Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN

PROFESI KEPERAWATAN DASAR KEBUTUHAN NUTRISI

OLEH:
VIRA SHINTYA SYAFMA

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
1. Konsep Kebutuhan Nutrisi

a. Definisi / deskripsi kebutuhan nutrisi.

Istilah gizi berasal dari bahasa arab gizawi yang berarti nutrisi. Gizi adalah
substansi organik dan nonorganik yang ditemukan dalam makanan dan dibutuhkan
oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan baik (Kozier, 2004 : 1116). Nutrisi
berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-
proses dalam tubuh, sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari
serangan penyakit. Fungsi utama nutrisi adalah untuk memberi energi bagi aktivitas
tubuh, membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh, serta mengatur berbagai
proses kimia di dalam tubuh (Mubarak, 2008:27).

Nutrien adalah sejenis zat kimia organik atau anorganik yang terdapat dalam
makanan dan dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya. Enam zat
nutrisi esensial (kelompok nutrien) yaitu : air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin
dan mineral mempunyai tiga fungsi utama yaitu :
1) Menyediakan energi untuk proses dan pergerakan tubuh

2) Menyediakan “struktur material” untuk jaringan tubuh seperti tulang dan otot
3) Mengatur proses tubuh.

b. Anatomi dan fisiologi system pencernaan

1) Rongga oral

a) Bibir : berfungsi untuk menerima makanan dan produksi wicara.


b) Lidah : berfungsi untuk menggerakan makanan saat dikunyah atau
ditelan, untuk pengecapan dan dalam produksi wicara.
c) Kelenjar saliva : melarutkan makanan secara kimia, melembabkan dan
melumasi makanan, sekresi amilase untuk mengurang zat tepung menjadi
polisakarida dan maltosa, sebagai zat buang, membersihkan rongga oral
dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan
gigi.
d) Gigi : menghancurkan makanan menjadi bagian-bagian kecil dan
bercampur dengan saliva untuk membentuk bolus makanan yang dapat
ditelan.
2) Faring : berperan dalam proses menelan.

3) Esofagus : menggerakan makanan dari faring ke lambung melalui gerak


peristalis.
4) Lambung : penyimpanan makanan, produksi kimus, digesti protein,
produksi mukus, produksi faktor intrinsik (glikoprotein, vit. B12),
absorpsi.
5) Usus halus (duodenum, yeyunum, ileum) : mengakhiri proses pencernaan
makanan yang dimulai di mulut dan di lambung. Proses ini diselesaikan
oleh enzim usus dan enzim pankreas serta dibantu empedu dalam hati,
secara selektif mengabsorpsi produk digesti.
6) Usus besar : mengabsorpsi 80% sampai 90% air dan elektrolitdari kimus
yang tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi system pencernaan.

1) Diet

Diet yang sembaranga dapat mempengaruhi kerja sistem


pencernaan sehingga terjadi gengguan dalam mencerna nutrisi dan
akhirnya proses pencernaan tida optimal dalam melakukan fungsinya. Diet
yang dapat mempengaruhi sistem pencernaan antara lain adalah makanan
pedas, asam dan bersantan pekat.
2) Penyakit

Sistem pencrnaan adalah organ yang paling sering di lalui oleh


benda-benda dari luar tubuh misal makanan, sehingga sangat rentan sekali
terkena gangguan apabila sistem pertahanan tubuh tidak adekuat. Tidak
heran jika banyak terjadi gangguan pada sistem pencernaan karena hal
tersebut yang kita tidak tahu dan menyadari berapa banyak kuman yang
masuk kedalam sistem pencernaan kita.
3) Bahan kimia

Sering kita memasukan bahan kimia kedalam mulut kita baik


disengaja maupun tidak disengaja, dan melukai salah satu organ di rongga
mulut dan bahkan masuk sampai organ pencernaan bagian dalam sehingga
mengakibatkan fungsi organ tersebut mengalami gangguan.

d. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada system pencernaan.

 Kerusakan gigi adalah proses erosif yang diakibatkan oleh kerja bakteri
pada karbohidrat yang dapat difermentasi di dalam mulut, yang pada
waktunya menghasilkan asam-asam yang melarutkan email gigi.
 Kanker rongga mulut

 Akalasia adalah tidak adanya atau tidak efektifnya peristaltik esofagus


distal disertai dengan kegagalan sfingter esofagus untuk rileks dalam
respon terhadap menelan.
 Gastritis akut (inflamasi mukosa lambung) sering akibat diet yang
sembrono.
 Ulkus peptikum adalah ekskavasi (area berlubang) yang terbentuk dalam
dinding mukosa lambung, pilorus, duodenum atau esofagus.
 Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal
(lebih dari 3 kali/hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200g/hari) dan
konsistensi (feses cair)
 Peritonitis adalah inflamasi peritonium-lapisan membran serisa rongga
abdomen dan meliputi visera.
e. Pohon Masalah

Pola makan tidak teratur, obat-obatan, stres, nikotin dan alkohol

Berkurangnya pemasukan makanan

Kekosongan lambung

Erosi pada lambung

Produksi asam lambung meningkat

Refleks muntah

Intake makanan tidak adekuat

Kekurangan nutrisi

2. Rencana Asuhan Keperawatan Kliean dengan Gangguan Kebutuhan Nutrisi

a. Pengkajian

1) Riwayat keperawatan

a) Keluhan utama

Klien mengatakan merasa mual, muntah, BAB lebih dari 5x/hari


dengan konsistensi cair, nafsu makan menurun/meningkat, mengalami
penurunan/peningkatan BB.
b) Keluhan sekarang

Klien merasa lemas dan tidak nafsu makan, mual, muntah. Nafsu
makan meningkat dan mudah merasa lapar.
c) Keluhan masa lalu

Klien pernah menderita gangguan sistem pencernaan.

b. Pemeriksaan fisik : data fokus

- Penampilan umum dan vitalitas : Apatis, lesu, tampak lelah

- Berat badan : Berat badan kurang atau berlebih

- Rambut : Rambut kering, kusam, pecah-pecah, tipis, rapuh

- Kulit : Kering, kusam, pecah-pecah, pucat atau berpigmen, ada petekia


atau memar, lemak subkutan sedikit
- Kuku : Rapuh, pucat, bentuk seperti sendok

- Mata : Kering, konjungtiva pucat atau merah, kornea lembut

- Lidah : Berwarna merah atau magenta, tampilan halus, bengkak, ukuran


lidah bertambah atau berkurang
- Bibir : Bengkak, pecah-pecah pada sudut bibir

- Gusi : Bengkak, meradang, mudah berdarah, berbentuk seperti spon


- Otot : Tonus buruk, lembek dan tidak berkembang

- Sistem kardiovaskular : Frekuensi nadi meningkat, TD


meningkat, trama jantung abnormal (ireguler)
- Sistem pencernaan : Anoreksia, indigesti, diare, konstipasi

- Sistem persarafan : Refleks menurun, emosi tidak stabil, kurang perhatian,


bingung

c) Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan Hb

Laki-laki dewasa (14-18 gr/dl)

Wanita dewasa (12-16 gr/dl)


 Pemeriksaan Albumin (3,5-4,5 gr/dl)
 Rontgen
 TG (<150 mg/dl)
 Kolesterol (<200 mg/dl)
 HDL (>50 mg/dl)
 LDL (<130 mg/dl)

a. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 :
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

i. Definisi

Intake nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik


ii. Batasan karakteristik

 Berat badan dibawah ideal lebih dari 20%

 Melaporkan intake makanan kurang dari kebutuhan yang


dianjurkan
 Konjungtiva dan membran mukus pucat

 Lemah otot untuk menelan atau mengunyah

 Luka, inflamasi pada rongga mulut

 Mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah makanan

 Melaporkan kurang makan

 Melaporkan perubahan sensasi rasa

 Tidak mampu mengunyah makanan

 Miskonsepsi

 Penurunan berat badan dengan intake makanan adekuat

 Enggan makan

 Kram abdominal

 Tonus otot buruk

 Nyeri abdomen patologi atau bukan

 Kerusakan minat terhadap makan

 Pembuluh kapiler rapuh

 Diare atau steatorea


 Kehilangan rambut banyak

 Suara usus hiperaktif

 Kurang informasi, misinformasi

iii. Faktor yang berhubungan


Tidak mampu dalam memasukkan,mencerna, mengabsorpsi makanan
karena faktor biologi, psikologi, atau ekonomi.
Diagnosa 2 :

Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan

1) Definisi

Intake nutrisi melebihi kebutuhan


2) Batasan karakteristik

 Tebal kulit trisep >25 mm pada wanita dan >15 mm pada laki- laki
 Berat badan 20% diatas ideal

 Respon makan karena eksternal (situasi sosial, waktu)

 Melaporkan disfungsi pola makan (misal memasang makan dengan


aktivitas lain)
 Tingkat aktivitas menetap

 Konsentrasi intake makanan pada menjelang malam

3) Faktor yang berhubungan

Intake berlebih dalam hubungan dengan metabolisme tubuh


Diagnosa 3 :

Risiko ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan

1) Definisi

Risiko terhadap intake nutrisi melebihi kebutuhan tubuh


2) Faktor risiko

o Melaporkan memulai makanan padat sebagai sumber makanan


utama sebelum usia 5 bulan
o Intake makanan berkonsentrasi/makanan berat di malam hari

o Melaporkan atau menunjukan obesitas pada satu atau kedua orang


tua
o Melaporkan atau menunjukan berat badan diatas normal pada awal
kehamilan
o Transisi cepat dalam pertumbuhan persentil pada anak atau bayi
o Makanan dengan aktifitas lain

o Menunjukan penggunaan makanan sebagai alat kepuasan atau


hadiah
o Respon makan sebagai isyarat interna dibanding dengan rasa lapar
(misal cemas)
o Respon makan sebagai isyarat ekstrna (misal., situasi sosial, waktu
makan)
o Disfungsi pola makan

b. Perencanaan

Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

i. Tujuan dan kriteria hasil


Tujuan :
- Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi sesuai dengan tingkat
aktivitas dan kebutuhan metabolik.
Kriteria hasil :

- Menjelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat

- Peningkatan BB

- Prtambahan LLA

- Menghabiskan porsi makanan yang diberikan

ii. Intervensi keperawatan

1. Kaji faktor penyebab


2. Monitor TTV
3. Jelaskan perlunya konsumsi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan
cairan.
4. Diskusikan bersama klien kemungkinan penyebab hilangnya nafsu makan.
5. Timbang BB
6. Lakukan oral hygiene
7. Inspeksi konjungtiva, mukosa bibir
8. Tawarkan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering.
9. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan kalori harian dan
jenis makanan yang sesuai bagi klien.
10. Kolaborasi untuk pemberian nutrisi melalui NGT.
11. Kolaborasi untuk pemberian nutrisi intravena.

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan

1) Tujuan dan kriteria hasil

Tujuan: Menurunkan BB dalam batas normal/ideal

Kriteria hasil :
- Menjelaskan alasan peningkataan asupan nutrisi

- Penurunan BB

- LLA berkurang

2) Intervensi keperawatan

1. Kaji adanya faktor penyebab peningkatan berat badan.

2. Timbang BB

3. Ajarkan teknik-teknik modifikasi prilaku untuk mengurangi asupan kalori,


seperti :

- Jangan makan pada saat melakukan kegiatan lain


- Minum satu gelas air sesaat sebelum makan
- Kurangi porsi makanan tambahan, makanan berlemak, makanan manis
dan alkohol
- Siapkan makanan dalam porsi kecil yang hanya cukup untuk satu kali
makan dan buang sisanya
4. Instruksikan klien untuk memperbanyak aktivitas guna membekar kalori.

Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan kalori harian dan
jenis makanan yang sesuai bagi klien.
PENGERTIAN ANTROPOMETRI

Antropometri berasal dari kata anthropos dan logos (bahasa Yunani), yang berarti tubuh
manusia dan ilmu. Antropometri berasal dari kata antropo (manusia) dan metri (ukuran).
Antropometri yaitu studi yang berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia yang akan
digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam memerlukan intraksi manusia. Artinya
Konsep dasar yang harus dipahami dalam menggunakan antropometri secara antropometri
adalah konsep pertumbuhan.

Antropometri dilakukan pada anak-anak untuk menilai tumbuh kembang anak sehingga
dapat ditentukan apakah tumbuh kembang anak berjalan normal atau tidak. Antropometri
merupakan bagian dari ilmu ergonomi yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia yang
meliputi bentuk, ukuran dan kekuatan dan penerapannya untuk kebutuhan perancangan
fasilitas aktivitas manusia.

Data antropometri sangat diperlukan untuk perancangan peralatan dan lingkungan kerja.
Kenyamanan menggunakan alat bergantung pada kesesuaian ukuran alat dengan ukuran
manusia. Jika tidak sesuai, maka dalam jangka waktu tertentu akan mengakibatkan stress tubuh
antara lain dapat berupa lelah, nyeri, pusing. Antropometri merupakan pengetahuan yang
menyangkut pengukuran dimensi tubuh manusia dan karakteristik khusus lain dari tubuh yang
relevan dengan perancangan alat-alat / benda-benda yang digunakan manusia.

Antropometri dibagi atas dua bagian utama, yaitu:

1. Antropometri Statis, dimana pengukuran pada manusia dilakukan dalam posisi

diam dan linier pada permukaan tubuh

2. Antropometri Dinamis, dimana pengukuran dilakukan dengan memerhatikan

gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksankan

kegiatannya.

KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN ANTROPOMETRI

A. Keunggulan Antropometri

Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah:


a. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas, mikrotoa,
dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah.
b. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif
c. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus profesional, juga oleh tenaga
lain setelah dilatih untuk itu
d. Biaya relatif murah
e. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas.
f. Secara alamiah diakui kebenaranya.

B. Kelemahan Antropometri

a. Tidak sensitif, artinya tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat serta tidak dapat
membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe

b. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan
spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri

c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi dan
validitas pengukuran antropometri

2.4. JENIS-JENIS ANTROPOMETRI YANG DI UKUR

1. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena dipakai untuk
memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. usia beberapa hari, berat badan akan
mengalami penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan lahir. Hal ini
disebabkan karena keluarnya mekonium dan air seni yang belum diimbangi asupan
yang mencukupimisalnya produksi ASI yang belum lancar. Umumnya berat badan akankembali
mencapai berat badan lahir pada hari kesepuluh. Pada bayi sehat, kenaikkan berat badan normal
pada triwulan I adalah sekitar 700 –1000 gram/bulan, pada triwulan II sekitar 500 – 600
gram/bulan, pada triwulan III sekitar 350 – 450 gram/bulan dan pada triwulan IV sekitar 250 –
350 gram/bulan. Dari perkiraan tersebut, dapat diketahui bahwa pada usia 6 bulan pertama berat
badan akan bertambah sekitar 1 kg/bulan, sementara pada 6 bulan berikutnya hanya + 0,5
kg/bulan. Pada tahun kedua, kenaikannya adalah + 0,25 kg/bulan. Setelah 2 tahun, kenaikkan
berat badan tidak tentu, yaitu sekitar 2,3 kg/tahun.
Pada tahap adolesensia(remaja) akan terjadi pertambahan berat badan secara cepat ( growth
spurt) Selain perkiraan tersebut, berat badan juga dapat diperkirakan dengan
menggunakan rumus atau pedoman dari Behrman (1992), yaitu :

Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg

Berat badan usia 3 – 12 bulan, menggunakan rumus :

Umur (bulan) + 9 = n + 9

22

Berat badan usia 1 – 6 tahun, menggunakan rumus :

( Umur(tahun) X 2) + 8 = 2n + 8

Keterangan : n adalah usia anak

Berat badan usia 6 – 12 tahun , menggunakan rumus :

Umur (tahun) X 7 – 5

Cara pengukuran berat badan anak adalah :

Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu, cukup pakaian
dalam saja.

Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan dacin, masukkan anak
dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan.Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak
anak untuk berdiri diatas timbangan injak tanpa dipegangi. Ketika minmbang berat badan bayi,
tempatkan tangan petugas diatas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat
ditimbang. Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat badannya
lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang Selisih antara berat badan ibu
bersama anak dan berat badan ibu sendiri menjadi berat badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat
dilihat rumus berikut :

BB anak = (Berat badan ibu dan anak) – BB ibu

Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan. Selanjutnya, tentukan
posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu apakah status gizi anak
normal, kurang atau buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga dapat dilakukan dengan
melihat pada kurva KMS, apakah berada berat badan anak berada pada kurva berwarna hijau,
kuning atau merah.

2. Tinggi Badan (Panjang badan)

Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang badan. Pada bayi
baru lahir, panjang badan rata-rata adalah sebesar + 50 cm. Pada tahun pertama, pertambahannya
adalah 1,25 cm/bulan ( 1,5 X panjang badan lahir). Penambahan tersebut akan berangsur-
angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun. Baru pada masa
pubertas ada peningkatan pertumbuhan tinggi badan yang cukup pesat, yaitu 5 – 25 cm/tahun
pada wanita, sedangkan pada laki-laki peningkatannya sekitar 10 –30 cm/tahun. Pertambahan
tinggi badan akan berhenti pada usia 18 – 20 tahun. Seperti halnya berat badan, tinggi badan
juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus dari Behram (1992), yaitu:

 Perkiraan panjang lahir : 50 cm

 Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 Panjang Badan Lahir

 Perkiraan panjang badan usia 4 tahun = 2 x panjang badan lahir

 Perkiraan panjang badan usia 6 tahun = 1,5 x panjang badan usia 1 tahun

 Usia 13 tahun = 3 x panjang badan lahir

 Dewasa = 3,5 x panjang badan lahir atau 2 x panjang badan 2 tahun

Atau dapat digunakan rumus Behrman (1992):

 Lahir : 50 cm

 Umur 1 tahun : 75 cm

 2 – 12 tahun ; umur (tahun) x 6 + 77

Cara pengukuran tinggi badan anak adalah :

a. Usia kurang dari 2 tahun :


 Siapkan papan atau meja pengukur. Apabila tidak ada, dapat digunakan pita pengukur
(meteran)

 Baringkan anak telentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel pada
meja (posisi ekstensi)

 Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan
meja pengukur) lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.

 Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi tanda
pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian
puncak kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut
dengan pita pengukur.

b. Usia 2 tahun atau lebih :

 Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkan
bokong, punggung dan bagian belakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan
menempel pada alat pengukur.

 Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan dengan posisi
horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yangtertera.

3. Lingkar kepala

Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif konstan dan tidak
dipengaruhi oleh factor ras, bangsa dan letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar kepala
normalnya adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan pada bulan
pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6 bulan pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat
dibandingkan dengan tahap berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala
bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya
bertambah + 10 cm.

Adapun cara pengukuran lingkar kepala adalah :

 Siapkan pita pengukur (meteran)

 Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supra orbita bagian
anterior menuju oksiput pada bagian posterior. Kemudian tentukan hasilnya.

 Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala

4. Lingkar Lengan Atas (Lila)

Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan atas
sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya ukuran
tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun. Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan
pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan
berguna untuk menilai keadaan gizi dan pertumbuhan anak prasekolah. Cara pengukuran lingkar
lengan atas sebagai berikut:

 Tentukan lokasi lengan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri, yaitu
pertengahan pangkal lengan dan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan
pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dibandingkan dengan lengan
kanan sehingga ukurannya lebih stabil.

 Lingkarkan alar pengukur pada lengan bagian atas seperti pada gambar ( dapat digunakan
pita pengukur). Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran.

 Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita
pengukur

 Catat hasil pada KMS


5. Lingkar Dada

Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarangdilakukan. Pengukurannya


dilakukan pada saat bernapas biasa ( mid respirasi ) pada tulang Xifoidius( insicura substernalis).
Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi berdiri pada anak yang lebih besar,
sedangkan pada bayi dengan posisi berbaring.

Cara pengukuran lingkar dada adalah :

 Siapkan pita pengukur

 Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada seperti pada gambar 1

 Catat hasil pengukuran pada KMS


MENGETAHUI INDEKS MASA TUBUH

A. Pengertian

IMT atau sering juga disebut indeks quatelet pertama kali ditemukan oleh seorang ahli
matematika Lambert Adolphe Jacques Quatelet adalah alat pengukur komposisi tubuh yang
paling umum dan sering dilakukan. Beberapa studi telah mengungkapkan bahwa IMT adalah
alat pengukuran yang berguna untuk mengukur obesitas, dan telah direkomendasikan
untuk evaluasi klinik pada obesitas anak

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

IMT = Berat Badan (kg)

Tinggi badan (m) x Tinggi Badan (m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas
ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan
untuk perempuan adalah 18,7-23,8.

Kategori ambang batas IMT

B. Kategori Indeks Massa Tubuh

Untuk orang dewasa yang usianya 20 tahun ke atas, IMT diinterprestasi menggunakan
kategori status berat badan standar yang sama untuk semua umur bagi pria dan wanita. Untuk
anak-anak dan remaja, interpretasi IMT adalah spesifik mengikut usia dan jenis kelamin.
(CDC, 2009)

Secara umum, IMT 25 keatas membawa arti pada obesitas. Standar baru untuk IMT telah
dipublikasikan pada tahun 1998 mengklasifikasikan BMI dibawah 18,1 sebagai sangat kurus atau
underweight, IMT diatas 23 sebagai berat badan lebih atau overweight, dan IMT melebihi 25
sebagai obesitas. IMT yang ideal bagi orang dewasa adalah diantara 18,5 – 22,9. Obesitas
dikategorikan pada tiga tingkat : tingkat I (25-29,9), tingkat II (30-40), tingkat III (>40). (CDC,
2002)

a. IMT < 17,0 : Keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan
tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK)
b. IMT 17,0 – 18,4 : Keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan
tingkat ringan (KEK Ringan)
c. IMT 18,5 - 25,0 : Keadaan orang tersebut termasuk kategori normal
d. IMT 25,1 – 27,0 : Keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan
tingkat ringan
e. IMT >27,0 : Keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat
f. badan tingkat berat. (Direktorat Gizi Masyarakat RI, 2000)

PEMBERIAN MAKANAN DAN MINUMAN MELALUI NGT


A. Pengertian

Memberikan makan cair melalui selang lambung (enteral) adalah proses memberikan
melalui saluran cerna dengan menggunakan selang NGT ke arah lambung.
B. Tujuan
1. Untuk memberikan makanan dan minumak pada pasien yang tidak dapat makan,
menelan, atau atau pasien yang tidak sadar
2. Untuk memenuhi nutrisi pada pasien yang mengalami gangguan pada sistem pencernaan
3. Pasien yang terus-menerus tidak mau makan sehingga membahayakan jiwanya, misalnya
pasien psikiatri (kelainan kejiwaan)
4. Pasien yang muntah terus-menerus
5. Bayi yang berat badan lahir rendah (BBLR), premature, atau dismature
C. Indikasi
1. Klien yang tidak dapat makan/menelan atau klien tidak sadar
2. Klien yang terus-menerus tidak mau makan sehingga membahayakan jiwanya, misalnya
klien dengan gangguan jiwa.
3. Klien yang muntah terus-menerus
4. Klien yang tidak dapat mempertahankan nutrisi oral adekuat
5. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Premature, dismature
6. Perdarahan GI (Gastrointestinal)
7. Trauma multiple, pada dada dan abdomen
8. Pemberian Obat-obatan, cairan makanan
9. Pencegahan aspirasi penderita dengan intubasi jangka panjang. Operasi abdomen
10. Obstruksi saluran cerna
D. Kontra Indikasi
1. Fraktur tulang-tulang wajah dan dasar tengkorak
2. Penderita operasi esofagus dan lambung (sebaiknya NGT dipasang saat operasi)
E. Komplikasi
1. Komplikasi mekanis, seperti sonde tersumbat atau dislokasi sonde
2. Komplikasi pulmonal, seperti bradikardia
3. Komplikasi yang disebabkan karena posisi sonde yang menyerupai jerat atau simpul
4. Komplikasi yang disebabkan oleh zat nutrisi
F. Prosedur Kerja
1. Persiapan:
a. Persiapan alat :
1) Slang penduga lambung pada tempatnya
2) Corong
3) Spuit 20 cc
4) Serbet
5) Bengkok (nierbekken)
6) Plester dan gunting
7) Makanan cair sesuai kebutuhan, dalam tempatnya. Dengan ketentuan suhu
makanan harus hangat.
8) Teh atau air matang
9) Bila ada obat yang harus diberikan, harus dihaluskan dulu dan dicampur
dalammakanan
b. Persiapan pasien :

Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan


2. Pelaksanaan :
a. Pasien disiapkan dalam posisi semi fowler
b. Pasien yang gelisah sebaiknya diikat tangan dan kakinya
c. Bila pemberian makanan dilakukan memalui hidung, maka lubang hidung harus
dibersihkan terlebih dahulu
d. Serbet dipasan di dada pasien
e. Bengkok diletakkan didekat pasien
f. Slang penduga lambung diukur dari epigastrum sampai kehidung, kemudian belok ke
telinga, selanjutnya diberi tanda (ujung pipa pada arah epigastrum)
g. Ujung slang dilicinkan dengan air atau pelican lain
h. Bagian pangkat pipa di klem
i. Slang dimasukkan perlahan-lahan sambil pasien disuruh menelan jika pasien sadar
j. Periksa apakah slang betul-betul masuk ke dalam lambung dengan cara sebagai
berikut :
1) Masukkan ujung slang sampai terendam dalam bengkok berisi air. Klem dibuka
dan dilipat. Perhatikan apakah ada gelembung atau tidak. Jika tidak ada
gelembung berarti pipa berhasil masuk ke epigastrum. Setelah itu pipa diklem dan
diangkat kembali
2) Pada pasien dalam keadaan yang sangat payah, atau BBLR, tempuh cara
menghisap isi lambung sedikit demi sedikit dengan spuit. Bila reaksi asam berarti
pipa berhasil masuk ke dalam epigastrum
3) Masukkan udara dengan spuit 2 atau 3 cc ke dalam lambung, sambil
mendengarkn dengan stetoskop. Bila terdengart bunyi, berrti pipa berhasil masuk
ke epigastrm. Kemudian udara tadi dikeluarkan kembali.
k. Setelah yakin bahwa slang masuk ke spigastrum, pasangalah corong atau spuit pada
pangkal pipa
l. Melalui corong, masukkan air matang atau hangat sekurang-kurangnya 15 cc. pada
tahap permulaan, corong di miringkan dan dituangkan makanan melalui piringnya.
Setelah penuh, corong ditegakkan kembali
m. Klem dibuka perlahan-lahan
n. Cairan selanjutnya dituangkan sebelum isi corong kosong
o. Bila cairan tidak mengalir secara lancer, posisi pipa harus agak ditinggikan
p. Bila pasien harus minum obat. Obat harus dilarutkan dan diberikan sebelum makanan
habis
q. Setelah makanan habis slang dibilas dengan air masak, kemudian pangkal slang
segera diklem
r. Jika slang harus dipasang secara tetap, maka slang harus dilekatkan pada pipa dan
plester

Penilaian Kecukupan Nutrisi

2.1 Pengertian Penilaian Kecukupan Nutrisi


Kecukupan nutrisi adalah rata-rata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi bagi hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin
dan fisiologis tertentu. Nilai asupan harian zat gizi yang diperkirakan dapat memenuhi
kebutuhan gizi mencakup 50% orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin dan fisologis
tertentu disebut dengan kebutuhan gizi.
Standart kecukupan gizi di Indonesia masih menggunakan makro, yaitu kecukupan
kalori (energi) dan kecukupan protein. Di Indonesia belum diterapkan standart kecukupan gizi
secara mikro, seperti kecukupan vitamin dan mineral.

2.2 Standar Kecukupan Nutrisi


Standar kecukupan gizi secara ukuran dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu:
a.  Ukuran makro, yaitu kecukupan kalori (energi) dan kecukupan protein.
b.  Ukuran mikro, yaitu kecukupan vitamin dan mineral.

 Kecukupan kalori (energi)


Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan pekerjaan, tubuh
memperoleh energi dari makanan yang dimakan, dan energi dalam makanan ini terdapat
sebagai energi kimia yang dapat diubah menjadi energi bentuk lain. Bentuk energi yang
berkaitan dengan proses-proses biologi adalah energi kimia, energi mekanis, senergi panas
dan energi listrik.
 Energi dalam tubuh digunakan untuk:
 Melakukan pekerjaan eksternal
 Melakukan pekerjaan internal dan untuk mereka yang masih tumbuh
 Keperluan pertumbuhan, yaitu untuk senyawa-senyawa baru.
Macam-macam makanan tidak sama banyaknya dalam menghasilkan energi, padahal
manusia harus mendapatkan sejumlah makanan tertentu setiap harinya yang menghasilkan
energi, terutama untuk mempertahankan proses kerja tubuhnya dan menjalankan kegiatan-
kegiatan fisik. Untuk mengukur atau menentukan banyaknya energi yang dihasilkan makanan
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1)   Langsung
Pengukuran atau penentuan banyaknya energi yang dihasilkan oleh makanan dengan
menggunakan alat yang disebut bomb calorimeter. Dengan menggunakan alat tersebut akan
dapat ditentukan atau diukur sejumlah kalori (untuk energi) yang dihasilkan zat makanan.
Satu kalori adalah merupakan banyaknya panas yang digunakan untuk menaikan suhu 1 liter
air sebanyak 1oC
2)   Secara tidak langsung
Pengukuran atau penentuan banyaknya energi yang dihasilkan oleh makanan atau
bahan makanan melalui penguraian kimiawi (analisa), dengan pertama-tama ditentukan
terlebih dahulu karbohidratya, lemak , dan protein.

 Kecukupan protein
Tubuh manusia memerlukan berbagai zat gizi yang satu sama yang lain saling
mempengaruhi. Bayaknya protein dalam tubuh didasarkan oleh dua hal pokok berikut:
1)   Untuk memenuhi kebutuhan basal (minimal ) di mana apabila jumlah kebutuhan ini tidak
dipengaruhi maka kesehatan tubuh akan terganggu dan pertumbuhan normal tidak akan
tercapai.
2)   Sejumlah tambahan untuk mengimbangi adanya kerusakan infeksi , stress dan sebagainya.
Tubuh kita tidak dapat menghindari kehilangan-kehilangan protein terutama yang terjadi
melalui air seni, kotoran (feses) dan kulit.

 Kecukupan Vitamin
Vitamin merupakan suatu molekul organic yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk
proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh
tubuh manusia dalam jumlah yang sangat cukup, oleh karena itu, harus diperoleh dari bahan
pangan yang dikonsumsi. Sebagai perkecualian adalah vitamin D. Dalam bahan pangan hanya
terdapat vitamin dalam jumlah yang relatif sangat kecil dan terdapat dalam bentuk yang
berbeda-beda, diantaranya ada yang berbetuk provitamin atau calon vitamin (Precussor) yang
dapat diubah dalam tubuh menjadi vitamin yang aktif.
 Kecukupan Mineral
Zat gizi dapat digolongkan, yaitu golongan Makromolekul (teh, protein dan lemak)
serta mikromolekul vitamin dan mineral. Meskipun merupakan komponen yang paling vital
untuk kehidupan, pada bahan pangan hewani dapat berupa daging (sapi, kerbau, kambing,
ayam, unggas, kelinci dan lain-lain), sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber
vitamin dan mineral.
Komponen-komponen anorganik tubuh manusia terutama adalah Natrium, Kalium,
Kalsium, Magnesium, Besi, Fosfor, Klorida dan Sulfur. Sebagian dari unsur-unsur tersebut
adalah mineral-mineral tulang dan ion-ion dapat sebagai cairan tubuh. Mineral-mineral
tersebut adalah bagian-bagian mustahak dari makanan. Unsur-unsur lain yang terdapat dalam
jumlah sangat kecil disebut unsur-unsur runut (trace elements) yang juga adalah komponen-
komponen makanan yang mustahak. Ini termasuk tembaga, moblibzenum, kobalt, mangan,
zink, kromium, setenium, iodium dan fluor.
Yodium (i) merupakan mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang relatif
sangat kecil, tetapi mempunyai peranan yang sangat penting untuk pembentukan hormon
tiroksin. Hormon tiroksin ini sangat berperan dalam metabolisme sehingga dalam keadaan
konsumsi yodium yang rendah, kelenjar gondok akan berupaya membuat konpensasi dengan
membesrakan kelenjarnya. Frevalensi pembeseran kelenjar gondok di indonesia temasuk
sangat tingi. Karenanya defesiensi yudium atau gondok andemik merupakan salah satu
masalah gizi utama.
Kebutuhan yodium per hari sekitar 1-2 g per kg berat badan. Perkiraan kecukupan
yang dianjurkan sekitar 40-120 g per hari untuk anak samapi umur 10 tahun, dan 150 g per
hari untuk orang dewasa. Untuk wanita dan menyusui dianjurkan tambahan masaing-masing
25 g dan 50 g per hari.

2.3 Metode Penilaian Status Nutrisi


Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat, yaitu
penilaian secara langsung dan penilaian secara tidak langsung.
a. Penilaian secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian dari masing-masing adalah
sebagai berikut :
1)   Antropometri
Secara umum bermakna ukuran tubuh manusia. Antropometri gizi berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Tujuan dari metode ini adalah untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam
tubuh. Antopometri sebagai indicator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan
tebal lemak dibawah kulit.
a)   Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan
menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan
maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun.
Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah
1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam
bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004)
b)   Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa
jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang
mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang
menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut
Umur) atau melakukan penilaian dengan melihat perubahan berat badan pada saat
pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran
keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu
pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat
menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias
Abunain, 1990).
Hal yang harus diperhatikan dalam menimbang berat badan anak :
1. Pemeriksaan alat timbang
Sebelum digunakan, dacin harus diperiksa secara seksama apakah masih dalam
kondisi baik atau tidak. Dacin yang baik adalah apabila bandul geser berada pada
posisi skala 0,0 kg, jarum penunjuk berada pada posisi seimbang. Disamping itu
keadaan bandul geser tidak longgar terhadap tangkai dacin.
2. Anak balita yang ditimbang
Pengalaman di lapangan cukup banyak anak balita yang takut ditimbang, oleh
karena itu dilakukan terlebih dahulu pada balita yang tidak merasa takut. Balita
yang akan ditimbang sebaiknya memakai pakaian seringan mungkin. Sepatu, baju
yang tebal dan topi sebaiknya dilepaskan.
3. Keamanan
Selain dari keamanan dacin yang diperhatikan, keamanan lantai dimana
dilakukan penimbangan juga harus dilakukan. Lantai tidak boleh terlalu licin,
berkerikil, atau bertangga. Hal itu dapat mempengaruhi keamanan, baik yang
ditimbang maupun petugas.
4. Pengetahuann dasar petugas
Untuk memperlancar proses penimbangan, petugas dianjurkan untuk
mengetahui berat badan anak secara umum pada umur-umur tertentu. Hal ini
sangat penting diketahui untuk dapat memperkirakan posisi bandul geser yang
mendekati skala berat pada dacin sesuai dengan umur anak yang ditimbang.
Indeks Berat Badan Relatif :
Berat badan ( kg ) __ x 100% =......%
[Tinggi badan(cm)-100]

Nilai standar < 90% = underweight90-110% = berat normal


>110% = overweight >120% = obese/gemuk

c) Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus
kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa
balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur),
atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena
perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan
indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik,
kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004). Berat badan dan
tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia,
khususnya yang berhubungan dengan status gizi.
 Persiapan alat :
o untuk mengukur tinggi badan balita adalah mikrotoa ( mikrotoise).
o untuk mengukur tinggi anak baru sekolah adalah pita meteran dan segi
tiga siku-siku yang tersedia.
 Cara mengukur tinggi badan balita :
1. Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar
setinggi tepat 2 meter. Angka 0 pada lantai yang datar rata.
2. Lepaskan sepatu atau sandal.
3. Anak harus berdiri tegak dengan sikap siap sempurna. Kepala bagian
belakang harus menempel pada dinding dan muka menghadap lurus dengan
pandangan ke depan.
4. Turunkan mikrotoa dengan rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus
menempel lurus pada dinding.
5. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa.
Angka tersebut menunjukan tinggi anak yang diukur.
 Cara mengukur tinggi badan anak baru masuk sekolah :
1. Anak tidak boleh memakai alas kaki.
2. Anak berdiri membelakangi dinding dengan pita meteran berada di tengah
bagian kepala.
3. Posisi anak tegak bebas.
4. Tangan dibiarkan tergantung bebas menempel di badan.
5. Tumit rapat, tetapi ibu jari kaki tidak rapat.
6. Anak menghadap dengan pandangan lurus ke depan.
7. Untuk menentukan tinggi anak pada pita meteran, digunakan alat bantu
berupa segi tiga siku-siku.

d ) Lingkar Lengan Atas


Lingkar lengan atas ( LLA ) merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi,
karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan
harga yang lebih murah. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian,
terutama jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi.
Pengukuran lingkar lengan atas (LLA)  pada wanita usia subur (20-45 th)

LLA (cm) Kriteria


25,7 - 28,5 Normal
28,5 - 34,2 Obesitas

28,5 - 39,7 Obesitas Berat


>39,7 Obesitas Sangat Berat

 Persiapan alat :
Pita pengukur
 Cara pengukuran :
o Gunakan pita pengukur yang tidak mulur.
o Lingkarkan pita tersebut pada titik tengah lengan atas yang non-dominan
diantara puncak prosesus akromialis scapula dan prosesus olekranon os
ulna sementara lengan bawah difleksikan 90o.
o Dengan lengan dalam posisi bergantung bebas.
o Kencangkan pita pengukur yang telah dipasang melingkari titik tengah
lengan atas tanpa menimbulkan penekanan pada jaringan lunak.
o Lakukan pembacaan pada sentimeter terdekat.
o Nilai normal standar : laki-laki = 26,3 cm
Wanita = 25,7 cm

e. ) Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, yang
biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan
ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar ( Hidrosefalus ) dan
kepala kecil ( Mikrosefalus ). Dalam antropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar
dada cukup berarti dan menentukan kecukapan energy protein ( KEP ) pada anak.
Lingkar kepala juga bisa digunakan sebagai informasi tambahan dalam pengukuran
umur.
 Persiapan alat :
Pita pengukur yang terbuat dari fiberglass dengan lebar kurang dari 1 cm,
fleksibel, tidak mudah patah.
 Cara Pengukuran :
Lingkarkan pita pada kepala.Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabella
( frontalis ) atau supra orbita bagian anterior menuju oksiput pada bagian
posterior. Pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal.

f.) Lingkar Dada


Lingkar dada biasanya dilakukan pada anak berusia 2-3 tahun, karena rasio lingkar dada dan
lingkar kepala sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara
lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala
dan dada adalah kurang dari satu, hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan
pertumbuhan, atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai
indicator dalam menentukan KEP pada anak balita.
 Persiapan alat :
Pita kecil, tidak mudah patah.Biasanya terbuat dari fiberglass.
 Pengukuran dilakukan pada garis puting susu. Pengukuran sebaiknya dilihat
mendekati 1 desimal.
  2)    Klinis
Metode ini, didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan
dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal tersebut dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit,
mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh
seperti kelenjar tiroid. Tujuan dari metode ini adalah dapat mendeteksi secara cepat tanda-tanda
klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Pemeriksaan klinis secara umum
terdiri dari 2 bagian, yaitu :
Medical history ( riwayat medis ), terdiri dari :
o Identitas pasien ( nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku, dsb)
o Lingkungan fisik dan social budaya
o Sejarah timbulnya gejala penyakit
o Data-data tambahan lainnya.
Data-data tersebut dapat dilakukan dengan cara wawancara dengan penderita dan
keluarganya atau dengan observasi langsung pada rumah dan lingkungan
penderita.
 Pemeriksaaan fisik ( head to toe )
Pemeriksaan fisik head to toe merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai
ujung kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien
dan memungkinkan perawat untuk membuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan
fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon  terhadap
terapi tersebut.
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan atau membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang harus di perhatikan, yaitu
sebagai berikut:
1.   Kontrol infeksi
Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang masker, dan
membantu klien mengenakan baju periksa jika ada.
2.   Kontrol lingkungan
Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan
untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi pemeriksa itu sendiri.
Misalnya menutup pintu atau jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien.
 Tujuan Pemeriksaan Fisik
1.  Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2.  Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam
riwayat keperawatan.
3.  Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
4.  Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
5.  Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan
 Manfaat Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi
profesi kesehatan lain, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnosa
keperawatan.
2.   Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
3.   Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat.
4.   Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
 Indikasi
Mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama pada:
1.   Klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat.
2.   Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.
3.   Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien.
 Prosedur pemeriksaan fisik
Persiapannnya adalah sebagai berikut :

1. Alat
a. Meteran
b. Timbangan BB
c. Penlight
d. Steteskop
e. Spighnomanometer
f. Thermometer
g. Arloji atau stopwatch
h. Refleks Hammer
i. Tongue spatel
j. Tissue, buku catatan perawat.
Alat diletakkan di dekat tempat tidur klien yang akan di periksa.
2.   Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan. Misalnya
menutup pintu atau jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien
3.   Klien (fisik dan fisiologis)
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk rileks.
 Cara Kerja :
1.  Cuci tangan
2.  Jelaskan prosedur
3.  Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien dan pasang
handschoen bila di perlukan.
4.  Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, status mental dan nutrisi.
Posisi klien : duduk atau berbaring
Cara : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
o Kesadaran, tingkah laku, ekspresi wajah, mood. (Normal : Kesadaran penuh,
Ekspresi sesuai, tidak ada menahan nyeri / atau sulit bernafas)
o Tanda-tanda stress atau  kecemasan (Normal) : Relaks, tidak ada tanda-tanda
cemas atau takut)
o TB, BB ( Normal : BMI dalam batas normal)
o Kebersihan Personal (Normal : Bersih dan tidak bau)
o Cara berpakaian (Normal : Benar / tidak terbalik)
o Postur dan cara berjalan
o Bentuk dan ukuran tubuh
o Cara bicara (Relaks, lancar, tidak gugup)
5.  Evaluasi dengan membandingkan dengan keadaan normal.
6.   Dokumentasikan hasil pemeriksaan.

3)    Biokimia
Adalah suatu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: urine, tinja,
darah, beberapa jaringan tubuh lain seperti hati dan otot. 

4)   Biofisik
Penentuan gizi secara biofisik adalah suatu metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi, khususnya jaringan, dan melihat perubahan struktur jaringan.
Penilaian secara biofisik dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu uji radiologi, tes fungsi fisik
dan sitologi.

b. Penilaian secara tidak langsung


Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi 3 yaitu: survey konsumsi
makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Adapun uraian dari ketiga hal tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Survey konsumsi makanan
Adalah suatu metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat
jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. 
Tujuan umum :
Secara umum survey konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan
makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok,
rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi
makanan tersebut.
Tujuan khusus :
a. Menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan kelompok
masyarakat.
b. Menentukan status kesehatan dan gizi keluarga dan individu.
c. Menetukan pedoman kecukupan makanan dan program pengadaan pangan.
d. Sebagai dasar perencanaan dan program pengembangan gizi.
e. Sebagai sarana pendidikan gizi masyarakat, khususnya golongan yang berisiko
tinggi kekurangan gizi.
f. Menentukan perundang-undangan yang berkenaan dengan makanan, kesehatan
dan gizi masyarakat.
2) Statistik vital
Adalah dengan cara menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data
lainnya yang berhubungan dengan gizi. 
Data statistik layanan kesehatan dapat dilihat dari tempat layanan kesehatan itu berada.
Ada dua tempat yang penting, yaitu puskesmas dan rumah sakit. Meningkatnya status
kesehatan gizi yang berkunjung ke puskesmas merupakan indikasi tentang insiden keadaan
kekurangan gizi di suatu wilayah. Begitu pula dengan kondisi yang ada di rumah sakit.
Ada beberapa kelemahan statistik vital untuk menggambarkan keadaan gizi di suatu
masyarakat. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain data yang tidak akurat, kesulitan
dalam pengumpulan data, dan kemampuan untuk melakukan interpretasi secara tepat karena
ada faktor lain yang turut mempengaruhi keadaan gizi.
3) Ekologi
Berdasarkan ungkapan dari Bengoa dikatakan bahwa malnutrisi merupakan masalah
ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya.
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi dll. Jelliffe ( 1966 ) menyatakan bahwa ada 6 faktor ekologi yang perlu
dipertimbangkan sebagai penyebab malnutrisi, yaitu keadaan infeksi, sosial ekonomi,
produksi pangan, konsumsi makanan, pengaruh budaya serta pelayanan kesehatan dan
pendidkan.
Hubungan infeksi dan malnutrisi merupakan hubungan sinergia, yaitu infeksi dapat
mempengaruhi terjadinya malnutrisi dan sebaliknya malnutrisi akan mempengaruhi
seseorang mudah terkena penyakit infeksi. Mekanisme terjadinya infeksi dan malnutrisi
dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan seperti penururnan
asupan zat gizi dan akibat kurangnya nafsu makan pada saat sakit. Disampig itu, dapat
terjadi akibat dari kehilangan cairan, kebutuhan zat gizi meningkat, dan parasit yang terdapat
dalam tubuh.

2.3. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG)


AKG adalah jumlah zat-sat giai yang hendaknya dikomsumsi untuk jangka wakru
sebagai bagian dari diet normal rata-rata orang sehat. Karena itu, pernu memperlengkapi semua
faktor yang berhubungan dengan absorpsi zat-zat gizi atau efisien dalam tubuh. Untuk sebagian
zat giti, sebagian dari kebutuhan mungkin dapat dilakukan dengan mengkomsumsi suatu zat
menjadi zat gini esensial. Misalnya. Karotenoid tertentu merupakan prekursor vitamin A ;
karena sebagian atau seluruh kecukupan akan vitamin A dapat dipecahkan oleh karoten- oid
yang perlu diposisikan zat yang di dalam tubuh yang kemudian dapat diekstrak oleh vitamin
yang berasal dari makanan, yang kemudian digantikan oleh vitamin A perlu ditimbangkan .
AKG untuk protein menjadi jumlah kebutuhan yang berbeda akan asam. amino yang ada dalam
pilihan yang berbeda dalam berbagai zat, pencernaan dan atau absorpsinya tidak komplit, tein
makanan. Pada kondisi AKG yang mengalami harus memperishungkan bagian zat gizi yang
tidak diabsorpsi ini. Misalnya absorpsi zat besi hem dan nonhem yang berbeda, yaitu oleh
makanan yang perlu diperhitungkan dalam zat AKG. Sampai sejauh mana AKG seharusnha
melebihi yang dibutuhkan faal ntuk berbeda antar berbagai zat gizi.
2.4. Cara Memenuhi AKG
Karena masih minim pengetahuan, AKG belum dapat menentukan untuk semua zat gizi yang
sudah diketahui. Akan tetapi AKG untuk zat-zat gizi yang telah ditentukan dapat di jadikan
pedoman, sehingga menu yang bervariasi yang AKG untuk zat-zat yang diperlukan untuk zat zat
gizi lainnya. Oleh sebab itu, agar menu sehari-hari terdiri atas bahan makanan yang bervariasi
dari bahan makanan (bukan dari suplementasi atau fortifikasi), dan juga diperhitungkan
kemungkinan kehilangan zat-zat gizi selama pengolahan makanan. Di Indonesia menu pola
seimbang tergambar disesuaikan dalam menu 4 Sehat 5 Sempurna dan Pedoman Umum
Seimbang (PUGS). Dalam menyusun menu, selain AKG perlu pula menampung aspalk
akseptabiliras ain sebagai zat-zat gizi, malanan dan memiliki nilai sosial dan emosional.
2.5. Kebutuhuan komsumsi Zat Nutrisi
Seperti telah diuraikan sebelumnya, zat-zat gizi dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu golongan makromolekul (karbohidrat, protein dan lemak) serta mikromolekul
(vitamin dan mineral). Meskipun merupakan komponen yang paling vital untuk kehidupan, air
tidak akan dibahas lebih lanjut. Yang merupakan sumber semua zat-zat gizi yang diperlukan oleh
tubuh adalah makanan dan minuman (pangan) yang dlikonsumsi. Umumnya bahan pangan dapat
diperoleh dari hasil tanaman maupun hewan, karena itu dikenal bahan pangan nabati dan bahan
pangan hewani.
Bahan pangan nabati dapat berupa serealia (beras, jagung gandum/terigu, sorgum, barley
oats, millets dan lain-lain); kacang kacangan dan bij-bijian berminyak (kedelai, kacang tanah,
kacang tunggak, kacang hijau, kacang babi, kacang jogo, kelapa, dan lain- lain); serta sayur-
sayuran dan buah-buahan. Sedangkan bahan pangan hewani dapat berupa daging (sapi, kerbau,
kambing, babi, ayam dan unggas lainnya, kelinci, dan lain-lain); ikan (ikan darat ikan laut,
termasuk juga udang, kepiting, lain-lain); susu (sapi, kerbau, kambing, dan lain-lain).
Tergantung dari komposisi kimianya, bahan pangan tersebut digolongan juga sebagai
sumber karbohidrat (pati), misalnya serealia dan umbi-umbian; sumber protein, misalnya
kacang- ngan dan semua bahan pangan hewani; sumber lemak isalnya kacang-kacangan, bij-
bijian, berminyak, dan beberapa bahan hewani serta sumber vitamin dan mineral misalnya bahan
makanan hewani; dan juga vitamin dan mineral bahan makanan hewani, sayur-sayuran dan buah-
buahan. Fungsi masing-masing zat gizi yang berbeda-beda, seperti makromolekul (karbonidrat,
protein dan lemak) dapat digunakan sebagai energi, namun masing-masing memiliki juga fungsi
yang khas. Demikian juga vitamin dar mineral yang berbeda, akan memiliki fungsi yang
berbeda. Oleh karena itu pengukuran lebih baik dilakukan satu per satu
 Karbohidrat
Meskipun karbohidrat (pati, gula) sebagai energi yang dapat diganti oleh, protein atau lemak,
seperti yang tidak diinginkan akan muncul karena tidak tersedia dalam makanan yang
dikonsumsi. Gejalanya sama dengan terjadi pada penderita kelaparan. Terjadi kehilangan jumlah
besar natrium (Na) dan udara dari tubuh, yang tidak dapat mengeluarkan dengan jelas sebab-
sebabnya. Hal ini yang sangat berat dengan diet orang-orang yang menerapkan diet yang
memiliki kandungan karbohidrat yang sama sekali.
Kehilangan natrium (Na) Biasa dikuti oleh rugi kalium (K) dari sel-sel tubuh, dan hal ini
akan dikuti oleh gejala lemah badan. Pada saat yang sama, tubuh tidak mampu lagi menahan
protein tubuh, kecuali jika orang tersebut mengonsumsi protein dalam jumlah banyak; hal ini
juga menyebabkan penuruna berat badan. Hal yang lebih gawat adalah bahwa penggunaan lemak
sebagai energi yang terblokir pada proses, menghasilkan produk terakumulasinya antara
(intermediet) lemak yang dikenal sebagai "senyawa keton" (badan keton). Karena senyawa keton
menumpuk, senyawa ini akan menjadi komponen abnormal darah dan air seni. Karena senyawa
inilah yang mengubah konsentrasi ion hidrogen atau keseimbangan asam dalam jaringan, maka
fungsi tubuh yang normal akan terganggu. Orang-orang yang menderita hal ini disebut penderia
"ketosis", yang biasanya memiliki gejala alami, dehidrasi dan kehilangan energi. Semua
pengaruh yang tidak diinginkan tersebut dapatt dihilangkan apabila kepada penderita diberikan
karbohidrat(pati, gula); yang memberikan indikasi bahwa karbohidrat (pati, gula) ebut
merupakan zat gizi esensial.
Meskipun disebutkan bahwa karbohidrat (pati, gula) tersebut esensial bagi tubuth, namun kita
tidak mengetahui berapa jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, karena sulit untuk menentukannya
Seperti telah disebutkan sebelumnya, glukosa dapat dibentuk dalam tubuh dari sumber bukan
pati atau glikogen, tetapi dari lemak atau protein, melalui proses yang disebut sebagai
glukoneogenesis.
Terdapat jenis karbohidrat lain yang digolongkan sebaga karbohidrat yang tidak dapat
dicerna (misalnya selulosa hemiselulosa, lignin, pektin dan lain-lain). Meskipun nilai gizinya nol
(karena tidak dapat dicerna dan diserap, sehingga tidak digunakar oleh tubuh), namun golongan
karbohidrat ini berguna untuk melancarkan pembuangan kotoran (feses) dan mencegah
timbulnya berbagai macam penyakit degeneratif .
Individu yang tidak atau kurang mengkonsumsi golongan karbohidrat ini akan
mengalami sembelit (konstipasi) atau sulit buang air besar. Selain itu, golongan karbohidrat ini
dapat memodifikasi sirkulasi enterohepatik asam empedu, karena dapat mengikat sebagian asam
empedu dan membuangnya bersama feses. Karena itu, golongan karbohidrat ini (dikenal dengan
sebutan "dietary fiber atau serat pangan) dapat membantu menurunkan kadar kolesterol darah.
Sampai saat ini kecukupan konsumsi serat pangan belum ditetapkan pihak yang berwenang,
tetapi anjuran konsumsi enetapkan konsumsi serat pangan untuk orang dewasa sehat h sekitar
20-30 g per hari. Perbandingan serat larut dan serat plasma adala tidak larut yang dikonsumsi
sebaiknya satu banding tiga (1:3).
Selain itu, terdapat pula golongan karbohidrat lain yang tidak t dicerna oleh sistem
pencernaan manusia, yaitu golongan ligosakarida (panjang rantai kabon antara tiga sampai 10).
Tetapi osakarida tersebut terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan dan ah mikroba "baik"
dalam saluran pencernaan. Sekarang igosakarida tersebut banyak dikonsumsi sebagai
"prebiotik", karena dapat meningkatkan populasi bakteri Lactobacillus sp dan Bifidus sp dalam
usus. Belum diketahui secara pasti berapa jumla oligosakarida yang sebaiknya dikonsumsi agar
dapat berfungsi sebagai pre-biotik di dalam usus. Konsumsi oligosakarida yang berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya "kembung perut" (flatulensi)
 Protein
Di atas telah disebutkan bahwa protein dapat berfungsi sebagai salah satu sumber energi
bagi tubuh. Hal ini akan terjadi bila sumber utama energi, yaitu karbohidrat (pati, gula) atau
lemak, tidak terdapat dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi bagi tubuh.
Fungsi protein sebagai zat pembangun tubuh adalah karena protein merupakan bahan pembentuk
jaringan baru yang selalu terjadi di dalam tubuh. Pada bayi dan anak-anak yang sedang dalam
masa pertumbuhan, pembentukan jaringan baru tersebut terjadi secara besar-besaran; demikian
pula pada ibu hamil dan yang sedang menyusui dan orang yang baru sembuh dari sakit Oleh
karena itu, kebutuhan akan protein bagi golongan ini lebih besar dibandingkan dengan orang
dewasa sehat (Tabel 28). Tabel 28.
Tabel 28 . Kecukupan konsumsi protein per kg
Grup populasi Umur Kecukupan
protein (g/kg
berat badan)
Bayi 0-6 bulan 2,2
6-12 bulan 2,0
Anak-anak 1-3 tahun 1,8
4-6 tahun 1,5
7-10 tahun 1,2
Remaja 11-14 tahun 1,0
15-18 tahun 0,9
Dewasa Lebih dari 18 tahun 0,8

Nilai gizi protein yang dikomsumsi akan menentukan jumlah yang harus di komsumsi.
Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan protein, protein dengan nilai gizi rendah harus di
komsumsi dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan protein yang bernilai gizi
tinggi. Nilai gizi protein dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: (1) daya cernanya, serta (2) jumlah
dan komposisi asam-asam amino esensial. Pada umurnnya nilai gizi protein nabati lebih rendah
dibandingkan dengan protein hewani.
Meskipun secara teoritis dapat disusun campuran protein nabati sehingga nilai gizinya
sama dengan protein hewani, namun konsumsi protein hewani memberikan beberapa keuntungan
tambahan, antara lain: membantu penyerapan zat gizi lain (misalnya zat besi), dan dapat
mencukupi kebutuhan tubuh akan vitamin dan mineral, karena produk pangan hewani juga
merupakan sumber vitamin dan mineral yang baik.
Kebutuhan akan protein bagi orang dewasa telah dihitung berdasarkan studi mengenai
jumlah nitrogen yang hilang dari subyek yang mengonsumsi makanan yang tidak mengandung
protein atau mengandung sedikit sekali protein. Metode ini dikenal sebagai "metode faktorial"
(factorial method atau factorial approach). Dalam metode ini kehilangan nitrogen dari tubuh
diduga dengan cara menghitung jumlah nitrogen yang terdapat dalam urine, feses dan keringat
serta saluran minor lainnya, setelah subyek memperoleh ransum bebas protein (lihat Tabel 29).
Jumlah nitrogen yang hilang tersebut menunjukkan jumlah minimum protein yang diperlukan
oleh tubuh.
Penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa rata-rata jumlah nitrogen yang hilang
tersebut adalah seba berikut: 37 mg/kg berat badan per hari dalam urine, 12 mg/kg b badan per
hari dalam feses, 3 mg/kg berat badan per hari pada (terkelupas), dan sekitar 2 mg/kg berat badan
per hari dalam salur minor lainnya. Sehingga jumlah nitrogen yang hilang adalah seki 54 mg/kg
berat badan per hari; dengan kata lain sekitar 0,34 g protein/kg berat badan per hari diperlukan
untuk kompensasi nitro yang hilang tersebut, agar terdapat keseimbangan nitrogen da tubuh.
Tesis tersebut di atas telah diuji dengan cara memberikan an nitrogern. protein telur utuh atau
albumin telur pada subyek oreing dewasa dalam jumlah yang cukup untuk memberikan
keseimbang Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, meskipun dengan memberikan protein
bermutu tinggi seperti telur, lebih banyak protein diperlukan untuk memperoleh keseimbangan
nitrogen daripada estimasi 54 mg nitrogen/kg berat badan per hari. Untuk subyek yang diberi
ransum protein bermutu tinggi seperti telur, susu, kasein atau ransum campuran protein hewani,
jumlah nitrogen yang diperlukan untuk memperoleh keseimbangan adalah sekitar 70 mg/kg berat
badan per hari, atau sekitar 0,44 g protein/kg berat badan per hari .
Dengan memperhitungkan semua faktor yang dapat mempengaruhi, misalnya variasi
mutu protein dan variasi individu, Komite Para Ahli di FAOWHO akhirnya menetapkan angka
0,57 g protein/kg berat badan per hari untuk laki-laki dewasa dan 0,52 g protein/kg berat badan
per hari untuk wanita dewasa. Angka-angka tersebut hanya didasarkan pada hasil-hasil penelitian
jangka pendek Hasil penelitian jangka panjang menemukan bahwa angka 0,89 protein/kg berat
badan per hari merupakan angka rata-rata yang leblh dapat diterima (lihat Tabel 28)
Kebutuhan akan protein dan asam-asam amino untuk dapat diestimasi dari jumlah protein dan
pola asam-asam amino yang terdapat dalam air susu ibu (ASI). Nilai yang diperoleh dianggap
sesuai untuk pertumbuhan bayi yang optimal. Untuk anak-an biasanya digunakan metode
faktorial yang menyangkut estima jumlah semua nitrogen yang dengan hilang melalui urine,
feses, kulit dan saluran minor lainnya, ditambah dengan kebutuhan untuk pertumbuhan.
Untuk anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, diperlukan jumlah konsumsi
protein per kg berat badan per hari yang lebih tinggi dari orang dewasa. Misalnya, untuk bayi
sampai kehamilan 3 bulan diperlukan rata-rata 2,4 g protein / kg berat badan per hari; 1,85 g
protein / kg berat badan / hari untuk bayi 3-6 bulan; 1,6 g protein / kg berat badan / hari untuk
bayi berdiri 6-9 bulan, dan 1,4 g protein / kg berat badan / hari untuk bayi berdiri 9 - 11 bulan.
Hal yang harus diperhatikan dalam memenuhi kebutuhan bayi dan anak kecil akan protein, selain
nutrisi protein (daya cerna dan kelengkapan asam-asam amino esensial), juga status gizi dan
kesehatan bayifanak tersebut. Karena penyakit infeksi atau diare misalnya, akan meningkatkan
kebutuhan tubuh akan protein. Protein kecukupan per orang per hari yang dianjurkan untuk
orang Indonesia. Dalam angka kecukupan gizi (AKG) tahun 2004 (Tabel 30). Kecukunan protein
vana unggul di Indonesia
Kelebihan komsumsi protein tidak baik untuk kesehatan ginjal, karena apabila proses
protein digunakan sebagai sumber energi, maka grup NH3^- nya harus dilepaskan melalui proses
deaminasi, dan kemudian disintesis menjadi urea. Urea yang berlebih dalam darah akan
membahayakan kesehatan, sehingga harus dibuang dalam bentuk urin. Makin banyak protein
yang dikonsums banyak urea yang terbentuk, dan meningkatkan jumlah urea yang terbentuk, dan
makin keras kerja ginjal untuk membuang urea tersebut.
Kekurangan komsumsi protein terjadi di kalanham bayi dan anak anak kecil terutama akibat
kemiskinan. Kekurangan kalori-protein (KKP) yang muncul dalam bentuk "marasmus
kwasiorkor" pada bayi dan anak-anak kecil masih dilarang di negara lain. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan otak dan anak-anak terhambat tetapi juga otaknya, maka akan berakiba
terbentuknya daya manusia dengan kualitas rendah.
 Lemak
Di samping untuk kebutuhan tubuh asam linoleat dan linolenat, manusia tidak membutuhkan
lemak. Hal ini dapat dilakukan karena setiap kelebihan atau protein yang dikonsumsi, dapat
menjadi lemak di dalam tubuh. Suatu ransum yang dapat memberikan 2% dari jumlah total
kebutuhan energi, yang terdiri dari asam linoleat dan linolenat, dapat memenuhi kebutuhan
tubuh.
Akan tetapi, karena lemak atau minyak dapat meningkatkan palatabilitas makanan, maka
minyak atau lemak yang banyak dikonsumsi Selain itu, lemak atau minyak dalam makanan dapat
digunakan sebagai pelarut (pembawa) vitamin alami lemak (vitamin A, D, E, K) dan pro-vitamin
lemak lemak (misalnya karotenoid) dan antioksidan alami (misalnya karotenoid, klorofil dan
lain-lain).
Para dokter ahli penyakit jantung di Amerika Serikat merekomendasikan komsumsi minyak
atau lemak dibatasi maksimum 30% dari total kalori yang dikonsumsi per hari. Dari jumlah 30%
tersebut, disarankan 10% berupa lemak atau minyak yang mengandung asam lemak jenuh (asam
lemak jenuh), 10% berup lemak atau minyak yang mengandung asam lemak tidak jend tunggal
(asam lemak tak jenuh tunggal), dan 10% ainnya beru lemak atau minyak asam lemak tidak
jenuh jamak (polyunsaturated fatty acids)
 Vitamin
Sudah terbukti sebelum kekurangan atau kelebihan -konsumsi vitamin tidak baik untuk
kesehatan tubuh Kekurangan asupan vitamin akan menyebabkan defisiensi, sedangkan kelebihan
vitamin akan menyebabkan keracunan, meskipun berupa vitamin larut udara. Kecukupan asupan
vitamin alami lemak (vitamin A, D, E dan K) diberikan pada Tabel 31, sedangkan kecukupan
asupan vitamin nutrisi udara.
 Vitamin A
Gejala defisiensi akan nampak jika cadangan vitamin A dalam hati telah berkurang. Kekurangan
asupan protein dan seng (Zn) akan mengurangi pelepasan vitamin A dari hati, kemudian timbu
gejala yang sama seperti defisiensi vitamin A. Penyebab defisiensi vitamin A antara lain: (a)
menambah vitamin A (karoten, pro-vitamin A) rendah, ( b) gangguan dalam proses penyerapan
dalam usus,(c) gangguan proses penyimpanan dalam hati, dan (d) gangguan dalam konversi pro-
vitamin A (karoten) menjadi vitamin A. Gejala yang muncul dari peran vitamin A dalam
kesehatan sel -sel epitel, serta dalam proses penglihatarn sebagai berikut:
(1) Rabun Senja. Dampak yarg terjadi akibat defisiensi vitamin A adalah Rendahnya penyaluran
vitarmin A akan menurunkan jumlah vitamin A dalam hati kadar Vitarnin A dalam darah
dan menurun. Hal ini akan mengubah jumlah vitamin A yang tersedia untuk retina (untuk
pembentukan rhodopsin, yang menggunakan dalam proses penglihatan).

(2) Perubahan pada mata


Kornea mata merupakan organ yang yang pertama-tama terpengaruh akibat defisiensi
vitamin A. Mula-mila kelejar air mata tidak dapat mengeluarakan air mata, sehingga film
yang menutupi kornea mongering. Selanjutnya sel-sel epitel kornea mengalami mongering,
opacity(menjadi tidak transparan) dan pengelupasan, sehingga kornea mata pecah, infeksi
pada mata, lalu mata mengeluarkan darah dan nanah. Timbulan kebutaan
(3) Inteksi pada saluran pernafasan atas

Vitamin A merupakan vitamin anti infeksi, antara lain untuk mencegah infeksi pada saluran
pernafasan bagian atas (ISPA).
(4) Perubahan pada kulit
Kulit, terutama pada bahu, menjadi kasar dan kaku. Selain itu dapat terjadi foliculosis, yaitu
benjolan-benjolan kecil pada dasar kantong rambut yang kemudian mengeras (keratinisasi)
Keracunan vitamin A Sehat dapat terjadi pada tingkat konsumsi 16.000 RE / hari. Namun, ada
juga yang disebut keracunan pada tingkat konsumsi lebih rendah, yaitu 6.000 RE / hari. Pada
orang lain baru terjadi keracunan ketika tingkat konsumsi vitamin A mencapai 40.000-55.000 RE
/ hari.
Pada semua golongan umur, periode awal mulailah dosis tinggi sampai timbulnya keracunan
antara 6 sampai 15 bulan. Penulis keracunan pada orang dewasa adalah: sakit kepala, mengantuk,
mual-mual, rambut rontok, kulit mengering dan diare. Pada anak-anak, gejala yang timbul
adalah: dermatitis, berat badan menurun, dan sakit pada tulang rangka. Anak kecil (bayi) dapat
menderita keracunan pada doses 8000 RE/hari, dalam periode komsumsi. Gejalanya adalah:
kepala yang terkemuka dan berair, tekanan di dalam tengkorak meningkat dan mudah marah.
 Vitamin D
Tiga jenis keadaan yang dapat dialami oleh penderita defisiensi vitamin D, adalah sebagai
berikut: (a) Riketsia, diderita oleh anak-anak yang ditandai dengan kaki bengkok (bentuk O): (b
Tetani, yang ditandai oleh bengkoknya tangan dan sendi, aki D atau rusaknya gangguan
paratiroid; dan (c) Osteomalasia, yang diderita oleh orang dewasa akibat defisiensi vitamin D
dan Ca Terjadi pada penderita sakit ginjal kronis.
Konsumsi vitamin D yang berlebihan akan menyebabkarn hypercalciurea dan
hypercalcemia yang ditandai oleh berkurangnya selera makan, rasa haus berlebihan, terus
menerus buang udara kecil muntah, lemas, diare dan pertumbuhan terhambat. Pada umumnya
asupan vitamin D dari makanan dan suplemen tidak akan melebihi batas aman (upper intake
level) . Di Amerika Serikat tolerable upper intake level untuk orang dewasa ditetapkan
ditetapkan 50 ug atau 2000 IU / hari. Di Indonesia tidak ada jumlah yang sangat tinggi
mengkonsumsi vitamin D yang dapat menyebabkan toksisitas.Namun perkiraan konsumsi lebih
tinggi dari 50 ug per hari sudah akan menyebabkan toksisitas.
 Vitamin E
Vitamin E banyak ditemukan dalam bahan makanan berlemak (mengandung minyak), oleh
karena itu sangat jarang terjadi defisiensi vitamin E. Pada manusia, defisiensi vitarmin E dapat
terjadi pada bavi prematur dan pada orang yang mengalami malabsorbsi (gangguan vitamin E.
Pada keadaan kadar vitamin E dalam darah, gejala yang terlihat adalah peningkatan tekanan
darah tinggi. PUFA dalam jumlah banyak akan menghasilkan radikal lipid (peroksida),
sedangkan vitamin E bertindak sebagai semut ioksidan yang bisa lipid radikal (scavenger).
Defisiensi mungkin terjadi jika tidak mengonsumsi vitamin E dalam jangka waktu lama,
misalnya lebih dari satu tahun.
Pada bayi prematur, defisiensi terjadi akibat kesulitan vitamin E. Dalam kasus seperti ini,
vitamin E dapat diberikan secara lisan atau oral dalam bentuk air-miscible bentuk ini merupakan
vitamin yang siap diserap. Berdasarkan kadar vitamin E di dalam plasma, katakan defisiensi jika
kadar vitamin E kurang dari 6,5 ug / ml, defisiensi margatif bila kadar vitamin dalam plasma
sekitar 6,5 8,6 ug / ml, kadar vitamin saat normal dalam plasma sekitar 8, 6 10,8 ug / ml dan
optimum jika kadar vitamin dalam plasma sama dengan 10,8 ug / ml .
Vitamin E dianggap relatif aman untuk orang sehat, namun asupan vitamin E dosis tinggi tidak
disarankan untuk pasien yang sedang mengonsumsi vitamin K (untuk pembekuan darah ata
pengobatan antikoagulan). Suplemen vitamin E juga tidak disarankan dikonsumdi selama 1-2
minggu sebelum dan setelah operasi, karenadarah Vitamin K nkan dikonsumsi selama 1 2
minggu sebelum dan setelah rasi, karena dikhawatirkan akan mengganggu kerja koagulan.

 Vitamin K
Manifasi defisensi adalah lamanya proses pembekuan (koagulasi) darah, oleh karena itu
orang yang mengalami defisiensi vitamin K mudah terkena hemorrhage (pendarahan). Pada
orang normal jarang terjadi defisien vitamin K Defisiensi vitamin K dapat terjadi pada orang
yang mengonsumsi antibiotik, antara lain akibat efek antibiotik pada kinerja enzim karboksilase
yang memerlukan vitamin K.
Defisiensi vitamin K pada orang dewasa antara lain ditandai oleh lamanya pembekuan
darah, rendahnya kadar vitamin K dalam plasma, rendahnya ekskresi y-carboxy glutamyl residue
(Gla) dalam urin serta rendahnya aktivitas faktor VIl (yang terkait dengan agregasi keping-
keping darah).
Apabila asupan vitamin K hanya berasal dari makanan sehari- hari, maka tidak akan
terjadi kelebihan vitamin K dan tidak akan terjadi efek samping. Pemberian vitamin K dengan
dosis 10 20 mg (beberapa ratus kali kecukupan) di klinik, diamati tidak memberikan efek
samping. Namun konsumsi vitamin K berlebihan sebaiknya dihindari. Kelebihan vitamin K
(sebagai menadione) yang diberikan ada bayi menyebabkan meningkatnya kejadian anemia
hemolitik, erbilirubinemia dan kerusakan hati, terutama pada bayi premature hip yang menderita
erythroblastosis
Tiamin (Vitamin Bi)
Apabila terjadi detisiensi vitamin B, maka selera makan akan sistem syarat
(neuromusculan turun, depresi dan gangguan pada Bila defisiensi berlanjut akan timbui penyakit
beri-beri. Gejala beri- beri adalah sebagai berikut: (a) sistem syaraf dan kardiovaskuler
terpengaruh, (b) mental confusion, (c) lemah otot, (d) hilangnya "sentakan" lutut dan sikut, (e)
nyeri pada otot kepala, (f) kelumpuhan,(g) oedema( wet beri-beri), (h) otot mengerut ( dry beri-
beri), dan (i) jantung membesar.
Gejala neurologis disebabkan oleh sintesis asetilkollin menurun, karena menurunya produksi
asetil-koA sebagai akibat dari menurunnya aktivitas enzim piruvat dehidrogenase.
 Riboflavin (Vitamin B2)
Awal terjadinya kekurangan riboflavin ditandai oleh cheilosis, yaitu pandangan pada
sudut mulut dan bibir. Defisiensi yang berlanjut dapat menyebabkan glossitis, yaitu lidah
menjadi halus dan berwarna merah keunguan, serta peradangan kulit yang bersisik. Pada umunya
penderita beri-beri dan defisiensi protein juga mengalami defisiensi riboflavin.
Riboflavin merupakan vitamin yang relatif tidak toksik. Jumlah yang bisa diserap sangat
terbatas. Menahan, manusia untulk nyerap vitamin B2 secara lisan tidak lebih dari 20 mg dosis
tungga Segera setelah diserap, ribofiavin diekskresikan melalui urine. Oleh sebab itu asupan
yang tinggi tidak dapat menyebabkan risiko kesehatan .
 Niasin
Defisiensi niasin menyebabkan timbulnya pellagra. Istilah pellagra berasal dari bahasa Italia,
pelle (kulit) dan agra (kasar). Penyakit pellagra stadiurm lanjut dicirikan oleh tiga d's pellagra
yaitu: dermatitis, diare dan depresi. Gejala awal defisiensi niasin adalah: Gangguan seperti
terbakar, lidah merah dan bengkak yang sering terjadi dengan defisiensi riboflavin. Gejala
neurologik berhubungan dengan degenerasi jaringan syaraf, dan gejalanya adalah: insomnia,
iritasi, vertigo, nanah dan halusinasi (pada kondisi kronis).
Niasin sebenarnya tidak toksik. Asam nikotinat sebagai vasodilator, sehingga komsumsi 50-
100 mg dapat menyebabkan kemerahan pada kulit, tetapi reaksi ini hanya berlangsung sekitar 20
menit.. Bentuk nikotinamid yang biasa digunakan sebagai suplemen tidak menyebabkan reaksi
tersebut.
 Asam Folat
Defisiensi asam folat dapat disebabkan oleh asupan yang tidak cukup, tidak sempurna,
tinggi badan atau badan selama proses penggunaan makanan asam folat. Defisiensi vitamin ini
dapat menyebabkan toksemia kehamilan, infeksi, scurvy dan meumatoid arthritis. Toxemia
kehamilan adalah kondisi yang terjadi saat akhir kehamilan, termasuk juga curah darah tinggi,
proteinuria, dan edema. Konsumsi alkohol yang dapat membantu menghilangkan asam folat.
Individu yang beresiko defisiensi asam folat antara lain wanita hamil, orang lanjut usia,
alkoholik, dan orang yang minum obat-obatan tertentu dan oralepsi oral.
 Piridoksin
Tanda-tanda defisiensi vitamin B6 pada manusia kuran spesifik.Gejalanya adalah lemah,
mudah tersinggung, insomnia dan kesulitan berjalan.Cheilosis muncul tetapi tidak sembuh
dengan pemberian biotin atau riboflavin.Pada bayi, kekurangan piridoksin akan menyebabkan
kejang-kejang yang akan segera sembuh dengan pemberian piridoksin intravena.Defisiensi
vitamin ini akan menyebabkan gangguan metabolisme triptofan yang menimbulkan gejala seperti
pellagra.Selain itu juga menimbulkan perubahan perilaku seperti depresi dan irritabilitas.
Kelebihan piridoksin jarang terjadi.Apabila terjadi, gejala yang timbul ialah sensory
neuropathy dan ataxia pada dosis yan sangat tinggi (1000 mg).Dilaporkan bahwa asupan 100
mg/hari tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan.
 Vitamin B12
Defisiensi vitamin B12 menimbulkan pernicious anemia sebagai akibat dari: konsumsi
rendah atau gangguan dalam proses penyerapan (misalnya defisiensi intrinsic factor).Anemia
pernicious dicirikan oleh terbentuknya megaloblast (macrocytes).Erythroblast merupakan cikal
bakal sel darah merah, dibentuk di dalam sumsum tulang belakang.Vitamin Bi2 sebagai koenzim
menyediakan grup metil untuk sintesis DNA.Apabila defisiensi vitamin B12, maka DNA tidak
dapat diproduksi sehingga sel tidak dapat membelah diti Sedangkan produksi RNA tetap normal,
dan sintesis protein berlanjut terus, sehingga ukuran sel darah merah bertambah besar, menjadi
megaloblast (macrocytes)
 Vitamin C (Asam Askorbat)
Gejala awal defisiensi vitamin C, dalam perannya mernpertahankan integritas kapiler adalah:
(a) gusi berdarah dan (b) pintpoint hemorrhage (pecahnya urat darah kapiler di bawah kult)
Apabila defisiensi berlanjut, akan terjadi: (a)sintesis kolagen terhambat, (b) pendarahan
berlanjut, (c) otot, termasuk otot jantung melemah, (d) Kulit menjadi kasar, kecoklatan dan
kering, (e) luka sulit disembuhkan, (0) pembentukan tulang terhambat, ujung tulang melunak dan
sakit, (g) gigi cepat tanggal, (h) defisiensi zat besi yang dapat menyebabkan anemia.
5. Mineral
Seperti halnya pada vitamin, kekurangan atau kelebihan pemberian mineral tidak baik untuk
kesehatan tubuh. Kekurangan konsumsi akan menyebabkan konsumsi akan menghasilkan
keracunan. Kecukupan konsums bermacam-macam makro-mineral (Ca, P dan Mg) ditampilkan
pada Tabel 33, sementara kecukupan memasok beberapa macam mikro-mineral (Fe, I, Zn, Se
dan F) .
 Kalsium (Ca)
Kekurangan atau kelebihan komsumsi kalsium akan menyebkan terjadinya metabolisme kalsium
yanh tidak normal. Contoh defisiensi kalsium adalah osteoporosis dan osteomalacia, sedangkan
contoh kelebihan kalsium adalah hiperkalasemia, tetany, dan rigor kalsium.
 Magnesium
Defisiensi Mg dapat terjadi akibat kelaparan, muntah-muntah luka akibat operasi, transit time
makanan dalam usus singkat, sehingga penyerapan magnesium rendah. Hal-hal berikut ini dapat
timbul bila terjadi defisiensi magnesium: (a) low magnesium tetany gejala awal yang timbul pada
kondisi tersebut adalah uncontrol neuro muscular tremors (gemetaran) dan kejang-kejang; (b)
kalsifikasi yang tidak diinginkan pada jaringan lunak, yang merupakan manifestasi dari
peningkatan penyerapan kalsium, jika terjadi defisiensi magnesium, dan pada saat yang sama
terjadi mobilisasi kalsium dari tulang; dan (c) vasodilatasi (pelebaran diameter pembuluh darah)
dan perubahan kulit.
 Zat Besi (Fe)
Tubuh sangat efisien dalam mengkonservasi asupan zat besi sehingga defisiensi zat besi hanya
terjadi dalam masa pertumbuhan kekurangan asupan zat besi setelah kehilangan darah atau
ketika wanita hamil atau melahirkan. Detisiensi zat besi dalam waktu lama akan mengakibatkan
terjadinya anemia (anemia gizi besi). Siderosis atau hemosiderosis adalah kondisi kelebihan zat
besi cadangan (hemosiderin) di dalam hati. Biasanya hal ini terjadi karena individu tersebut
gagal dalam mengatur jumlah Fe yang telah diserap. Hal lain yang dapat terjadi adalah
hemochromatosis, yaitu kondisi di mana tingkat penyerapan zat besi oleh individu sangat tinggi.
 Iodium
Defiensi iodium dapat menyebabkan timbulnya gondok , yaitu kondisi yang ditandai
dengan membesarnya bagian leher akibat pembesaran kelenjar tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid
merupakan kompensasi terhadap keterbatasan jumlah iodium yang penting untuk sintesis hormon
tiroksin.
Kritinisme dapat terjadi pada anak yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan iodium, dan
hidup di daerah endemic golter, anak penderita kritinismne terganggu pert8umbuhan
fisiknya(kerdil) dan mengalami gangguan mental.
Myxedema merupakan kondisi yang terjadi akibat kekurangan hormon tiroksin dalam
jangka waktu lama.Myxedema ditandai oleh rambut yang menipis dan kasar;kulit kering dan
kekuningan;tidak tahan kedinginan;suara parau dan lemah.Hal ini dapat terjadi sebagai akibat
adanya kerusakan pada kelenjar tiroid atau kelenjar pituitary.
Hipertiroidisme adalah kondisi di mana laju metabolik basal meningkat hingga 100 % di
atas normal , disebut juga sebagai exophthalmic goiter atau penyakit Graves.Orang yang
mengalami aktivitas kelenjar tiroid berlebihan terlihat gugup, kehilangan berat badan, tidak
toleran terhadap panas, gemetaran (tremor) dan bola matanya menonjol.
 Seng (Zn)
Kekurangan Zn dapat menyebabkan timbulnya kekurangan tembaga (Cu), hambatan
pertumbuhan dan perkembangan fisik dan organ reproduksi, anemia, kurang selera makan dan
daya tahan tubuh terhadap infeksi rendah. Kelebihan Zn menimbulkan gejala mirip dengan
kekurangan Zn, yaitu menurunnya status tembaga (Cu), anemia dan menurunnya
imunitas.Kelebihan Zn juga dapat menyebabkan gangguan syaraf dan kelemahan otot
 Selenium (Se)
Kekurangan selenium dapat menyebabkan timbulnya penyakit Keshan yang banyak terjadi di
Cina.Ciri penyakit tersebut ialah mudah lelah walau hanya melakukan aktivitas fisik ringan dan
hilang selera makan.Penyakit lain yang dapat timbul akibat kekurangan Se adalah Kashin Beck
yang juga banyak terjadi di Cina dan negara- negara bekas Uni Sovyet.Pada tahap lebih lanjut
dapat terjadi pembengkakan dan perubahan bentuk sendi tulang.Hasil penelitian terakhir
menunjukkan bahwa kekurangan selenium dapat menyebabkan menurunnya jumlah enzim
5'deiodinase yang bertanggung jawab pada pembentukan T3 (triodothyronin) dari T4
(tiroksin).Hal ini merupakan hubungan yang nyata antara iodium dan selenium. Kelebihan
Seujud keracunan yang dikenal sebagai selenosis. Gejala selenosis adalah: mual, muntah, cepat
lelah, rambut rontok dan pertumbuhan kuku tidak normal.
 Fluor (F)
Defisiensi fluor sangat jarang terjadi. Bila terjadi defisiensi fluor akan menyebabkan karies
(membawa) gigi dan jumlah gigi yang tumbuh tidak mencapai jumlah normal. Kelebihan fluor
disebut sebagai fluorosis, yang mulai terlihat pada awal tahun 6 tahun. Laki-laki lebih sering
terkena fluorosis dari wanita. Enamel gigi yang menjadi burik atau kehitamar adalah tanda-tanda
awal fluorosis, mengalami lebih banyak lagi gangguan, kesabaran, sakit persendian, deformasi
tulang belakang (bungkuk) dan betis bengkok. Asupan kalsium yang rendah dan Molibdenum
yang tinggi akan memperparah sindroma Asupan fluor yang tinggi juga akan mempengaruhi
metabolisme, yang menyebabkan timbulnya hipotroidisme.

Anda mungkin juga menyukai