Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian dan kesakitan akibat komplikasi kehamilan, persalinan, nifas saat ini di dunia
masih sangat tinggi. Tahun 2007 setiap 1 menit di dunia seorang ibu meninggal dunia.
Dengan demikian dalam 1 tahun ada sekitar 600.000 orang ibu meninggal sia-sia saat
melahirkan. Sedangkan di Indonesia dalam 1 jam terdapat 2 orang ibu meninggal karena
komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas (Ide Bagus, 2009).
Di Propinsi Jawa Timur pada tahun 2007 terdapat 690.282 jumlah ibu hamil, dari
sejumlah kelahiran, tercatat 354 kasus kematian maternal,yang terjadi pada saat kehamilan
65 orang, kematian pada saat persalinan 221 orang dan kematian ibu nifas 68 orang ( Raffel
Subakhi, 2008).
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu ( Sarwono Prawirohardjo, 2005).
Dimana selama waktu tersebut pada seorang ibu nifas seringkali terjadi masalah tanda
bahaya masa nifas. Hal ini sangat penting dan perlu untuk di ketahui oleh ibu nifas. Karena
dengan di ketahuinya tanda bahaya masa nifas, bila terjadi masalah tersebut akan di ketahui
atau terdeteksi secara dini adanya suatu komplikasi. 
Pada wanita atau ibu nifas penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya masa nifas sangat
penting dan perlu, oleh karena masih banyak ibu atau wanita yang sedang hamil atau pada
masa nifas belum mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, baik yang diakibatkan
masuknya kuman kedalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari
luar), autogen(kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir
sendiri) (Prawirohardjo, 2005).
Hasil studi pendahuluan di Wilayah Puskesmas Pesanggaran pada bulan Juni 2009, di
dapatkan data dari 9 orang ibu nifas, yang mempunyai masalah masa nifas di antaranya 1
orang dengan masalah penyulit menyusui yaitu bendungan ASI, 1 orang ibu nifas dengan
masalah infeksi pada bekas jahitan dan 1 orang ibu nifas dengan masalah sub-involusi
karena adanya sisa plasenta.
Asuhan masa nifas sangat di perlukan dalam periode ini karena masa nifas merupakan
masa kritis untuk ibu dan bayi. Dengan demikian di perlukan suatu upaya untuk mencegah

1
terjadinya suatu masalah tanda bahaya masa nifas. Untuk itu di perlukan suatu peran serta
dari masyarakat terutama ibu nifas untuk memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya
masa nifas. Selain itu juga di perlukan peran serta dari tenaga kesehatan dengan
memberikan konseling selama kehamilan, setelah persalinan, dan melakukan kunjungan
rumah yaitu KN.1 dan KN.2 sesuai standart pelayanan. Dari upaya tersebut di harapkan
dapat mengetahui dan mengenal secara dini tanda-tanda bahaya masa nifas, sehingga bila
ada kelainan dan komplikasi dapat segera terdeteksi (Prawirohardjo, 2005). 

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberi penyuluhan kebidanan pada ibu post partum dengan tepat dan benar sehingga
tidak terjadi komplikasi, yang dapat mengakibatkan kematian pada ibu.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menguraikan dan melakukan konsep dasar serta manajemen kebidanan pada
ibu post partum.
b. Mampu mengidentifikasi dan mengantisipasi masalah dan melakukan analisa data,
membuat rencana management, mengimplementasi rencana dan mengevaluasi
tindakan.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Penyuluhan Masa Nifas


1. Gizi Ibu Menyusui
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan
meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan sehabis melahirkan dan untuk
memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi. Semua itu akan meningkat
tiga kali dari kebutuhan biasa.
Makanan yang dikonsumsi oleh ibu akan berguna untuk melakukan aktivitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta sebagai ASI itu
sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan . Menu
makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak terlalu
asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet atau
pewarna.

Ibu nifas di anjurkan untuk :


a. Makan dengan diet berimbang, yaitu cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral.
b. Mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada 6 bulan pertama. 6
bulan selanjutnya 500 kalori dan tahun kedua 400 kalori. Jadi jumlah kalori tersebut
adalah tambahan dari kebutuhan kalori per harinya. Misal pada ibu dengan
c. kebutuhan perhari 1800 kalori artinya saat nifas pada 6 bulan pertama dibutuhkan
1800 kalori plus tambahan 800 kalori sehingga kalori yang dibutuhkan sebanyak
2600 kalori. Demikian pula pada 6 bulan selanjutnya dibutuhkan rata-rata 2300 kalori
dan tahun kedua 2200 kalori.
d. Asupan cairan minimal 3 liter/hari,
e. Mengkonsusmi tablet besi (Fe) tiap hari selama 40 hari.
f. Minum Kapsul vitamin A (200. 000 unit) untuk member asupan vitamin A juga
kepada bayinya yaitu dengan melalui ASI-nya

3
2. Suplemen Zat Besi (Fe) dan Vitamin A
a. Zat Besi (Fe)
Suplemen zat besi adalah senyawa obat yang mengandung unsur dengan
komposisi Fe yaitu kadar zat besi yang dapat di fungsikan untuk menambah zat besi
dalam sel darah merah yang berkurang. Pada masa kehamilan akan terjadi hemodilusi
yaitu pengenceran volume darah akibat cairan plasma selama hamil. Sehingga jumlah
hemoglobin darah pada ibu hamil menurun tetapi keadaan ini tidak mempengaruhi
keadaan ibu dan harus di tunjang dengan pemberian suplemen zat besi baik selama
kehamilan maupun masa nifas.
Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui karena dibutuhkan untuk
kenaikan sirkulasi darah dan sel, serta menambah sel darah merah (HB) sehingga
daya angkut oksigen mencukupi kebutuhan. Sumber Fe bias kita dapati dengan
mengkonsumsi makanan seperti seperti; kuning telur, hati, daging, kerang, ikan,
kacang-kacangan dan sayuran hijau.

b. Vitamin A
Vitamin A digunakan untuk pertumbuhan sel, jaringan, gigi dan tulang,
perkembangan syaraf penglihatan, dan juga untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi. Sumber Vitamin A antara kita dapati dari kuning telur, hati,
mentega, sayuran berwarna hijau dan buah berwarna kuning seperti : wortel, tomat
dan nangka. Selain itu ibu menyusui juga mendapat tambahan berupa kapsul vitamin
A sebanyak (200. 000 IU). Pemberian vit A dalam bentuk suplementasi dapat
meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan
kelangsungan hidup anak. Pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi bergantung pada
vitamin A yang trekandung dalam ASI.

4
3. Personal Hygiene
a. Personal Hygiene Ibu
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan
perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu unutuk menjaga kebersihan diri dengan cara
mandi yang teratur minimal 2 kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur
serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi.
Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan antiseptik (PK / Dethol) dan
selalu diingat bahwa membersihkan perineum dari arah depan ke belakang.Jaga
kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan
maupun kulit.
1) Pakaian
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena
produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk
menghilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar di
daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan
pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat
lochea.
2) Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat
gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis
dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda
antara satu wanita dengan wanita yang lain. Meskipun demikian, kebanyakan
akan pulih setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup,
lalu menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan pengering rambut.
3) Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan
dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan
pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. oleh karena itu, dalam
minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat
yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit
tetap kering.

5
4) Kebersihan vulva dan sekitarnya.
Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan
daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil
atau besar.Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
5) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau
laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh luka, cebok dengan
air dingin atau cuci menggunakan sabun. Perawatan luka perineum bertujuan
untuk mencegah infeksi, meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat
penyembuhan. Perawatan luka perineum dapat dilakukan dengan cara mencuci
daerah genital dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai
dengan mencuci bagian depan, baru kenudian daerah anus. Sebelum dan
sesudahnya ibu dianjukan untuk mencuci tangan. Pembalut hendaknya diganti
minimal 2 kali sehari. Bila pembalut yang dipakai ibu bukan pembalut habis
pakai, pembalut dapat dipakai kembali dengan dicuci, dijemur dibawah sinar
matahari dan disetrika.

Akibat jika ibu tidak menjaga Personal Hygiene :

1) Ibu Mudah Sakit


2) Ibu terlihat kotor/ kurang bersih
3) Bayi ibu sakit
4) Ibu kurang percaya diri
5) Ibu mengalami infeksi

b. Menjaga Kebersihan Bayi


1) Memandikan
Pada tahun pertama janganlah terlalu sering memandikan bayi, agar kulitnya tidak
menjadi kering. Cukup 2 - 3 kali seminggu.Jangan memandikan bayi dibak mandi

6
yang lebar karena sangat berbahaya. Bayi mudah tergelincir dari tangan dan
terendam dalam bak.Lakukan mandi. Gunakan spon untuk memandi-sekakan
bayi.Letakkan bayi di atas meja beralaskan handuk lembut dalam ruangan yang
hangat. Siapkan air hangat, selembar kain lap basah, serta sabun bayi yang
lembut.Salah satu tangan harus selalu memegang bayi.Bayi dibedung dengan
handuk dan hanya area yang akan dicuci yang terbuka.Jangan menyabuni wajah
bayi. Bagian tubuh lainnya boleh disabuni dengan sabun bayi yang lembut.Jangan
pernah meninggalkan bayi sendirian dalam air, sekalipun airnya hanya
sedikit.Apabila daerah pusarnya sudah sembuh benar, seluruh tubuhnya boleh
dimasukkan ke air dalam bak mandi bayi. Agar supaya empuk dan tidak licin,
bentangkan selembar handuk bersih di atas permukaan bak mandi. Tuangkan ke
dalamnya air hangat setinggi 5 cm. Periksa suhunya dengan bagian dalam
pergelangan tangan anda.Siapkan baju ganti terlebih dahulu sebelum melepaskan
pakaian yang melekat ditubuh bayi.Gunakan kain lap lembut untuk membasuh
muka dan rambutnya. Jangan lupa melindungi mata bayi.Keramas rambutnya
dengan shampo bayi satu atau dua kali seminggu.Handuk untuk menghangatkan
tubuhnya begitu selesai dimandikan.

2) Merawat Kuku
Rapikan semua kukunya untuk mencegah dia mencakar dirinya.Kuku bayi amat
lembut dan mudah dipotong; saat terbaik untuk merapikan kukunya adalah ketika
ia sedang tidur. Banyak orangtua lebih senang menggunakan gunting-kuku kecil
ketimbang gunting biasa.
3) Membersihkan Telinga
Cuci hanya telinga bagian luar dan pintu masuk lobang telinga saja, jangan bagian
dalamnya.Jangan menggunakan korek-kuping (cotton bud) untuk membersihkan
lobang telinganya; hal ini dapat merusak gendang telinga bayi. bila bayi
cengeng,d emam, dan cenderung menarik-narik telingannya,mungkin pertanda
terjadinya infeksi telinga. Segeralah bawa dia ke dokter.
4) Membersihkan Hidung

7
Bersihkan lendir kering yang terkumpul dalam hidung bayi untuk mencegah
hambatan pernapasan (hal ini biasa terjadi di rumah yang terus-menerus
menggunakan pemanas ruangan). Basahi sedikit kotoran dalam lubang hidung
bayi lalu bersihkan secara hati-hati dengan kain lap (tetapi jangan dipaksakan bila
bayi merasa terganggu). Gunakan pipet untuk menyedot keluar ingus yang
menyumbat hidung bayi pada waktu pilek. Pencet karet bulat di ujung pipet lalu
masukkan ujung satunya secara hati-hati ke lubang hidung bayi, kemudian
lepaskan pencetan dari karet bulat tersebut.
5) Merawat Tali Pusat

Seokok tiap kali mengganti popok, bersihkan tali pusar supaya tetap kering dan
terhindar dari infeksi.Bersihkan sekeliling tali pusar bayi dengan kapas
beralkohol.Rawatlah tali pusar secara hati-hati sampai tanggal beberapa hari
kemudian.Popok bayi dilipat di bawah pusar agar tali pusar tidak basah oleh
kencing.Apabila pangkal tali pusar bernanah atau berwarna kemerahan, atau bayi
menangis setiap kali bagian itu disentuh, segera bawa dia ke dokter. Barangkali sudah
terinfeksi.

6) Popok
Harga popok kain lebih ekonomis dari popok sekali pakai (disposable) tetapi
menambah pekerjaan anda apabila tidak ada tukang cuci. Hampir semua bayi baru
lahir menggunakan sekitar 10 popok sehari. Kalau menggunakan popok kain yang
harus dicuci, anda perlu sediakan kira-kira 4 lusin. Anda bisa membeli lagi kalau
masih kurang.Siapkan segala sesuatu yang diperlukan sebelum mengganti
popoknya. Jangan sekali-kali meninggalkan bayi sendirian di meja ganti
walaupun hanya sedetik. Inilah yang anda perlukan ketika mengganti popok, yaitu
Popok bersih dan ada pengikatnya (kalau menggunakan popok kain).

4. Istirahat
Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. Sarankan ibu untuk melakukan kembali kegiatan rumah tangga secara

8
bertahap, tidur siang atau segera istirahat ketika bayi ibu tidur. Kurangnya istirahat
memengaruhi ibu dalam beberapa hal, seperti:

a. Mengurangi produksi ASI


b. Memperlambat proses sub involusio uterus
c. Memperbanyak pendarahan
d. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri

5. ASI
Air susu ibu (ASI) merupakan suatu cairan hidup yang dapat berubah dan memberi
respon terhadap kebutuhan bayi seiring dengan pertumbuhannya (Welford, 2008). ASI
adalah suatu cairan yang terbentuk dari campuran dua zat yaitu lemak dan air yang
terdapat dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang dihasilkan oleh
kelenjar payudara ibu, dan bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012).
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui sesuai
dengan keinginan (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang
sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan asi dalam lambung akan
kosong dalam 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena
isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.
ASI dan kolostrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. Kandungan dan
komposisi ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing ASI
dari ibu yang melahirkan prematur sesuai dengan kebutuhan prematur dan juga
sebaliknya ASI dari ibu yang melahirkan cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan
bayi cukup bulan juga.
Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi binggung dan
menolak menyusu atau hisapan bayi kurang baik. Hal ini disebabkan, mekanisme
menghisap dari puting susu ibu dengan botol jauh berbeda.

9
6. Senam Nifas
Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik seperti
dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama dan otot dasar panggul. Untuk
mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam
nifas sangat baik di lakukan pada ibu setelah melahirkan. Ibu tidak perlu takut untuk
banyak bergerak, karena dengan ambulasi dini (bangun dan bergerak setelah beberapa
jam melahirkan) dapat membantu rahim kembali ke semula.
Senam nifas membantu untuk mempebaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh
dan punggung setelah melahirkan, memperbaiki otot tonus, pelvis, dan perengangan otot
abdomen, memperbaiki juga memperkuat otot panggul dan membantu ibu untuk lebih
relaks dan segar paska melahirkan .
Tujuan dilakukan senam nifas pada ibu setelah melahirkan adalah :
a. Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu
b. Mempercepat proses involusi uterus dan pemulihan funfsi alat kandungan
c. Membantu memulihkan kekuatan dan kekecangan otot –otot panggul ,perut,dan
perinium terutama otot yang berkaitan dengan kehamilan persalinan
d. Memperlancar pengeluaran lochea
e. Membantu mengurangi rasa sakit pada otot otot setelah melahirkan
f. Merelaksasikan otot-otot yang menenunjang proses kehamilan dan persalinan
g. Meminimalisasi timbulnya kelainan dan komplikasi nifas,misalnya emboli, trombosia
dan lain lain.

7. Seksualitas dan KB
a. Seksual
Secara fisik aman untuk melakukan hubungan suami isteri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa
nyeri, aman untuk melakukan hubungan suami isteri. Apabila pendarahan sudah
mulai berhenti dan luka perineum sudah sembuh maka hubungan seksual sudah dapat
dilakukan, yang mana umumnya terjadi pada 4-5 minggu post partum. Namun secara
psikologis pada awal awal masa postpartum hasrat seksual atau libido sang ibu
sedang menurun.

10
Terlepas dari segi kesehatan banyak budaya yang mempunyaitradisi untuk
menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu. Misalnya setelah 40 hari
atau 6 minggu setelah persalinan. Namun tetap saja keputusan mulainya hubungan
seksual bergantung pada pasangan yang bersangkutan

b. Keluarga Berencana (KB)


Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu
hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana
mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun petugas kesehatan dapat
membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka cara
mencegah kehamilan yang tidak di inginkan.
Biasanya ibu post partum tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum
mendapatkan haidnya selama menyusui, oleh karena itu amenore laktasi dapat di
pakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru.
Resiko dari cara ini adalah sebesar 2% terjadi kehamilan. Sebelum menggunakan
metode KB, hal-hal berikut sebaiknya di jelaskan dahuiu kepada pasangan, meliputi;
a. Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan.
b. Kelebihan dan keuntungan
c. Efek samping
d. Kekurangannya.
e. Bagaimana memakai
f. Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca persalinan yang
menyusui.
Jika pasangan memilih metode kb tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya
lagi dalam dua minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditnyakan oleh ibu
atau pasangan dan untuk melihat apakah metode tersebut berkerja dengan lancar.

8. Tanda-Tanda Bahaya
Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas adalah:
a. Demam tinggi tinggi hingga melebihi 38 oC

11
Suhu tubuh ibu mungkin mengalami peningkatan pada hari pertama setelah
melahirkan. Ini merupakan hal yang wajar dan mungkin disebabkan oleh dehidrasi
selama proses persalinan, usahakan untuk memperebanyak minum air untuk
mengganti cairaan yang hilang. Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 38 0C
beturut-turut selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan
yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Rustam
Mochtar, 2002).
Apabila setelah 24 jam suhu ibu tetap mengalami penigkatan, maka bisa jadi ini
merupakan tanda bahaya pada masa nifas yang menunjukan adanya infeksi setelah
persalinan.
Penanganan:
1) Istirahat baring
2) Rehidrasi peroral atau infuse
3) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu

b. Perdarahan Pervagina
Merupakan perdarahan yang terjadi dengan jumlah darah melebihi 500 ml
setelah baayi lahir. Menurut waktu dibagi menjadi 2 yaitu perdarahan primer yang
terjadi dalam 24 jam setelah bayi lahir, dan perdarahan sekunder yang terjadi setelah
24 jam bayi lahir, perdarahan skunder ini ditemukan kurang dari 1% dari semua
persalinan. sebab terjadinya adanya subinvolusi, kelainan kongenital uterus, inversio
uteri, mioma uteri submukosum, dan penghentian obat estrogen untuk menghentikan
laktasi. Terapi dapat dimulai dngan pemberian 0, 5mg ergotrin intramaskular, yang
dapat diulangi dalam 4 jam atau kurang. Yang menyebabkan perdarahan setelah
melahirkan adalah atonia uteri atau rahim tidak berkontraksi, perlukaan jalan lahir,
dan tertinggalnya sisa-sisa plasenta dalam rahim.

c. Nyeri perut hebat/ rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung, serta ulu hati
d. Sakit kepala parah atau terus menerus dan pandangan kabur
e. Pembengkakan pada wajah dan daerah ektremitas

12
f. Rasa sakit, merah atau bengkak dibagian betis atau kaki
g. Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam
h. Putting payudara berdarah atau merekah sehingga sulit untuk menyusui
i. Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan, merasa sangat letih dan nafas terengah-
engah
j. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
k. Tidak bisa buang air besar selama tiga hari atau rasa sakit waktu buang air kecil
l. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau dirinya sendiri

13
DAFTAR PUSTAKA

Warnaliza, Desi, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika

Ambarwati, Retna Eny, dkk. 2001. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika

Rahmawati Anita, dkk. 2009. Perawatan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
Sarwono, Prawirohardjo. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta,2002
Sarwono, Prawirohardjo. 2014. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta,2002

14
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. KASUS
Ny. Moudli usia 24 tahun, post partum 7 hari datang ke BPM N. Ny, Moudi mengeluh
badannya terasa demam, ia juga mengatakan payudara kanannya bengkak, merah, lalu lecet
pada putting sebelah kanan, dan ia mengaku menjadi lebih malas menyusui karena terasa
nyeri ketika menyusu. Keadaan umum ibu sedang, dan ibu merasa gelisah. Bidan melakukan
pemeriksaan fisik dan mendapati tanda tanda vital dalam batas normal kecuali pada suhu
sebagai berikut; TD : 120/80 mmHg, R : 24 x/menit, T : 38,1 C, dan N : 93 x/menit.
Pengeluaran lokhea berwarna merah kecoklatan berbau amis dan cair, ibu mengatakan
mengganti pembalut kira kira 2 kali sehari. Luka perineum sudah mengering, kandung kemih
kosong dan tidak ada odema pada bagian ektremitas.

15
B. MANAJEMEN KEBIDANAN VARNEY

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

I. PENGUMPULAN DATA
1. IDENTITAS/ BIODATA PASIEN
Nama : Moudli Arfinda Nama Suami: Nizam Mustaqim
Umur : 24 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Kr. Tripa, Geuce Komplek Alamat : Jl. Kr. Tripa, Geuce Komplek
Telp. : 081262516251 Telp. : 082512896542

2. ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF)


a. Alasan utama masuk : Ingin memeriksakan payudaranya
b. Riwayat persalinan

Usia Jenis Tahun Nifas/ Anak


N Penolon Penyul
Kehamila Persalina Persalina Laktas J
O g it BB PB Ket
n n n i K
38 minggu Bermas 3500 48
1 Spontan Bidan - 2016 ♀ Normal
6 hari alah gr cm

16
IBU
Plasenta : lahir spontan, lengkap
Tali Pusat : 56 cm
Kelainan : tidak ada
Perineum : Episiotomi, dijahit
Perdarahan : Kala I : 20 cc
Kala II : 120 cc
Kala III : 120 cc
Kala IV : 90 cc
Jumlah : 350 cc
Cairan infus : tidak ada
Transfusi darah : tidak ada
Catatan waktu : Kala I : 12 jam
Kala II : 1 jam 40 menit
Kala III : 20 menit
Jumlah : 14 jam

BAYI
Lahir : spontan, pukul 04.30 pm
BB : 3500 gram PB : 48 cm
Nilai Apgar :9
Cacat Bawaan : tidak ada
Masa Gestasi : 38 minggu 6 hari
Komplikasi : tidak ada
Air Ketuban : jernih, 790 ml

c. Riwayat Postpartum
Keadaan umum : Sedang
Keadaan Emosional : Gelisah
Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg

17
R : 24 x/menit
T : 38,1 C
Nadi : 93 x/menit

Payudara : Pengeluaran : Colostrum (+)


Putting Susu : Menonjol
Uterus : TFU : 3 jari dibawah pusat
Kontraksi Uterus : teratur
Konsistensi Uterus :
Pengeluaran Lokhea: Warna : Merah kecoklatan (Sanguinolenta)
Bau : Amis
Jumlah : ± 2 pembalut/hari
Konsistensi : Cair
Perineum : Luka kering, Keadaan baik.
Kandung Kemih : Kosong
Ekstremitas : Oedema : Tidak Ada -/-
Refleks : Positif +/+
II. Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan
Ibu P1A0 postpartum hari ke-7 dengan mastitis, keadaan umum ibu sedang
III. Mengantisipasi Diagnosa/ Masalah Kebidanan
Diagnosa potensial yang kemungkinan muncul pada ibu nifas dengan mastitis adalah abses
dan penghentian menyusui dini
IV. Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera
Memperbaiki cara menyusui ibu
V. Merencana Asuhan Secara Menyuluruh
Tata laksana suportif, pemberian pendkes, penggunaan obat-obatan, pemantauan
VI. Implementasi

VII. Evaluasi
penanganan telah dilakukan dan ibu mengerti apa yang disampaikan bidan

18
C. SOAP

S : Ny. M usia 24 tahun postpartum 7 hari datang ke BPM N untuk memeriksaan keadaannya .
Ny, Moudi mengeluh badannya terasa demam, ia juga mengatakan payudara kanannya
bengkak, merah, lalu lecet pada putting sebelah kanan, dan ia mengaku menjadi lebih
malas menyusui karena terasa nyeri ketika menyusui, ibu merasa gelisah. Ibu juga
mengatakan mengganti pembalutnya kira kira 2 kali sehari.

O : K/U sedang
Keadaan Emosional : Gelisah
Kesadaran : Composmentis

TTV
TD : 120/80 mmHg
R : 24 x/menit
T : 38,1 C
Nadi : 93 x/menit

IBU
Plasenta : lahir spontan, lengkap
Tali Pusat : 56 cm
Kelainan : tidak ada
Perineum : episiotomi, dijahit
Perdarahan : Kala I : 20 cc
Kala II : 120 cc
Kala III : 120 cc
Kala IV : 90 cc
Jumlah : 350 cc
Cairan infus : tidak ada
Transfusi darah : tidak ada
Catatan waktu : Kala I : 12 jam
Kala II : 1 jam 40 menit

19
Kala III : 20 menit
Jumlah : 14 jam

BAYI
Lahir : spontan, pukul 04.30 pm
BB : 3500 gram PB : 48 cm
Nilai Apgar :9
Cacat Bawaan : tidak ada
Masa Gestasi : 38 minggu 6 hari
Komplikasi : tidak ada
Air Ketuban : jernih, 790 ml

Riwayat Postpartum
Keadaan umum : Sedang
Keadaan Emosional : Gelisah
Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg
R : 24 x/menit
T : 38,1 C
Nadi : 93 x/menit

Payudara : Pengeluaran : Colostrum (+)


Putting Susu : Menonjol
Uterus : TFU : 3 jari dibawah pusat
Kontraksi Uterus : teratur
Konsistensi Uterus :
Pengeluaran Lokhea: Warna : Merah kecoklatan (Sanguinolenta)
Bau : Amis
Jumlah : ± 2 pembalut/hari
Konsistensi : Cair
Perineum : Luka kering, Keadaan baik.

20
Kandung Kemih : Kosong
Ekstremitas : Oedema : Tidak Ada -/-
Refleks : Positif +/+

A : Ibu P1A0 postpartum hari ke-7 dengan mastitis, keadaan umum ibu sedang

P : 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan kondisi ibu, yaitu bahwa bengkak yang ada pada
payudara ibu dan rasa nyeri menunjukan bahwa telah terjadinya mastitis
2. Memberikan ibu dukungan emosional, bahwa ibu tidak perlu khawatir dan takut
3. Memberitahukan ibu agar mengompreskan payudaranya dengan air hangat secara rutin
untuk mengurangi rasa nyeri
4. Menjelaskan kepada ibu untuk tidak perlu takut untuk menyusui dan jelaskan bahwa
dengan menyusui proses penyembuhan akan lebih cepat
5. Memberikan ibu pengobatan analgetik dan antibiotic untuk mengurangi rasa sakit dan
mengatasi infeksi
- Paracetamol 500mg, 3x sehari
- Amoxcicilin 500 mg, 3x sehari
6. Mengajarkan dan mengoreksi cara ibu menyusui, yaitu:
- Anjurkan ibu untuk selalu mencuci tangan dan membersihkan payudara sebelum dan
sesudah menyusui
- Memberitahukan ibu untuk mengolesiputing dengan ASI sebelum dan sesudah
menyusui untuk mencegah putting lecet
- Menganjurkan ibu untuk menyusui menggunakan kedua payudara, dengan Cara
menggunakan payudara satu sampai habis lalu baru menggunakan payudara satunya
lagi
- Menganjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin dengan durasi selama mungkin,
menggunakan kedua payudara
- Menganjurkan ibu untuk memperhatikan posisi menyusui bayi, dan pastikan
perlekatan mulut bayi masuk semua ke areola
- Menyendawakan bayi sesudah menyusui
7. Menganjurkan Ibu untuk menjaga personal hygiene
8. Menganjurkan ibu untuk menjaga tali pusat tetap kering dan tidak meletakkan apa-apa

21
9. Menganjurkan ibu untuk minum minimal 8 gelas/ hari
10.Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang tanpa
pantangan seperti telur, sayuran hijau, dan buah-buahan.
11. Menjelaskan manfaat ASI pada ibu untuk mendukung ibu
12. Menanyakan apakah ada yang ingin ibu tanyakan
13. Ibu mengerti dengan setiap poin yang disampaikan dan akan melaksanakannya

22

Anda mungkin juga menyukai