Anda di halaman 1dari 10

SEMINAR USUL PENELITIAN

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Nama Mahasiswa : Grafland Langkay


NIM : 16101105062
Program Studi : Farmasi

Judul Penelitian : UJI FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK


BIJI ADAS ( Foeniculum Vulgare )

Komisi Pembimbing : 1. Prof. Herny E. I. Simbala, M.Si (Ketua)


2. Erladys M. Rumondor S.Si, M.Farm (Anggota)
Hari/Tanggal :
Jam :
Tempat :
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia tanaman adas telah dibudidayakan sebagai tanaman bumbu dan tanaman obat. Adas
menghasilkan minyak adas, yang merupakan hasil sulingan dari serbuk buah adas yang masak dan
kering, sedangkan untuk daun adas kebanyakan dimasak untuk dijadikan sayur. Minyak atsiri yang
terkandung dalam biji adas merupakan salah satu senyawa aktif bahan dasar pembuatan obat,
disamping itu minyak atsiri adas juga dapat dijadikan sebagai bahan baku industry minyak telon.
Aroma wangi yang dihasilkan digunakan sebagai bahan yang memperbaiki rasa, mengharumkan
ramuan obat dan makanan (Kridati, et al., 2012). TIDAK USAH LANGSUNG ALINEA KEDUA
SAJA

Biji adas (Foeniculum vulgare Mill) sebagai tanaman rempah-rempah telah banyak digunakan oleh
masyarakat Indonesia sebagai penyedap masakan. Kandungan minyak atsiri seperti limonina yang
mengharumkan, sedangkan kandungan flavonoida-nya berkhasiat menyembuhkan radang. Minyak
atsiri juga bisa membunuh mikroba. Buahnya mengandung minyak volatile (anetol, pinen, felandren,
dipenten, fenchon, metilchavikol, anisaldehida, asam anisat, kamfen) dan minyak lemak. Kandungan
adas hitam juga membantu mengeluarkan angin, dan mendorong pengeluaran air seni, batuk pada
anak-anak, sakit perut pada anak, diare, mual, kembung dan ambeien (Kridati, et al., 2012). Oleh
karena itu sangat menarik pengkajian kemampuan menangkap radikal bebas, jenis dan konsentrasi
pelarut untuk memperoleh senyawa fenolik tinggi dan aktivitas antioksidan dari tanaman biji adas.

Komponen kimia yang berperan sebagai antioksidan adalah senyawa fenolik dan polifenolik.
Senyawa-senyawa golongan tersebut banyak terdapat di alam, terutama pada buah-buahan dan rempah
yang memiliki kemampuan menangkap radikal bebas. Salah satu metode yang digunakan dalam
menguji aktivitas antioksidan yaitu metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Metode pengujian ini
merupakan metode yang konvensial dan telah lama digunakan untuk penetapan aktivitas senyawa
antioksidan. Menurut Widyastuti (2010), metode DPPH mudah digunakan, cepat, cukup teliti dan baik
digunakan dalam pelarut organik.

Radiasi ionisasi merupakan salah satu penyebab terbentuknya radikal bebas, baik secara langsung atau
akibat cedera sel dan peradangan. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang sangat reaktif
dengan elektron yang tidak memiliki pasangan. Radikal bebas mencari reaksireaksi agar dapat
memperoleh kembali elektron pasangannya. Selain itu, radikal bebas dapat mengalami tubrukan kaya
energy dengan molekul lain, yamg merusak ikatan didalam molekul, sehingga radikal bebas dapat
merusak membran sel atau DNA sel yang rentan (Corwin, 2009).

1
Berdasarkan uraian di atas, maka dianggap perlu untuk melakukan skrining fitokimia untuk
mengetahui kandungan senyawa alkaloid, triterpenoid/steroid, flavonoid, tannin, dan saponin dalam
ekstrak biji adas dan pengujian aktivitas antioksidan dari ekstrak biji adas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan:

1. Apakah kandungan golongan senyawa yang terdapat pada biji adas?


2. Apakah biji adas berpotensi sebagai antioksidan?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menentukan kandungan golongan senyawa yang terdapat pada biji adas.


2. Menentukan aktivitas antioksidan dari biji adas.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi tentang kandungan fitokimia
dan aktivitas antioksidan dari tanaman adas (Foeniculum vulgare).

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tanaman Adas


1.1.1 Definisi

Adas, dengan nama latin Foiniculum vulgare, berasal dari daratan Eropa Selatan hingga ke
Asia Daratan. Tanaman ini tumbuh hingga ketinggian 1800 mdpl. Adas sendiri bahasa
Inggrisnya adalah fennel. Dalam satu adas terdiri dari 5-4 batang, dengan warna batang hijau
tua. Batangnya sendiri memiliki aroma yang khas bila dikepruk. Daunnya bersilang majemuk
dengan bentuk menyerupai jarum. Panjang daunnya kira-kira 30-50 cm, dengan warna hijau
muda (Sudarmadji, 1989)

1.1.2 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Classic : Magnoliopsida

Ordo : Apiales

Familia : Apiaceae

Genus : Foeniculum

Species : Foeniculum vulgare

NAMA LATIN HRS ITALIC, GAMBAR TANAMAN HARUS UTUH


SELURUH BAGIAN TANAMAN

1.1.3 Morfologi (Sudarmadji, 1989)

1. Batang

Tanaman adas memiliki cabang yang biasanya tumbuh sebanyak 3 -5 buah batang dalam satu
rumpun.

Batang tersebut memiliki warna hijau agak kebiruan. Batang tanaman adas beralur dan
memiliki ruas yang berlubang.

Batang tanaman adas akan mengeluarkan bau wangi ketika batang tersebut di memarkan.
Batang ini dapat tumbuh hingga mencapai 1 meter.

2. Daun

Tanaman adas memiliki daun yang berbentuk seperti jarum yaitu runcing pada ujungnya dan
pangkalnya juga.

Daun tersebut memiliki letak yang berselang – seling dan majemuk dengan kondisi menyirip
ganda dua yang posisinya saling menyirip.

3
Daun pada tanaman adas memiliki ukuran panjang sekitar 30 – 50 cm dan lebarnya berukuran
5 – 7 cm dan memiliki warna hijau muda.

3. Bunga

Tanaman adas merupakan salah satu tanaman yang memiliki bunga dengan bentuk seperti
payung majemuk berdiameter sekitar 5 – 15 cm. Bunga tersebut tumbuh pada gagang –
gagang berukuran 2 – 5 mm panjangnya.

Bunga adas memiliki kelopak bunga yang berbentuk seperti tabung warnanya hijau. Mahkota
bunga memiliki warna kuning dan tumbuh keluar dari setiap ujung batang adas.

4. Buah

Tanaman adas memiliki buah yang berbentuk lonjong dan bijinya kering. Biji tersebut
berusuk dengan ukuran panjang sekitar 6 – 10 mm dan lebar 3 – 4 mm.

Pada umumnya buah pada adas akan berwarna hijau ketika umurnya masih muda dan berubah
menjadi warna cokelat tua ketika umurnya menua, tetapi sebenarnya warna buang pada adas
tidaklah relatif, karena warnanya bisa jadi di pengaruhi oleh asal tanaman berasal.

Ketika buah adas sudah matang, dia akan memberikan aroma khas yang kuat dan manis,
ketika anda mencicipi rasanya akan terasa seperti kamper.

5. Akar

Akar yang dimiliki oleh tanaman adas bentuknya mirip wortel memiliki warna kuning dengan
diameter sekitar 1 – 1,5 cm dengan panjang kitar 10 – 15 cm.

Manfaat dan Kandungan

Adas memiliki berbagai kandungan kimia yang tersebar di daun, bunga, dan buahnya. Secara
keseluruhan, terkandung 50-60% anetol, 20% fenkon, asam anisat, Vitamin B6, C dan E,
felandren, metilchavikol, pinen, minyak asiri (oleum foeniculli) 1-6%,  anisaldehid, limonen,
dipenten, serta 12% minyak lemak. Karena memiliki anetol inilah makanya adas punya aroma
yang khas dan mudah dikenali. Di akarnya ada kandungan bergapten, stigmasterin, dan
minyak adas (Sudarmadji, 1989).

2.1 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dua atau lebih komponen yang diinginkan dengan
menambahkan suatu pelarut untuk melarutkan komponen tersebut (Suryanto, 2012).

Menurut Departemen Kesehatan RI (1995), ada beberapa metode ekstraksi simplisia bahan
alam, yaitu:

a) Ekstrak dengan menggunakan pelarut antara lain:

1. Cara dingin: maserasi dan perkolasi

2. Cara Panas: refluks, soxhlet, digesti, infusa dan dekokta

b) Destilasi uap

4
c) Cara ekstraksi lain, antara lain ekstraksi berkesinambungan, superkritikal,
karbondioksida, ekstrak ultrasonic dan ekstraksi energi listrik.

2.2 Fitokimia

Senyawa bioaktif merupakan bagian dari senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh
tanaman yang tergolong dalam komponen pangan non gizi. Senyawa bioaktif memiliki
beberapa sifat dan fungsi antara lain untuk melindungi tanaman dari herbivora dan patogen,
fungsi mekanis, menarik terjadinya penyerbukan, menyerap radiasi sinar UV, juga untuk
mengurangi tanaman pesaing yang tumbuh disekitarnya (Kashani et al, 2012). Bebarapa
senyawa tersebut antara lain adalah senyawa fenolik, pigmen seperti likopen, klorofil,
karotenoid, dan lain-lain.

Analisis fitokimia dilakukan untuk menentukan ciri komponen bioaktif suatu ekstrak kasar
yang mempunyai efek racun atau efek farmakologis lain yang bermanfaat bila diujikan
dengan sistem biologi atau bioassay (Harborne, 1987).

2.2.1 Alkaloid

Alkaloid merupakan metabolit sekunder terbesar yang banyak ditemukan pada tumbuhan
tingkat tinggi dan mempunyai susunan basa nitrogen, yaitu satu atau 2 atom nitrogen
(Harborne, 1987; Bhat et al., 2009). Alkaloid sering beracun bagi manusia dan mempunyai
efek fisiologis yang menonjol, sehingga sering digunakan untuk pengobatan (Harborne,
1987). Alkaloid tidak mempunyai tata nama sistematik, oleh karena itu, suatu alkaloid
dinyatakan dengan nama trivial yang berakhiran -in (Lenny, 2006). Fungsi alkaloid dalam
tumbuhan belum diketahui secara pasti. Namun alkaloid berfungsi sebagai pengatur tumbuh
atau penghalau dan penarik serangga (Harborne, 1987).

2.2.2 Triterpenoid dan Steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari 6 satuan isoprene dan
secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Triterpenoid
merupakan senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering kali mempunyai titik leleh tinggi
dan aktif optik yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya
(Harborne, 1987). Steroid adalah molekul kompleks yang larut di dalam lemak dengan 4
cincin yang saling bergabung (Lehninger, 1982; Bhat et al, 2009). Steroid yang paling banyak
adalah sterol yang merupakan steroid alkohol. Kolesterol merupakan sterol utama pada
jaringan hewan. Kolesterol dan senyawa turunanesternya, dengan lemaknya yang berantai
panjang adalah komponen penting dari plasma lipoprotein dan dari membran sel sebelah luar.
Membran sel tumbuhan mengandung jenis sterol lain terutama stigmasterol yang berbeda dari
kolesterol hanya dalam ikatan ganda di antara karbon 22 dan 23 (Lehninger, 1982; Bhat et al.,
2009).

2.2.3 Saponin

Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam lebih dari 90 genus
pada tumbuhan. Glikosida adalah suatu kompleks antara gula pereduksi (glikon) dan bukan
gula (aglikon). Banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai 5 dan komponen yang
umum ialah asam glukuronat. Adanya saponin dalam tumbuhan ditunjukkan dengan
pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau memekatkan ekstrak
(Harborne, 1987).

5
2.2.4 Fenol

Fenol adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mengandung cincin aromatik dengan
satu atau 2 gugus hidroksil. Fenol cenderung mudah larut dalam air karena berikatan dengan
gula sebagai glikosida atau terdapat dalam vakuola sel (Harborne, 1987). Senyawa fenol
biasanya terdapat dalam berbagai jenis sayuran, buah-buahan dan tanaman. Senyawa fenol
diproduksi oleh tanaman melalui jalur sikimat dan metabolisme fenil propanoid (Apak et al.,
2007). Beberapa senyawa fenol telah diketahui fungsinya. Misalnya lignin sebagai pembentuk
dinding sel dan antosianin sebagai pigmen. Namun beberapa lainnya hanya sebatas dugaan
sementara. Senyawa fenol diduga mempunyai aktivitas antioksidan, antitumor, antiviral, dan
antibiotik. Semua senyawa fenol merupakan senyawa aromatik sehingga semua menunjukkan
serapan kuat terhadap spektrum UV. Fenol dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu fenol
sederhana dan polifenol. Contoh fenol sederhana : orsinol, 4-metilresolsinol, 2-
metilresolsinol, resolsinol, katekol, hidrokuinon, pirogalol dan floroglusinol. Contoh polifenol
adalah lignin, melanin dan tanin (Harborne, 1987; Apak et al., 2007).

2.2.5 Senyawa Flavonoid

Flavonoid merupakan antioksidan alam aktif yang ditemukan dalam tumbuhan. Struktur dasar
flavonoid mempunyai sebuah inti flavon (2-fenil-benzo-γ-pyran) yang terdiri dari 2 cincin
benzena dikombinasikan dengan sebuah atom oksigen pada cincin C piran (Suryanto, 2012).

2.2.6 Kuinon

Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar sepert kromofor dasar pada
benzokuinon, yang terdiri dari 2 gugus karbonil yan berkonjugasi dengan 2 ikatan rangkap.
Kuinon untuk tujuan identifikasi dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu benzokuinon (kuinon
dengan kromofor yang terdiri dari 2 gugus karbonil yang berkonjugasi dengan 2 ikatan
rangkap karbon-karbon) naftokuinon, antrakuinon dan kuinon isoprenoid. Tiga kelompok
pertam biasanya terhidroksilasi dan bersifat senyawa fenol serta mungkin secara in viv
terdapat dalam bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentu kuinon
tanpa warna dan terkadang juga dalam bentuk dimer. Dengan demikia diperlukan hidrolisis
asam untuk melepaskan kuinon bebasnya. Senyawa kuino yang terdapat sebagai glikosida
mungkin larut sedikit dalam air, tetapi umumny kuinon lebih mudah larut dalam lemak dan
akan terdeteksi dari tumbuha bersama-sama dengan karotenoid dan klorofil (Harborne, 1987)

2.3 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih electron
kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas terrsebut dapat diredam. Antioksidan
didefinisikan sebagai senyawa yang dapat menunda, memperlambat dan mencegah proses
oksidasi lipid (Dalimartha dan Soedibyo, 1999).

Radikal bebas atau senyawa oksigen reaktif (Reactive Oxygen Species, ROS) didefinisikan
sebagai suatu atom atau molekul ataupun senyawa yang mengandung satu atau lebih electron
yang tidak berpasangan. Untuk menggambarkan suatu atom atau molekul berupa radikal
bebas biasanya diberi tanda bintang disebelah atas, contohnya radikal superoksida (O 2*)
(Noguchi dan Niki, 1999).

6
III. METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia dan Laboratorium


Mikrobiologi Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah alat soxhlet, evaporator, timbangan digital, pipet mikro,
desikator, oven, spektrofotometer UV-Vis, ayakan, kertas saring, alat-alat gelas lainnya.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji adas, pelarut petrolium eter,
etanol, aquades, magnesium bubuk, asam klorida, besi(III)klorida 1%, DPPH (1-1-difenil-2-
pikrihidrazil).

Prosedur Kerja

1. Preparasi Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah biji tanaman adas yang diperoleh dari pasar bersehati kota
Manado. Biji adas dalam keadaan kering, dibersihkan dan dibuat serbuk.

2. Ekstraksi

Serbuk biji adas diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi. Mula-mula 50 g serbuk
biji adas dimasukan ke dalam alat soxhletasi yang telah dibungkus dengan kertas saring.
Ekstraksi menggunakan pelarut petroleum eter 500 mL sampai pelarut berwarna bening
dengan waktu 4-5jam. Filtrat dikumpulkan lalu diuapkandengan evaporator hingga diperoleh
ekstrak kental.

3. Penentuan Kadar Air (Sudarmadji, 1989)

Kadar air ditentukan dengan menimbang 3 g sampel. Sampel dimasukan ke dalam oven pada
suhu 105oC selama 3-5 jam, kemudian dikeluarkan dari oven dan didinginkan dalam
desikator selama 30 menit, setelah itu sampel ditimbang. Perlakuan ini dilakukan beberapa
kali hingga berat sampel konstan. Kadar air dihitung berdasar rumus: % Kadar air = ×100 %

4. Skrining Fitokimia (Sangi, et al., 2008)

Senyawa flavonoid :

Sebanyak 200 mg sampel biji adas yang telah diekstrak dengan 5 ml etanol dan dipanaskan
selama lima menit di dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambahkan HCl pekat, kemudian
7
ditambahkan 0.2 g bubuk Mg, hasil positif ditunjukkan dengan timbulnya warna merah tua
(magenta) dalam waktu 3 menit.

Senyawa saponin :

Sebanyak 2 g sampel biji adas yang telah dihaluskan dimasukan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan air suling sehingga seluruh cuplikan terendam, dididihkan selama 2-3 menit, dan
selanjutnya didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat. Hasil positif ditunjukan dengan
terbentuk buih putih yang stabil.

Senyawa tannin :

Sebanyak 20 mg sampel biji adas yang telah dihaluskan, ditambah etanol sampai sampel
terendam semuanya. Kemudian sebanyak 1 ml larutan dipindahkan ke dalam tabung reaksi
dan ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%. Hasil positif ditunjukan dengan terbentuknya
warna hitam kebiruan atau hijau.

5. Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

Uji aktivitas antioksidan dari ekstrak biji adas diukur dengan metode Gaulejac et al. dalam
Kiay et al. (2011). Sebanyak 0.005; 0.01; 0.015; 0.02; dan 0.025 g ekstrak biji adas metode
ekstraksi soxhletasi ditambahkan 5 mL etanol untuk hasil konsentrasi 1000, 2000, 3000, 4000,
5000 ppm, ditambahkan masing-masing dengan 1.5 mL larutan 1,1-difenil-2- pikrilhidrazil
(DPPH) dan divortex selama 2 menit. Tingkat berkurangnya warna dari larutan menunjukkan
efisiensi penangkap radikal. Absorbansi dibaca dengan spektrofotometer pada λ 517 nm
setelah diinkubasi selama 30 menit. Aktivitas penangkap radikal bebas dihitung sebagai
persentasi berkurangnya warna DPPH dengan menggunakan persamaan:

Absorbansi sampel
Aktivitas penangkal radikal bebas (%) = 1 – x 100%…
Absorbansi control

8
DAFTAR PUSTAKA

DITAMBAH LAGI DENGAN SUMBER DARI PENELITIAN MINIMAL 10 TAHUN

TERAKHIR

Corwin, E.J. 2009. Buku saku Patofisiologi. Edisi ketiga. Penerjemah: Yudha, E.K.,
Wahyuningsi, E., Yulianti, D., dan Karyuni, P.E. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.


Terjemahan K. Padmawinata dan I Soediro. ITB, Bandung.

Inneke. 1995. Karakterisasi Sifat Fisiko Kimia dan Analisa Profil Deskriptif Flavor Minyak
Biji adas (Foeniculum Vulgare Mill) [Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian IPB,
Bogor.

Kridati, E. M., E. Prihastanti dan S. Haryanti. 2012. Rendemen Minyak Atsiri dan Diameter
Serta Ukuran Sel Minyak Tanaman Adas (Foeniculum vulgare Mill) yang
Dibudidayakan di Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga. Buletin Anatomi dan
Fisiologi. 20(1): 1-17.

Sangi, M., M. R. J. Runtuwene., H. E. I. Simbala dan V. M. A. Makang. 2008. Analisa


Fitokimia Tumbuhan Obat Di Minahasa Utara. Chem. Prog. 1(1): 47-53.

Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberti. Yogyakarta.

Suhendra, L., dan I. W. Arnata. 2009. Potensi Aktivitas Antioksidan Biji Adas Sebagai
Penangkap Radikal Bebas. Jurnal Agrotekno. 15(2): 66-71.

Suryanto,E. 2012 .Fitokimia antioksidan. Putra Nusantara Media, Surabaya.

Widyastuti, N. 2010. Pengukuran Aktivitas Antioksidan Dengan Metode CUPRAC, DPPH


dan FRAP Serta Kolerasinya Dengan Fenol dan Flavonoid Pada Enam Tanaman
[Skripsi]. FMIPA Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Cetakan kelima.

Anda mungkin juga menyukai