KEBUDAYAAN GORONTALO
(Study of Tradition Process of Building Gorontalo House for Gorontalo Culture)
ABSTRACT
The cultural form in architecture is an indication that the closer the work of architecture to
the process of cultural creation. The work of architecture as an artifact is the final form
arising from the existence of ideas and actions within a culture. The people of Gorontalo
generally still hold the customary tradition in the process of building a house in Gorontalo
which is a cultural idea and action that can reflect the traditional and cultural strength of
Gorontalo people so that it can be used as a trace of Gorontalo architectural culture. This
study aims to discuss the details of the implementation and understand how the process of
building tradition in Gorontalo society based on technical, cultural and environmental
aspects. The research method uses a qualitative approach as a process of collecting a
number of actual and contextual field data to get a detailed picture. The process for
analyzing the problem then uses descriptive and inductive research methods to focus its
attention on actual phenomena and depicts in depth the conditions in the field. The result of
this research is a thorough knowledge of traditional structural system of cultural process of
building a house in Gorontalo society.
ABSTRAK
Bentuk budaya dalam arsitektur merupakan indikasi bahwa semakin dekat karya arsitektur
dengan proses penciptaan budaya. Karya arsitektur sebagai artefak adalah bentuk akhir
yang timbul dari adanya gagasan dan tindakan dalam suatu budaya. Masyarakat Gorontalo
pada umumnya masih memegang tradisi adat dalam proses membangun rumah di
Gorontalo yang merupakan gagasan dan tindakan budaya yang dapat mencerminkan
kekuatan adat dan budaya masyarakat Gorontalo sehingga dapat dijadikan sebagai jejak
budaya arsitektur Gorontalo. Studi ini bertujuan membahas rincian pelaksanaan dan
memahami bagaimana proses tradisi membangun rumah tinggal pada masyarakat
Gorontalo berdasarkan aspek teknis, budaya dan lingkungan. Metode penelitian
menggunakan pendekatan kualitatif sebagai proses pengumpulan sejumlah data di
lapangan yang aktual dan kontekstual untuk mendapatkan gambaran yang terjadi secara
mendetail (aktivitas, simbol, perilaku). Proses untuk menganalisa masalah tersebut
kemudian menggunakan metode penelitian deskriptif dan induktif untuk memusatkan
perhatiannya pada fenomena aktual dan menggambarkan secara mendalam sesuai kondisi
di lapangan. Hasil penelitian ini adalah pengetahuan menyeluruh tentang sistem struktur
budaya proses tradisional membangun rumah tinggal di masyarakat Gorontalo.
Proses penentuan lokasi Lokasi Pemangku Secara teknis Penentuan lokasi Pada segi
atau tempat untuk pembangun adat (Bate- penentuan lokasi untuk lingkungan,
mendirikan rumah tinggal an rumah bate) rumah tinggal pembangunan penentuan lokasi
Pemilik rumah tersebut dipilih rumah tinggal untuk
Pekerja ahli berdasarkan telah diketahui pembangunan
dan umum kondisi tanah oleh seorang rumah tinggal
yaitu tanah yang tertua (pemangku dipilih tanah yang
rata atau datar, adat) agar dapat peruntukkannya
tidak berair dan diketahui asal bagi bangunan
terletak dipinggir usul tanah yang yang tidak
jalan serta yang merupakan mengakibatkan
bebas sengketa warisan dari gangguan dan
nenek moyang perusakkan
untuk pelestarian
lingkungan
Proses pengadaan bahan Halaman Panggoba Kebutuhan bahan Proses Pada sisi
bangunan khususnya bahan rumah yang (dukun) bangunan pengadaan lingkungan,
bangunan dari kayu akan Tenaga ahli kayu/bambu bahan bangunan pengadaan
dibangun dan umum diperoleh dari yang terlihat pada bahan bangunan
Keluarga luas penebangan segi budaya yaitu dengan
(Unggala’a) pohon di hutan. adanya suatu melakukan
Proses kegiatan tolong penebangan
penebangan menolong dan pohon di hutan
pohon di hutan ini kegiatan gotong yang dipimpin
dipimpin oeh royong (huyula) oleh seorang
Tomomayanga yang dilakukan tertua yang
dan seorang masyarakat berpatokan pada
dukun Gorontalo. hukum adat pasti
(Panggoba) Gotong royong akan selalu
dengan (huyula) pada menjaga
melakukan masyarakat keseimbangan
kegiatan ritual Gorontalo dan pelestarian
seperti melihat merupakan lingkungan alam,
kondisi air laut, bentuk sebagai bukti
membacakan doa kekentalan adat yaitu pohon yang
dan mantera, istiadat yang akan digunakan
adanya bahan- terus dijaga dan sebagai bahan
bahan sesaji, dilakukan secara bangunan kayu
yang semua itu turun temurun untuk
dilakukan sebagai pembangunan
bentuk rasa rumah tinggal
hormat merupakan
masyarakat pohon yang
Gorontalo memiliki kualitas
terhadap roh-roh baik dengan
yang ada di hutan melihat usia kayu
dan rasa hormat dari besarnya
kepada Tuhan pohon, dan
sebagai pencipta selain itu pohon
alam semesta yang ditebang
hanya sesuai
dengan
kebutuhan yang
akan dipakai
sehingga
keberadaan
pohon di hutan
tetap terjaga
2 Prosesi Setelah proses penyiapan Lokasi Pemangku Secara teknis, Proses Secara
Rancang telah siap mulai dari pembangun adat (Bate- upacara Payango pengukuran untuk lingkungan,
Bangun kesiapan lokasi, kesiapan an rumah bate) dipimpin oleh pembangunan upacara
tenaga kerja dan kesiapan Pemilik rumah Tamomayanga rumah tinggal Payango
bahan bangunan, maka (suami-istri) dengan secara budaya memberikan
proses selanjutnya dengan Pekerja ahli pengukuran memberikan suatu gambaran
melakukan pengukuran dan pekerja diambil suatu gambaran bahwa ukuran
kebutuhan bahan bangunan umum berdasarkan bahwa ukuran rumah tidak
melalui upacara Payango pada ukuran yang dihasilkan dilakukan secara
sebagai tujuan untuk tangan yang dari ukuran sembarangan
mendapatkan keselamatan direntangkan dari rentang tanga n tetapi melihat
dan ketentraman hidup bagi pemilik rumah memiliki suatu terlebih dahulu
penghuni dan pemilik rumah tersebut yang kepercayaan penghuni dari
tinggal tersebut kemudian dipakai yang dapat pemilik rumah
sebagai dasar memberikan tersebut agar
pada Payango kebaikan maupun luas ruang
Walu (delapan keburukkan maupun
ukuran). Upacara nantinya bagi bangunan
Payango telah pemilik rumah memberikan
memberikan tersebut. kenyamanan dan
suatu ketentraman bagi
pembelajaran aktivitas
secara teknis penghuni
akan pengukuran
luas
ruang/bangunan
untuk memadai
akan aktivitas
manusia dalam
rumah
Pengukuran untuk rumah Lokasi Pemangku Secara teknis Upacara Mo’ Dilihat dari sisi
tinggal telah dilakukan, pembangun adat (Bate- upacara ini Mayango ini lingkungan,
maka selanjutnya proses an rumah bate) dilakukan secara kembali upacara ini
penggalian tanah untuk Panggoba ritual dengan memperlihatkan memberikan
tiang rumah melalui proses (dukun) menggunakan suatu ketaatan gambaran
upacara Mo’Mayango Pegawai bahan-bahan masyarakat kepada
Syara’ ritual seperti Gorontalo akan masyarakat
Pemilik rumah sekerat bamboo, sesuatu yang Gorontalo
(suami-istri) gula merah dan telah diatur oleh maupun
Pekerja ahli kelapa cukur, hokum adat dan masyarakat luar
dan umum pecahan juga sebagai bahwa agar
belangan dan ketaatan kepada selalu menjaga
uang perak, orang yang lebih filsafat hidup
bungan dayo tua dan rasa sebagai
yang dipimpin hormat kepada pegangan dalam
oleh roh-roh para melakukan
Tamomayango, leluhur. aktivitas
sebelum Setiap bermasyarakat
melakukan Tamomayango sehinga
penggalian tanah melakukan galian kehidupan dalam
terlebih dahulu tanah disertai lingkungan selalu
Tamomayango dengan terjaga dengan
melakukan pembakaran damai
pengukuran untuk kemeyan dan
tiang rumah yang pembacaan doa
akan ditanam. dengan maksud
Setiap galian untuk
tanah dilakukan memberikan
pembacaan doa keselamatan dan
dan mantera terhindar dari
sambil mara bahaya bagi
dimasukkan pemilik rumah
bahan-bahan tersebut
ritual tersebut.
Proses upacara peletakkan Lokasi Pemimpin Sebelum Proses jalannya Secara
pintu dan jendela (mopo pembangun upacara melakukan upacara lingkungan,
dutu lokukebu wawu tutu an rumah (Tomomayan peletakkan pintu peletakkan pintu proses upacara
lowa) go) dan jendela dan jendela ini memberikan
Panggoba terlebih dahulu selalu dipimpin pembinaan dan
(dukun) melakukan oleh pembelajaran
Pegawai pengukuran untuk Tomomayango bagi masyarakat
Syara’ lebar dan tinggi dan melalui khususnya para
Pemilik rumah dari pintu dan proses ritual dan generasi untuk
(suami-istri) jendela yang penggunaan selalu
Pekerja ahli ditentukan secara bahan-bahan memperkenalkan
dan umum aturan-aturan ritual sebagai dan melestarikan
yang ada di bentuk dari upacara tradisi
hokum adat. masyarakat yang yang didalamnya
Pengukuran selalu memegang memiliki makna
untuk pintu dan teguh akan adat bagi kebaikan
jendela dilakukan istiadat dan masyarakat
sama dengan kepercayaan tradisional
proses Payango demi Gorontalo
yaitu dengan keselamatan
memakai ukuran dalam kehidupan.
rentangan tangan
dari pemilik
rumah.
3 Prosesi Proses penghunian Ruang Bate-bate Secara teknis, Upacara ini Secara
Penghunian menandakan rumah telah Keluarga Panggoba upacara naik dilakukan sesuai lingkungan,
selesai dibangun yang /ruang (dukun) rumah baru dengan aturan- upacara naik
selanjutnya dilakukan tengah Seorang tetua (mobotul bole aturan adat yang rumah baru ini
upacara naik rumah baru dari keluarga bohu) yang dipimpin oleh memberikan
(mobotul bole bohu) Pemilik rumah pertama pemangku adat pertanda untuk
dilakukan dengan saling kenal
sebelum pemilik melakukan antar tetangga
rumah melakukan proses tradisi bagi warga
pindahan barang- ritual, seperti disekitar rumah
barang yaitu menempatkan tersebut
melakukan tidur alat-alat dapur sehingga
semalam dalam (cukuran kelapa, kehidupan
rumah pisau, tempat bertetangga
(mongilalo) tumbuk cabei, terjalin dengan
dengan maksud ember isi air, baik
untuk bunga dayo) yang
mendapatkan secara umum
mimpi sebagai mengandung
tanda baik atau makna untuk
buruk terhadap kebaikan,
rumah atau keselamatan dan
pemilik rumah ketentraman bagi
yang akan penghuni dan
menempatinya keluarga.
KESIMPULAN Yang merupakan bentuk kekentalan
Hasil penelitian mengenai Studi adat istiadat yang terus dijaga dan
Proses Tradisi Membangun Rumah dilakukan secara turun temurun.
Tinggal Gorontalo Terhadap Kebudayaan 3. Lingkungan
Gorontalo dapat disimpulkan sebagai Tradisi membangun rumah tinggal di
salah satu implementasi kemanusiaan Gorontalo pada unsur lingkungan
yang beradap dengan pelaksanaannya memberikan kesan kebudayaan yang
semata-mata menuju kepada ketaatan bermula dari tradisi musyawarah
dan kecintaan masyarakat Gorontalo (Dulohupa) sebagai upaya untuk
terhadap budaya daerah yang ada di menghindari terjadinya konflik dalam
daerah sendiri dalam kegiatan lingkungan bermasyarakat, sampai
kemasyarakatan. dengan proses pelaksanaan yang
Tradisi membangun rumah tinggal memiliiki penuh makna maupun filsafat
ini dalam mewujudkan suatu kebudayaan hidup sehingga dapat memberikan
di Gorontalo yang dikaji berdasarkan pegangan hidup dalam melakukan
unsur teknis, budaya dan lingkungan pada segala aktivitas dalam menjaga
aspek tradisi, dapat terlihat antara lain: lingkungan yang damai.
1. Teknis Hal tersebuti memperjelas bahwa
Kebudayaan yang terlihat dari sisi betapa pentingnya rumah bagi manusia,
teknis pada pelaksanaan membangun dan masyarakat yang tinggal di
rumah tinggal di Gorontalo yang lingkungan tradisional yang masih
dimulai dari tahapan musyawarah mengikuti aturan-aturan yang berlaku
sampai dengan tahapan pelaksanaan serta pola-pola yang telah diikuti sejak
terbentuk hubungan kerjasama yang jaman dulu. Patokan ini akan dipakai
baik antara pemimpin (Bate-bate berulang-ulang yang akhirnya menjadi
maupun Panggoba) dengan rakyat sesuatu yang baku, seperti patokan
(pemilik rumah dan tenaga ahli/umum terhadap tata ruang, patokan terhadap
maupun masyarakat di sekitar pola massa, atau patokan terhadap
lingkungan rumah yang akan bentuk, struktur bangunan, maupun
dibangun) sehingga apa yang ornamennya sehingga dapat memberikan
diinginkan berjalan sesuai yang pengetahuan dan pembelajaran bagi
diharapkan dan berjalan sesuai masyarakat Gorontalo, khususnya ara
dengan norma dan keseimbangan. generasi muda untuk dapat
Dalam konteks perwujudan memperkenalkan dan melestarikan
arsitektural, maka secara teknis budaya tradisi membangun rumah di
terbentuk arsitektur masyarakat lingkungan masyarakat Gorontalo.
Gorontalo yang ditampilkan sebagai
ekspresi budaya masyarakat DAFTAR PUSTAKA
setempat, bukan saja yang Amel, Asytar. 1995. Proses Rancang
menyangkut fisik bangunannya tetapi Bangun Rumah Tradisional
juga semangat dan jiwa yang Minangkabau di Sumanik,
terkandung di dalamnya. Kabupaten Tanah Datar. Makalah
2. Budaya Seminar Arsitektur, Jurusan
Pada pelaksanaan membangun rumah Arsitektur Universitas Bung Hatta.
tinggal di Gorontalo terlihat wujud Padang.
suatu kebudayaan dengan Basrowi. Suwandi. 2008. Memahami
pelaksanaan musyawarah (Dulohupa) Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta.
yang menandakan kepatuhan, Jakarta.
ketaatan dan penghormatan kepada Creswell, J, W. 1998. Qualitative Inquiry
orang tua maupun leluhur dalam and Research Design: Choosing
menentukan lokasi, bahan bangunan, Among Five Tradition. Sage
pengukuran maupun bentuk bangunan Publication. Bandung.
Daulima, Farha. 2004. Terbentuknya
Kerajaan Limboto-Gorontalo.
Limboto: Galeri Budaya Daerah LSM
“Mbu’i Bungale”.
Ettehad, Sheida. Azeri, Karimi, Amir Reza.
Kari, Ghazaleh. 2014. The Role of
Culture in Promoting Architectural
Identity. European Online Journal of
Natuiral and Social Sciences, Vol. 3,
No. 4 Special Issue on Architecture,
Urbanism, and Civil Engineering.
ISSN 1805-3602. www.european-
science.com
Koentjaranigrat, 2005. Pengantar Ilmu
Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta.
Lumempouw, Femmy. 2014. Proses
Pembuatan Rumah Menurut Adat di
Daerah Tombulu: Kajian Komunitas
Adat dan Budaya Bahari. Jurnal
Online
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php
/ . pp. 117-130 ISSN 978-19365-0-4.
Priyono, S. 1992. Kebudayaan Arsitektur
dan Bahasa di Sulawesi Utara. LIPI.
Jakarta.
Rapoport, Amos 1969, House Form and
Culture. Prentice Hall, Englewood
Cliffs NJ.
Susetyarto, B.M. 2016. Merajut Kearifan
Lokal Arsitektur Bena. Makalah
Seminar Nasional Semesta
Arsitektur Nusantara 4, Jurusan
Arsitektur Universitas Brawijaya,
Malang.