Mortalitas : Peristiwa hilangnya tanda kehidupan secara permanen setiap saat setelah
kelahiran berlangsung (mati). Jumlah kematian di suatu populasi
SDGs : Sustainable development goal/tujuan pembangunan berkelanjutan yang menjaga
kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan. Pada tahun 2030.
Berisikan 17 tujuan dengan total indikator 169 capaian. Lanjutan dari MDGs
Demografi : ilmu kependudukan adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan
manusia. Meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk serta bagaimana jumlah
penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, dan penuaan.
Demos : rakyat, grafein : menulis (tulisan mengenai penduduk)
AKI : banyaknya wanita yang meninggal dalam suatu penyebab kematian terkait dengan
penanganannya.
Kematian ibu yang terjadi saat kelahiran atau 42 hari setelah kelahiran akibat kelahiran
tsb ataupun yang memperberat kehamilan, kecuali karena kecelakaan.
Per 100000 kelahiran bayi
RPJMN tenokrat : Rencana pembangunan jangka menengah nasional yang digunakan
saat ini (2020-2024)
STEP 2
1. Sebutkan 3 komponen dari demografi?
2. Bagaimana cara menurunkan AKI dan AKB?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi mortalitas?
4. Apa saja macam-macam ukuran mortalitas?
5. Bagaimana cara menurunkan mortalitas?
6. Apa saja penyebab dari AKI?
7. Apa tujuan dan manfaat dari demografi?
8. Apa saja target dari SDGs?
9. Mengapa angka kematian ibu di negara berkembang jauh lebih tinggi daripada di negara
maju?
10. Berapa capaian angka kematian ibu oleh SDGs?
11. Apa saja faktor yang mempengaruhi AKI?
12. Bagaimana sumber informasi mengenai mortalitas?
13. Apa perbedaan dari studi mortalitas dengan mortalitas penduduk?
14. Apa saja masalah yang timbul akibat mortalitas?
15. Bagaimana upaya yang perlu dilakukan dalam pemecahan masalah mortalitas?
16. Apa saja penyebab dari kematian?
17. Bagaimana hubungan sosial ekonomi dengan mortalitas?
18. Bagaimana perbedaan pola mortalitas di negara berkembang dengan negara maju?
19. Apa saja target dari RPJMN 2015-2019 dan 2020-2024 dalam bidang kesehatan?
STEP 3
1. Sebutkan 3 komponen dari demografi?
Terdapat 2 sumber
Terdiri dari 5 komponen donal j
Fertilitas
Lahirnya seorang bayi dari perempuan dengan adanya tanda-tanda kehidupan
Mortalitas
Jumlah kematian dalam suatu populasi
Perkawinan
Merubah status seseorang daribujangan janda/duda menjadi kawin dibedakan menjadi
menikah, belum menikah, janda, duda
Migrasi penduduk
Perpindahan dari desa ke kota dengan tujuan menetap
Mobilitas penduduk
Perpindahan bersifat sementara/tidak menetap
Dibagi menjadi 2
Pendorong : perubahan fungsi sosial, ekspansi teritorial, situasi politik
Penghambat : tingkat pendidikan yang rendah, merasa cukup dengan kehidupannya,
kemiskinan, tingkat pendidikan
Sumber lain : 3 komponen Kelahiran, kematian, migrasi
10. Bagaimana perbedaan pola mortalitas di negara berkembang dengan negara maju?
Dipengaruhi oleh
Determinan jauh
Pendidikan, pekerjaan, keberadaan perempuan
Status keluarga (pendidikan keluarga, penghasilan, status pekerjaan keluarga)
Status masyarakat
Determinan antara
Status gizi, penyakit menahun pada ibu hamil, usia (resiko kehamilan), jarak
kehamilan, akses pelayanan kesehatan reproduksi, status perkawinan, perilaku sehat
berhub dengan alat kontrasepsi
Determinan dekat
Kejadian saat hamil, (berpengaruh dalam resiko terjadinya mortalitas), komplikasi
pada kehamilan (Perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, partus
lama/macet, abortus)
15. Mengapa angka kematian ibu di negara berkembang jauh lebih tinggi daripada di negara
maju?
Tenaga kesehatan pada negara berkembang belum memenuhi sehingga kualitas
kesehatan berbeda dengan negara maju
Fasilitas kesehatan pada negara berkembang belum memenuhi
Penyebaran tenaga kesehatan
Kesalahan dalam mendata mortalitas pada negara berkembang dipengaruhi oleh
sarana prasarana yang memadai pada negara berkembang
DEMOGRAFI
- Menyediak
an FASKES
yang
bermutu
- Mengemb
angkan
riset dalam
menemuka
n obat-
obata
STEP 7
1. Sebutkan 3 komponen dari demografi?
- Fertilitas
Faktor pendorong kelahiran (pronatalitas)
• Anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.
• Sifat alami manusia yang ingin melanjutkan keturunan.
• Pernikahan usia dini (usia muda).
Faktor penghambat kelahiran (antinatalitas)
• Program Keluarga Berencana (KB).
• Kemajuan di bidang iptek dan obat-obatan.
• Peraturan pemerintah tentang pembatasan tunjungan anak bagi PNS.
• UU perkawinan yang membatasi dan mengatur usia pernikahan.
• Penundaan usia pernikahan karena alasan ekonomi, pendidikan dan karir.
• Adanya perasaan malu bila memiliki banyak anak.
- Migrasi
Persebaran penduduk erat kaitannya dengan tingkat hunian
Sekitar 60% penduduknya tinggal di Pulau Jawa yang hanya memiliki luas ±
6,9% dari luas wilayah daratan Indonesia.
Permasalahan ini terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana sosial,
kesempatan kerja, stabilitas keamanan, serta pemerataan pembangunan
- Mortality
Faktor pendorong kematian (promortalitas)
• Wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung dan sebagainya.
• Bencana alam
• Kesehatan : Kesadaran tentang kesehatan, Gizi, Fasilitas Kesehatan.
• Peperangan, kecelakaan
• Kondisi Lingkungan : Pencemaran, krisis Air.
Faktor penghambat kematian (antimortalitas)
• Tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat yang sudah baik.
• Negara dalam keadaan aman dan tidak terjadi peperangan.
• Adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai macam
penyakit dapat diobati.
• Adanya pemahaman agama yang kuat oleh masyarakat.
a. kelahiran (fertilitas),
Fertilitas dalam pengertian demografi adalah Kemampuan rill seorang wanita
untuk melahirkan. (Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI “Dasar-
Dasar Demografi” : 7).
Proses lahirnya seorang bayi dari rahim perempuan dengan adanya tanda2
kehidupan, seperti bernafas, bergerak, menangis, dsb....atau kemampuan wujud
reproduksi aktual dari seorang wanita atau individu
b. kematian (mortalitas),
Mortalitas atau kematian adalah Peristiwa menghilangnya semua tanda –tanda
kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran
hidup. ( Ida Bagoes Mantra , “Demografi Umum “, 2000 : 115).
c. perkawinan,
Perkawinan merubah status seseorang dari bujangan atau janda/duda
menjadi berstatus kawin.
Dalam demografi status perkawinan penduduk dapat dibedakan menjadi status
belum pernah menikah, menikah, pisah atau cerai, janda atau duda.
Di daerah dimana pemakaian KB rendah, rata-rata umur penduduk saat menikah
pertama kali serta lamanya seseorang dalam status perkawinan akan
mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat fertilitas. Usia kawin dini menjadi
perhatian penentu kebijakan serta perencana program karena berisiko tinggi
terhadap kegagalan perkawinan, kehamilan usia muda yang berisiko kematian
maternal, serta risiko tidak siap mental untuk membina perkawinan dan menjadi
orangtua yang bertanggung jawab.
d. migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap disuatu
tempat ke tempat lain melampaui batas politik / negara ataupun batas
administrative / batas bagian dalam suatu negara.
Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahan penduduk yang relatif
permanen dari suatu daerah ke daerah lain . (Lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi UI “Dasar-Dasar Demografi” : 9).
e. mobilitas sosial.
perpindahan status seseorang atau kelompok dari satu kedudukan ke kedudukan
lain.
Perpindahan penduduk (migrasi atau mobilitas) merupakan salah satu dari tiga
komponen utama pertumbuhan penduduk yang dapat menambah atau
mengurangi jumlah penduduk.Komponen ini bersama dengan kelahiran dan
kematian mempengaruhi dinamika penduduk di suatu wilayah seperti jumlah,
komposisi, dan distribusi keruangan.Tinjauan migrasi secara regional sangat
penting dilakukan terutama terkait dengan kepadatan dan distribusi penduduk
yang tidak merata, adanya faktor-faktor pendorong dan penarik bagi penduduk
untuk melakukan migrasi, kelancaran sarana transportasi antar wilayah, dan
pembangunan wilayah dalam kaitannya dengan desentralisasi pembangunan.
a. Faktor umum
Masih banyak terjadi perkawinan, kehamilan dan persalinan di luar kurun waktu
reproduksi ynag sehat, terutam pada usia muda. Risiko kematian pada kelompok
umur di bawah 2 tahun dan di atas 35 tahun adalah 3xlebih tinggi dari kelompok
umur reproduksi sehat (20-34 tahun)
b. Factor paritas
Grandmultipara, yaitu ibu dnegna jumlah kehamilan dan persalinan lebih dari 6 kali
masih banyak terdapat. Risiko kematian maternal dari golongan ini 8 kali lebih tinggi
dari lainnya
c. Factor perawatan antenatal
Masih rendahnya kesadaran ibu-ibu hamil untuk memeriksa kandungannya pada
sarana kesehatan, sehingga factor-faktor yang sesungguhnya dapat dicegah atau
komplikasi kehamilan yang dapat diperbaiki serta diobati tidak segera dapat
ditangani. Seringkali mereka dating setelah keadaannya buruk
d. Factor penolong
Sekitar 70-80% persalinan masih ditolong oleh dukun beranak, baru setelah
persalinan terlantar dan tidak dapat maju serta disertai gejala komplikasi yang berat
(infeksi, rupture uteri) kemudian dikirim ke fasilitas kebidanan yang memadai. Bila
sudah demikian, apapun yang kita usahakan kadang kala tidak dapat menolong ibu
maupun anaknya
e. Factor sarana dan fasilitas
Misalnya sarana fasilitas rumah sakit, penyediaan darah dan obat2an yang merah dan
terjangkau oleh masyarakt, desediakannya fasilitas anastesi, transportasi dan
sebagainya
f. Factor lainnya
Yaitu factor sosia ekonomi, kepercayaan dan budaya masyarakat, pendidikan dan
ketidaktahuan, dan sebagainya
g. Factor system rujukan
Agar supaya pelayanan kebidanan mudah dicapai, pemerintah telah menetapkan
seorang ahli kebidanan disetiap ibukota kabupaten, namun belum seluruh ibukota
kabupaten dapat diisi, oleh karena itu rujukan kasus kebidanan belum sempurna
Sumber : Sinopsis Obstetri jilid 2, EGC
Study mortalitas
Studi mortalitas adalah bagian dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang
mengumpulkan data penyakit sebab kematian yang terjadi di masyarakat.
Studi mortalitas bertujuan mengetahui pola penyakit penyebab kematian dan besaran
permasalahan kematian di masyarakat Indonesia. Gambaran pola penyakit dan besaran
permasalahan akan merupakan baseline indikator bagi program kesehatan menuju Indonesia
Sehat 2010, outcome indikator dari program-program kesehatan yang telah dilakukan, serta
indikator proses dari program yang sedang berjalan.
Mortalitas adalah Peristiwa hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang
bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa
menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat
setelah kelahiran hidup.
Sumber : Mantra, Ida Bagoes.2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta
a. Sistem registrasi vital Apabila sistem ini bekerja dengan baik merupakan sumber data
kematian yang ideal. Di sini, kejadian kematian dilaporkan dan dicatat segera setelah
peristiwa kematian tersebut terjadi. Di Indonesia, belum ada sistem registrasi vital yang
bersifat nasional, yang ada hanya sistem registrasi vital yang bersifat bersifat lokal, dan hal
ini tidak sepenuhnya meliputi semua kejadian kematian pada kota-kota itu sendiri. Dengan
demikian di Indonesia tidak mungkin memperoleh data kematian yang baik dari sistem
registrasi vital.
b. Sensus dan survei penduduk Sensus dan survei penduduk merupakan kegiatan sesaat
yang bertujuan untuk mengumpulkan data penduduk, termasuk pula data kematian. Berbeda
dengan sistem registrasi vital, pada sensus atau survei kejadian kematian dicacat setelah
sekian lama peristiwa kejadian itu terjadi. Data ini diperoleh melalui sensus atau survei
dapat digolongkan menjadi dua bagian : Bentuk langsung (Direct Mortality Data) Data
kematian bentuk langsung diperoleh dengan menanyakan kepada responden tentang ada
tidaknya kematian selama kurun waktu tertentu. Apabila ada tidaknya kematian tersebut
dibatasi selama satu tahun terakhir menjelang waktu sensus atau survei dilakukan, data
kematian yang diperoleh dikenal sebagai ‘Current mortality Data’. Bentuk tidak langsung
(Indirect Mortalilty Data) Data kematian bentuk tidak langsung diperoleh melalui
pertanyaan tentang ‘Survivorship’ golongan penduduk tertentu misalnya anak, ibu, ayah
dan sebagainya. Dalam kenyatana data ini mempunyai kualitas lebih baik dibandingkan
dengan data bentuk langsung. Oleh sebab itu data kematian yang sering dipakai di
Indonesia adalah data kematian bentuk tidak langsung dan biasanya yaitu data
‘Survivorship’ anak. Selain sumber data di atas, data kematian untuk penduduk golongan
tertentu di suatu tempat, kemungkinan dapat diperoleh dari rumah sakit, dinas pemakaman,
kantor polisi lalu lintas dan sebagainya.
c. Penelitian Penelitian kematian penduduk biasanya dilakukan bersamaan dengan
penelitian kelahiran yang disebut dengan penelitian statistik vital.
d. Perkiraan (estimasi) Tingkat kematian dapat diperkirakan menggunakan pendekatan
tidak langsung. Pendekatan tidak langsung tersebut dilakukan dengan cara mengamati
tahapan kehidupan dari waktu ke waktu. Pendekatan tidak langsung ini memiliki tiga
kesulitan utama yaitu terbatasnya sumberdaya untuk memastikan data dan disertai
kesalahan pada sampling, tingkat mobilitas remaja yang tinggi menyebabkan remaja
terhindar dari sampling, dan tidak perkiraan struktur kematian yang tidak mudah (Wood
dan Nisbet, 1990). . (Alfana, hanif, dan iffani, 2015)
Rumus
Ada 5 :
Age Specific Date Rate (angka kematian menurut umur)
Menunjukkan jumlah kematian penduduk pada kelompok umur tertentu selama
satu tahun per jumlah penduduk pada pertengah tahun yang sama.
ASDRi = d/p x 1000
Angka Kematian Bayi (IMR)
Menunjukkan banyaknya kematian bayi di bawah satu tahun per seribu kelahiran
hidup pada suatu tahun terntentu.
IMR = D/B x 1000
Factor endogen : angka kematian neonatal terjadi saat bulan pertama kelahiran.
Factor Eksogen :angka kematian post neonatal usia bayi yang mati di atas 1
bulan menjelang satu tahun.
Angka Kematian Ibu bersalin (Maternal Mortality Rate)
Diberikan batasan sebagai angka kematian wanita akibat persalinan dan
komplikasi masa nifas
MMR= jumlah kematian wanita akibat persalinan dan masa nifas dalam satu
tahun kalender / jumlah lahir hidup dalam satu kalender yang sama x 100k
Under 5 years mortality rate (U5YMR)
Jumlah kematian anak yang berusia 1tahun sampai 4 tahun 11 bulan 29 hari tahun
selama satu tahun tertntu per seribu anak umur yang sama.
U5YMR = jumlah kematian balita dalam satu tahun kalender/jumlah penduduk
balita pada pertengahan kalender satu tehun tersebut x 1000
Perinatal Mortality Rate
Kematian janin pada kehamilan di atas 29 minggu + kematian bayi di bawah
umur 1 minggu dalam satu tahun kalender yang sama / jumlah lahir hidup dalam
tahun kalender yg sama x 1000
8. Apa saja masalah yang timbul akibat mortalitas?
Dampak positif (mortalitas meningkat)
Ketersediaan lapangan kerja yang melimpah
Dapat mengurangi angka ketergantungan
Kesempatan berwirausaha semakin besar
Meningkatkan produksi dan pengembangan ekonomi
Mempercepat pembangunan, karena distribusi tidak banyak
- pendapatan keluarga bertambah atau naik sebesar satu satuan rupiah maka jumlah
kematian ibu akan berkurang atau turun sebesar 9,069E-7 satu satuan (orang). Koefisien
regresi yang bernilai negatif menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan keluarga
akan berdampak pada penurunan jumlah kematian ibu dengan asumsi bahwa variabel
yang lainnya dianggap konstan atau tetap.
- Apabila ada kenaikan pendapatan keluarga, daya beli atau kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan (permintaan jumlah barang atau jasa kesehatan) akan meningkat.
Ada hubungan (asosiasi) antara tingginya pendapatan dengan besarnya permintaan akan
pemeliharaan kesehatan, terutama dalam hal pelayanan kesehatan modern. Jika
pendapatan meningkat maka garis pendapatan akan bergeser kekanan sehingga jumlah
barang dan jasa kesehatan yang diminta meningkat
- Pada masyarakat yang berpendapatan lebih tinggi, daya beli atau kemampuan
memenuhi kebutuhannya dalam bidang kesehatan lebih tinggi daripada masyarakat
yang berpendapatan lebih rendah. Hal ini dikarenakan, pada masyarakat berpendapatan
rendah, akan mencukupi kebutuhan barang terlebih dahulu, setelah kebutuhan akan
barang tercukupi baru kemudian akan mengkonsumsi barang atau jasa kesehatan.
(Riyani Suryaningsih,2017, Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap
Tingginya Mortalitas Penduduk)
- Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007:17) mengatakan bahwa yang paling
mempengaruhi kesehatan seseorang adalah perilaku dan faktor non perilaku. Perilaku
sendiri terbentuk karena adanya proses pendidikan sebelumnya yang melalui beberapa
tahap hingga kemudian terbentuk pola perilakunya. Pendidikan, latar pendidikan formal
serta informal akan sangat berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan para ibu mulai
dari segi pikiran, perasaan maupun tindakannya.
- Adapun tempat tinggal tersebut terkait dengan aspek geografi misalnya tempat
tinggal berada di wilayah pedesaan atau perkotaan. Masyarakat dengan tingkat
kemampuan ekonomi yang rendah umumnya banyak terdapat di daerah pedesaan
dengan kondisi kesehatan yang rendah jika dibandingkan dengan masyarakat yang
hidup didaerah perkotaan. Hal ini disebabkan karena di daerah pedesaan jumlah fasilitas
kesehatan yang masih terbatas serta aspek aksesibilitas pelayanan kesehatan. Hasil
Riskesdas juga menunjukkan bahwa cakupan program kesehatan ibu dan reproduksi
umumnya rendah pada ibu-ibu di pedesaan dengan tingkat pendidikan dan ekonomi
rendah (Kementerian Kesehatan, 2011).
- Daya beli atau kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya di bidang
kesehatan berbeda antar masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya. Pada
masyarakat yang berpendapatan lebih tinggi, daya beli atau kemampuan memenuhi
kebutuhannya dalam bidang kesehatan lebih tinggi daripada masyarakat yang
berpendapatan lebih rendah. Hal ini dikarenakan, pada masyarakat berpendapatan
rendah, akan mencukupi kebutuhan barang terlebih dahulu, setelah kebutuhan akan
barang tercukupi baru kemudian akan mengkonsumsi barang atau jasa kesehatan.
Sumber: Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Tingginya Mortalitas
Penduduk oleh Riyani Suryaningsih Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
10. Bagaimana perbedaan pola mortalitas di negara berkembang dengan negara maju?
Pola penyebab kematian, pola kematian berdasar umur, jenis kelamin, geografi, sosek
Di Indonesia transisi epidemiologi menyebabkan terjadinya pergeseran pola penyakit, di
mana penyakit kronis degeneratif sudah terjadi peningkatan. Penyakit degeneratif
merupakan penyakit tidak menular yang berlangsung kronis seperti penyakit jantung,
hipertensi, diabetes, kegemukan dan lainnya. Kontributor utama terjadinya penyakit kronis
adalah pola hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, pola
makan dan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, stres, dan pencemaran lingkungan.
Sehingga Indonesia menanggung beban ganda penyakit di bidang kesehatan, yaitu penyakit
infeksi masih merajalela dan ditambah lagi dengan penyakit penyakit kronik
degeneratif
kematian cenderung lebih banyak di perdesaan daripada perkotaan. Hal ini dapat
disebabkan antara lain karena kurang meratanya distribusi tenaga kesehatan di wilayah
perdesaan dan kurangnya sarana prasarana di fasilitas kesehatan yang ada
Handajani, Adianti, Betty Roosihermatie, and Herti Maryani. "Faktor-faktor yang
berhubungan dengan pola kematian pada penyakit degeneratif di Indonesia." Buletin
penelitian sistem kesehatan 13.1 Jan (2010).
Data penyebab kematian dari 1995 sampai dengan 2007 menunjukkan terjadinya
perubahan pola penyebab kematian. Proporsi penyakit infeksi atau penyakit menular serta
kematian maternal dan neonatal sebagai penyebab kematian cenderung menurun,
sedangkan penyakit tidak menular meningkat.
Sumber : Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2017. Renana
Aksi Nasional Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular 2015-2019.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Sumber ; Dra. Ita Mardiani Z, M.Kes. 2018. Fertilitas dan mortalitas. Ristekdikti
Faktor yang menghambat mortalitas
o Meningkatkanya kesadaran penduduk akan pentingnya kesehatan
o Fasilitas kesehatan yang memadai
o Meningkatnya keadaan gizi penduduk
o Memperbanyak tenaga medis seperti dokter dan bidan
o Kemajuan di bidang kedokteran
Sumber : Faqih, Ahmad. Kependudukan : Teori, Fakta dan Masalah untuk mahasiswa dan
umum. Yogyakarta : Dee Publish
Penyebab kematian secara global (Say L et al, 2014 ) sekitar 28% disebabkan
oleh pendarahan hebat, 27 % oleh penyakit yang sudah ada sebelum kehamilan, 11%
oleh infeksi, 14% oleh hipertensi dalam kehamilan, 9% oleh persalinan macet, serta
aborsi yang tidak aman (8 %).
Penyebab kematian ibu di Indonesia 80% disebabkan oleh penyebab langsung
obstetrik seperti perdarahan, sepsis, abortus tidak aman, preeklampsia-eklampsia, dan
persalinan macet. Sisanya 20 % terjadi oleh karena penyakit yang diperberat oleh
kehamilan. Situasi kematian ibu di Indonesia tahun 2010-2013, penyebab perdarahan
juga masih tinggi walaupun cenderung menurun ( 35,1% menjadi 30,3% ) ,
sementara penyebab kematian ibu baik di dunia maupun di Indonesia masih berputar
pada 3 masalah utama ( perdarahan, preeklampsia-eklampsia dan infeksi ) ,
sehingga pencegahan dan penanggulangan masalah ini seharusnya difokuskan melalui
intervensi pada ketiga masalah tersebut, melalui peran petugas kesehatan.
Sumber : Maisuri T. Chalid . UPAYA MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU:
PERAN PETUGAS KESEHATAN. Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin
1. Penyebab langsung yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi obstetri
pada masa hamil, bersalin dan nifas, atau yang disebabkan oleh suatu tindakan yang
dilakukan pada masa hamil, bersalin dan nifas, atau berbagai hal akibat tindakan
tersebut
2. Penyebab tidak langsung yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh penyakit yang
bukan komplikasi obstetri, yang berkembang atau bertambah berat akibat kehamilan
atau persalinan
Mc.Carthy dan Maine (1992) dalam kerangka konsepnya mengemukakan peran
determinan kematian ibu sebagai keadaan atau hal yang melatarbelakangi dan
menjadi penyebab langsung serta tidak langsung dari kematian ibu. Determinan
kematian ibu itu dikelompokkan dalam : Determinan Proksi atau dekat (proximate
determinant), determinan antara (intermediate determinants) dan determinan
kontekstual (contekstual determinants).
- 1. Determinan Kontekstual/jauh (determinan sosial, ekonomi dan budaya), yaitu
a. Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat Faktor-faktor yang menentukan
status perempuan antara lain tingkat pendidikan (Kecenderungan perempuan yang
berpendidikan lebih tinggi lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya),
pekerjaan (ibu yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik terhadap
berbagai informasi kesehatan), keberdayaan perempuan (woman empowerment) yang
memungkinkan perempuan lebih aktif dalam menentukan sikap dan lebih mandiri dalam
memutuskan hal terbaik bagi dirinya, termasuk kesehatannya atau kehamilannya.
b. Status keluarga dalam masyarakat Jika variabel yang tersebut di atas lebih menekankan
pada diri perempuan sebagai individu, maka variabel berikut ini merupakan variabel dari
keluarga perempuan tersebut. Variabel tersebut antara lain penghasilan keluarga,
kekayaan keluarga, tingkat pendidikan dan status pekerjaan anggota keluarga, juga dapat
berpengaruh terhadap risiko mengalami kematian ibu.
c. Status Masyarakat Variabel ini meliputi antara lain tingkat kesejahteraan, ketersediaan
sumber daya (misalnya jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia), serta ketersediaan dan kemudahan transportasi. Status masyarakat umumnya
terkait pula pada tingkat kemakmuran suatu negara serta besarnya perhatian pemerintah
terhadap masalah kesehatan.
2. Determinan Antara, meliputi
a. Status Kesehatan Faktor-faktor status kesehatan ibu antara lain status gizi, penyakit
infeksi atau parasit, penyakit menahun seperti TBC, penyakit jantung, ginjal dan riwayat
komplikasi obstretri.
b. Status Reproduksi Faktor-faktor status reproduksi antara lain usia ibu hamil ( usia
dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia berisiko untuk hamil dan
melahirkan), jumlah kelahiran (semakin banyak jumlah kelahiran yang dialami oleh
seorang ibu semakin tinggi risikonya untuk mengalami komplikasi), jarak antara
kehamilan, status perkawinan (perempuan dengan status tidak menikah cenderung kurang
memperhatikan kesehatan diri dan janinnya selama kehamilan dengan tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan, yang akan menyebabkan tidak terdeteksinya kelainan yang dapat
menyebabkan komplikasi)
c. Akses Terhadap Pelayanan Reproduksi Akses pelayanan, ada dua aspek utama, yaitu
ketersediaan dan keterjangkauan.Ketersediaan adalah tersedianya fasilitas pelayanan
kesehatan dengan jumlah dan kualitas yang memadai.Keterjangkauan pelayanan
kesehatan meliputi jarak, waktu, dan biaya.
d. Perilaku sehat Berkaitan dengan perilaku penggunaan alat-alat kontrasepsi ( ibu ber
KB akan lebih jarang melahirkan dibandingkan dengan ibu yang tidak berKB),
pemeriksaan kehamilan (ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur akan
terdeteksi masalah kesehatan dan komplikasinya), penolong persalinan (ibu yang ditolong
oleh dukun berisiko lebih besar untuk mengalami kematian dibandingkan dengan ibu
yang melahirkan oleh tenaga kesehatan), perilaku menggugurkan kandungan (ibu yang
berusaha menggugurkan kandungannya berisiko lebih besar untuk mengalami
komplikasi)
e. Faktor-faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terduga Ada keadaan yang mungkin
terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi
selam hamil atau melahirkan.Beberapa keadaan tersebut terjadi pada saat melahirkan,
misalnya kontraksi uterus yang tidak adekuat, ketuban pecah dini dan persalinan yang
terlambat melebihi 9 bulan.
3. Determinan Proksi, yaitu
a. Kejadian Kehamilan Perempuan yang hamil mempunyai risiko untuk mengalami
komplikasi, sedangkan perempuan yang tidak hamil tidak mempunyai risiko
tersebut.Program keluarga berencana dapat secara tidak langsung mengurangi risiko
kematian ibu. Efek KB terhadap penurunan AKI berkaitan dengan TFR. Bila TFR tinggi
maka penurunan kematian ibu akan sangat dipengaruhi oleh keikutsertaan KB.
Sebaliknya jika TFR cukup rendah, maka pelayanan KB tidak lagi berpengaruh terhadap
penurunan AKI. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa angka total kesuburan
(Total Fertility Rate/TFR) ternyata tidak selalu memberikan dampak yang berarti pada
penurunan AKI karena kematian ibu berkaitan pula dengan faktor-faktor lain, misal
kualitas pelayanan kesehatan
b. Komplikasi Kehamilan dan Persalinan Komplikasi obstetri ini merupakan penyebab
langsung kematian ibu, yaitu perdarahan, infeksi, eklampsia, partus lama, abortus dan
rupture uteri. Intervensi yang ditujukan untuk mengatasi komplikasi obstetri tersebut
merupakan intervensi jangka pendek; yang hasilnya akan dapat gera terlihat dalam
bentuk penurunan AKI.
(ita mardiani dan nugroho,
2018, mortalitas dan fertilitas)
- Kemiskinan
Kemiskinan juga menjadi masalah dalam kematian maternal di Indonesia. Walaupun ada
upaya pemerintah mengatasi persoalan kemiskinan, tetapi masalahnya adalah banyak
program penanggulangan kemiskinan yang tidak terintegrasi dengan sektor
kesehatan terutama kesehatan maternal. Hal ini bisa dilihat dari rendahnya akses
kesehatan maternal pada kelompok miskin. Sehingga risiko kematian terhadap kelompok
ini menjadi lebih tinggi.
- Budaya
Paraji merupakan salah satu contoh tradisi kebudayaan yaitu seorang praktek kerja
paraji dengan cara menolong persalinan, memberi perawatan pasca partum sampai kira-
kira 40 hari bahkan memberikan perawatan ante natal pada saat kehamilan. Hal tersebut
membuat ibu hamil tidak ke rumah sakit karena biaya yang dikeluarkan tidak ada,
sehingga terdapat pengaruh jika tidak sesuai medis dapat meningkatkan angka
kematian ibu.
- Stereotype tentang kehamilan hal yang wajar hingga tidak membutuhkan ANC
ANC akan tetap dibutuhkan oleh ibu hamil baik itu dengan kehamilan wajar ataupun tak
wajar. Kehamilan perlu dipantau agar ibu dapat melahirkan anaknya dengan selamat. Hal
tersebut bisa meningkatkan tingkat kematian ibu.
Sumber :
- Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.
- Nababan, Y.H., et.all. Trends and Inequities in Use Maternal Health Care Service in
Indonesia, 1986-2012. International Journal of Women’s Health. 2018;10.
- Rahma. 2018. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SEKSUALITAS DENGAN
PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMA NEGERI 1 SUBANG. Jurnal Bidan “Midwife
Journal” Volume 5 No. 01, Jan 2018
- Rajab, Budi. 2009. KEMATIAN IBU: SUATU TINJAUAN SOSIAL-BUDAYA. Jurnal
Masyarakat & Budaya, Volume 11 No. 2 Tahun 2009
- Verayanti Albertina Bata, Ova Emilia, Mohammad Hakimi. Peran Pengambil
Keputusan dalam Keterlambatan Rujukan Maternal. Jurnal Kesehatan Primer Vol 4,
No.1 Juni 2019, pp. 1-12
- Nursal dan Satri. 2015. KEHAMILAN RISIKO TINGGI DI PUSKESMAS LUBUK
GADANG KABUPATEN SOLOK SELATAN. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |
Oktober 2014 - Maret 2015 | Vol. 9, No. 1, Hal. 23-28
The Safe Motherhood Initiative inilah yang kemudian digunakan sebagai basis Program Gerakan
Sayang Ibu, atau yang biasa disebut sebagai Program GSI. Program Gerakan Sayang Ibu
merupakan sebuah “gerakan” untuk mengembangkan kualitas perempuan – utamanya
melalui percepatan penurunan angka kematian ibu – yang dilaksanakan bersama-sama
oleh pemerintah dan masyarakat (Syafrudin dalam Priyadi dkk, 2011).
Tujuan utama dari Program GSI adalah peningkatan kesadaran masyarakat, yang
kemudian berdampak pada keterlibatan mereka secara aktif dalam program-program
penurunan AKI; seperti menghimpun dana bantuan persalinan melalui Tabungan Ibu
Bersalin (Tabulin), pemetaan ibu hamil dan penugasan donor darah pendamping, serta
penyediaan ambulan desa (Syafrudin dalam Priyadi dkk, 2011). Berbeda dengan The Safe
Motherhood Initiative yang terkesan sangat struktural, program GSI justru menekankan
keterlibatan masyarakat sipil dalam upaya-upaya untuk menurunkan AKI.
Data penyebab kematian dari 1995 sampai dengan 2007 menunjukkan terjadinya
perubahan pola penyebab kematian. Proporsi penyakit infeksi atau penyakit menular serta
kematian maternal dan neonatal sebagai penyebab kematian cenderung menurun,
sedangkan penyakit tidak menular meningkat.
1) Tanpa Kemiskinan. Tidak ada kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru
dunia.
2) Tanpa Kelaparan. Tidak ada lagi kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan
nutrisi, serta mendorong budidaya pertanian yang berkelanjutan.
3) Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan. Menjamin kehidupan yang sehat serta
mendorong kesejahteraan hidup untuk seluruh masyarakat di segala umur.
4) Pendidikan Berkualitas. Menjamin pemerataan pendidikan yang berkualitas dan
meningkatkan kesempatan belajar untuk semua orang, menjamin pendidikan yang
inklusif dan berkeadilan serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua
orang.
5) Kesetaraan Gender. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum ibu dan
perempuan.
6) Air Bersih dan Sanitasi. Menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang
berkelanjutan untuk semua orang.
7) Energi Bersih dan Terjangkau. Menjamin akses terhadap sumber energi yang
terjangkau, terpercaya,
berkelanjutan dan modern untuk semua orang.
8) Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak. Mendukung perkembangan
ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, lapangan kerja yang penuh dan produktif, serta
pekerjaan yang layak untuk semua orang.
9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur. Membangun infrastruktur yang berkualitas,
mendorong peningkatan industri yang inklusif dan berkelanjutan serta mendorong
inovasi.
10) Mengurangi Kesenjangan. Mengurangi ketidaksetaraan baik di dalam sebuah negara
maupun di antara negara-negara di dunia.
11) Keberlanjutan Kota dan Komunitas. Membangun kota-kota serta pemukiman yang
inklusif, berkualitas, aman, berketahanan dan bekelanjutan.
12) Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab. Menjamin keberlangsungan konsumsi
dan pola produksi.
13) Aksi Terhadap Iklim. Bertindak cepat untuk memerangi perubahan iklim dan
dampaknya.
14) Kehidupan Bawah Laut. Melestarikan dan menjaga keberlangsungan laut dan
kehidupan sumber daya laut untuk perkembangan pembangunan yang berkelanjutan.
15) Kehidupan di Darat. Melindungi, mengembalikan, dan meningkatkan
keberlangsungan pemakaian ekosistem darat, mengelola hutan secara berkelanjutan,
mengurangi tanah tandus serta tukar guling tanah, memerangi penggurunan,
menghentikan dan memulihkan degradasi tanah, serta menghentikan kerugian
keanekaragaman hayati.
16) Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian. Meningkatkan perdamaian termasuk
masyarakat untuk pembangunan berkelanjutan, menyediakan akses untuk keadilan bagi
semua orang termasuk lembaga dan bertanggung jawab untuk seluruh kalangan, serta
membangun institusi yang efektif, akuntabel, dan inklusif di seluruh tingkatan.
17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Memperkuat implementasi dan menghidupkan
kembali kemitraan global untuk pembangunan yang berkelanjutan.
18. Apa saja target dari RPJMN 2015-2019 dan 2020-2024 dalam bidang kesehatan
2015-2019