Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH

PELAYANAN KB DAN KESPRO

“PELAYANAN KB DENGAN BEBERAPA METODE TERUTAMA YANG


SESUAI DENGAN WEWENANG BIDAN”

OLEH :

TIFA MUTIYAH

194210414

2B

DOSEN PEMBIMBING :

SITI KHADIJAH, S.SiT, M.Biomed

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

PRODI DIII KEBIDANAN BUKITTINGGI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul: “PELAYANAN KB
DENGAN BEBERAPA METODE TERUTAMA YANG SESUAI DENGAN WEWENANG
BIDAN”

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah di D-III Kebidanan
Bukittingi Poltekkes Kemenkes RI Padang.

Pada penulisan makalah ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, dorongan, petunjuk
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, izinkan penulis mengucapkan rasa hormat
dan terima kasih kepada Ibu SITI KHADIJAH, S.SiT, M.Biomed selaku Dosen Pembimbing
Mata Kuliah “PELAYANAN KB DAN KESPRO” dan rekan-rekan yang telah berpartisipasi
dalam pembuatan makalah ini. Mudah-mudahan Allah SWT membalas segala bantuan yang
telah diberikan dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin..

Makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingatakan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Bukittinggi, 8 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I

PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN.............................................................................................3

2.1 Pola Operasional Pelayanan KB (Menunda, Menjarangkan dan

Menstop Kelahiran) ……………………………………………………..6

2.2 Jenis Kontrasepsi ......................................................................................7

2.3 Konseling KB (Konseling Awal, Konseling Spesifik dan Konseling

Pasca)......................................................................................................32

2.4 Informed Choise dan Informem Consent ...............................................40

BAB III

PENUTUP ....................................................................................................45

3.1 Kesimpulan.............................................................................................45

3.2 Saran .......................................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................47
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Program Keluarga Berencana (KB) diyakini telah berkontribusi terhadap


penurunan tingkat kelahiran dan tingkat kematian, yang selanjutnya mengakibatkan
penurunan tingkat pertumbuhan penduduk, terutama di negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia (Samosir, 2010). Adapun hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah
penduduk Indonesia sebanyak 237.556.363 jiwa, yang terdiri atas 119.507.580 laki-laki
dan 118.048.783 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49% per
tahun dan sekitar 60% penduduk Indonesia mendiami Pulau Jawa (Sulistyawati, 2011).

Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan


pembangunan keluarga, mendukung program KB sebagai salah satu upaya untuk
mewujudkan keluarga sehat dan berkualitas. Pengaturan kehamilan dalam program KB
dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi (Kemenkes, 2014). Hasil SDKI (Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia), CPR (Contraseptive Prevalence Rate) meningkat
hanya sebesar 0,5%, yaitu dari 57,4% (2007) menjadi 57,9% (2012). Hal ini disebabkan
masih tingginya angka drop out kepesertaan ber-KB (20%-27%), dan masih rendahnya
pemakaian metode jangka panjang (25,1%) (Bappenas, 2014).Berdasarkan Profil
Kesehatan Indonesia tercatat cakupan peserta KB aktif cukup tinggi (78,56%) di tahun
2014, namun tetap perlu digalakkan kontrasepsi jangka panjang (Kemenkes, 2015).

Selama tahun 2013, BKKBN mencatat ada 3.287 kegagalan pada KB. Jumlah
terbesar terjadi pada metode kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) dengan 1.513
(46,03%) kejadian kegagalan, diikuti dengan implan dengan 1.189 (36,17%) kejadian
kegagalan. Sementara untuk komplikasi berat, dari total 2.548 kejadian komplikasi berat,
1.358 (53,3%) terjadi pada metode implan, diikuti oleh IUD dengan 1.025 (40,23%)
kejadian. Kompetensi tenaga kesehatan sangat penting dalam penyelenggaraan program
KB, sehingga dapat mengurangi angka kegagalan penggunaan KB (Kemenkes, 2014).

Masalah yang sering dihadapi dalam upaya peningkatan pemakaian KB adalah


keterbatasan jumlah tenaga kesehatan. Rasio jumlah tenaga bidan yang diinginkan
pemerintah adalah tersedianya 100 bidan per 100.000 penduduk. Sedangkan ketersediaan
bidan saat ini sebanyak 49,5 bidan per 100.000 penduduk, sehingga mempengaruhi
kinerja bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan (Kemenkes, 2013).

1
Bidan mempunyai peran dalam meningkatkan tingkat pemakaian KB sebagai
tindakan preventif terutama bagi wanita dengan resiko 4 (empat) terlalu, yaitu terlalu
muda (usia di bawah 20 tahun), terlalu tua (usia di atas 35 tahun), terlalu dekat (jarak
kelahiran antara anak yangsatu dengan yang berikutnya kurang dari 2 tahun), dan terlalu
banyak (mempunyai anak lebih dari 2) (BKKBN, 2014). Tugas yang cukup berat ini
menuntut bidan untuk meningkatkan kompetensinya, sehingga akan tercapai pelayanan
kebidanan yang berkualitas. Salah satu faktor pendukung peningkatan kompetensi bidan
yaitu adanya motivasi kerja yang dimiliki oleh bidan (Sofyan, 2006).

1. 2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola operasional pelayanan KB (menunda, menjarangkan dan menstop


kelahiran) ?
2. Apa saja jenis kontrasepsi ?
3. Bagaimana konseling KB (konseling awal, konseling spesifik dan konseling pasca) ?
4. Bagaimana inform consent dan inform choise ?

1. 3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dan mengerti dengan pola operasional pelayanan KB (menunda,


menjarangkan dan menstop kelahiran)
2. Untuk mengetahui dan mengerti dengan jenis kontrasepsi
3. Untuk mengetahui dan mengerti dengan konseling KB (konseling awal, konseling
spesifik dan konseling pasca)
4. Untuk mengetahui dan mengerti dengan inform consent dan inform choise

2
BAB II

PEMBAHASAN

Sejarah Keluarga Berencana, di luarnegri upaya Keluarga Berencana mula-


mula timbul atas prakarsa kelompok orang-orangyang menaruh perhatian pada masalah
kesehatan ibu, yaitu pada awal abad XIX di Inggrisyaitu Marie Stopes (19880-1950)
yang menganjurkan pengaturan kehamilan di kalanganburuh. Di Amerika Serikat dikenal
dengan Margareth Sanger (1883-1966) dengan program“birth control” nya merupakan
pelopor KB Modern. Pada tahun 1917 didirikan National BirthControl League dan pada
Nopember 1921 diadakan American National Birth ControlConference yang pertama.
Pada tahun 1925 ia mengorganisir Konperensi International diNew York yang
menghasilkan pembentukan International Federation of Birth Control League.

Pada tahun 1948 Margareth Sanger turut aktif di dalam pembentukan


InternationalCommittee on Planned Parenthood yang dalam konferensinya di New Delhi
pada tahun 1952meresmikan berdirinya International Planned Parenthood Federation
(IPPF). Federasi inimemilih Margareth Sanger dan Lady Rama Ran dari India sebagai
pimpinannya. Sejak saat ituberdirilah perkumpulan-perkumpulan keluarga berencana di
seluruh dunia, termasuk diIndonesia, yang merupakan cabang-cabang IPPF tersebut.

Periode Perintisan (1950 an-1966), sejalan dengan perkembangan KB di luar


negeri, di Indonesia telah dilakukan usahamembatasi kelahiran secara tradisional dan
bersifat individual. Dalam kondisi angkakematian bayi dan ibu yang melahirkan di
Indonesia cukup tinggi, upaya mengatur kelahiran tersebut makin meluas terutama di
kalangan dokter. Sejak tahun 1950-an para ahlikandungan berusaha mencegah angka
kematian yang terlalu tinggi dengan merintis BagianKesehatan Ibu dan Anak (BKIA).

Pada tahun 1957, didirikan Perkumpulan Keluarga Berencana yang


dalamperkembangannya berkembang menjadi Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI),namun dalam kegiatan penerangan dan pelayanan masih dilakukan
terbatas mengingatPKBI, sebagai organisasi sosial yang bergerak dalam bidang KB
masih mendapat kesulitandan hambatan, terutama KUHP nomor 283 yang melarang
penyebarluasan gagasan keluargaberencana (KB). Pada tahun 1967 PKBI diakui sebagai
badan hukum oleh DepartemenKehakiman.

Periode keterlibatan pemerintah dalam program KB nasional, di dalam


Kongres Nasional I PKBI di Jakarta diputuskan bahwa PKBI dalam
usahanyamengembangkan dan memperluas usaha keluarga berencana (KB) akan

3
bekerjasama denganinstansi pemerintah. Pada tahun 1967 Presiden Soeharto
menandatangani DeklarasiKependudukan Dunia yang berisikan kesadaran betapa
pentingnya menentukan ataumerencanakan jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran
dalam keluarga sebagai hak asasimanusia. Pada tanggal 16 Agustus 1967, Presiden
Soeharto menyatakan dalam pidatonya“Oleh karena itu kita harus menaruh perhatian
secara serius mengenai usaha-usahapembatasan kelahiran, dengan konsepsi keluarga
berencana yang dapat dibenarkan olehmoral agama dan moral Pancasila”. Sebagai
tindak lanjut dari Pidato Presiden tersebut,Menkesra membentuk Panitia Ad Hoc yang
bertugas mempelajari kemungkinan program KBdijadikan Program Nasional.
Selanjutnya pada tanggal 7 September 1968 Presidenmengeluarkan Instruksi Presiden
No. 26 tahun 1968 kepada Menteri Kesejahteraan Rakyat, yang isinya antara lain:

1. Membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspirasi yang ada di


dalammasyarakat di bidang Keluarga Berencana.

2. Mengusahakan segala terbentuknya suatu Badan atau Lembaga yang


dapatmenghimpun segala kegiatan di bidang Keluarga Berencana, serta terdiri atas
unsurPemerintah dan masyarakat.

Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut Menkesra pada tanggal 11 Oktober


1968mengeluarkan Surat Keputusan No. 35/KPTS/Kesra/X/1968 tentang Pembentukan
Tim yangakan mengadakan persiapan bagi Pembentukan Lembaga Keluarga Berencana.
Pada tanggal17 Oktober 1968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN)
dengan SuratKeputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968 dengan status sebagai Lembaga
Semi Pemerintah.

Periode pelita I (1969-1974), periode ini mulai dibentuk Badan Koordinasi


Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1970 dan
sebagai Kepala BKKBN adalah dr. SuwardjoSuryaningrat. Pada tahun 1972 keluar
Keppres No. 33 Tahun 1972 sebagai penyempurnaanOrganisasi dan tata kerja BKKBN
yang ada. Status badan ini berubah menjadi LembagaPemerintah Non Departemen yang
berkedudukan dibawah Presiden. Pada Periode Pelita Idikembangkan Periode Klinik
(Clinical Approach) karena pada awal program, tantanganterhadap ide keluarga
berencana (KB) masih sangat kuat, untuk itu pendekatan melaluikesehatan yang paling
tepat.

Periode pelita II (1974-1979)- Era Reformasi, kedudukan BKKBN dalam


Keppres No. 38 Tahun 1978 adalah sebagai lembagapemerintah non-departemen yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepadaPresiden. Tugas pokoknya adalah
mempersiapkan kebijaksanaan umum danmengkoordinasikan pelaksanaan program KB
nasional dan kependudukan yangmendukungnya, baik di tingkat pusat maupun di tingkat
daerah serta mengkoordinasikanpenyelenggaraan pelaksanaan di lapangan. Periode ini

4
pembinaan dan pendekatan programyang semula berorientasi pada kesehatan ini mulai
dipadukan dengan sektor-sektorpembangunan lainnya, yang dikenal dengan Pendekatan
Integratif (Beyond Family Planning).

Pada masa Kabinet Pembangunan IV (1983-1988) ini dilantik Prof. Dr. Haryono
Suyonosebagai Kepala BKKBN menggantikan dr. Suwardjono Suryaningrat yang
dilantik sebagaiMenteri Kesehatan. Pada masa ini juga muncul pendekatan baru antara
lain melaluiPendekatan koordinasi aktif, penyelenggaraan KB oleh pemerintah dan
masyarakat lebihdisinkronkan pelaksanaannya melalui koordinasi aktif tersebut
ditingkatkan menjadikoordinasi aktif dengan peran ganda, yaitu selain sebagai
dinamisator juga sebagaifasilitator. Disamping itu, dikembangkan pula strategi
pembagian wilayah guna mengimbangi laju kecepatan program.

Secara resmi KB Mandiri mulai dicanangkan pada tanggal 28 Januari 1987


olehPresiden Soeharto dalam acara penerimaan peserta KB Lestari di Taman Mini
IndonesiaIndah. Program KB Mandiri dipopulerkan dengan kampanye Lingkaran Biru
(LIBI) yangbertujuan memperkenalkan tempat-tempat pelayanan dengan logo Lingkaran
Biru KB. Padatahun 1992, ditetapkannya UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukandan Pembangunan Keluarga Sejahtera, dan Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) 1993khususnya sub sector Keluarga Sejahtera dan Kependudukan, maka
kebijaksanaan danstrategi gerakan KB nasional diadakan untuk mewujudkan keluarga
Kecil yang sejahteramelalui penundaan usia perkawinan, penjarangan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluargadan peningkatan kesejahteraan keluarga.

Pada tahun 2009, diterbitkan Undang Undang No. 52 Tahun 2009


tentangPerkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, BKKBN berubah dari
BadanKoordinasi Keluarga Berencana Nasional menjadi Badan Kependudukan dan
KeluargaBerencana Nasional (BKKBN). Sebagai tindak lanjut dari UU 52/2009 tentang
PerkembanganKependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, dimana BKKBN
kemudiandirestrukturisasi menjadi badan kependudukan, bukan lagi badan koordinasi.

KB merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan


jalanmemberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan dan penjarangan
kelahiran(Depkes RI, 1999; 1). KB merupakan tindakan membantu individu atau
pasangan suami istriuntuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memangdiinginkan, mengatur interval diantara kelahiran (Hartanto, 2004;
27). KB adalah proses yangdisadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak
anak serta waktu kelahiran(Stright, 2004; 78). Tujuan Keluarga Berencana meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anakserta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera
melalui pengendalian kelahirandan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Di
samping itu KB diharapkan dapatmenghasilkan penduduk yang berkualitas, sumber daya
manusia yang bermutu danmeningkatkan kesejahteraan keluarga. Sasaran dari program

5
KB, meliputi sasaran langsung,yaitu pasangan usia subur yang bertujuan untuk
menurunkan tingkat kelahiran dengan carapenggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan,
dan sasaran tidak langsung yang terdiri daripelaksana dan pengelola KB, dengan cara
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatankebijaksanaan kependudukan terpadu
dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas,keluarga sejahtera (Handayani, 2010;
29).

2. 1 Pola Operasional Pelayanan KB (Menunda, Menjarangkan dan Menstop Kelahiran)

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang
matangdengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi adalah
menghindari /mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel
telur dengansel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka
yangmembutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks
dan kedua- duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan
(Depkes, 1999).Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan,
usaha itu dapatbersifat sementara dapat bersifat permanen (Prawirohardjo, 2008; 534).

A. Menunda Kehamilan

Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang


istrinyabelum mencapai usia 20 tahun.Karena usia di bawah 20 tahun adalah usia yang
sebaiknyamenunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan.Kriteria kontrasepsi
yangdiperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya
kembalinyakesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini
pasangan belummempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok
dan yang disarankanadalah pil KB, AKDR.

B. Mengatur/Menjarangkan Kehamilan

Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik
untukmelahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 –
4tahun.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi
karenapasangan masih mengharapkan punya anak lagi.Kontrasepsi dapat dipakai 3-4
tahun sesuaijarak kelahiran yang direncanakan.

C. Menstop Kehamilan

Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30 tahun
tidakhamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang
mempunyaiefektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan
terjadinyakehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika

6
pasangan akseptortidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang
cocok dan disarankanadalah metode kontap, AKDR, implan, suntik KB dan pil KB
(Pinem, 2009).

Adapun syarat - syarat kontrasepsi, yaitu:

a. aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.

b. efek samping yang merugikan tidak ada.

c. kerjanya dapat diatur menurut keinginan.

d. tidak mengganggu hubungan persetubuhan.

2. 2 Jenis Kontrasepsi

Setiap metode kontrasepsi tentunya mempunyai tingkat efektivitas yang berbeda.


Selain itu, keuntungan dan keterbatasan setiap metodekontrasepsi yang ada juga tidak
sama.Cara kerja masing-masing metode yang ada juga mempunyai keistimewaan
tersendiri.Tidak semua metode tersebut dapat digunakan oleh setiap wanita ataupun oleh
setiap calonakseptor. Ada Indikasi dan Kontraindikasi yang perlu diketahui dan dipahami
untuk setiapmetode kontrasepsi yang ada.

A. Kontrasepsi Sederhana/ Metode Pantang Berkala (Kalender)

1. Pengertian

Cara atau metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami
istridengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.

2. Manfaat

Cara atau metode kontrasepsi sederhana bermanfaat sebagai kontrasepsi


maupunkonsepsi. Kontrasepsi sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah
kehamilan,sedangkan konsepsi dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan
bayi denganmelakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk meningkatkan
kesempatan bisahamil.

3. Keuntungan

Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana, dapat digunakan oleh
setiapwanita yang sehat, tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam
penerapannya,tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual, kontrasepsi dengan
menggunakanmetode kalender dapat menghindari resiko kesehatan yang berhubungan
dengankontrasepsi, tidak memerlukan biaya, dan tidak memerlukan tempat pelayanan
kontrasepsi.

7
4. Keterbatasan

Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri, harus ada motivasi dan
disiplinpasangan dalam menjalankannya, pasangan suami istri tidak dapat melakukan
hubunganseksual setiap saat, pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak
subur, harusmengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus, siklus menstruasi
yang tidak teratur(menjadi penghambat),lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode
kontrasepsi lain.

5. Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif

Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma
dalamsaluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari), anggapan bahwa
perdarahanyang datang bersamaan dengan ovulasi, diinterpretasikan sebagai menstruasi.
Hal inimenyebabkan perhitungan masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi
tidaktepat, penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi
sendiri,kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan
jenismukus/lendir serviks yang menyertainya, anggapan bahwa hari pertama menstruasi
dihitungdari berakhirnya perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa
tidak suburmenjadi tidak tepat.

6. Penerapan

Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:

a. Masa sebelum ovulasi

b. Masa subur

c. Masa setelah ovulasi

Berikut ini anda akan diberikan conto-contoh terkait dengan penghitungan


metodekontrasespsi kalender bila haid teratur dan haid tidak teratur. Perhitungan masa
subur iniakan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35 hari. Pemantauan
jumlah hari padasetiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-
turut. Kemudian hitungperiode masa subur dengan melihat data yang telah dicatat.

a. Haid teratur (28 hari)

Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah
harike-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.

Contoh:

8
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini
dihitungsebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16
jatuh padatanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal
24 Maret.Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan senggama.
Apabila inginmelakukan hubungan seksual harus menggunakan kontrasepsi.

b. Haid tidak teratur

Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini
menentukanhari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid
dikurangi 11. Hitunganini menentukan hari terakhir masa subur.

Rumus :

Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18

Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11

Contoh:

Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus
terpanjang30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).

Langkah 1 : 25 – 18 = 7

Langkah 2 : 30 – 11 = 19

Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini,
suamiistri tidak boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan senggama
harusmenggunakan kontrasepsi.

B. Metode Kondom

1. Keuntungan

Tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan, efektifitas segera dirasakan.,


murahdan dapat dikai secara umum, praktis, memberi dorongan bagi pria untuk ikut

9
berpartisipasidalam kontrasepsi, dapat mencegah ejakulasi dini, metode kontrasepsi
sementara apabilametode lain harus ditunda.

2. Kerugian

Angka kegagalan kondom yang tinggi yaitu 3-15 kehamilan per 100 wanita
pertahun,mengurangi sensitifitas penis, perlu dipakai setiap hubungan seksual, mungkin
mengurangikenikmatan hubungan seksual, pada beberapa klien bisa menyebabkan
kesulitanmempertahankan ereksi.

3. Manfaat

Membantu mencegah HIV AIDS dan PMS, kondom yang mengandung


pelicinmemudahkan hubungan intim bagi wanita yang vaginanya kering, membantu
mencegahejakulai dini.

4. Penanganan Efek Samping dan Masalah Kesehatan Lain

Anda perlu tahu, bagaimana penanganan efek samping dan masalah lain yang
timbulpada pemakai kontrasepsi kondom.

Efek Samping Penilaian Penanganan


Kondom rusak atau Cek adakah lubang atau Buang dan pakai kondom
dicurigai bocor. ditemui baru. Jika ada kebocoran,
adanya kebocoran. dipertimbangkan pemberian
Morning After Pil atau
pemakaian kontrasepsi
darurat lainnya.
Iritasi Lokal Penis Tentukan apakah ada alergi Jika reaksi alergi tidak
atau memerlukan pengobatan.
reaksi mekanis.
Mengurangi kenikmatan Klien mengalami penurunan Jika perasaan tersebut tidak
hubungan seksual kenikmatan atau sensASI bisa ditolerir sebaiknya
hubungan intim. menggunakan metode
kontrasepsi yang lain.
C. Kontrasepsi Hormone

KB Hormonal adalah metode kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen


saja,progesteron saja maupun kombinasi keduanya.

10
a. Pil Kombinasi

1. Profil

Efektif, harus diminum setiap hari, pada bulan pertama efek samping berupa mual
danperdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang. Efek samping yang
seriussangat jarang terjadi, dapat dipakai oleh semua ibu usi reproduksi, baik yang
sudahmempunyai anak maupun belum, dapat diminum setiap saat bila yakin tidak hamil,
tidakdianjurkan pada ibu yang menyusui karena mengurangi produksi ASI

2. Macam-macam nama dagang alat kontrasepsi pil

Mengandung 2 hormon (Andalan pil KB, Microgynon) dan mengandung 1


hormon(Andalan pil KB, Microlut).

3. Cara kerja pil kombinasi

Mencegah pengeluaran hormon dari kelenjar hipofise (hormon LH) sehingga


tidakterjadi ovulasi, menyebabkan perubahan pada endometrium, sehingga endometrium
tidaksiap untuk nidasi, menambah kepekatan lender serviks, sehingga sulit dilalui
sperma,pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan
terganggupula

4. Keuntungan (manfaat) pil kombinasi

Alat kontrasepsi yang sangat efektif bila minum secara teratur (tidak lupa),
tidakmengganggu senggama, reversibilitas (pemulihan kesuburan) tinggi siklus haid
menjaditeratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia) tidak terjadi nyeri
haid, dapatdigunakan jangka panjang selama perempuan masih menggunakannya untuk
mencegahkehamilan, dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause, mudah
dihentikan setiapsaat, membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, penyakit
radang panggul,disminore, mengurangi perdarahan menstruasi

5. Kerugian pil Kombinasi

Membosankan karena harus minum setiap hari, mual, pusing terutama pada 3
bulanpertama, perdarahan bercak terutama 3 bulan pertama, nyeri payudara, berat badan

11
naiksedikit tetepi pada perempuan tertentu berat badan justru memilki dampak
positif,amenore, tapi jarang sekali untuk pil kombinasi, tidak boleh diberikan pada ibu
yangmenyusui karena akan mengurangi produksi ASI, pada sebagian kecil wanita
dapatmenimbulkan depresi dan perubahan suasana hati sehingga keinginan untuk
melakukanhubungan senggama berkurang, dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi
cairan,sehingga resiko stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena sedikit
meningkat. Padaperempuan usia > 35 tahun keatas dan merokok perlu hati-hati, tidak
mencegah IMS,HIV/AID’s.

Informasi terkini menunjukkan bahwa yang dapat menggunakan pil kombinasi


adalahusia reproduksi, telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak, gemuk
atau kurus,menginginkan alkon dengan efektivitas tinggi, setelah melahirkan dan tidak
menyusui,setelah melahirkan 6 bulan dan tidak memberikan ASI eksklusif, sedangkan
semua cara yangdianjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut, pasca keguguran, anemia
karena haid yangberlebihan, nyeri haid hebat, siklus haid tidak teratur, riwayat kehamilan
ektopik, kelainanpayudara, kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah,
mata dan saraf,penyakit tiroid, radang panggul, endometriosis, atau tumor ovarium jinak,
dan varises.

Sementara yang tidak boleh menggunakan pil kombinasi adalah yang sedang
hamil atau dicurigai hamil, menyusui eksklusif, perdarahan pervagina yang belum
diketahuipenyebabnya, hepatitis, perokok dengan usia lebih 35 tahun, riwayat penyakit
jantung,stroke, atau tekanan darah > 140/90 mmhg, riwayat gangguan factor pembekuan
darah ataukencing manis > 20 tahun, kanker payudara atau dicurigai kanker payudara,
endometrium,migraine dan gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat epilepsi).

Penggunaan Pil Kombinasi dapat kontra indikasi relative pada pasien yang
menderitaasma, penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit kandung empedu, depresi
(terutama bilamemburuk pada masa sebelum menstruasi atau setelah melahirkan),
varises.

Dianjurkan agar diberikan konseling pelayanan KB Pil Kombinasi yaitu dengan cara

a. Tunjukkan cara mengeluarkan pil dari kemasannya dan ikuti panah yang menunjuk

deretan berikut

b. Pil diminum setiap hari, lebih baik pad ass\aat yang sama setelah makan malam

c. Sangat dianjurkan diminum pada hari pertama haid

d. Bila paket 28 tablet mulai diminum pada hari pertama haid dan dilanjutkan terus tanpa

12
terputus dengan rangkaian yang baru, tanpa menghiraukan ada tidaknya haid. Bilapaket
pil yang berisi 20, 21, dan 22 mulai diminum pada hari kelima haid diteruskansampai
habis kemudian tunggu satu minggu baru mulai minum pil dari paket baru

e. Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, gunakan metode

kontrasepsi yang lain

f. Bila terjadi muntah hebat atau diare lebih dari 24 jam, maka bila keadaan

memungkinkan dan tidak memperburuk keadaan anda, pil dapat diteruskan

g. Bila lupa minum 1 pil, sebaiknya bisa langsung diminum atau sekaligus 2 pil pada hari

yang sama. Bila lupa minum 2 pil atau lebih maka pakailah kontrasepsi yang lain dan pil

diminum seperti biasanya satu hari satu tablet sampai habis

h. Bila lupa minum pil 3 kali berturut-turut mungkin si ibu akan mengalami haid
danhentikan minum pil, minumlah pil yang baru mulai hari kelima haid

i. Bila tidak mendapatkan haid harus periksa ke klinik untuk tes kehamilan

j. Pada permulaan minum pil kadang-kadang mual, pening atau sakit kepala,
nyeripayudara, spotting,kelainan seperti ini muncul terutama pada 3 bulan pertama
danlama-kelamaan akan hilang dengan sendirinya. Bila keluhan tetap muncul
silahkankonsultasi ke dokter.

b. Suntikan Kombinasi

1. Profil

Suntikan kombinasi disuntikkan secara IM, diberikan setiap 1 bulanan


danmengandung 2 hormon, sangat efektif (terjadi kegagalan 0,1-0,4 kehamilan per
100perempuan), jenisnya ada 3 yaitu cyclofem sebanyak 1 cc, sedangkan gestin F2
sebanyak 1,5cc, tetapi kalau cyclogeston sebanyak 1 cc

2. Cara kerja

13
Menekan ovulasi, membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrASI
spermaterganggu, perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi
terganggu,menghambat transportasi sperma

3. Keuntungan alat kontrasepsi suntikan kombinasi

Resiko terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh terhadap hubungan suami


istri,tidak diperlukan pemeriksaan dalam, jangka panjang, efek samping sangat kecil,
klien tidakperlu menyimpan obat suntik

4. Keuntungan non kontrasepsi

Mengurangi jumlah perdarahan, mengurangi nyeri saat haid, mencegah


anemia,khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium,
mencegahkehamilan ektopik, melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang
panggul.

5. Kerugian

Terjadi perubahan pola haid,seperti tidak teratur,spotting, mual,sakit kepala,


nyeripayudara ringan, keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau
ketiga,ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus kembali setiap 30
hariuntuk mendapatkan suntikan, efektivitas berkurang bila digunakan bersamaan dengan
obatobatepilepsy (fenitoin dan barbioturate) atau obat tuberculosis (firampisin), dapat
terjadiefek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke, bekuan darah pada paru
atauotak dan kemungkinan timbul tumor hati, penambahan berat badan,
kemungkinanterlambat

6. Yang boleh menggunakan suntik kombinasi

Usia reproduksi, telah memiliki anak, ataupun yang belum, ingin


mendapatkankontrasepsi dengan efektivitas tinggi, memberikan ASI pasca persalinan > 6
bulan , pascapersalinan dan tidak menyusui, anemia , nyeri haid hebat, haid teratur,
riwayat kehamilanektopik, sering lupa menggunakan pil kontrasepsi, wanita perokok
berusia lebih 35 tahun

7. Yang tidak boleh menggunakan suntik kombinasi

Hamil atau diduga hamil, menyusui dibawah 6 bulan pasca persalinan,


perdarahanpervaginam yang belum diketahui penyebabnya, penyakit hati akut (virus
hepatitis), usialebih 35 tahun dan merokok, riwayat penyakit jantung, stroke, tekanan
darah tinggi>180/110 mmhg, riwayat kencing manis > 20 tahun, kelainan pembuluh
darah yangmenyebabkan sakit kepala atau migrain, keganasan payudara.

a. Bilakah saatyang tepat seorang akseptor menggunakan suntikan kombinasi ?


14
b. Suntikan dalam waktu 7 hari siklus haid, dan tidak perlu kontrasepsi tambahan

c. Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus haid, klien tidak
melakukansenggama selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi selama 7 hari

d. Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja
dapatdipastikan klien tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan senggama untuk 7
harilamanya atau pakai kontrasepsi lain selama masa waktu 7 hari

e. Bila klien 6 bulan pasca melahirkan, menyusui serta belum haid, suntikan pertama

dapat diberikan pada siklus haid 1 s / d 7

f. Bila pasca persalinan kurang 6 bualan dan menyusui, jangan diberikan


suntikankombinasi

g. Bila pasca persalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan kombinasi


dapatdiberikan

h. Pasca keguguran,suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7 hari

i. Ibu yang sedang menggunakan kontrasepsi metode hormonal yang lain dan ingin
ganticara suntikan kombinasi dan selama ibu tersebut menggunakan
kontrasepsisebelumnya secara benar, suntikan kombinasi dapat segera diberikan tanpa
menungguhaid.bila ragu-ragu, uji tes kehamilan.

j. Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebut


inginmenggantinya dengan suntik kombinasi, maka suntikan kombinasi tersebut
dapatdiberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya

k. Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan ingin ganti cara
dengansuntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat diberikan segera asal yakin
klientidak hamil, dan pemberiannya tanpa menunggu datangnya haid. Bila diberi pada
harike 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi lain tidak diperlukan. Bila
sebelumnyamenggunakan AKDR, adan ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi,
makasuntikan pertama diberikan hari 1-7 siklus haid. Cabut segera AKDR.

c. Minipil

1. Profil

Cocok untuk semu ibu menyusui, dosis rendah,tidak menurun kan produksi ASI,
tidakmemberikan efek samping estrogen, spotting dan perdrahan tidak teratur, banyak
dapatdipakai sebagai kontrasepsi darurat.

2. Efek samping

15
Menstruasi tidak teratur atau tidak menstruasi, kenaikan berat badan, nyeri
tekanpada payudara, depresi, penurunan HDL, kemungkinan penurunan massa tulang

3. Tanda peringatan

Nyeri hebat pada abdomen bawah, sakit kepala hebat, tidak menstruasi pada
waktuyang biasanya menstruasi, perdarahan pervaginam hebat (pada penggunaan depo
provera).

Sangat diperlukan melakukan konseling konseling mini pil pada klien. Pasien
harusmengetahui secara pasti bahwa Mini pil sangat efektif (98,5% tidak terjadi
kehamilan),jangan sampai ada tablet yang lupa, tablet digunakan pada jam yang sama
(malam harisetelah makan), senggama sebaiknya dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan
mini pil,diminum mulai hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid, bila menggunakannya
pada hari ke5 haid, jangan melakukan senggama selama 2 hari atau boleh menggunakan
kondom, bilaklien tidak haid minipil dapat digunakan setiap saat asal klien yakin tidak
hamil, bilamenyusui penuh antara 6 minggu dan 6 bulan pasca persalinan mini pil dapat
dimulai setiapsaat dan tanpa memerlukan alkon tambahan, bila lebih dari 6 minggu pasca
persalinan danklien telah mendapat haid, mini pil dapat diminum mulai hari 1 sampai
dengan siklus haid,mini pil dapat diberikan segera pasca keguguran, bila sebelum pakai
hormonal yang lain ataupakai IUD ingin ganti mini pil, bisa diberikan segera asal yakin
tidak hamil, bila klien muntahdalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, gunakan
metode kontrasepsi lain (kondom),bila klien ingin melakukan hubungan senggama pada
48 jam berikutnya, bila klien lupaterlambat minum pil lebih dari 3 jam, minumlah pil
tersebut begitu klien ingat, dan gunakanmetode pelindung selama 48 jam, bila klien lupa
minum 1-2 tablet, minumlah segera pil yang terlupa tersebut sesegera klien ingat dan
gunakan metode pelindung sampai akhir bulan,walaupun klien belum haid, mulailah
paket baru sehari setelah paket terakhir habis, bila haidteratur setiap bulan dan kemudian
kehilangan 1 siklus haid (tidak haid)

d. Implan atau Susuk

1. Profil

Metode implan merupakan metode kontrasepsi efektif yang dapat


memberperlindungan 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant atau
Implanon,terbuat dari bahan semacam karet lunak berisi hormon levonorgestrel,

16
berjumlah 6 kapsul,panjangnya 3,4 cm, diameter 2,4 cm, dan setiap kapsul berisi 36 mg
hormon levonorgestrel,cara penyebaran zat kontrasepsi dalam tubuh, yaitu progestin
meresap melalui dindingkapsul secara berkesinambungan dalam dosis rendah.
Kandungan levonorgestrel dalamdarah yang cukup untuk menghambat konsepsi dalam
24 jam setelah pemasangan.

2. Jenis Implan

Norplant terdiri 6 kapsul silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,
diameter2,4 mm yang beisi 36 mg levonorgestrel, Implanon, tersiri satu batang putih
lentur,pajangnya 40 mm, diameter 2 mm, berisi 68 mg desogestrel, Jadena dan Indoplant,
terdiridari 2 batang yang berisi 75 mg levonorgestrel

3. Mekanisme Kerja

Menghambat ovulasi sehingga ovum tidak diproduksi, membentuk secret serviks


yangtebal untuk mencegah penetrASI sperma, menekan pertumbuhan endometrium
sehinggatidak siap untuk nidASI, mengurangi sekresi progesteron selama fase luteal
dalam siklusterjadinya ovulasi

4. Keuntungan Pemakaian

Angka kegagalan tahun pertama antara 0,2-0,5 per tahun wanita, awitan kerja
sangatcepat 24 jam setelah pemasanganan, pengembalian tingkat kesuburan yang cepat
setelahpencabutan, perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun, tidak memerlukan
pemeriksaandalam, bebas estrogen, tidak mengganggu kegiatan senggama, efektif tidak
merepotkanklien, tingkat proteksi yang berkesinambungan, bias dicabut setiap saat sesuai
kebutuhan,klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan, tidak mengganggu ASI,
menguranginyeri haid, jumlah darah haid dan mengurangi anemia, melindungi terjadinya
kankerendometrium, beberapa penyebab penyakit radang panggul, menurunkan angka
kejadianEndometriosis

5. Kerugian Pemakaian

Tidak memberikan efek protektif terhadap penyakit menular seksual termasuk


AID’s,membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan, akseptor
tidakdapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai keinginan, akan tetapi
haruspergi ke klinik, secara kosmetik susuk Norplant dapat terlihat dari luar, terjadi
perubahanpola darah haid (spotting), hypermenore atau meningkatnya jumlah darah haid,
Amenore(20%) untuk beberapa bulan atau tahun, pemasangan dan pencabutan perlu
palatihan

6. Indikasi

17
Menyukai metode yang tidak memerlukan tindakan setiap hari sebelum
senggama,misalnya keharusan minum pil, menghendaki metode yang sangat efektif
untuk jangkapanjang, pasca persalinan dan tidak menyusui, tidak menyukai metode
kontrasepsihormonal yang mengandung estrogen, atas permintaan akseptor sendiri, pada
pemeriksaantidak ada kontra Indikasi, telah memiliki anak atau belum, menyusui dan
membutuhkankontrasesi, tidak menginginkan anak lagi dan tidak mau steril, riwayat
kehamilan ektopik

7. Kontraindikasi

Kemungkinan hamil, penyakit hati atau tumor hati jinak/ganas, menderita


penyakitTromboembolik aktif, misalnya thrombosis di kaki, paru atau mata, mengalami
perdarahanpervaginan yang tidak diketahui penyebabnya, adanya benjolan di
payudara/dugaan kankerpayudara dan mioma uteri, riwayat stroke dan penyakit jantung,
Menggunakan obat untukepilepsi dan tuberculosis

8. Masalah-masalah lain

Wanita dengan masalah-masalah di bawak ini bila memakai Norplant


memerlukanpemeriksaan ulang yang lebih sering: Diabetes Mellitus, Hypertensi (tekanan
darah 160/90mmHg), nyeri kepala vaskuler atau migraine berat, Epilepsi atau
tuberculosis, Depresi, Perokok (terutama berusia di atas 35 tahun)

9. Konseling Khusus Untuk Implan atau Susuk

Bila klien pernah memakai alat kontrasepsi susuk, anda harus menanyakan
tentanghal-hal sebagai berikut:

Berapa lama klien telah memakai alat kontrasespsi susuk?, Apakah klien puas
dalammempergunakan alat kontrasespsi susuk misalnya kegunaannya, kepuasannya, efek
sampingatau masalah lain, hamil, dan alasan mengapa klien berhenti menggunakan alat
kontrasespsisusuk?

Konseling harus klien belum pernah menggunakan kontrasepsi susuk, Saudara


harusmenanyakan tentang hal-hal sebagai berikut :

Apakah klien pernah mendiskusikan kontrasepsi susuk dengan suami atau


denganteman atau sahabatnya?, Apakah klien akan berfikir bahwa suaminya atau orang
lain tidakmenyetujui keikutsertaannya? Kalau memang benar begitu, apakah klien akan
tetapmenerima alat kontrasespsi susuk sebagai alat kontrasepsi pilihannya?, Apabila klien
telahmenetapkan untuk mempergunakan alat kontrasepsi susuk, maka konseling harus
dapatmemberikan informasi lebih spesifik mengenai, bagaimana alat kontrasespsi
susukmencegah kehamilan, keuntungan dan kerugian termasuk efek samping (terutama
yangberhubungan dengan kemungkinan timbulnya ketidakteraturan haid), dan masalah

18
lain, carainsersi dan pengangkatan, serta daya guna alat kontrasespsi susuk, saat insersi
yang tepatserta kontrasepsi yang harus dipakai bila dipakai bila tindakan insersi terpaksa
ditunda,pengangkatan/pencabutan alat kontrasespsi susuk adalah merupakan hak klien
dan dapatdilakukan setiap saat sesuai keinginan, tingkat kesuburan akan segera pulih
kembali segerasetelah pencabutan

10. Saat Pemasangan Implan

a. Setiap saat hari ke 2-7 siklus haid dan setelah pemasangan selama 7 hari tidak
bolehmelakukan senggama atau bisa memakai metode lain

b. 1-7 hari setelah abortus

c. 6 minggu setelah melahirkan dan telah terjadi haid kembali, menyusui penuh
setelahpemasangan klien tidak perlu memakai metode lain selama 7 hari

d. Bila klien tidak haid bisa dipasang setiap saat dan yakin bahwa tidak hamil, setelah

dipasang tidak boleh melakukan senggama selama 7 hari atau bias memakai metodelain

e. Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin ganti implan bisa dipasang

setiap saat asal betul-betul tidak hamil dan memakai kontrasepsi yang lalu betul-
betuldengan benar

f. Bila sebelumnya kontrasepsi suntikan, ingin ganti implan maka dipasang pada saat

jadwal kontrasepsi suntikan

g. Bila sebelumnya memakai kontrasepsi sederhana, ingin ganti implan maka dipasang

setiap saat asal yakin tidak hamil

h. Bila sebelum memakai IUD, maka dipasang implan pada saat hari ke 7 haid dan klien

setelah dipasang tidak boleh melakukan senggama selama 7 hari atau pakai metodelain

i. Informasi Lain yang Perlu Disampaikan

Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah, bila hebat kemungkinan
terjadikehamilan ektopik, perdarahan pervaginam yang banyak, rasa nyeri pada lengan,
jika bekasinsisi mengeluarkan darah atau nanah , ekspulsi dari batang implan, sakit
kepala yang hebat,keterlambatan haid yang sebelumnya teratur, dugaan adanya
kehamilan

D. Kontrasepsi AKDR

19
1. Profil

Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (Cu T 380 A sampai 10 tahun),
haidmenjadi lebih lama dan banyak, pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan,
dapatdipakai oleh semua perempuan usia reproduksi, tidak boleh dipakai oleh perempuan
yangterpapar IMS

2. Jenis AKDR yang sering digunakan adalah Cu T 380 A

3. Cara kerja

Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii,


mempengaruhifertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, AKDR bekerja terutama
mencegah spermadan ovum bertemu, memungkinkan untuk mencegah implantasi telur
dalam uterus.

4. Keuntungan

Sangat efektif, efetif segera seteah pemasangan, jangka panjang, tidak


mempengaruhihubungan seksual, meningkatkan kenyamanan hubungan seksual karena
tidak takut untukhamil, tidak ada efek samping hormonal, tidak mempengaruhi kualitas
dan volume ASI,Dapat dipasang segera setelah melahirkan/post abortus, dapat digunakan
sampaimenopause, tidak ada interaksi dengan obat-obat, membantu mencegah kehamilan
ektopik.

5. Kerugian

Perubahan siklus haid (lebih lama dan banyak), terjadi spotting (perdarahan)
antarmenstruasi, saat haid lebih sakit, merasakan sakit atau kram selama 3-5 hari
pascapemasangan, perforasi dinding uterus, tidak mencegah IMS termasuk HIV/AID’s,
terjadipenyakit radang panggul yang dapat memicu infertilitas bila sebelumnya memang
sudahterpapar IMS. Prosedur medis perlu pemeriksaan pelvik dan kebanyakan
perempuan takutselama pemasangan, sedikit nyeri dan perdarahan setelah pemasangan,
klien tidak bisamelepas AKDR sendiri, bisa terjadi ekspulsi AKDR, tidak mencegah
kehamilan ektopik, harusrutin memeriksa posisi benang

6. Indikasi

20
Usia reproduktif, keadaan nullipara, menginginkan menggunakan kontrasepsi
jangkapanjang, menyusui dan ingin menggunakan kontrasepsi, setelah melahirkan dan
tidakmenyusui, setelah mengalami abortus dan tidak ada infeksi, risiko rendah dari IMS,
tidakmenghendaki metode hormonal, menyukai kontrasepsi jangka panjang

7. Kontraindikasi

Kehamilan, gangguan perdarahan, radang alat kelamin, curiga tumor ganas di


alatkelamin, tumor jinak rahim, kelainan bawaan rahim, erosi, alergi logam, berkali –
kaliterkena infeksi panggul, ukuran rongga rahim <5 cm, diketahui menderita TBC
pelvik.

8. Seleksi atau penapisan klien

Hpht, paritas dan riwayat persalinan terakhir, riwayat kehamilan ektopik, nyeri
hebatsaat haid, anemia berat (hb<9gr% atau hematokrit <30), riwayat isg, phs, berganti-
gantipasangan, kanker serviks

9. Saat pemasangan AKDR

Pada waktu haid, segera setelah induksi haid atau abortus spontan,
setelahmelahirkan, setiap saat bila yakin tidak hamil, post abortus, selama 1-5 hari
setelahsenggama yang tidak dilindungi

10. Pemeriksaan fisik meliputi

Palpasi perut, inspeksi, pemeriksaan speculum, pemeriksaan bimanual

E. Kontrasepsi Pada Metode Khusus/Kontrasepsi Mantap


a. Medis Operasi Pria (MOP) / Vasektomi

1. Kontrasepsi Vasektomi Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan


kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas deferens sehingga alur
transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak

21
terjadi (saifuddin, 2003). Menurut Mochtar (1998) vasektomi (sterilisasi pria) adalah
tindakan memotong dan menutup saluran mani (vasdeferens) yang menyalurkan sel
mani (sperma) keluar dari pusat produksinya di testis. Vasektomi merupakan suatu
metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat
efektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada efek buruk pada pria terhadap
kegairahan seksual, kemampuan ereksi atau ejakulasi setelah menjalani operasi
(Hartanto, 2004).
2. Indikasi Kontrasepsi Medis Operasi Pria (MOP) Vasektomi merupakan upaya untuk
menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan
terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas
keluarga (Saifuddin, 2003). Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah
bahwa pasangan suami-istri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami
bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya (Prawirohardjo, 1999).
Adapun indikasi pemakaian kontrasepsi vasektomi antara lain :
a) Pasangan yang sudah tidak ingin menambah jumlah anak.
b) Istri yang tergolong sebagai kelompok yang beresiko tinggi untuk hamil atau
untuk suami yang istrinya tidak dapat dilakukan minilaparotomi atau laparoskopi.
c) Akibat usia atau kesehatan, pihak istri termasuk resiko untuk hamil.
d) Pasangan yang telah gagal dengan kontrasespi lain (Saifuddin, 1996).
1. Kontra Indikasi Kontrasepsi Medis Operasi Pria (MOP) Menurut Hartanto (2004)
ada beberapa kontra indikasi dari kontrasepsi mantap pria/vasektomi yaitu :
a) Infeksi kulit lokal, misalnya Scabies.
b) Infeksi traktus genitalia.
c) Kelainan skrotum dan sekitarnya seperti varicocele, hydrocele besar, filariasis,
hernia inguinalis, luka parut bekas operasi hernia, skrotum yang sangat tebal.
d) Penyakit sistemik seperti penyakit-penyakit perdarahan, diabetes mellitus, dan
penyakit jantung koroner yang baru.
e) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.
2. Keuntungan Kontrasepsi Medis Operasi Pria (MOP) Keuntungan vasektomi
antara lain:
a) Efektif.

22
b) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
c) Sederhana.
d) Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit.
e) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal saja.
f) Biaya rendah.
g) Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa malu
untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan paramedis
wanita (Hanafi, 2004).
Menurut Mochtar (1998), keuntungan vasektomi ada beberapa anatara lain :
a) Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan dan dimana saja
b) Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan.
c) Hasil yang diperoleh (efektivitas) hampir 100%.
d) Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat.
e) Bila pasangan suami istri ingin mendapatkan keturunan lagi, kedua ujung
vasdeferens disambung kembali (operasi rekanalisasi).
3. Kerugian Kontrasepsi Medis Operasi Pria (MOP) Ada beberapa kerugian dari
penggunaan kontrasepsi vasektomi, yaitu:
a) Diperlukan suatu tindakan operatif.
b) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi.
c) Kontap-pria belum memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa,
yang sudah ada didalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens
dikeluarkan.
d) Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin
bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi
pria (Hanafi, 2004).
4. Efek Samping/Komplikasi Vasektomi (MOP) Ada beberapa efek samping yang
mungkin terjadi pada pria setelah operasi antara lain:
a) Reaksi Alergi Anastesi Reaksi ini terjadi karena adanya reaksi hipersensitif/alergi
karena masuknya larutan anastesi lokal ke dalam sirkulasi darah atau pemberian
anastesi lokal yang melebihi dosis. Penanggulangan dan pengobatannya adalah
dengan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) untuk menjelaskan sebab

23
terjadinya. Reaksi ini dapat terjadi pada saat dilakukan anastesi dan pada setiap
tindakan operasi baik operasi besar atau kecil. Oleh karena itu perlu diterangkan
sebelum dilakukanoperasi dan klien harus mengerti semua resiko operasi tersebut.
Setelah itu klien diwajibkan untuk menandatangani informed consent.
b) Perdarahan Biasanya terjadi perdarahan pada luka insisi di tempat operasi, dan
perdarahan dalam skrotum. Penyebab terjadinya perdarahan tersebut karena
terpotongnya pembuluh darah di daerah saluran mani dan atau daerah insisi.
Penanggulangannya perdarahan dihentikan dengan penekanan pada pembuluh
darah yang luka apabila terjadi pada saat operasi.
c) Hematoma ditandai dengan adanya bengkak kebiruan pada luka insisi kulit
skrotum. Hal ini disebabkan karena pecahnya pembuluh darah kapiler.
Penanggulangannya dilakukan dengan tindakan medis yaitu memberikan kompres
hangat, beri penyangga skrotum. Bila perlu dapat diberikan salep anti hematoma.
d) Infeksi Gejala/keluhan apabila terjadi infeksi yaitu adanya tanda-tanda infeksi
seperti panas, nyeri, bengkak, merah dan bernanah pada luka insisi pada kulit
skrotum. Penyebab infeksi ini karena tidak dipenuhinya standar sterilisasi
peralatan, standar pencegahan infeksi dan kurang sempurnanya teknik perawatan
pasca operasi.
e) Granuloma Sperma Granuloma sperma yaitu adanya benjolan kenyal yang kadang
disertai rasa nyeri di dalam skrotum. Penyebabnya adalah keluarnya spermatozoa
dari saluran dan masuk ke dalam jaringan sebagai akibat tidak sempurnanya
ikatan vas deferens. Apabila granuloma sperma kecil akan di absorpsi spontan
secara sempurna. Bila granuloma besar rujuk ke RS untuk dilakukan eksisi
sperma granuloma dan mengikat kembali vas deferens, namun biasanya akan
sembuh sendiri. Rasa nyeri dapat diatasi dengan pemberian analgetik.
f) Gangguan Psikis Meningkatnya gairah seksual (libido) dan menurunnya
kemampuan ereksi (impotensi) merupakan keluhan yang sering dialami oleh pria
setelah operasi. Kemungkinan besar disebabkan oleh gangguan psikologis (baik
yang meningkat libidonya ataupun yang impotensi), karena secara biologis pada
vasektomi produksi testoteron tidak terganggu sehingga libido (nafsu seksual)
tetap ada. Penanggulangan dari efek samping ini tidak perlu dilakukan tindakan

24
medis, namun perlu dilakukan psikoterapi. Pada penelitian di Jakarta terhadap 400
pria yang telah dilakukan vasektomi, dilaporkan 50% gairah seksualnya
bertambah, 40% tidak merasakan perubahan, 7% tidak memperhatikan dan hanya
3% yang menurun gairah seksualnya (DEPKES RI, 2000).

25
b. Tubektomi

1. Pengertian Kontrasepsi Mantab


Kontrasepsi mantap pada wanita adalah setiap tindakan pada kedua
saluran telur yang mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak
akan mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi ini untuk jangka panjang dan sering
disebut tubektomi atau sterilisasi (Handayani, 2010, hlm.182). Tubektomi adalah
prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang
perempuan yang dilakukan dengan cara eksisi atau menghambat tuba fallopi yang
membawa ovum dari ovarium ke uterus. Tindakan ini mencegah ovum dibuahi
oleh sperma di tuba falopii (Everett,2008, hlm.252).
2. Jenis-jenis Tubektomi
a) Minilaporatomi adalah sterilisasi tuba yang dilakukan melalui suatu insisi
suprapubik kecil dengan panjang biasanya 3-5 cm. Minilaparotomi merupakan
metode sterilisasi wanita yang paling sering dilakukan di seluruh dunia karena
keamananya, kesederhanaannya, dan kemudahan adaptasinya terhadap
lingkungan bedah (Speroff, Darney, hlm.357). Keuntungan minilaparotomi
dapat dikerjakan oleh setiap tenaga medis yang memiliki dasar-dasar ilmu
bedah dan keterampilan bedah, hanya memerlukan alat-alat yang sederhana
dan tidak mahal terutama alat-alat bedah standar, komplikasi umumnya hanya
komplikasi minor dan dapat dilakukan segera setelah melahirkan (Hartanto,
2004, hlm.251). Kerugian minilaparotomi yaitu waktu operasi sedikit lebih
lama dibandingkan dengan laparoskopi yang rata-rata memerlukan 10-20
menit, sukar pada wanita yang sangat gemuk bila ada perlekatan-perlekatan
pelvis atau pernah mengalami operasi pelvis, operasi ini meninggalkan bekas

26
luka parut kecil yang masih dapat terlihat, rasa sakit abdomen yang singkat
karena luka insisi terjadi pada 50% wanita, angka kejadian infeksi luka
operasi lebih tinggi dibandingkan dengan laparoskopi.
b) Laparoskopi adalah suatu pemeriksaan endoskopik dari bagian dalam rongga
peritoneum dengan alat laparoskop yang dimasukkan melalui dinding anterior
abdomen (Hartanto, 2004, hlm.252). Keuntungan laparoskopi yaitu
komplikasi rendah dan pelaksanaannya cepat (ratarata 5-15 menit), insisi kecil
sehingga luka parut sedikit sekali, dapat dipakai juga untuk diagnostik
maupun terapi, kurang menyebabkan rasa sakit bila dibandingkan dengan mini
laparotomi, sangat berguna bila jumlah calon akseptor banyak. Kerugian
laparoskopi resiko komplikasi dapat serius (bila terjadi), lebih sukar dipelajari,
memerlukan keahlian dan keterampilan dalam bedah abdomen, harga
peralatanya mahal dan memerlukan perawatan yang teliti, tidak dianjurkan
untuk digunakan segera post-partum (Hartanto, 2004, hlm.258)
3. Indikasi dan Kontra indikasi Tubektomi
1) Indikasi Dengan sifatnya yang permanen, sterilisasi hanya cocok untuk
pasangan yang tidak menginginkan anak lagi.Secara lebih luas, indikasi
sterilisasi dapat dibagi lima macam yaitu :
2) Indikasi Medis Yang termasuk indikasi medis adalah penyakit yang berat
kronik seperti jantung, ginjal, paru-paru, dan penyakit kronik lainnya.
Tetapi tidak semua penyakit tersebut merupakan indikasi, hanya yang
membahayakan keselamatan Ibu kalau ia mengandung merupakan indikasi
untuk sterilisasi.
3) Indikasi Obstetris Indikasi obstetris adalah keadaan di mana resiko
kehamilan berikutnya meningkat meskipun secara medis tidak
menunjukkan kelainan apa-apa, termasuk kedalam indikasi obstetric adalah
multiparitas (banyak anak), apalagi dengan usia yang relatif lanjut (misal
grandemultigravida, yakni paritas lima atau lebih dengan umur 35 tahun
atau lebih), sesio sesarea dua kali atau lebih dan lain-lain.
4) Indikasi Genetik Indikasi genetik adalah penyakit herediter yang
membahayakan kesehatan dan keselamatan anak, seperti hemophilia.

27
5) Indikasi Kontrasepsi Indikasi kontrasepsi adalah indikasi yang murni ingin
menghentikan (mengakhiri) kesuburan, artinya pasangan tersebut tidak
menginginkan anak lagi meskipun tidak terdapat keadaan lain yng
membahayakan keselamatan Ibu seandainya ia hamil.
6) Indikasi Ekonomis Indikasi ekonomis artinya pasangan suami istri
menginginkan sterilisasi karena merasa beban ekonomi keluarga menjadi
terlalu berat dengan bertambahnya anak dalam keluarga tersebut
(siswosudarmo, 2007, hlm.52-53).
b. Konta indikasi Kontra indikasi kontrasepsi mantap pada wanita adalah
masalah hubungan, ketidaksetujuan terhadap operasi dari salah satu
pasangan, dan keadaan sakit atau disabilitas yang dapat meningkatkan resiko
pada operasi (Everett, 2008, hlm.253).
4. Keuntungan Tubektomi Sterilisasi wanita adalah bentuk kontrasepsi yang
sangat efektif dengan angka kegagalan 1-5 per 1000 kasus yang berarti
efektifitasnya 99,4-99,8% per 100 wanita pertahun, keefektifannya tercapai
begitu operasi selesai dikerjakan. Tubektomi merupakan cara KB jangka
panjang yang tidak memerlukan tindakan ulang artinya cukup sekali
dikerjakan, meskipun kontap harus ditempuh melalui sebuah operasi metode
ini merupakan cara yang paling aman, bebas dari efek samping asal semua
prosedur dan persyaratan operasi terpenuhi. Sebagaimana cara KB lainnya
kontap bersifat praktis artinya tidak membutuhkan kunjungan ulang yang
terjadwal, dan tidak mengganggu hubungan seksual. Metode ini bebas dari
efek samping hormonal sebagaimana pil, KB suntik maupun susuk. Kontap
tidak mengganggu hubungan seksual, tidak pula menurunkan libido. Sekarang
sterilisasi merupakan tindakan operasi kecil di mana klien hanya memerlukan
istirahat beberapa jam sebelum ia bisa meninggalkan tempat pelayanan dan
dapat dikerjakan di lapangan dengan memanfaatkan kamar operasi di
puskesmas (Siswosudarmo, Anwar, 2007, hlm.51-52).
5. Keterbatasan Tubektomi
a. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat
dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi, maka sebelum

28
tindakan perlu pertimbangan matang dari pasangan sehingga klien (akseptor)
tidak menyesal dikemudian hari.
b. Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum).
c. Adanya rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah
tindakan.
d. Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dIbutuhkan dokter spesialis bedah
untuk proses laparoskopi).
e. Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HIV atau AIDS (Sujiyatini, Arum,
2009, hlm.164).
6. Yang Dapat Menjalani Tubektomi
1) Usia Ibu > 26 sampai 46 tahun, memiliki paritas >2.
2) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
sehingga klien tidak menyesal dikemudian hari.
3) Pada kehamilanya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius.
4) Pada saat pascapersalinan dan pascakeguguran.
5) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini (Saifuddin, 2006,
hlm.MK-83).
7. Yang Tidak Dapat Menjalani Tubektomi
1) Hamil atau dicurigai hamil.
2) Perdarahan melalui vagina yang belum terjelaskan penyebabnya.
3) Infeksi sistematik atau pelvic akut yang belum sembuh atau masih
dikontrol.
4) Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
5) Belum mantap/kurang pasti dengan keinginanya untuk fertilitas dimasa
mendatang.
6) Belum memberikan persetujuan tertulis (pinem, 2009, hlm.293).
8. Waktu Pelaksanaanya
1) Dapat dilakukan setiap saat selama klien tidak hamil, apabila ingin
melakukan prosedur ini klien disarankan memakai kondom pada siklus
menstruasi sebelum dilakukan prosedur untuk memastikan tidak ada
sperma didalam tuba fallopii yang dapat membuahi sebuah ovum yang

29
dilepaskan sesaat setelah pembedahan yang kemudian mengakibatkan
kehamilan ektopik.
2) Hari ke 6 sampai ke 13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi).
3) Pascapersalinan (48 jam pertama atau setelah 6 minggu, jika ingin
dilakukan diluar waktu tersebut, klien sudah di imunisasi (Tetanus Toxoid),
dan mendapat lindungan antibiotik maka tubektomi dapat dilaksanakan
oleh operator yang berpengalaman.
4) Pasca keguguran segera atau dalam 7 hari pertama, selama tidak ditemukan
komplikasi infeksi pelvis.
9. Persiapan Pre-operatif Tubektomi
1) Konseling perihal kontrasepsi dan jelaskan kepada klien bahwa ia
mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur
dilakukan.
2) Menanyakan riwayat medis yang mempengaruhi keputusan pelaksanaan
operasi atau anestesi antara lain meliputi penyakit-penyakit pelvis, pernah
mengalami operasi abdominal atau pelvis, riwayat diabetes mellitus,
riwayat penyakit paru-paru seperti asthma, bronchitis, pernah mengalami
problem dengan anestesi, penyakit-penyakit perdarahan, alergi dan
pengobatan yang dijalani saat ini.
3) Pemeriksaan fisik : meliputi kondisi-kondisi yang mungkin mempengaruhi
keputusan pelaksanaan operasi atau anestesi.
4) Pemeriksaan laboratorium meliputi pemerisaan darah lengkap,
pemeriksaan urin dan pap smear.
5) Informed consent harus diperoleh. Standard consent form harus
ditandatangani oleh suami atau istri yang dari calon akseptor kontrasepsi
mantap sebelum dilakukan. Umumnya penandatanganan dokumen
Informed consent dilakukan setelah calon akseptor dan pasangannya
mendapatkan konseling (Pinem, 2009, hlm.294).
10. Komplikasi Yang Mungkin Terjadi dan Penanganannya
1) Infeksi luka, apabila terlihat infeksi luka obati dengan antibiotik.

30
2) Demam pasca operasi (> 38 c), obati infeksi berdasarkan apa yang
ditemukan.
3) Luka pada kandung kemih, intestinal (jarang terjadi). Apabila kandung
kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi
primer, apabila ditemukan pascaoperasi,dirujuk kerumah sakit yang tepat
bila perlu.
4) Hematoma subkutan, gunakan packs yang hangat dan lembab ditempat
tersebut. Amati hal ini biasannya akan berhenti dengan berjalannya waktu
tetapi dapat membutuhkan drainase bila ekstensif.
5) Emboli gas yang diakibatkan laparoskopi (sangat jarang terjadi).
6) Rasa sakit pada lokasi pembedahan, pastikan adanya infeksi, atau abses
dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.
7) Perdarahan superficial (tepi-tepi kulit atau subkutan), mengontrol
perdarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan (Saifuddin, 2006,
hlm.MK-84).
11. Perawatan dan Informasi postoperatife
Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi
aktivitas normal secara bertahap (sebaiknya dapat kembali ke aktivitas normal
dalam waktu 7 hari setelah pembedahan), hindarilah hubungan intim hingga
merasa cukup nyaman, hindari mengangkat benda-benda berat dan apabila merasa
sakit minumlah 1 atau 2 analgesik (penghilang rasa sakit) setiap 4 hingga 6 jam.
12. Persyaratan Peserta Kontrasepsi
1) Syarat Sukarela Calon peserta secara sukarela, tetap memilih kontrasepsi
mantap setelah diberi konseling mengenai jenis-jenis kontrasepsi, efek
samping, keefektifan, serta telah diberikan waktu untuk berfikir lagi.
2) Syarat Bahagia Setelah syarat sukarela terpenuhi, maka perlu dinilai pula
syarat kebahagian keluarga. Yang meliputi terikat dalam perkawinan yang
sah dan harmonis, memiliki sekurang- kurangnya dua anak yang hidup dan
sehat baik fisik maupun mental, dan umur istri sekitar 25 tahun.
3) Syarat Sehat Setelah syarat bahagia dipenuhi, maka syarat kesehatan perlu
dilakukan pemeriksaan (Handayani, 2010, hlm.182-183).

31
2. 3 Konseling KB (Konseling Awal, Konseling Spesifik dan Konseling Pasca)
A. Konsep Dasar Konseling
Konsep konseling meliputi pengertian konseling, tujuan konseling KB,
manfaatkonseling, prinsip konseling KB, hak pasien, konseling KB dan komunikasi
interpersonal,peran konselor KB, jenis konseling, serta dimana dan siapa saja yang harus
memberikankonseling.
1. Pengertian Konseling
Menurut Depkes (2002), konseling adalah proses komunikasi antara
seseorang(konselor) dengan orang lain (pasien), dimana konselor sengaja membantu
klien denganmenyediakan waktu, keahlian, pengetahuan dan informasi tentang akses
pada sumbersumberlain. Konselor membantu klien membuat keputusan atas masalah
yang ada, prosesini dilaksanakan secara terus menerus.
Konseling merupakan komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan
sikap(attitude change) pada orang yang terlihat dalam komunikasi. Tujuan komunikasi
efektifadalah memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara
pemberi danpenerima, sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik
seimbang, danmelatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik.
Konseling merupakan unsur yang penting dalam pelayanan keluarga berencana
dankesehatan reproduksi karena melalui konseling klien dapat memilih dan memutuskan
jeniskontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya serta meningkatkan
keberhasilanKB. Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua
aspek pelayanankeluarga berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan pada satu
kesempatan yaknipada saat pemberian pelayanan. Teknik konseling yang baik dan
informasi yang memadaiharus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang
kunjungan klien dengan carayang sesuai dengan budaya yang ada.
2. Tujuan Konseling KB
Konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal:
a. Menyampaikan informasi dari pilihan pola reproduksi.
b. Memilih metode KB yang diyakini.
c. Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif.
d. Memulai dan melanjutkan KB.

32
e. Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang metode KB yang tersedia.
f. Memecahkan masalah, meningkatkan keefektifan individu dalam pengambilan
keputusan secara tepat
g. Membantu pemenuhan kebutuhan klien meliputi menghilangkan perasaan
yangmenekan/mengganggu dan mencapai kesehatan mental yang positif
h. Mengubah sikap dan tingkah laku yang negatif menjadi positif dan yang merugikan
klien menjadi menguntungkan klien.
i. Meningkatkan penerimaan
j. Menjamin pilihan yang cocok
k. Menjamin penggunaan cara yang efektif
l. Menjamin kelangsungan yang lama.
3. Manfaat Konseling
Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan keuntungan kepada
pelaksanakesehatan maupun penerima layanan KB. Adapun keuntungannya adalah:
a. Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya.
b. Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan.
c. Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif.
d. Membangun rasa saling percaya.
e. Menghormati hak klien dan petugas.
f. Menambah dukungan terhadap pelayanan KB.
g. Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.
4. Prinsip Konseling KB
Prinsip konseling KB meliputi: percaya diri, Tidak memaksa, Informed consent
(adapersetujuan dari klien); Hak klien, dan Kewenangan. Kemampuan menolong orang
laindigambarkan dalam sejumlah keterampilan yang digunakan seseorang sesuai dengan
profesinya yang meliputi (HOPSAN, 1978):
a. Pengajaran
b. Nasehat dan bimbingan
c. Pengambilan tindakan langsung
d. Pengelolaan
e. Konseling.

33
5. Hak Klien
Dalam memberikan pelayanan kebidanan bidan harus memahami benar hak
calonakseptor KB. Hak-hak akseptor KB adalah sebagai berikut:
a. Terjaga harga diri dan martabatnya.
b. Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan.
c. Memperoleh informasi tentang kondisi dan tindakan yang akan dilaksanakan.
d. Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik.
e. Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan.
f. Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan.
6. Peran Konselor KB
Proses konseling dalam praktik pelayanan kebidanan terutama pada
pelayanankeluarga berencana, tidak terlepas dari peran konselor. Tugas seorang konselor
adalahsebagai berikut:
a. Sahabat, pembimbing dan memberdayakan klien untuk membuat pilihan yang paling
sesuai dengan kebutuhannya.
b. Memberi informasi yang obyektif, lengkap, jujur dan akurat tentang berbagai metode
kontrasepsi yang tersedia.
c. Membangun rasa saling percaya, termasuk dalam proses pembuatan
PersetujuanTindakan Medik.
7. Jenis Konseling
Jenis konseling terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Konseling Umum
Konseling umum dapat dilakukan oleh petugas lapangan keluarga berencana
atauPLKB. Konseling umum meliputi penjelasan umum dari berbagai metode kontrasepsi
untukmengenalkan kaitan antara kontrasepsi, tujuan dan fungsi reproduksi keluarga.
b. Konseling Spesifik
Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter / bidan / konselor. Konseling spesifik
berisi penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan,
alternatif,keuntunganketerbatasan,akses, dan fasilitas layanan.
c. Konseling Pra dan Pasca Tindakan

34
Konseling pra dan pasca tindakan dapat dilakukan oleh operator atau konselor
ataudokter atau bidan. Konseling ini meliputi penjelasan spesifik tentang prosedur yang
akandilaksanakan (pra, selama dan pasca) serta penjelasan lisan atau instruksi tertulis
asuhanmandiri.
8. Pemberi dan Tempat Melakukan Konseling
Kenyataan yang ada dilapangan adalah tidak semua sarana kesehatan dapat
dijangkauoleh klien. Oleh karena itu tempat pelayanan konseling untuk melayani
masyarakat yangmembutuhkannya dapat dilakukan pada 2 (dua) jenis tempat pelayanan
konseling, yaitu:
a. Konseling KB di lapangan (non klinik)
Konseling ini dilaksanakan oleh para petugas dilapangan yaitu PPLKB, PLKB,
PKB,PPKBD, SU PPKBD, dan kader yang sudah dapat pelatihan konseling dan
berstandar. Tugasutama dipusatkan pada pemberian informasi KB, baik dalam kelompok
kecil maupun secaraperorangan. Adapun informasi yang dapat diberikan mencakup:
1) Pengertian manfaat perencanaan keluarga.
2) Proses terjadinya kehamilan/ reproduksi sehat.
3) Informasi berbagai kontrasepsi yang lengkap dan benar meliputi cara kerja, manfaat,
kemungkinan efek samping, komplikasi, kegagalan, kontraindikasi, tempat
kontrasepsibisa diperoleh, rujukan, serta biaya.
b. Konseling KB di klinik
Konseling ini dilaksanakan oleh petugas medis dan para medis terlatih diklinik
yaitudokter, bidan, perawat, serta bidan di desa. Pelayanan konseling di klinik dilakukan
agardiberikan secara perorangan diruangan khusus. Layanan konseling di klinik
dilakukan untukmelengkapi dan sebagai pemantapan hasil konseling dilapangan, sebagai
berikut :
1) Memberikan informasi KB yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan klien.
2) Memastikan bahwa kontasepsi pilihan klien telah sesuai dengan kondisi kesehatannya.
3) Membantu klien memilih kontrasepsi lain, seandainya yang dipilih ternyata
sesuaidengan kondisi kesehatannya.
4) Merujuk klien seandainya kontrsepsi yang dipilih tidak tersedia diklinik atau jika klien

35
membutuhkan bantuan medis dari ahli seandainya pemeriksaan ditemui
masalahkesehatan lain.
5) Memberikan konseling pada kunjungan ulang untuk memastikan bahwa klien tidak
mengalami keluhan dalam penggunaan kontrasepsi pilihannya
9. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal dalam pelayanan kesehatan menggunakan:
a. Motivasi
Motivasi pada pasien KB meliputi:
1) Berfokus untuk mewujudkan permintaan, bukan pada kebutuhan individu klien.
2) Menggunakan komunikasi satu arah.
3) Menggunakan komunikasi individu, kelompok atau massa.
b. Pendidikan KB
Pelayanan KB yang diberikan pada pasien mengandung unsur pendidikan sebagai
berikut:
1) Menyediakan seluruh informasi metode yang tersedia.
2) Menyediakan informasi terkini dan isu.
3) Menggunakan komunikasi satu arah atau dua arah.
4) Dapat melalui komunikasi individu, kelompok atau massa.
5) Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.
c. Konseling KB
Konseling KB antara lain:
1) Mendorong klien untuk mengajukan pertanyaan.
2) Menjadi pendengar aktif; Menjamin klien penuh informasi.
3) Membantu klien membuat pilihan sendiri.
Langkah-langkah konseling
ASPEK MOTIVASI NASIHAT KONSELING
Tujuan Mengharap Mengharapkan Membantu klien
klien klien mengikuti agar
mau usul dapat menentukan
mengikuti petugas keinginannya
usul petugas (mengambil

36
keputusan)
Informasi Penekanan Penekanan pada Harus memberikan
yang pada hal-hal hal hal yang baik informasi yang
diberikan yang baik atau buruk, lengkap
sesuai dan benar. Serta
dengan nasihat objektif dan netral
yang diberikan
Arah Lebih banyak Lebih banyak satu Harus dua arah
komunikasi satu Arah
Arah
Komunikasi Kurang Menerapkan Penerapan
verbal dan menerapkan komunikasi komunikasi
non verbal komunikasi verbal verbal dan non
verbal dan non verbal verbal
dan non merupakan suatu
verbal hal
yang mutlak
dilakukan
Langkah-Langkah Konseling Keluarga Berencana
Sebelum menerapkan langkah-langkah konseling KB, konselor hendaknyamemperhatikan
beberapa sikap yang baik selama konseling, sikap ini dikenal sebagai SOLERyaitu:
S Face your clients squarely (menghadap ke klien) dan
Smile/ nod at client (senyum/ mengangguk ke klien)
O Open and non-judgemental facial expression (ekspresi muka menunjukkan
sikap terbuka dan tidak menilai)
L Lean towards client (tubuh condong ke klien)
E Eye contact in a culturally-acceptable manner (kontak mata/ tatap mata
sesuai cara yang diterima budaya setempat
R Relaxed and friendly manner (santai dan sikap bersahabat)
Pada konseling KB terdapat enam langkah konseling yang sudah dikenal dengan
katakunci SATU TUJU. Penerapan langkah konseling KB SATU TUJU tersebut tidak

37
perlu dilakukansecara berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri dengan
kebutuhan klien.beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang
satu dibandingdengan langkah yang lainnya. Langkah konseling KB SATU TUJU yang
dimaksud adalahsebagai berikut:
SA SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin
privasinya. Yakinka klien untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada
klienapa yang dapat dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
T Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara
mengenai
pengalaman KB dan kesehatan reproduksi serta yang lainnya. Tanyakan
kontrasepsi
yang diinginkan oleh klien. Dengan memahami kebutuhan, pengetahuan dan
keinginan klien, kita dapat membantunya
U Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan jelaskan mengenai kontasepsi yang
mungkin diingini oleh klien dan jenis kontasepsi yang ada
TU BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai apa
yang
paling sesuai dengan keadaan kebutuhannya. Dorong klien untuk menunjukan
keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapi secara terbuka dan petugas
mempertimbangkan kriteria dan keinginan klienterhadap setiap jenis kontrasepsi.
Tanyakan apakah pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihannya
tersebut.
J Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya. Setelah
klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan, perlihatkan alat/obat
kontasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat tersebut digunakan dan cara
penggunaannya. Lalu pastikan klien untuk bertanya atau menjawab secara terbuka.
U Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buat perjanjian kepada klien
untuk kembali lagi melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi
jika
dibutuhkan.

38
Sedangkan teknik konseling menurut Gallen dan Leitenmaier (1987), lebih
dikenaldengan GATHER yaitu :
G reet client sambut klien secara terbuka dan ramah, tanamkan keyakinan penuh,
katakana juga bahwa tempat tersebut sangat pribadi. Sehingga hal yang
didiskusikanakan menjadi rahasia.
A sk client about themselves tanyakan klien tentang permasalahannya,
pengalamannyadengan alat KB dan kesehatan reproduksinya. Tanyakan pula
apakah telah ada metodayang dipikirkan. Kita menyikapi dan mencoba
menempatkan kita pada posisi klien.Dengan begitu akan memudahkan kita
memahami apa sebenarnya permasalahanklien. Dengan perkataan lain, klien
sebagai subjek sekaligus objek.
T ell client about choices tanyakan tentang pilihannya, fokuskan perhatian kepada
metoda yang dipilih klien. Tetapi ajukan pula metoda lain.
H elp client make an Informed Choices Bantu membuat pilihan yang tepat, dorong
iamengemukakan pendapatnya dan ajukan beberapa pertanyaan! Apakah metoda
KBtersebut memenuhi criteria medik. Juga apakah partner seksualnya mendukung
keputusannya. Jika mungkin bicarakan dengan keduanya. Tanyakan metoda apa
yangklien putuskan untuk digunakan.
E xplain fully how to use the choosen method jelaskan cara menggunakan metoda
pilihannya, dorong ia berbicara secara terbuka, jawab pula secara terbuka dan
lengkap. Berilah kondom kepada klien yang beresiko IMS. Selain menggunakan
kondom, apakah juga menggunakan metoda KB lainnya.
R efer or return visits should be welcomed kunjungan kembali, bicarakan dan
sepakatikapan klien kembali untuk follow-up. Dan selalu mempersilakan klien
kembali kapansaja.
Konseling keluarga berencana dilakukan dengan menggunakan Alat Bantu
PengambilKeputusan (ABPK). WHO mengembangkan lembar balik yang telah
diadaptasi untukIndonesia oleh STARH untuk memudahkan konseling. ABPK membantu
petugas melakukankonseling sesuai standar dengan adanya tanda pengingat mengenai
keterampilan konselingyang perlu dilakukan dan informasi apa perlu diberikan yang

39
disesuaikan dengan kebutuhanklien. ABPK mengajak klien bersikap lebih partisipatif dan
membantu mengambil keputusan.
Selama konseling dalam hal apapun termasuk mengenai keluarga berencana dapat
ditemukan beberapa situasi yang dinilai sulit bagi konselor, seperti berikut:
1. Klien tidak mau berbicara
2. Klien tidak berhenti menangis
3. Petugas konseling meyakini bahwa tidak ada penyelesaian bagi masalah klien
4. Petugas konseling melakukan situasi kesalahan
5. Petugas konseling tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diajukan klien
6. Klien menolak bantuan petugas konseling
7. Klien tidak nyaman dengan jenis kelamin (jender)/umur/latar belakang/suku/adat, dsb
dari petugas konseling
8. Waktu yang dimiliki petugas konseling terbatas
9. Petugas konseling tidak dapat menciptakan “rapport” (hubungan)yang baik
10. Petugas konseling dan klien sudah saling kenal
11. Klien berbicara terus menerus dan tidak sesuai dengan pokok pembicaraan
12. Klien menanyakan hal-hal yang sangat pribadi kepada petugas konseling
13. Petugas konseling merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan
14. Klien terganggu konsentrasinya karena ada orang lain di sekitarnya
15. Petugas konseling belum dikenal oleh klien
2. 4 Informed Choise dan Informem Consent
A. Informed Choise (Hak Pilih Klien Terhadap Kontrasepsi Yang Sesuai Dengan
Kondisinya)
Informed Choice merupakan bentuk persetujuan pilihan tentang: Metode
kontrasepsiyang dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi yang paling
sesuai dengandirinya atau keluarganya. Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan dan
pemberianinformasi yang obyektif, akurat dan mudah dimengerti oleh klien. Pilihan yang
diambilmerupakan yang terbaik dari berbagai alternatif yang tersedia. Klien yang
melakukanInformed Choice akan lebih baik dalam menggunakan KB karena:
1. Informed Choice adalah suatu kondisi /calon peserta KB yang memilih kontrasepsi
didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat informasi KIP/K.

40
2. Memberdayakan para klien untuk melakukan Informed Choice adalah kunci yang baik
menuju pelayanan KB yang berkualitas.
3. Bagi calon peserta KB baru, Informed Choice merupakan proses memahami
kontrasepsi yang akan dipakainya.
4. Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi dan
kegagalantidak terkejut karena sudah mengerti kontrasepsi yang akan dipilihnya.
5. Bagi peserta KB tidak akan terpengaruh oleh rumor yang timbul dikalangan
masyarakat.
6. Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi akan cepat
berobat ke tempat pelayanan.
7. Bagi peserta KB yang Informed Choice berarti akan terjaga kelangsungan
kontrasepsinya.
1. Pengertian Informed Choice
Informed Choice berarti membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang
alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan (choice) harus dibedakan dari persetujuan
(concent). Persetujuan penting dari sudut pandang bidan, karena itu berkaitan dengan
aspekhukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang dilakukan oleh
bidan,sedangkan pilihan (choice) lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien)
sebagai konsumen penerima jasa asuhan kebidanan.
2. Tujuan Informed Choice
Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Peran bidan tidak
hanya membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa
hak wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan
kodeetik internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993, bahwa bidan harus
menghormatihak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk
menerimatanggung jawab untuk hasil dari pilihannya.
3. Rekomendasi
Adapun rekomendasi untuk pemberian informed choice, yaitu: Bidan harus terus
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam berbagai aspek agar dapat

41
membuat keputusan klinis dan secara teoritis agar dapat memberikan pelayanan yang
amandan dapat memuaskan kliennya. Pada rekomendasi bidan wajib memberikan
informasisecara rinci dan jujur dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh wanita dengan
menggunakan media alternatif dan penerjemah, kalau perlu dalam bentuk tatap muka
secara langsung. Bidan dan petugas kesehatan lainnya perlu belajar untuk membantu
wanitamelatih diri dalam menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab untuk
keputusanyang mereka ambil sendiri. Dengan berfokus pada asuhan yang berpusat pada
wanita danberdasarkan fakta, diharapkan bahwa konflik dapat ditekan serendah mungkin.
Tidak perlutakut akan konflik tapi menganggapnya sebagai suatu kesempatan untuk
saling memberi danmungkin suatu penilaian ulang yang objektif, bermitra dengan wanita
dari sistem asuhan dansuatu tekanan positif.
4. Bentuk Pilihan (choice) Pada Asuhan Kebidanan
Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh pasien antara lain :
a. Gaya, bentuk pemeriksaan antenatal dan pemeriksaan laboratorium/ screaning
antenatal.
b. Tempat bersalin (rumah, polindes, RB, RSB, atau RS) dan kelas perawatan di RS.
c. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan.
d. Pendampingan waktu bersalin.
e. Clisma dan cukur daerah pubis.
f. Metode monitor denyut jantung janin.
g. Percepatan persalinan.
h. Diet selama proses persalinan.
i. Mobilisasi selama proses persalinan.
j. Pemakaian obat pengurang rasa sakit.
k. Pemecahan ketuban secara rutin.
l. Posisi ketika bersalin.
m. Episiotomi.
n. Penolong persalinan.
o. Keterlibatan suami waktu bersalin, misalnya pemotongan tali pusat.
p. Cara memberikan minuman bayi.
q. Metode pengontrolan kesuburan.

42
5. Perbedaan Pilihan (Choice) dengan Persetujuan (Consent)
Adapun perbedaan pilihan (choice) dengan persetujuan (consent), yaitu:
a. Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan, karena berkaitan dengan
aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan
bidan.
b. Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan
kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya dan
merupakan aspek otonomi pribadi menentukan pilihannya sendiri.
c. Choice berarti ada alternatif lain, ada lebih dari satu pilihan dan klien mengerti
perbedaannya, sehinggga dia dapat menentukan mana yang disukai atau sesuai
dengan kebutuhannya.
B. Informed Consent (Hak Persetujuan Klien Terhadap Tindakan Medik Yang
Akan Diterima)
Pengertian informed consent berasal dari kata “informed” yang berarti
telahmendapat penjelasan, dan kata “consent” yang berarti telah memberikan
persetujuan.Dengan demikian yang dimaksud informed consent ini adanya persetujuan
yang timbul dariinformasi yang dianggap jelas oleh pasien terhadap suatu tindakan medik
yang akan
dilakukan kepadanya sehubungan dengan keperluan diagnosa dan atau terapi kesehatan.
Istilah informed consent dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesianomor 290/Menkes/Per/III/2008 diterjemahkan menjadi “Persetujuan
TindakanKedokteran”, yaitu persetujuan yang diberikan oleh pasienatau keluarga
terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakankedokteran atau
kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
Informed consent adalah bukti tertulis tentang persetujuan terhadap prosedur
kliniksuatu metode kontrasepsi yang akan dilakukan pada klien,harus ditandatangani oleh
kliensendiri atau walinya apabila akibat kondisi tertentu klien tidak dapat melakukan
haltersebut, persetujuan diminta apabila prosedur klinik mengandung risiko
terhadapkeselamatan klien (baik yang terduga atau tak terduga sebelumnya).
Pemberian Informasi Yang Lengkap

43
Informasi yang diberikan kepada calon /klien KB harus disampaikan
selengkaplengkapnya,jujur dan benar tentang metode kontrasepsi yang akan diadakan
oleh calon/klien KB tersebut. Dalam memberikan informasi penting sekali adanya
komunikasi verbalantara dokter dan klien. Ada anggapan bahwa banyak klien sering
melupakan informasi lisanyang telah diberikan oleh dokter atau bidan. Maka dari itu
untuk mencegah hal tersebut perlu diberikan pula informasi tertulis.
1. Pengertian Persetujuan Tindakan Medis
Jika kontrasepsi yang dipilih klien memerlukan tindakan medis, Surat
PersetujuanTindakan Media (inform consent) diperlukan. Inform consent adalah
persetujuan yangdiberikan oleh klien atau keluarganya atas dasar informasi dan
penjelasan mengenaitindakan medis yang akan dilakukan terhadap klien. Setiap tindakan
medis yangmengandung resiko harus dengan persetujuan tertulis yang di tandatangani
oleh yangberhak memberikan persetujuan, yaitu klien yang bersangkutan dalam keadaan
sadar dansehat mental.
2. Persetujuan Tindakan Medis oleh Pasangan Suami Istri
Dengan dilakukannya tindakan medis termasuk kontrasepsi mantap, maka
perlunyaizin dari kedua belah pihak. Berbeda dengan tindakan medis lainnya yang hanya
memerlukanizin dari pihak yang akan mengalami tindakan tersebut.
3. Daftar Tilik Untuk Petugas
Pada halaman belakang lembar persetujuan tindakan medis terdapat daftar tilik
untukpetugas yang digunakan untuk mengingatkan petugas adanya beberapa aspek yang
harusdijelaskan beberapa klien melalui beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
metodekontrasepsi Metode Operasi Pria/Wanita, implan, dan AKDR (cara kerja,
kontraindikasi, efeksamping, komplikasi, kegagalan, keuntungan atau kerugian, jadwal
atau tempat kunjunganulang, persyaratan MOP/WOW dan rekanalisasi serta
keberhasilannya, resiko pencabutanAKDR atau implan dan jadwal pencabutannya, serta
kategori pencabutan AKDR/Impaln).

44
BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
KB merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan
memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran
(Depkes RI, 1999; 1). KB merupakan tindakan membantu individu atau pasangan suami
istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran (Hartanto, 2004; 27). KB
adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak
serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78). Tujuan Keluarga Berencana meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera
melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Di
samping itu KB diharapkan dapat menghasilkan penduduk yang berkualitas, sumber daya
manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sasaran dari program
KB, meliputi sasaran langsung, yaitu pasangan usia subur yang bertujuan untuk
menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan,
dan sasaran tidak langsung yang terdiri dari pelaksana dan pengelola KB, dengan cara
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu
dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani, 2010;
29).
Bidan mempunyai peran dalam meningkatkan tingkat pemakaian KB sebagai
tindakan preventif terutama bagi wanita dengan resiko 4 (empat) terlalu, yaitu terlalu
muda (usia di bawah 20 tahun), terlalu tua (usia di atas 35 tahun), terlalu dekat (jarak
kelahiran antara anak yangsatu dengan yang berikutnya kurang dari 2 tahun), dan terlalu
banyak (mempunyai anak lebih dari 2) (BKKBN, 2014). Tugas yang cukup berat ini
menuntut bidan untuk meningkatkan kompetensinya, sehingga akan tercapai pelayanan
kebidanan yang berkualitas. Salah satu faktor pendukung peningkatan kompetensi bidan
yaitu adanya motivasi kerja yang dimiliki oleh bidan (Sofyan, 2006).

45
3. 2 Saran
Semoga makalah ini bisa menjadi tambahan referensi untuk para pembacanya,
dan sangat diharapkan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini karena dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.

46
DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kespro-dan-KB-
Komprehensif.pdf
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Asuhan-
Kebidanan-Komunitas_SC.pdf
https://id.scribd.com/doc/316334215/Makalah-Maternitas-Vasektomi-Dan-Tubektomi

47

Anda mungkin juga menyukai