Abstrak
Pembuatan sabun mandi dari RBDPS yang diproses dari pengolahan minyak
kelapa sawit setelah melalui proses penyulingan (refined), penjernihan (bleaching),
dan penghilangan bau (deodorized). Pembuatan sabun mandi pada pra rancangan
pabrik ini menggunakan cara saponifikasi trigliserida yang memiliki tiga tahapan.
Tahap pertama dari proses saponifikasi trigliserida ialah mereaksikan trigliserida
dengan basa alkali (NaOH) untuk membentuk sabun dan gliserol, serta impuirities.
Lebih dari 99,5% asam lemak berhasil disaponifikasi kemudian hasil reaksi
dipompakan ke unit pemisah statis (separator) yang bekerja dengan prinsip
perbedaan densitas, sehingga terdapat lapisan bawah dan atas. Tahap terakhir ialah
penambahan zat aditif dan pengeringan sabun dalam unit pengeringan (dryer).
Pabrik sabun mandi dari RBDPS ini berproduksi dengan kapasitas 100.000
ton/tahun dengan fraksi sabun 87,5%, parfum 5,0%, gliserin 7,3%, EDTA 0,2%, dan
air 0,1%. Bahan baku yang dibutuhkan ialah NaOH sebanyak 1664,8 kg/jam dan
RBDPS sebanyak 11823,66 kg/jam. Kebutuhan utilitas meliputi air sebesar 6497,63
kg/jam, kebutuhan listrik 195,7463 KW, dan kebutuhan bahan bakar solar sebesar
1.697,2917 ltr/jam. Berdasarkan perhitungan analisa ekonomi diperoleh modal
investasi sebesar Rp 70.374.392.333, biaya produksi sebesar Rp
2.003.263.029.440, laba bersih sebesar Rp 483.064.240.443, profit margin sebesar
18,63%, break even point (BEP) sebesar 15,04%, return On Investment (ROI)
sebesar 28,37%, Pay Out Time (POT) 3,57 tahun, dan return On Network (RON)
sebesar 47,28%. Hasil evaluasi ekonomi menunjukkan bahwa pabrik sabun mandi
dari RBDPS dengan kapasitas 100.000 ton/tahun layak untuk didirikan.
1
Abstract
Producing soap from RBDPS processed from palm oil after processing through
a distillation process (refined), purification (bleaching), and deodorizing (deodorized).
Producing soap at pre-plant designs it uses the saponification of triglycerides which
has three stages. The first stage of saponification of triglycerides is reacting
triglycerides with alkali base (NaOH) to form soap and glycerol, as well as impuirities.
More than 99.5% successfully saponified fatty acid reaction products then pumped
into a static separator unit (separator) which works with the principle of distinction
density, so there is a lower and upper layers. The last stage is the addition of
additives and drying soap in the drying unit (dryer).
RBDPS soap factory of this production with a capacity of 100,000 tonnes /
year with soap fraction of 87.5%, perfume 5.0%, 7.3% glycerol, 0.2% EDTA, and
0.1% water. The raw materials needed as much NaOH is 1664.8 kg / h and RBDPS
much as 11823.66 kg / h. Needs include water utilities for 6497.63 kg / h, 195.7463
KW electricity needs, and the need for diesel fuel 1697.2917 ltr / hour. Based on the
calculation of economic analysis obtained investment capital amounting to Rp
70,374,392,333, the production cost of Rp 2,003,263,029,440, a net profit of Rp 483
064 240 443, the profit margin of 18.63%, the break even point (BEP) is 15.04% ,
return on investment (ROI) of 28.37%, Pay Out Time (POT) 3.57 years, and return
On Network (RON) of 47.28%. The results indicate that the economic evaluation of
RBDPS soap factory with a capacity of 100,000 tonnes / year worth to set up.
Latar Belakang
2
dunia dalam memproduksi berbagai barang kebutuhan hidup yang bahan bakunya
tersedia melimpah di Indonesia, seperti minyak goreng, sabun dan lainnya.
Salah satu kebutuhan manusia saat ini adalah sabun, karena hampir semua
manusia di seluruh bagian bumi memakai sabun untuk berbagai keperluan hidupnya.
Selain itu sabun juga dipakai dalam dunia industri, seperti dalam industri pengolahan
bijih tambang dan pembuatan minyak gemuk untuk mesin-mesin. Oleh karena itu
kebutuhan pasar bagi dunia industri sabun sangat luas sekali, hal ini tentu akan
sangat menguntungkan bagi negara-negara yang memiliki sumber daya alam bahan
baku sabun.
Sabun dapat dibuat dari minyak (Trigliserida), asam lemak bebas (FFA) dan
metil ester asam lemak dengan mereaksikan basa alkali terhadap masing-masing
zat. Salah satu minyak yang akan digunakan pada pembuatan sabun yaitu minyak
kelapa sawit. Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak kelapa sawit
memiliki keistimewaan tersendiri, yaitu rendahnya kandungan kolesterol dan dapat
diolah lebih lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi untuk
kebutuhan pangan tetapi juga memenuhi kebutuhan non pangan (oleokimia) seperti
sabun.
Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak sawit (bahan baku dasar
sabun) terbesar dunia. Sehingga pendirian industri sabun mempunyai prospek yang
sangat menguntungkan jika dikembangkan di negara Indonesia.
3
Minyak sawit dapat dipergunakan dalam industri melalui proses penyulingan,
penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined Bleached Deodorized
Palm Oil).
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan sabun sejak tahun 2009
terus meningkat dan dapat diketahui hubungan persamaan sehingga kita dapat
memprediksi dan menganalisa kebutuhan sabun pada tahun 2017 mendatang.
Diketahui:
Kode Kebutuhan impor
Tahun Xi2 Xi . Yi
(Xi) (ton) (Yi)
2009 -2 4 3.385 -6.77
2010 -1 1 2.286 -2.286
2011 0 0 3.174 0
2012 1 1 7.338 7.338
2013 2 4 11.755 23.51
4
∑ 10 27.938 21.792
Jumlah n = 5
a = 27.938 / 5
a = 5.587,6
b = 21.792 / 10
b = 2. 179,2
Dari perhitungan linear square kebutuhan dalam negeri dalam satuan ton
diperoleh persamaan garis tahun sebagai X terhadap jumlah permintaan sebagai Y
berikut ini :
Y= 5. 587,6 + 2. 179, 2x
Diketahui kode (Xi) :
Tahun Kode (Xi)
2009 -2
2010 -1
2011 0
2012 1
2013 2
2014 3
2015 4
2016 5
2017 6
5
dapat disimpulkan pada tahun 2017 mendatang kebutuhan sabun import saja
mencapai 18. 662,8 Ton.
Diketahui:
Kode Kebutuhan ekspor
Tahun Xi2 Xi . Yi
(Xi) (ton) (Yi)
2009 -2 4 165.724 165.724
2010 -1 1 162.584 162.584
2011 0 0 158.801 158.801
2012 1 1 177.298 177.298
2013 2 4 225.648 225.648
∑ 10 890.055 134.562
Jumlah n = 5
nilai a = ∑ Yi / n Jadi,
a = 890. 055 / 5
a = 178. 011
nilai b = ∑ Yi. Xi / ∑ Xi 2 Jadi,
b = 134. 562 / 10
b = 13. 456,2
Dari perhitungan linear square kebutuhan dalam negeri dalam satuan ton
diperoleh persamaan garis tahun sebagai X terhadap jumlah permintaan sebagai Y
berikut ini :
Y= 178. 011 + 13. 456,2x
Sehingga kebutuhan dalam negeri pada tahun 2017 ialah
Y= 178. 011 + 13. 456,2 (6)
Y = 258. 748,2 Ton
Total kebutuhan sabun di dalam dan di luar negeri pada tahun 2017 mendatang
mencapai 277. 411 Ton. Penentuan kapasitas 100.000 ton/tahun dalam tugas akhir
ini dengan berasumsi ingin memenuhi 1/3 kebutuhan pasar. Kapasitas 100.000
ton/tahun berarti telah melebihi 1/3 kebutuhan pasar. Hal tersebut dikarenakan saat
6
ini sudah banyak produsen sabun yang terkenal di pasaran yang berarti persaingan
pasar yang ketat.
7
1. Suhu operasi
Proses saponifikasi trigliserida dapat berlangsung pada suhu kamar
dan prosesnya sangat cepat, sehingga sesuai untuk produksi skala besar.
Pada proses industri, suhu reaksi saponifikasi dipilih berada di atas titik cair
bahan baku dan biasanya berada di bawah titik didih air. Hal ini bertujuan
untuk memudahkan pencampuran antara reaktan, daya pengadukan dapat
direduksi menjadi lebih kecil, dan transportasi cairan melalui pompa-pompa
dan pipa –pipa lebih mudah karena viskositas berkurang.
2. Pengadukan
Trigliserida, asam lemak dan metil ester asam lemak sukar larut dalam
air, sedangkan basa seperti NaOH sangat larut dalam air, sehingga jika
didiamkan akan terbentuk dua lapisan terpisah dan reaksi hanya akan
berlangsung pada daerah dua permukaan tersebut, akibatnya reaksi menjadi
lambat. Menghindari hal ini, maka pengadukan yang cukup kuat diperlukan
agar seluruh partikel reaktan dapat terdispersi atau sama lain dan dengan
demikian laju reaksi dapat ditingkatkan. Pada proses saponifikasi modern,
reaktor sudah dilengkapi dengan turbodisperser yang mampu berputar pada
kecepatan 3000 rpm untuk menjamin dispersi molekul-molekul reaktan
sesempurna mungkin (Spitz, 1995).
3. Konsentrasi reaktan
Reaksi kimia, reaksi yang berlangsung paling cepat adalah pada saat
awal reaksi, dimana masih terdapat banyak reaktan dan sedikit produk, karena
air merupakan produk reaksi, maka menurut prinsip kesetimbangan akan
menghambat pembentukan sabun dan membuat laju reaksi semakin kecil.
Menghindari hal ini, maka seharusnya tidak menggunakan air yang berlebihan
dalam umpan (larutan NaOH dan NaCl) dengan cara membuat konsentrasi
larutan ini sepekat mungkin. Prakteknya kebanyakan menggunakan NaOH
50% dan larutan NaCl jenuh (Spitz, 1995) untuk mempercepat laju reaksi
penyabunan.
Proses yang dipilih dalam pra rancangan pabrik ini ialah proses
saponifikasi trigiliserida dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
8
1. Suhu operasi dan tekanan relatif lebih rendah dari dua proses yang lain,
sehingga lebih hemat dalam pemakaian energi dan desain peralatan lebih
sederhana
2. Bahan baku tersedia melimpah di Indonesia yang dapat dilihat dari banyaknya
perkebunan sawit dan pabrik pengolahanya. Di Baturaja, tempat rencana
didirikan pabrik terdapat dua pabrik pengolahan sawit yaitu Mitra Ogan dan
Minanga.
3. Proses ini lebih umum digunakan di industri sehingga lebih mudah untuk
merancangnya dengan banyaknya literatur.
Deskripsi Proses
Proses Saponifikasi ini dapat dibagi menjadi tiga tahap proses, yaitu
1. Tahap persiapan umpan
2. Tahap reaksi saponifikasi trigliserida
3. Tahap pengeringan dan finishing sabun
9
perbedaan densitas. Pada unit ini akan terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan
sabun pada bagian atas dan lapisan impurities pada bagian bawah
Impurities terdiri dari gliserol, sisa alkali dan air yang secara keseluruhan
membentuk lapisan yang lebih berat dari sabun sehingga berada pada lapisan
bagian bawah di dalam pemisah statis. Proses selanjutnya adalah penambahan
aditif dan pengeringan sabun dalam unit pengeringan (dryer). Zat aditif yang
ditambahkan adalah gliserin yang berfungsi sebagai pelembut dan pelembab
pada kulit, EDTA yang berfungsi sebagai surfaktan pada sabun (pembersih dan
pemutih) yang dapat mengangkat kotoran pada kulit, dan pewangi (Essential)
yang berfungsi untuk memberikan kesegaran dan keharuman pada sabun. Zat
tambahan ini dicampurkan di dalam tangki pencampur yang dilengkapi jaket
pemanas untuk menjaga sabun tetap cair (suhu tetap) dan campuran homogen.
Jumlah aditif yang ditambahkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang diinginkan
pada tabel 3.
Tahap berikutnya adalah proses pengeringan sabun. Kandungan air di
dalam sabun diturunkan dari 30-35% ke 8-18%(Riegel, 1995). Unit pengeringan
sabun berupa vakum Spray chamber.
10
penyimpanan dengan Belt Conveyor untuk penyimpanan sementara sebelum
dijual.
STEAM
UTILITY
MIXER
PARFUM EDTA GLISERIN
GUDANG NaOH
TC
TC
FC
FC
FC
E-73
E-62 E-83
FLASH DRUM
PENYIMPANAN
PC
GUDANG
LC
E-82
SEMENTARA
FC
E-84
FC
FC
FC
FC
GLISEROL
IMPURITIES
KONDENSAT
MENARA PENDINGIN
11
KELAYAKAN EKONOMI
Modal Investasi
Modal investasi adalah seluruh modal untuk mendirikan pabrik dan mulai
menjalankan usaha sampai mampu menarik hasil penjualan. Modal investasi terdiri
dari:
Dari hasil perhitungan pada Lampiran 4 diperoleh Modal Investasi Tetap Langsung
(MITL) sebesar Rp 49.910.916.549,-
12
b. Modal Investasi Tetap Tidak Langsung (MITTL) / Indirect Fixed Capital
Investment (IFCI), yaitu modal yang diperlukan pada saat pendirian pabrik
(construction overhead) dan semua komponen pabrik yang tidak
berhubungan secara langsung dengan operasi proses. Modal investasi
tetap tidak langsung ini meliputi :
Modal untuk pra-investasi
Modal untuk engineering dan supervisi
Modal biaya legalitas
Modal biaya kontraktor (Contractor’s fee)
Modal untuk biaya Tidak terduga (Contigencies)
Dari hasil perhitungan pada Lampiran 4 diperoleh Modal Investasi Tetap Tidak
Langsung (MITTL) sebesar Rp 20.463.475.785,- Maka Total Modal Investasi
Tetap (MIT) adalah sebesar :
Total MIT = MITL +MITTL
= (Rp 49.910.916.549 + Rp 20.463.475.785)
= Rp 70.374.392.333
13
Modal untuk mulai beroperasi (Start-Up)
Modal untuk piutang dagang
Piutang dagang adalah biaya yang harus dibayar sesuai dengan nilai penjualan
yang dikreditkan. Besarnya dihitung berdasarkan lamanya kredit dan nilai jual tiap
satuan produk. Dari hasil perhitungan pada Tabel 45 diperoleh Modal Kerja
sebesar 1.105.614.093.541,-
Biaya produksi total merupakan semua biaya yang digunakan selama pabrik
beroperasi. Biaya produksi total meliputi :
14
g. Biaya Asuransi
h. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Dari hasil perhitungan pada Lampiran 4 diperoleh Biaya Tetap (FC) sebesar Rp
78.314.527.975,-
Dari hasil perhitungan pada Lampiran 4 diperoleh Biaya Variabel (VC) sebesar Rp
1.924.948.501.465,-
15
Analisa Aspek Ekonomi
Dari hasil perhitungan diperoleh profit margin sebesar 18.63 %. Maka Pra-
rancangan Pabrik sabun RBDPS ini memberikan keuntungan.
= 15.04%
Kapasitas produksi pada titik BEP
= 15.04 % x 100.000 ton/tahun
= 15.040 ton/tahun
Nilai penjualan pada titik BEP
= 15.040 ton x $ 2.100/ton x Rp 11.723
= Rp. 370.259.232.000,-
Dari data feasibilities (Peters, dkk. 2004) diperoleh data sebagai berikut : .
feasible)
infeasible)
Dari perhitungan diperoleh BEP sebesar 15,04 %. Maka Pra-Rancangan
Pabrik ini layak.
16
Rupiah
x 1000000
2.500.000
ts
2.000.000
tc
1.500.000
Biaya tetap
1.000.000
Biaya Variabel
Biaya total
500.000
Total penjualan
0
0 15.04% Kapasitas
100,0
17
ROI ≤ 15 %, resiko pengembalian modal rendah
-rata
Dari hasil perhitungan diperoleh ROI sebesar 28.37 % sehingga pabrik yang
akan didirikan ini termasuk resiko laju pengembalian modal rata-rata.
Dari hasil perhitungan didapat bahwa seluruh modal investasi akan kembali
setelah 3,52 tahun operasi.
18
KESIMPULAN
5. Dari hasil analisa ekonomi dapat disimpulkan bahwa Pabrik Pembuatan Sabun
Mandi dari RBDPS ini layak untuk didirikan.
6. Dari hasil analisa ekonomi dapat disimpulkan bahwa Pabrik Pembuatan Sabun
Mandi dari RBDPS ini layak untuk didirikan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. “Valuta Asing”. Harian Analisa, 29 Mei 2009
Brownell, LE and Young E.H. 1959. “Process Equipment Design”. Wiley Eastern Ltd :
New Delhi.
Foust, A.S., L.A. Wenzel, C.W. Clump, L. Mais & L.B. Anderson.1980. “Principles of
Unit Operation”. 2nd Edition. Wiley : New York, USA.
Geankoplis, C.J. 1983. Transport Processes and Unit Operation”. 2nd Edition. Allyn
and Bacon Inc : New York, USA.
Kern, D.Q. 1965. “Process Heat Transfer”. International Edition McGraw Hill Book
Company : New York : USA.
20