Anda di halaman 1dari 5

A.

PROVISI

Provisi merupakan kewajiban yang jumlah dan waktunya belum pasti terjadi. Perbedaan
provisi dengan kewajiban lancar yaitu waktu dan jumlahnya yang belum pasti tersebut. Provisi
diakui perusahaan beban dan kewajiban provisi apabila perusahaan tersebut memiliki obligasi
sekarang sebagai hasil dari obligasi pada masa lalu, perkiraan yang reliable dapat dibuat dari
jumlah obligasi, dan perusahaan dapat melakukan estimasi yang handal atas jumlah maupun
waktu dari kewajiban provisinya.

PENGAKUAN
Provisi diakui jika:

1. entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif)
sebagai akibat peristiwa masa lalu;
2. kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar
sumber daya yang mengandung manfaat ekonomik; dan
3. estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.
Jika kondisi di atas tidak terpenuhi, maka provisi tidak diakui.

Entitas tidak diperkenankan untuk mengakui liabilitas dan aset kontinjensi.

PENGUKURAN
Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan
untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan.

Dalam menentukan estimasi terbaik suatu provisi, entitas mempertimbangkan berbagai risiko
dan ketidakpastian yang selalu mempengaruhi berbagai peristiwa dan keadaan.

Jika nilai waktu dari uang cukup material, maka jumlah provisi adalah nilai kini dari perkiraan
pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban.

Peristiwa masa datang yang dapat mempengaruhi jumlah yang diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban tercermin dalam jumlah provisi jika ada bukti obyektif bahwa peristiwa itu akan
terjadi.

Keuntungan sehubungan dengan rencana pelepasan aset tidak boleh dipertimbangkan dalam
menghitung suatu provisi.
Perusahaan mengetahui terlebih dahulu kejadian masa lalu yang mengakibatkan adanya
kewajiban timbul pada masa sekarang. Namun dalam kasus tertentu, dibutuhkan pendapat ahli
untuk menentukan kewajiban kini yang timbul. Contohnya adalah untuk kasus hukum,
diperlukan pendapat seorang kuasa hukum untuk menentukan jumlah kewajiban dan
kemungkinan kerugian yang dihadapi pada pengadilan. Beberapa contoh provisi adalah sebagai
berikut :

1. Perkara pengadilan, klaim dan pengenaan

Dalam menentukan keharusan suatu kewajiban dicatat terkait dengan perkara pengadilan
yang ditunda dan yang mengancam, dan klaim aktual harus dipertimbangkan periode waktu
ketika terjadinya penyebab tindakan yang mendasari perkara tersebut, kemungkinan hasil yang
merugikan, dan kemampuan untuk membuat perkiraan yang relevan terkait jumlah kerugian
yang akan ditimbulkan.

Dalam melaporkan kerugian dan kewajiban dalam laporan keuangan, penyebab perkara
tersebut harus dicatat pada saat terjadinya perkara tersebut. Dalam mengevaluasi kemungkinan
kerugian, perusahaan mempertimbangkan pendapat kuasa hokum, sifat perkara tersebut dalam
pengadilan, tanggapan manajemen, serta pengalaman yang dihadapi perusahaan lain ketika
menghadapi kasus yang serupa. Sementara itu, untuk tuntutan yang belum diajukan dan klaim
serta pengenaan yang belum dinyatakan, perusahaan harus menentukan kemungkinan kerugian
dan kemungkinan tuntutan diterima pengadilan atau kemungkinan perusahaan dapat menyatakan
klaim.

2. Biaya jaminan dan garansi

Jaminan atau garansi sebuah produk merupakan salah satu bentuk kontijensi kerugian.
Definisinya adalah perjanjian kontraktual yang disepakati pihak penjual yang memberikan klaim
terhadap pembeli untuk memperbaiki menurunnya kuantitas, kualitas, atau kinerja suatu produk.
Jaminan seperti ini biasanya diterapkan oleh perusahaan manufaktur untuk menarik konsumen
dalam strategi pemasarannya. Jaminan ini meliputi perbaikan, perakitan, dan penggantian suku
cadang baru dengan tidak mengubah sebagian besar bentuk awal produk.
Jaminan memerlukan biaya masa depan. Maksudnya adalah seringkali biaya ini adalah biaya
tambahan dalam penjualan suatu produk. Walaupun jumlahnya tidak pasti, teteapi biaya masa
depan ini selalu mungkin terjadi dan bentuk dari kewajiban ini harus dicatat dan diakui. Metode
yang digunakan untuk menghitung biaya jaminan ada dua, yaitu atas dasar kas dan akrual. Dasar
kas diaplikasikan dengan mencatat jaminan sebagai beban yang diakui pada saat biaya keluar
terhadap jasa garansi yang dilakukan perusahaan. maksudnya, biaya jaminan tersebut dibebankan
ke padan saat penjual menepati jaminan tersebut. Pengguanaan metode atas dasar kas tepat
apabila digunakan untuk tujuan pajak penghasilan karena tidak mungkin kewajiban telah terjadi
dan jimlah kewajiban yang sulit untuk diestimasi. Lain dengan dasar kas, metode atas dasar
akrual membebankan biaya jaminan pada periode berjalan. Biaya tersebut diakui ketika produk
telah dijual. Dengan pertimbagan pengalaman masa lalu terhadap suatu produk, perusahaan
mengestimasi nilai yang mungkin akan keluar sebagai biaya jaminan pada produk tertentu
tersebut.

3. Premi dan kupon

Premi dank upon adalah salah satu bentuk strategi pemasaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk menstimulus minat dari konsumen terhadap produk yang dijual. Premi
biasanya berbentuk hadiah yang disertai dengan pembelian produk, sementara kupon adalah
bentuk pengganti dari potongan tunai atas produk yang dapat ditukarkan. Biaya premi maupun
kupon dicatat sebagai beban pada periode berjalan. Biaya premi yang ditawarkan dibebankan
pada beban premi, dan kewajiban yang melakat pada premi tersebut dikredit pada akun estimasi
kewajiban untuk premi.

4. Kewajiban lingkungan

Setiap perusahaan, teruatama industry eksplorasi sumber daya alam harus mematuhi kode
etik tanggung jawab social, dalam hal ini tanggung jawab yang berwawasan lingkungan seperti
pengolahan limbah, konservasi hutan, dan kegiatan sebagainya. Meskipun pengaruhnya tidak
signifikan terhadap operasi perusahaan, namun biaya yang dikeluarkan tidaklah kecil. Sehingga
kewajiban yang ditimbulkan juga sangat besar. Selain itu, untuk industry-industri semacam itu,
pembangunan dan operasi aktiva-aktiva berjangka panjang melibatkan kewajiban masa
penghentian aktiva yang telah habis umur manfaatnya. Perusahaan berkewajiban terhadap biaya-
biaya yang bersangkutan dengan penghentian aktiva tersebut. Perusahaan tidak boleh mencatat
biaya penghentian aktiva yang dikapitalisasi tersebut pada akun terpisah.

5. Asuransi Sendiri

Risiko umum tidak dicatat sebagai sebuah kerugian kontijensi. Sama halnya seperti risiko
yang mungkin terjadi di masa depan terhadap penyisihan reparasi aktiva. Karena, pos-pos
tersebut tidak sesuai dengan definisi sebuah kewajiban karena berasal dari transaksi yang
mungkin terjadi di masa depan. Contohnya adalah polis asuransi sendiri yang dilakukan
perusahaan untuk mengantisipasi risiko yang tidak dapat dipertanggungjawabkan oleh asuransi
biasa. Sehingga, asuransi sendiri ini tidak digolongkan dalam asuransi pada umumnya,
melainkan penanggungan risiko dan akan menjadi beban bagi perusahaan. tidak seperti
perusahaan asuransi secara umum yang memiliki kewajiban terhadap kerugian pemegang polis,
perusahaan yang menerapkan asuransi sendiri ini tidak memiliki kewajiban terhadapn asuransi
sendiri tersebut. Sehingga, tidak ada kewajiban pada saat sebelum atau sesudah terjadinya risiko
yang diperkirakan pada masa lalu tersebut.

6. Onerous Contract (Kontrak Memberatkan)

Onerous Contract adalah kontrak atau perjanjian tertulis yang menyatakan biaya yang tidak
dapat dihindari untuk menjalankan kontrak tersebut melebihi manfaat yang diperoleh. Sebagai
contoh, PT. Sukses Makmur menyewa sebidang tanah dan bangunan dari PT. Maju Mundur
selama 5 tahun sebagai sewa operasi dan menjalankan produksinya di tempat bangunan tersebut.
Pada tahun ke 2, akibat beberapa pertimbangan, PT. Sukses Makmur melakukan relokasi
pabriknya ke tempat lain, namun tidak dapat membatalkan sewa operasi dengan PT. Maju
Mundur yang masih memiliki sisa 3 tahun. Demikian pula dengan PT. Sukses Makmur tidak
dapat menyewakan tanah dan bangunan tersebut kepada pihak ketiga. Situasi tersebut membuat
PT. Sukses Makmur dapat mencatat sisa beban sewa 3 tahun tersebut sebagai provisi pada
tanggal pelaporan pada periode terjadinya kejadian tersebut.

7. Restrukturisasi
Restrukturisasi membuat kewajiban konstruktif berupa pembayaran pesangon untuk karyawan
yang di-PHK. Perusahaan harus mencatat provisi atas kewajiban konstruktif apabila perusahaan
memiliki perencanaan terkait restrukturisasi sebelumnya dalam hal bisnis atau bagian usaha yang
akan ditutup, lokasi, fungsi, dan perkiraan jumlah tenaga kerja yang diberikan kompensasi atas
pemutusan hubungan kerja, dan seluruh pengeluaran yang akan terjadi ketika rencana tersebut
direalisasikan

PENGGANTIAN
Jika sebagian atau seluruh pengeluaran untuk menyelesaikan provisi diganti oleh pihak ketiga,
maka penggantian itu diakui hanya pada saat timbul keyakinan bahwa penggantian pasti akan
diterima jika entitas menyelesaikan kewajiban. Penggantian tersebut diakui sebagai aset yang
terpisah. Jumlah yang diakui sebagai penggantian tidak boleh melebihi nilai provisi. Dalam
laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, beban yang terkait dengan provisi dapat
disajikan secara neto setelah dikurangi jumlah yang diakui sebagai penggantiannya.

Daftar Pustaka

Buku kieso Akuntans keuangan menegah bab 13

Standar Akuntansi Keuangan per Efektif 1 Januari 2017

Anda mungkin juga menyukai