Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15 %
berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks,elastis,dan sensitif,bervariasi pada
keadaan iklim,umur,seks,ras,dan juga bergantungan pada lokasi tubuh.
Warna kulit berbeda-beda,dari kulit yang berwarna terang (fair skin),pirang dan
hitam,warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi,serta warna hitam kecoklatan
pada genitalia orang dewasa.
Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut,tipis dan tebalnya; kulit yang
elastis dan longar terdapat pada palpebra,bibir dan preputium,kulit yang tebal dan tegang
terdapat ditelapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka,yang
lembut pada leher dan badan,dan berrambut kasar terhadap kepada kepala
(Wasitaatmadja.SM,2005).
Akne vulgaris adalah gangguan folikular umum yang mengenai folikel
pilosebasea yang rentan (folikel rambut) kebanyakan ditemukan pada wajah,leher,dan
trunkus bagian atas. Ini merupakan kondisi kulit yang paling sering ditemukan,makin
lebih jelas pada masa pubertas dan remaja. Etiologi akne tampaknya berkisar dari
genetik,hormonal,dan faktor-faktor bakteri. Diagnosa dibuat berdasarkan pada tanda-
tanda dan gejala-gejala (Brunner & Suddarth ,2000)
Akne meliputi berbagai kelainan kulit yang hampir mirip satu dengan yang lain
nya,sehimngga diperlukan pengolongan/klasifikasi untuk membedakan nya.beberapa
penelitian atau penulis buku dermatologi memnggunakan klasifikasi yang berbeda.
Akne penyakit kulit akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai
dengan adanya komedo,papul,pustul,nodus,dan kista pada tempat predileksinya
(Wasitaatmadja.SM,2005).
Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini,maka sering dianggap
sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis kligman mengatakan bahwa tidak
seorang pun (artinya 100%) yang sama sekali tidak pernah menderita penyakit ini.
Penyakit ini memang jarang terdapat pada waktu lahir, namun ada beberapa kasus yang
terjadi pada masa lalu.betapa pun ada ada beberapa masa remaja lah akne vulgaris
menjadi salah satu problem .umunya insidens terjadi pada sekitar umur 14-17 tahun pada
wanita ,16-19 tahun pada pria dan pada masa itu lesi yang predominan adalah komedo
dan papul dan jarang terlihat lesi beradang.
Pada seorang gadis akne vulgaris dapat terjadi premenarke . Setelah masa remaja
kelainan ini berangsur berkurang. Namun kadang-kadang,terutama pada wanita,akne
vulgaris menetap sampai dekade umur 30 an atau bahkan lebih. Meskipun pada pria
umunya akne vulgaris lebih cepat berkurang,namun pada penelitian diketahui bahwa
justru gejala akne vulgaris yang berat biasanya terjadi pada pria. Diketahui pula bahwa
ras oriental (jepang,cina,korea) lebih jarang menderita akne vulgaris dibanding ras
kaukasia (Eropa,Amerika) dan sering terjadi nodula-kistik pada kulit psds kulit putih
daripada negro. Akne vulgaris mungkin familial,namun karena tinggi nya prevarlensi
penyakit hal ini sukar dibuktikan. Dari sebuah penelitian bahwa mereka bergenotik XYY
mendapat akne vulgaris yang lebih berat. (Wasitaatmadja.SM,2005).

B.TUJUAN PENULISAN

1.tujuan umum

Mampu memahami dan membuat asuhan keperawatan dengan gangguan agne vulgaris

2. Tujuan khusus

1) mengindentifikasi pengkajian pada klien dengan agne vulgaris

2) mengindentifikasi diagnosa keperawatan pada klien dengan agne vulgaris

3) mengindentifikasi intervensi keperawatan padaklien agne vulgaris

4.)mengindentifikasi implementasi keperawatan pada klien agne vulgaris

5)mengidentifikasi evaluasi keperawatan pada klien agne vulgaris


BAB II

KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN

Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun pilosebasea yang umumnya terjadi
pada massa remaja dan dapat sembuh sendri. Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfi
terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo,papul,nodus dan jaringan parut yang
terjadi akibat kelainan aktif tersebut,baik jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif
tersebut,baik jaringan parut yang yang hipotrofik maupun hipertrofik (Adhi djuanda,2005)

Akne vulgaris reaksi dari penyumbatan pori-pori kulit disertai peradangan yang
bermuara pada saluran kelenjar minyak.sekresi minyak kulit menajdi tersumbat,membesar
dan akhirnya mengering menjadi jerawat (muliyawan dan suriana 2013)

B. ETIOLOGI

Menurut ( Adhi djuanda,2005) penyebab akne vulgaris adalah :

1. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel yang biasanya berlangsung longgar berubah
menajdi padat sehingga sukar lepas dari saluran folikel tersebut.
2. Produksi sebum yang meningkat yang menyebabkan peningkatan unsur komedogenik
dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi akne.
3. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas penyebab terjadinya proses inflamasi folikel
dalam sebum dan kekentalan sebum yang penting pada patogenesis

Menurut (Ramdani,dkk,2015) penyebab akne vulgaris adalah :

1. Hormon endogen

Hormon ini memegang peranan penting karena kelenjar palit sangat sensitif terhadap
hormon ini. Hormon endogen berasal dari testis dan kelenjar anak ginjal (adrenal) hormon ini
menyebabkan kelenjar palit bertambah besar dan produksi sebum meningkat

2. Hormon estrogen
Pada keadaan fisiologi,estrogen tidak berpengaruh terhadap produksi sebum. Estrogen
dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar hipofisis.

3. hormon progesteron

Progesteron dalam jumlah fisiologis tidak mempunyai efek pada efektifitas terhadap kelenjar
lemak. Produksi sebum tetap selama siklus menstruasi, akan tetapi kadang-kadang
progesteron dapat menyebabkan jerawat premenstrual.

Manifestasi klinis

1) komedo tertutup (kepala putih)


2) komedo terbuka ( kepala hitam)
3) papula eritematosa (kondisi inflamasi)
4) pustula inflamasi
5) kista inflamasi
A. Gejala klinis
Menurut Corwin (2009) gejala klinis yang terjadi pada acne yaitu :
a. Pada seorang idivindu dpat timbul bermacam macam lesi. Lesi dapat berupa komedo
terbuka, komedo tetutup, nodus, pustul, kista dan jaringan parut. Lesi biasanya tedapat
di wajah, punggung, dan bahu.
b. Pada wanita, akne dapat meningkat sebelum atau selam periode haid sewaktu kadar
estrogen terendah.
c. Pada akne rosasea, wajah dapat kembali merah terang, bahkan bila terpajan sedikit
sinar matahari atau alkohol, dan papul serta pustul dapat timbul.
Kompilikasi

 Selulitis lokal : akne kistik menjadi sangat terinflamasi sehingga menyebabkan infeksi
pada jaringan sekitar
 Akne keloidalis : umumnya muncul pada area janggut,gaeris rahang dan kulit kepala
bagian posterior pada individu yang memiliki predisposisi genetik untuk reaksi keloid
terhadap inflamasi
 Folikulitis gram negatif : erupsi pustular dapat muncul pada pasien dengan terapi
antibiotik oral yang diperpanjang
 Akne conglobata : bentuk akne nodularkistik yang berat yang menyebabkan saluran sinus
berepital
 Hiperpigmentasi : lesi akuit acne yang telah memudar akan meninggalkan bintik atau
bekas gelap, hal ini dikarenakan inflamasi yang akan meningkatjan produksi melanin

Pemeriksaan Penunjang

pemeriksaan laboratorium tidak diindikasikan untuk AV kecuali dicurigai hiperandrogenisme.


Bila diperlukan dapat dilakukan pengukuran dari serum DHEAS, total testosteron dan free
testosterone, dan dapat dipertimbangkan untuk pemeriksaan rasio,luteinizing hormone (LH)
terhadap follicle-stimulating hormone (FSH). Pemeriksaan histopatologis juga tidak memiliki
gambaran yang khas untuk AV (Zaenglein,2012:903:KSDKI,2016:4).

Pemeriksaan fisik

a) Akne vulgaris bercirikan adanya komedo,pustula,dan nodulnpada distribusi sebaceous.

b) Komedo dapat berupa whiteat atau komedo tertutup atau blackheat (komedo terbuka)
tanpa disertai tanda-tanda klinis dari peradangan apapun
c) Papula dan pustula terangkat membenjol (bumps) disertai dengan peradangan yang nyata
d) Wajah dapat menjadi satu-satunya permukaan kulit dan terserang jerawat
e) Pada akne komedo tidak ada resi peradangan. Komedo merupakan lesi akne yang paling
awal sedamgkan komedo tertutup (closed come dones) merupakan lesi precusor dari resi
peradangan
f) Akne peradangan yang ringan bercirikan adanya komedo dan papula peradangan.
g) Akne peradangan yang sedang (moderate inflamatory acne) memiliki komedo,papula
peradangan,pustula.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Menurut Rahariyani (2008) Proses keperawatan adalah susunan metode penyelesaian


masalah dengan menggunakan pendekatan ilmiah yang meliputi pengkajian, penetapan
diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Langkah pertama dalam proses keperawatan
adalah pengkajian. Pengkajian adalah tindakan yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Cara
mengumpulkan data dapat melaluianamnesisatauwawancara(terhadap klien maupun keluarga),
observasi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lain.Dari pengkajian ini kita dapat
menentukan masalah keperawatan yang dialami oleh klien.

1. Anamnesis

Tanggal dan waktu pengkajian harus dicantumkan guna mengetahui perkembangan


penyakit, karena pada bebberapa kasus, terjadi perubahan lesi yang cepat. Anamnesis/wawancara
yang dilakukan meliputi hal berikut :

a. Biodata :tanyakan nama, umur (penting untuk mengetahui angka prevalensi), jenis
kelamin, pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit kulit, banyak terkait dengan faktor
pekerjaan, [mis., dermatitis kontak alergi]).
b. Riwayat kesehatan : yang harus dikaji meliputi masalah kesehatan sekarang, riwayat
penyakit dahulu, status kesehatan keluarga dan status perkembangan.Untuk informasi
tentang riwayat kesehatan dahulu, dapat diajukan pertanyaan tentang masalh
kesehatan yang pernah dialami, misalnya demam, penyakit kulit yang pernah diderita,
penyakit pernapasan atau pencernaan, riwayat alergi, dan lain-lain.
c. Riwayat pengobatan atau terpapar zat : Tanyakan pada klien obat apa saja yang telah
dikonsumsi atau pernahkan klien terpapar faktor-faktor yang tidak lazim. Misalnya,
terkena zat-zat kimia atau bahan iritan lain.
d. Riwayat pekerjaan atau aktivitas sehari-hari: kebiasaan dan aktivitas sehari-sehari
klien perlu ditanyakan. Misalnya, bagaimana pola tidur klien, sebab pola tidur dan
istirahat sangat memengaruhi kesehatan kulit.
e. Riwayat psikososia : keadaan psikologis klien perlu dikaji. Stres yang
berkepanjangan akan memengaruhi kesehatan kulit sesorang, bahkan dapat
menimbulkan kelainan kulit. Disamping itu, dengan adanya masalah kulit yang
timbul, dapat terjadi gangguan pada konsep diri klien.

2. Pemeriksaan Kulit

Teknik pemeriksaan kulit dapat dilakukan melalui metode inspeksi dan palpasi. Agar data yang
diperoleh dalam pengkajian benar-benar tepat, pengkajian harus dilakukan dengan pencahayaan
yang memadai, dan yang tidak kalah penting penglihatan pemeriksa sendiri. Kulit harus dikaji
secara menyeluruh dan tidak terbatas pada lokasi abnormal saja. Perubahan pada kulit dapat
bersifat menyeluruh dan setempat,

B. Diagnosa keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan reaksi inflamasi
b. Gangguan citra tubuh b/d rasa malu dan frustasi terhadap tampilan dirinya
c. Resiko infeksi b/ peradangan
d. Nyeri b/d zat kimia

C. Intervensi keperawatan

NO DX KEPERAWATAN NOC NIC


1. Kerusakan integritas kulit b/d 1. Status nutrisi 1. Manajemen nutrisi
lesi reaksi inflamasi  Asupan gizi  Tentukan status
 Defenisi : Kulit beresiko  Asupan makanan gizi pasien dan
terhadap kerusakan  Asupan cairan kemampuan

 Energi (pasien) untuk

 Hidrasi memenuhi
kebutuhan gizi

2. Perfusi jaringan : perifer  Ciptakan


 Kerusakan kulit lingkungan yang
 Suhu kulit ujung kaki optimal pada saat
dan tangan mengkonsumsi
 Kekuatan denyut nadi makan (misal,
karotis (kanan) bersih,

 Tekanan darah berventilasi,

sistolik santai,dan bebas

 Tekanan darah dari bau yang

diastolik menyengat

 Edema perifer  Identifikasi


(adanya) alergi
atau intoleransi
makanan yang
dimiliki pasien

2. Asuhan tirah baring


 Jelaskan alasan
tirah baring
 Balikkan pasien,
sesuai dengan
kondusi kulit
 Bantu menjaga
kebersihan
misalnya, dengan
menggunakan
deodorant atau
farfum

3. Surveilans kulit
 Kaji risiko
kesehatan pasien
dengan tepat
 Dapatkan
informasi
mengenai pola
hidup harian pasien
 Tanya pasien
terkait dengan
persepsinya
mengenai status
kesehatan
 Pilih indikator
pemantauan pada
pasien, sesuaikan
dengan kondisi
pasien
2. Gangguan citra tubuh b/d rasa 1. Citra tubuh 1. Peningkatan citra
malu dan frustasi terhadap  Gambaran internal tubuh
tampilan dirinya diri  Tentukan harapan
 Defenisi : Konfusi pada  Penyesuaian terhadap citra diri pasien
gambaran mental fisik perubahan fisik didasarkan pada
diri seseorang  Penyesuaian terhadap tahap
perubahan fungsi perkembangan
tubuh  Gunakan
bimbingan
2. Perkembangan anak : antisipasif
remaja menyiapkan pasien
 Menunjukan terkait dengan
kebiasaan sehat yang perubahan dengan
baik perubahan-
 Mendiskusikan perubahan citra
perasaan distres tubuh yang telah di
dengan orang dewasa prediksikan
yang mendukung  Tentukan jika
 Menunjukkan harga terdapat perasaan
diri tidak suka terhadap
 Menunjukkan karakteristik fsik
kenyamanan dengan khusus yang
tubuh sendiri menciptakan
 Menghindari disfungsi paralisis
penggunaan soal untuk remaja
tembakau dan kelompok
dengan risiko
3. Harga diri tinggi lain
 Verbalisasi  Bantu pasien untuk
penerimaan diri mendiskusikan
 Mempertahankan perubahan-
penampilan dan perubahan bagian
kebersihan diri tubuh disebabkan

 Keinginan untuk adanya penyakit

berhadapan muka atau pembedahan,

orang lain dengan cara yang

 Keinginan untuk tepat

berhadapan muka
orang lain 2. Peningkatan harga diri
 Monitor peryataan
pasien mengenai
harga diri
 Tentukan lokus
kontrol pasien
 Tentukan
kepercayaan diri
pasien dalam hal
penilaian diri
 Dukung pasien
untuk bisa
mengidentifikasi
kekuatan
 Bantu pasien untuk
menemukan
penerimaan diri
3. Infeksi resiko b/d peradangan 1. Keparahan infeksi 1. Perlindungan infeksi
 Defenisi : Beresiko  Kemerahan  Monitor adanya
terhadap invasi  Vesikel yang tidak tanda dan gejala
organisme patogen mengeras permukaan infeksi sistematik
 Nyeri dan lokal

 Sputum purulen  Monitor kerentanan

 Drainase purulen terhadap infeksi


 Berikan perawatan

2. Keparahan infeksi : bayi kulit yang tepat

baru lahir untuk area yang

 Ketidakstabilan suhu mengalami edema

 Wajah pucat  Tingkatkan asupan


nutrisi yang cukup
 Kulit lembab dan
dingin
2. Surveilans kulit
 Kulit kemerahan
 Kaji risiko
 Gelisah
kesehatan pasien
dengan tepat
3. Penyembuhan luka :
 Dapatkan
primer
informasi
 Memperkirakan
mengenai pola
kondisi kulit
hidup harian pasien
 Pembentukan bekas
 Tanya pasien
luka
 Peningkatan suhu terkait dengan
kulit persepsinya
mengenai status
4. Penyembuhan luka : kesehatan
sekunder
 Granulasi 3. Manajemen penyakit
 Pembentukan bekas menular
luka  Monitor populasi
 peradangan luka yang beresiko

 Pelepasan sel dalam rangka

 Lubang pada luka pemenuhan


regimen prevensi
dan perawatan
 Monitor
keberlanjutan yang
adekuat akan
imuninasi pada
populasi target
 Sediakan informasi
mengenai persiapan
dan penyimpanan
makanan yang
memadai, seperti
yang di butuhkan

4. Nyeri b/d zat kimia 1. Kepuasa kien : 1. Pemberian analgesik :


 Defenisi : Pengalaman  Nyeri terkontrol  Tentukan lokasi,
sensori dan emosi yang  Tingkat nyeri di karakteristik,
tidak menyenangkan pantau secara reguler kualitas dan
akibat adanya kerusakan  Mengambil tindakan keparahan nyeri
jaringan yang aktual untuk mengurangi sebelum mengobati
atau potensial, atau di nyeri pasien
gambarkan dengan  Cek adanya riwayat
istilah seperti alergi obat
(international  Cek perintah
association for the study pengobatan
of pain), awitan yang meliputi obat,
tiba-tiba atau perlahan dosis, dan frekuensi
dengan intensitas ringan obat analgesik yang
sampai berat dengan disresepkan
akhir yang dapat 2. Manajemen nyeri
diantisipasi atau dapat  Lakukan
diramalkan dan pengkajian nyeri
durasinya kurang dari komprehensif yang
enam bulan meliputi lokasi,
kararkteristik,
onset/durasi,
frekuensi ,kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri dan
faktor pencetus
 Observasi adanya
petunjuk nonverbal
mengenai
ketidaknyamanan
terutama pada
mereka yang tidak
dapat
berkomunikasi
secara efektif
DAFTAR PUSAKA

Djuanda Adhi.2005. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi keempat. FKUI: Jakarta.
Brunner dan suddarth.2000. Keperawatan Medikal-Bedah.EGC: Jakarta.

Corwin,Elizabeth J.2009. Patofisiologi Edisi ketiga.EGC: Jakarta.

Puspitasari,M.R. dan Riyanto,P. 2016. Pengaruh Pemakaian Sabun Sulfur Terhadap Jumlah
Lesi Akne Vulgaris: Penelitian Klinis Pada Mahasiswa Penderita Akne Vulgaris Yang Diberi
Terapi Standar Tretinoin 0,025% + TSF 15, 5(4), 1243-1250.

Anda mungkin juga menyukai