Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN PROYEK

3.1 Uraian Umum


Manajemen proyek merupakan proses merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan kegiatan anggota organisasi
serta sumber daya lainnya sehingga dapat mencapai sasaran organisasi yang
telah ditentukan sebelumnya (Soeharto, 1999).
Suatu proyek memerlukan perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pemrosesan (actuating), dan pengecekan (controlling). Manajemen
proyek menggunakan personel perusahaan yang ditempatkan pada tugas tertentu
dalam proyek yang ahli dalam bidangnya (Ramadhan dkk, 2017).
Pada pelaksanaan manajemen proyek memiliki tiga aspek manajemen
yang menjadi acuan dalam keberhasilan dari manajemen proyek, yaitu
manajemen waktu, manajemen biaya, dan manajemen kualitas. Sistem
manajemen yang diterapkan pada suatu proyek akan mempengaruhi kelancaran
pekerjaan, efisiensi dalam keuangan dan kualitas dari bangunan yang dihasilkan.
Dalam manajemen proyek diperlukan beberapa hal seperti pelingkupan,
perencanaan, penjadwalan, pengorganisasian pengarahan, pengontrolan,
perkiraan, dan penutupan. penjelasan lebih lanjut mengenai fungsi manajemen
proyek adalah:
1. Pelingkupan
Pelingkupan merupakan penjelasan mengenai batas-batas dari
sebuah pekerjaan suatu proyek.
2. Perencanaan
Perencanaan merupakan pengidentifikasian tugas apa saja yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan sebuah proyek.
3. Perkiraan
Perkiraan adalah perkiraan dari setiap tugas yang dibutuhkan dalam
penyelesaian sebuah proyek.
4. Penjadwalan
Penjadwalan merupakan kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan
proyek yang harus diselesaikan, bahan baku, tenaga kerja serta waktu yang
dibutuhkan oleh setiap aktivitas.
5. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan suatu hal yang memastikan seluruh anggota
tim dari sebuah proyek mengetahui peran serta tanggungjawab masing-masing
dan hubungan laporan mereka kepada manajer proyek.
6. Pengarahan
Pengarahan merupakan kegiatan mengarahkan seluruh kegiatan-kegiatan
tim dalam proyek.
7. Pengontrolan
Pengontrolan merupakan fungsi pengontrolan atau pengendalian
suatu pekerjaan apakah proyek akan berjalan dengan semestinya atau tidak.
8. Penutupan
Penutupan merupakan suatu kesimpulan dari sebuah proyek yang dijalani
berdasarkan nilai keberhasilan atau kegagalan.

3.2 Perencanaan Proyek


Kegiatan perencanaan adalah kegiatan yang penting sebelum
dilaksanakannya sebuah proyek. Tahap perencanaan bertujuan untuk mengetahui
secara mendetail keinginan dari pemilik proyek tersebut. Maka diperlukan
koordinasi yang baik antara pemilik proyek dengan konsultan perencana.
Perencanaan harus dibuat sebaik mungkin oleh karena itu sebaiknya perencanaan
dilakukan oleh perseorangan atau badan yang sudah ahli dan memahami
konstruksi bagngunan yang akan direncanakan. Perencanaan yang baik tentunya
diperlukan data-data akurat sebagai acuan dalam perencanaan. Berikut ini adalah
data-data yang diperlukan dalam perencanaan proyek pengendalian banjir dan rob
di wilayah kota Pekalongan adalah sebagai berikut :
1. Data tanah lokasi dibangunnya tanggul dan data tanah urugan. Data tanah
diperlukan untuk menentukan dimensi struktur dan metode pelaksanaan
pekerjaan.
2. Data pasang surut, data tersebut dibutuhkan untuk menentukan elevasi tanggul
3. Data hidrologi untuk menentukan debit banjir rencana pada sungai yang
berada di sekitar lokasi
4. Data debit banjir rencana yang tejadi, hal ini dilakukan untuk menentukan
kapasitas pompa yang digunakan
3.2.1 Perencanaan Tanggul
Tanggul memiliki nama lain levee, dike, embankment yaitu semacam
tembok miring baik buatan maupun alami, dipergunakan untik menahan air. Jika
tanggul menahan air, dengan sendirinya air akan meresap melalui tubuh tanggul
tersebut. Air resapan mengalir dengan muka air bebas (free water surface). Garis
permukaan aliran air yang ada didalam tanggul merupakan aliran teoritis yang
disebut dengan garis rembesan (seepage line), lihat Gambar 3.1 (Surendro, 2015).

Gambar 3.1 Garis Rembesan pada Tanggul


Gambar 3.2 Potongan Melintang Perencanaan Bangunan Pengendalian Banjir dan
Rob Kota Pekalongan

Gambar 3.3 Potongan Melintang Perencanaan Tanggul

Bahan yang digunakan untuk pembuatan tanggul yaitu matras bambu,


tanah lempung, geotextile no woven dan rip-rap.
1. Matras bambu
Pemasangan matras bambu diatas tanah lunak berfungsi untuk memotong
bidang longsor (sliding plane) sehingga kuat geser tanah secara keseluruhan akan
meningkat.
Data teknis matras bambu sebagai berikut :
a. Ukuran 2 x 1 m
b. Tebal 2 cm
c. Bahan bambu yang digunakan merupakan bambu berkualitas
d. Sesek bambu harus bebas kerusakan-kerusakan yang dapat dirugikan kekuatan
dan ketahanannya
2. Timbunan Tanah Pilihan
Tanah yang digunakan sebagai timbunan merupakan tanah lempung
dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Batas cair : 48 %
b. Batas plastis : 39,84 %
c. Indeks plastis : 8,16%
d. Berat jenis tanah : 2,242 %
e. Kadar air optimum : 42,3 %
f. CBR : 5,2 %
3. Rip- Rap
Rip-rap yaitu susunan baongkahan batu alam atau blok-blok beton buatan
dengan ukuran dan volume tertentu yang digunakan sebagai tambahan peredam
energi di hulu bendung dan berfungsi pula sebagai lapisan perisai untuk
mengurangi kedalamn gerusan dan untuk melindungi tanah dasar di hilir bendung.
Jenis rip-rap yang digunakan adalah batu pecah dengan spesifikasi sebagai
berikut:
a. Batu pecah yang digunakan harus padat, keras, berbunyi nyaring bila dipukul
dan tahan terhadap benturan air, serta harus mendapat persetujuan direksi
b. Ukuran batu rat-rata dengan berat lebih dari 50 kg. Tidak boleh menggunakan
batu yang berbentuk pipih /tipis
c. Penyusunan batu dilakukan dengan cara ditata sehingga memperoleh
permukaan yang rapi dan rata

4. Geotextile non woven


Geotextile non woven merupakan jenis geotextile yang tidak teranyam,
berbentuk seperti karpet kain. Geotextile non woven terbuat dari polymer
polyesther (PET) atau polyprophylene (PP)
Geotextile non woven mempunyai beberapa fungsi diantaranya sebagai
separator atau pemisah antar lapisan material yang satu dengan material yang
lainnya, selain itu juga berfungsi sebagai filter atau penyaring untuk mencegah
terbawanya partikel-partikel tanah yang terbawa oleh aliran air. Spesifikasi
geotextile non woven yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Berat : 250 gr/m2
b. Tebal : 2 mm
c. Volume : 5520 m3

3.2.2 Perencanaan long storage


Long storage adalah sistem tampungan air yang memanfaatkan saluran
memanjang sungai sebagai tampungannya. Adanya tampungan pada long storage,
waktu puncak banjir dapat diperlambat sehingga dapat mengurangi debit banjir
secara sementara. Data teknis long storage adalah sebagai berikut :
a. STA awal
b. STA akhir
c. Elevasi puncak (capping beam)
d. Elevasi dasar
e. Lebar dasar
f. Kedalaman
Dalam perencanaan long storage dapat dilihat pada gambar 3.5 dibawah ini.
Gambar 3.4 Potongan Melintang Perencanaan Bangunan Pengendalian Banjir dan
Rob Kota Pekalongan

Gambar 3.5 Potongan Melintang Perencanaan Long Storage

Bahan yang digunakan dalam pembuatan long storage adalah sebagai berikut :
1. CCSP K500 W 500-1000
Sheet pile adalah dinding vertikal yang berfungsi untuk menahan tanah
dan mehanan masuknya air ke dalam lubang galian. Sheet pile tidak cocok untuk
menahan tanah yang sangat tinggi karena akan memerlukan luas tampang bahan
turap yang besar. Selain itu, sheet pile juga tidak cocok digunakan pada tanah
yang mengandung banyak batuan, karena menyulitkan pemancangan.
Sheet pile yang digunakan adalah sheet pile beton yaitu CCSP K500 W
500- 1000. Sheet pile merupakan balok-balok yang telah dicetak sebelum
dipasang dengan bentuk tertentu. Balok-balok sheet pile dibuat saling mengait
satu sama lain. Masing-masing balok dirancang kuat untuk menahan beban-beban
yang akan bekerja pada waktu pengangkatannya. Spesifikasi CCSP adalah sebagai
berikut :
a. Jenis : W 500-1000 A
b. Mutu beton : K500
c. Panjang : 10 m
d. Momen crack (Mcr) : 63,31 kNm
e. Tulangan Diameter > 13 mm : U-39
f. Tulangan diameter <13 mm : U-24
2. Capping Beam
Capping Beam merupakan balok penutup pada konstruksi bangunan
bawah (misal turap, dinding penahan, dan sebagainya). Selain sebagai penutup,
capping beam juga berfungsi sebagai balok pengunci pada konstruksi sheet pile.
Data teknis capping beam adalah sebagai berikut :
a. Mutu beton : K250
b. Selimut beton : 5 cm
c. Lebar : 70 cm
d. Tinggi : 50 cm
e. Tulangan diameter > 13 mm : U-39 (ulir)
f. Tulangan diameter < 13 mm : U-24 (polos)

3.2.3 Perencanaan Parapet


Parapet adalah dinding yang ditinggikan yang berfungsi untuk menahan
masuknya air kedaratan. Parapet dibangun di sebelah utara tanggul tepatnya di
samping jalan. Berikut ini merupakan data perancangan parapet.
a. Panjang : 628 m
b. Tinggi : 70 cm
c. Mutu beton : K 225
d. Diameter tulangan : D < 13 mm = U-39 (ulir)
: D > 13 mm = U-24 (polos)
e. Jumlah minipile : 34 batang
f. Ukuran minipile : 20 x 20 cm

3.2.4 Perencanaan Rumah Pompa


Pompa ini berfungsi untuk membuang kelebihan air yang berada di long
storage ke laut. Ketika elevasi muka air yang berada di long storage sudah pada
batas maksimum, air akan langsung di pompa ke arah laut. Pompa yang
digunakan dalam proyek ini adalah pompa submersible. Jenis pompa submersible
bekerja dengan mendorong air ke permukaan. Data teknis rumah pompa adalah
sebagai berikut :
a. Pompa submersible : 2 m3 detik
b. Panjang pipa : 12 m
c. Diameter pipa : 7 cm
d. Jumlah minipile : 108 batang
e. Ukuran minipile : 20 x20 cm

3.3 Unsur Organisasi Proyek


Unsur pelaksanaan proyek merupakan unsur utama dalam penataan tata
kerja atau kegiatan–kegiatan pembangunan yang ada dalam suatu proyek. Unsur-
unsur pelaksana proyek terdiri dari orang/badan yang membiayai,
merencanakan, melaksanakan dan mengawasi bangunan.
Sumber daya manusia diharapkan bisa sebagai penggerak operasional pada
organisasi dalam perusahaan yang mana fungsi manusia yang bekerja secara
individu atau kelompok dengan arahan pimpinan untuk mencapai tujuan-tujuan
perusahaan, agar memperlancar proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Struktur organisasi adalah rancangan dari pemimpin organisasi sehingga mampu
menentukan harapan-harapan mengenai apa yang akan dilakukan oleh setiap
individu dan kelompok tersebut dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi
(Ivancevish, 2007).
Pelaksanaan suatu proyek memerlukan adanya suatu oganisasi
pelaksanaan yang merupakan tata kerja untuk menunjang keberhasilan proyek.
Organisasi proyek dapat didefinisikan sebagai kelompok orang yang bekerja
sama dalam suatu kelompok kerja yang saling terkait, bertanggungjawab dan
bekerja sama secara harmonis untuk mencapai tujuan tertentu. Unsur-unsur yang
terlibat dalam pelaksanaan Proyek Pengendalian Banjir dan Rob Kota
Peekalongan Paket III adalah sebagai berikut:
1. Pemilik proyek

Gambar 3.6 Struktur Organisasi Pemilik Proyek (Owner)

Pemilik proyek disebut juga sebagai pemberi tugas, adalah suatu badan
usaha atau perorangan, baik pemerintah maupun swasta yang
memiliki memberikan pekerjaan, serta membiayai suatu proyek dalam proses
pembangunan suatu bangunan. Dalam hal ini yang bertindak sebagai pemilik
Proyek Pengendalian Banjir dan Rob Kota Pekalongan Paket III ialah Balai
Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana. Tugas, wewenang dan
tanggungjawab sebagai pemilik proyek antara lain adalah:
1. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan
proyek.
2. Mengadakan kegiatan administrasi.
3. Memberikan tugas kepada kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan
proyek.
4. Meminta pertanggungjawaban kepada konsultan pengawas atau
konsultan supervisi.
5. Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh kontraktor.
Wewenang yang dimiliki oleh pemilik proyek antara lain :
1. Membuat Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
2. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah
direncanakan.
3. Meminta pertanggungjawaban kepada para pelaksanaan proyek atas
hasil pekerjaan.
4. Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksanaan proyek yang
tidak dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan isi surat perjanjian
kontrak.

2. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah suatu badan atau perorangan yang dipercaya
dan ditunjuk oleh pemilik proyek dimana badan ini memiliki kewajiban atau
tugas untuk merencanakan suatu rencana dalam perencanaan struktur, arsitektur,
mekanikal dan elektrikal, dengan ketentuan-ketentuan yang diinginkan
oleh pemilik proyek. Konsultan perencana dalam proyek ini ialah PT. Suwanda
Karya Mandiri. Konsultan perencana mempunyai tugas dan wewenang sebagai
berikut:
1. Membuat perencanaan proyek sesuai dengan permintaan owner
2. Membuat rencana lengkap, meliputi gambar bestek, rencana kerja, dan
syarat, hitungan struktur serta perencanaan anggaran dan biaya.
3. Melakukan penyesuaian desain bila terjadi kesalahan pelaksanaan
pekerjaan di lapangan yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan.
4. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi
kegagalan konstruksi.
5. Melakukan perubahan perencanaan dalam kaitannya dengan permasalahan
di lapangan, setelah disetujui oleh pengawas dan pemilik proyek.
6. Memberikan saran, usulan dan pertimbangan kepada pengawas dan
pelaksana apabila terjadi permasalahan di lapangan.

3. Konsultan pengawas (Supervisi)


Konsultan pengawas adalah perusahaan atau badan usaha yang ditunjuk
oleh pemilik proyek untuk bertindak sebagai manajemen konstruksi dalam
mengkoordinir dan mengawasi para kontraktor yang melaksanakan
pembangunan. Pengawas harus mampu bekerjasama dengan konsultan
perencana dalam suatu proyek. Konsultan pengawas dalam proyek ini adalah PT.
Virama Karya, PT. Teknika Cipta Konsultan, PT. Antusias Raya, KSO. Adapun
tugas dan wewenang dari pengawas proyek adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pengawasan berkala serta memberikan pengarahan, petunjuk
dan penjelasan kepada pelaksana konstruksi dan meneliti hasil-hasil yang telah
dikerjakan.
2. Mengawasi dan memeriksa hasil pengujian mutu terhadap bahan, hasil
suatu pekerjaan kontraktor dan memberikan penolakan atau persetujuan atas
hasil pengujian mutu tersebut,
3. Menyiapkan dan menghitung kemungkinan adanya pekerjaan tambahan
atau pekerjaan yang kurang.
4. Memberikan persetujuan atau penolakan terhadap penyelesaian
suatu pekerjaan,
5. Menolak bahan yang cacat yang tidak memenuhi spesifikasi,
memerintahkan, menghentikan dan atau menunda setiap pekerjaan yang sedang
dikerjakan apabila tidak memenuhi syarat.
6. Memperhatikan waktu pelaksanaan pekerjaan yang diajukan agar dapat
mencapai jadwal yang direncanakan.
7. Memberikan teguran atau peringatan kepada pelaksana konstruksi
apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi penyimpangan dari spesifikasi dan
gambar-gambar teknis.
Gambar 3.7 Struktur Organisasi Konsultan Pengawas (Supervisi)

4. . Kontraktor
Penyedia jasa konstruksi atau kontraktor adalah organisasi profesi baik
perseorangan atau badan hukum sebagai pihak yang diserahi tugas untuk
melaksanakan pembangunan proyek sesuai dengan dokumen kontrak
oleh pemilik proyek melalui prosedur lelang atau penunjukan langsung.
Pekerjaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan mutu dan standar yang telah
ditentukan sesuai dengan dokumen kontrak yang mereka sepakati bersama Pada
Proyek Pengendalian Banjir dan Rob Kota Peekalongan Paket III. Pihak
pelaksana adalah PT. Hutama Karya. Tugas dan wewenang kontraktor
sebagai berikut:
1. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan dan syarat-
syarat.
2. Memberikan asuransi pekerjaan dan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja.
3. Membuat gambar kerja (shop drawing) sebelum memulai pekerjaan, untuk
memudahkan pelaksanaan maupun pengawasan.
4. Menghadiri rapat koordinasi pengelola proyek. Memberikan laporan
kemajuan proyek meliputi laporan harian, mingguan, dan bulanan kepada
pemilik proyek

Gambar 3.. Struktur Organisasi Kontraktor

3.4 Hubungan Kerja dalam Proyek Konstruksi


Sebuah pekerjaan konstruksi terdapat hubungan kerja yang sangat
penting dan perlu diperhatikan untuk melancarkan progres dari suatu proyek
agar berjalan dengan lancar. Hubungan kerja adalah hubungan dalam
pelaksanaan pekerjaan antara unsur-unsur organisasi. Untuk menyelesaikan
suatu proyek, perlu adanya hubungan berupa koordinasi yang baik antara
unsur-unsur yang terkait, hubungan tersebut harus jelas dan tegas sehingga
unsur-unsur pelaksana dapat membagi tugas, wewenang, serta tanggungjawab
masing-masing yang dimiliki. (Ervianto,2005)
Hubungan kerja harus dijalin dengan baik antara unsur-unsur pelaksana
sebagaimana mestinya agar koordinasi antar pekerjaan dapat diselesaikan
sesuai dengan jadwal yang direncanakan, sehingga dapat menghasilkan
bangunan yang sesuai dengan rencana, dan peraturan-peraturan dalam kontrak.
Gambar 3. Hubungan Kerja dalam Proyek

3.4.1 Hubungan antara pemilik proyek dengan konsultan perencana


Ikatan berdasarkan kontrak. Konsultan memberikan layanan konsultasi
dimana produk yang dihasilkan berupa gambar-gambar rencana dan
peraturan serta syarat-syarat, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya jasa
atas konsultasi yang diberikan oleh konsultan perencana.
Hubungan kerja antara pemilk proyek dengan konsultan perencana diatur
sebagai berikut ini:
1. Ikatan kontrak.
2. Pemilik proyek kepada konsultan perencana, memberkan imbalan
atas jasa/biaya perencanaan.
3. Konsultan perencana kepada pemilik proyek menyerahkan
jasa/karya perencanaan teknis bangunan gedung beserta kelengkapannya.

3.4.2 Hubungan antara pemilik proyek dengan konsultan pengawas


Pengawas menyampaikan perubahan-perubahan yang terjadi berkaitan
dengan pelaksanaan di lapangan dan bertanggungjawab untuk melaporkan
kemajuan hasil pekerjaan kepada pemilik proyek. Pemberi tugas memberi
imbalan berupa biaya atas jasa pengawasan yang dilakukan oleh konsultan
pengawas.
Hubungan kerja antara pemilik proyek dengan pengawas adalah sebagai
berikut ini:
1. Adanya ikatan kontrak antara pemilik proyek dengan konsultan pengawas
2. Pemilik proyek kepada konsultan pengawas, memberikan imbalan
jasa/biaya pengawasan proyek.
3. Konsultan pengawas kepada pemilik proyek memberikan jasa
pengawasan pekerjaan proyek mulai dari awal proyek sampai finishing
proyek.

3.4.3 Hubungan antara pemilik proyek dengan kontraktor


Terdapat ikatan kontrak antara keduanya. Kontraktor berkewajiban
melaksanakan pekerjaan proyek yang telah dituangkan kedalam gambar rencana
dan peraturan serta syarat-syarat oleh konsultan dengan baik dan hasil yang
memuaskan serta harus mampu dipertanggungjawabkan kepada owner.
Sebaliknya owner harus membayar semua biaya pelaksanaan sesuai dengan yang
tertera di dalam dokumen kontrak kepada kontraktor agar proyek berjalan lancar
sesuai dengan ketentuan yang telah menjadi kesepakatan diantara kedua belah
pihak.
Hubungan kerja antara pemilik proyek dengan kontraktor adalah sebagai
berikut ini:
1. Ikatan kontrak.
2. Pemilik proyek memberikan perintah kepada kontraktor untuk melaksanakan
pembangunan pekerjaan sesuai desain dari konsultan perencana yang sudah
disetujui pemilik proyek.
3. Pemilik proyek kepada kontraktor, memberikan imbalan atas jasa/biaya
pelaksanaan proyek.
4. Kontraktor membuat bangunan dan kelengkapannya sesuai dengan
syarat- syarat dan spesifikasi teknis yang ada dalam kontrak.
5. Kontraktor menyerahkan jasa bangunan dan kelengkapannya kepada owner

3.4.4 Hubungan antara konsultan perencana dengan konsultan pengawas


Konsultan perencana memberikan hasil desain serta peraturan-peraturan
pelaksanaan kepada pengawas. Pengawas melaporkan hasil pekerjaan serta
kendala-kendala teknis yang timbul di lapangan kepada konsultan perencana
guna mencari penyelesaian jika terjadi suatu masalah atau perubahan.

3.4.5 Hubungan antara konsultan perencana dengan kontraktor


Ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan, konsultan akan memberikan
gambar rencana dan peraturan, serta syarat-syarat yang jelas, kemudian
kontraktor harus dapat merealisasikannya menjadi sebuah bangunan. Hubungan
antara konsultan perencana dan kontraktor harus atas sepengetahuan
konsultan pengawas.
3.4.6 Hubungan konsultan pengawas dengan kontraktor
Pengawas melakukan pengawasan selama pelaksana pekerjaan sesuai
dengan peraturan-peraturan yang telah disepakati. Kontraktor harus melaporkan
setiap hasil pekerjaan yang dilaksanakan dan kendala-kendala yang terjadi
secara teknis kepada pengawas.
Hubungan kerja antara konsultan pengawas dengan kontraktor adalah
sebagai berikut ini:
5. Kontraktor memiliki tanggungjawab kepada konsultan pengawas terhadap
pekerjaan di lapangan dan melakukan koordinasi selama pekerjaan
berlangsung.
6. Adanya ikatan kontrak antara konsultan pengawas dengan kontraktor
7. Pengawas memberikan pengawasan dan pengendalian teknis pekerjaan
di lapangan kepada kontraktor

3.5 Rencana Mutu, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dan Lingkungan


(RMK3L)

Gambar 3. Struktur Organisasi Rencana Mutu, Keselamatan Dan Kesehatan


Kerja Dan Lingkungan (RMK3L)

Metode kerja yang diterapkan dalam Rencana Mutu, Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja Dan Lingkungan (RMK3L) ialah sebagai berikut :
1. Persiapan
Tahap paling awal dalam pekerjaan timbunan ini adalah Tahap
Persiapan. Pada tahap ini segala sesuatu yang akan dikerjakan harus
dipersiapkan secara matang agar menghindari hal – hal yang tidak di
inginkan. Tahap persiapan meliputi:
a. Menentukan pedoman elevasi yang diambil dari Bench Mark
b. Menentukan posisi tanggul dari titik Bench Mark
c. Mengukur batas – batas pekerjaan tanggul
d. Menentukan jenis alat berat yang akan digunakan
2. Penentuan Borrow Area
Tanah yang digunakan untuk timbunan adalah tanah pilihan yang
diambil dari Borrow Area. Hal ini dikarenakan tanah hasil galian tidak
sesuai dengan kriteria spesifikasi untuk dijadikan sebagai tanah timbunan.
Tanah timbunan diambil dari Batang atau dari Bojong Kajen yang
jaraknya sekitar 30 Km dai Site. Tidak semua Borrow Area bisa
digunakan, yang bisa digunakan hanya Borrow Area yang memiliki tanah
sesuai kriteria perencanaan.
3. Manajemen Mobilitas Alat Berat
Pada pekerjaan timbunan tanah (tanggul) digunakan beberapa alat
berat, diantaranya adalah Dump Truck, Excavator, dan Bull Dozer. alat ini
selain memiliki bobot yang berat, mereka juga memiliki dimensi yang
cukup besar, oleh karena itu kita perlu mengatur lalu lintas alat berat se
efektif mungkin agar tidak merusak dan mengganggu lalu lintas di sekitar
proyek. Tahapan untuk menentukan alur lalu lintas dari alat berat adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan dimensi dan bobot alat berat
b. Melakukan survey jalur transportasi di sekitar lokasi proyek
c. Menentukan jalur yang mampu memenuhi kebutuhan lalu lintas alat
berat
d. Memasang rambu di sekitar jalur lalu lintas
e. Menempatkan beberapa petugas di titik yang perlu pengaturan (padat)
4. Pemasangan Matras Bambu
Tanah dasar pada bagian pekerjaan tanggul merupakan jenis tanah
lumpur. Hal ini akan menyebabkan penurunan tanah jika kita memberikan
beban (tanggul) di atasnya. Dampak dari penurunan tanah ini adalah
penurunan elevasi tanggul. Oleh karena itu untuk memperkecil penurunan
tanah yang terjadi diberikan alas berupa matras bambu. Matras dari bambu
dipilih karena harga yang relatif murah dan tahan lama. Adapun tahap
pemasangan matras bambu adalah sebagai berikut:
a. Mendatangkan matras ke lokasi
b. Meletakan matras ke jalur (lokasi) timbunan tanah
c. Mengunci matras dengan menggunakan cerucuk bambu
5. Pekerjaan Timbunan
Setelah tahap 1 sampai tahap 5 dapat terpenuhi, maka pekerjaan
timbunan bisa segera dimuali. Adapun tahap pekerjaan timbunan adalah
sebagai berikut:
a. Dumt Truck membawa tanah ke lokasi proyek
b. Cek kubikasi/muatan tanah yang dibawa Dump Truck
c. Dump Truck menaruh tanah ke lokasi proyek
d. Tanah di pindahkan oleh Bull Dozer dan/atau Excavator
e. Setelah tanah mencapi 30 cm, tanah dipadatkan terlebih dahulu
menggunakan Vibro Roller.
f. Langkah diatas diulang terus sampai elevasi puncak tanggul berada di
+3 meter dan sampai selesai di STA Akhir.

Anda mungkin juga menyukai