iklim. Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan
dampaknya.
14) Kehidupan Bawah Laut. Melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan
kehidupan sumber daya laut untuk perkembangan pembangunan yang berkelanjutan.
15) Kehidupan di Darat. Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan
keberlangsungan pemakaian ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan,
mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan,
menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan kerugian
keanekaragaman hayati.
16) Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian. Meningkatkan perdamaian termasuk
masyarakat untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses untuk keadilan bagi
semua orang termasuk lembaga dan bertanggung jawab untuk seluruh kalangan, serta
membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh tingkatan.
17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Memperkuat implementasi dan menghidupkan
kembali kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutan.

Sumber: SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) DAN PENGENTASAN


KEMISKINAN OLEH: ISHARTONO1 & SANTOSO TRI RAHARJO2

18. Apa saja target dari RPJMN 2015-2019 dan 2020-2024 dalam bidang kesehatan
2015-2019

Anda mungkin juga menyukai