USAHA
Pendahuluan
Pemilihan berasal dari kata pilih yang merupakan kata kerja. Pilih memiliki arti
memandang (mempertimbangkan). Jika dimasukkan kedalam kata pilih bulu berarti
memandang (mempertimbangkan) bangsa atau keturunan dalam memilih dan
sebagainya, kalimat lain yaitu pilih kasih yang berarti memihak; berat sebelah. Jika
ditambah awalan pe- dan akhiran –an maka menjadi kata pemilihan yang termasuk
kedalam kata benda. Arti dari pemilihan adalah proses, cara, perbuatan memilih.
Contoh kalimat adalah pemilihan pengurus RT diadakan dua tahun sekali.
Pada dasarnya perencanaan pajak adalah pemilihan yang dilakukan oleh wajib
pajak agar pembayaran pajak menjadi lebih efisien. Pemilihan yang dilakukan
diwajibkan masih dalam koridor peraturan perpajakan sehingga tidak melanggar dan
merugikan negara. Oleh karena itu pemahaman terhadap peraturan perpajakan mutlak
dimiliki oleh pihak yang akan melakukan perencanaan pajak.
Pengertian secara bahasa ‘bentuk’ memiliki beberapa arti yaitu,
1. Lengkung; lentur
2. Bangun; gambaran
3. Rupa; wujud
4. Sistem; sususan (pemerintah, perserikatan dan sebagainya)
5. Wujud yang ditampilkan (tampak)
6. Acuan atau susunan kalimat
7. Kata penggolong bagi benda yang berkeluk (cincin, gelang dan sebagainya)
Sedangkan pengertian usaha yaitu,
1. Kegiatan dengan mengerakan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu
maksud, pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya upaya) untuk mencapai
sesuatu
2. Kegiatan dibidang perdagangan (dengan maksud mencari untung); perdagangan;
perusahaan
Dari dua pengertian diatas maka pengertian bentuk usaha yaitu suatu
perserikatan (perkumpulan) yang dibuat untuk mencapai tujuan dari bentuk usaha
tersebut. Tujuan ditetapkan oleh bentuk usaha dan nantinya akan dicapai dengan
strategi-strategi tertentu.
Dalam perpajakan bentuk usaha dapat dimiliki oleh perseorangan maupun
badan. Bentuk usaha perseorangan adalah bentuk usaha yang didirikan oleh
seseorang tanpa melibatkan partner dalam merealisasikan kegiatan usahanya.
Sedangkan bentuk usaha badan adalah bentuk badan usaha yang didirikan oleh lebih
dari satu orang yang mempunyai tujuan sama, dengan disaksikan oleh notaris atau
lembaga terkait.
Tarif Pajak
Pertimbangan yang lain dalam pemilihan bentuk usaha yaitu dengan
memperhatikan tarif pajak yang dikenakan terhadap masing-masing bentuk usaha. Tarif
pajak yang bisa dibandingkan adalah tarif pajak penghasilan karena bentuk usaha
perseorangan dan badan sama-sama dikenakan pajak penghasilan. Dibawah ini adalah
tarif pajak penghasilan yang dikenakan kepada perseorangan
Tabel Tarif Pajak Penghasilan Perseorangan
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tariif Pajak
Rp.0 s.d. Rp. 50.000.000 5%
Diatas Rp. 50.000.000 s.d Rp. 250.000.000 15%
Diatas Rp. 250.000.000 s.d Rp. 500.000.000 25%
Diatas 500.000.000 30%
Adapun tarif pajak penghasilan yang dikenakan kepada badan adalah sebagai
berikut,
Tabel Tarif Pajak Penghasilan Badan
Batasan Peredaran Bruto Tarif Pajak
s.d Rp. 4.800.000.000 0.5%
Diatas Rp. 4.800.000.000 s.d Rp. 12.5% x perederan bruto yang
50.000.000.000 memperoleh fasilitas
25% x PKP bagian peredaran bruto yang
tidak memperoleh fasilitas
Dari tabel perbandingan diatas dengan asumsi Penghasilan Kena Pajak (PKP)
merupakan peredaran bruto yang merupakan dasar pengenaan pajak (DPP) untuk
pajak terutang Wajib Pajak Badan maka yang paling efisien adalah bentuk usaha
badan. Perbedaan antara perseorangan dengan badan sangat jauh yaitu paling kecil
yaitu
1.0.0 (PKP 25 juta) dan yang paling besar yaitu 210.500.000 (PKP 900 juta).
Untuk lebih memperjelas batas minimal mana yang harus dipilih disajikan dalam
tabel berikut,
Tabel Perbandingan PPh Badan Tertinggi dengan Perseorangan
BADAN PERSEORANGAN
PEREDARAN
PAJAK PKP PAJAK
BRUTO TARIF TARIF
TERUTANG TERUTANG
5% 2,500,000
4,800,000,000 0.5% 24,000,000 193,333,333 15% 21,500,000
24,000,000
Dari tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa,
a) Peredaran bruto maksimal yang dikenakan 0,5% untuk bentuk usaha badan, pajak
terutangnya sama dengan Penghasilan Kena Pajak untuk bentuk badan
perseorangan sebesar 193.333.333
b) Apabila bentuk usaha perseorangan sudah mencapai Penghasilan Kena Pajak
sebesar 193.333.333 maka sebaiknya mengubah perusahaan perseorangan
kepada bentuk badan.
2. Peredaran Bruto Lebih Besar dari 4.8 Milyar sampai dengan 50 MIlyar
Kondisi berikutnya adalah apabila peredaran bruto lebih besar dari 4.8 milyar
dimana dalam bentuk usaha badan dikenakan tarif lapisan kedua yaitu tarif
mendapatkan fasilitas untuk peredaran bruto 4.8 milyar dan tarif selain peredaran bruto
yang tidak dikenakan fasilitas dengan rumus
Apabila peredaran bruto diatas 4.8 milyar dengan asumsi tingkat laba yaitu 10
persen maka perbandingan bentuk usaha perseorangan dengan bentuk badan adalah
sebagai berikut
Tabel Perbandingan Peredaran Bruto Diatas 4.8 Milyar
BADAN PENGHASILAN PERSEORANGAN
KENA PAJAK
PEREDARAN TINGKAT LABA
BRUTO PAJAK 10% DARI PAJAK
TARIF TARIF
TERUTANG PEREDARAN TERUTANG
BRUTO
50% x
60,000,000 5% 2,500,000
25%
Untuk menghitung pajak terutang badan adalah dengan cara sebagai berikut,
1. Menghitung Penghasilan Kena Pajak yang mendapat fasilitas:
4.800.000.000/5.000.000.000 x 500.000.000 = 480.000.000
2. Menghitung Penghasilan Kena Pajak yang tidak mendapatkan fasilitas:
500.000.000 – 480.000.000 = 20.000.000
3. Menghitung Pajak Penghasilan yang terutang mendapatkan fasilitas
480.000.000 x 50% x 25% = 60.000.000
4. Menghitung Pajak Penghasilan yang terutang tidak mendapatkan fasilitas
20.000.000 x 25% = 5.000.000
5. Menjumlahkan Pajak Terutang
60.000.000 + 5.000.000 =
65.000.000
Untuk menghitung pajak terutang perseorangan caranya sama dengan
sebelumnya.
Apabila dibuat skema peredaran bruto diatas 4.8 milyar dengan tingkat laba 10%
maka akan tampak seperti berikut,
Lain-Lain
Selain tiga pertimbangan dalam pemilihan bentuk usaha terdapat beberapa
pertimbangan lain yang bisa dijadikan informasi.
1. Pembukuan vs Pencatatan
Dalam menjalankan bisnis dibutuhkan informasi keuangan yang akurat.
Begitupun dengan perpajakan yang membutuhkan informasi keuangan yang akurat
untuk ketepatan dalam pemotongan pajak yang merupakan sumber pendapatan negara
yang paling besar. Dalam menyajikan informasi ada dua alternatif yang bisa dipilih yaitu
melakukan pembukuan atau dengan pencatatan (norma perhitungan),
Secara umum pembukuan adalah pencatatan transaksi keuangan. Dalam
pepajakan pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang
atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan
laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
Pencatatan (norma perhitungan) lebih sederhana bila dibandingkan dengan
pembukuan. Secara pengertian pencatatan yaitu pengumpulan data yang dikumpulkan
secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto
sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan
yang bukan objek pajak tertentu dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
Perbedaan yang paling mendasar dari pembukuan dan pencatatan ada pada
data yang menjadi penghitungan besarnya pajak yang terutang. Apabila pencatatan
data yang menjadi penghitungan besarnya pajak yang terutang adalah peredaran bruto
sedangkan pada pembukuan adalah neraca dan laporan laba rugi.
Wajib pajak yang diwajibkan menggunakan pembukuan yaitu Wajib Pajak (WP)
badan dan Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha diatas 4.8
milyar peredaran brutonya setiap tahun. Adapun WP yang diwajibkan melakukan
pencatatan adalah wajib pajak orang pribadi yang kegiatan usahanya dibawah 4.8
milyar namun sebelumnya harus diberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak minimal
dalam jangka waktu tiga bulan pertama dari tahun pajak.
Dalam melakukan pembukuan ada hal yang harus dipertimbangkan yaitu,
1. Karyawan yang mengerjakan. Dalam pembukuan suatu kegiatan usaha
membutuhkan orang khusus untuk mengerjakan pembukuan karena pembukuan
membutuhkan keahlian khusus yang harus selalu mematuhi standar yang telah
ditetapkan. Jika menambah karyawan maka akan menambah beban gaji.
Olehkarena itu perlu hitungan dengan menambahkan karyawan khusus yang
melakukan pembukuan.
2. Dilakukan secara terus menerus. Ketika memilih melakukan pembuatan maka
konsekuensinya adalah harus dilakukan secara terus menerus disetiap transaksi
dengan mengikuti standar yang telah ditetapkan. Tidak diperkenankan apabila
melakukan pembukuan namun banyak transaksi yang terlewat tidak dicatat.
3. Penyimpanan dokumen minimal 10 tahun. Ruang penyimpanan baik itu
berupa fisik maupun non fisik harus dipersiapkan minimal 10 tahun karena
Direktorat Jenderal Pajak memiliki wewenang untuk memeriksa transaksi
maksimal 10 tahun yang lalu.
4. Pemahaman atas standar yang sudah ditetapkan dan perubahannya. Dasar
dari pajak terutang adalah laporan keutngan yang telah dibuat. Apabila terdapat
kesalahan dari laporan keuangan yang dibuat karena tidak memenuhi standar
maka pajak yang terutang menjadi salah, terlebih standar seringkali melakukan
perubahan yang akan mengubah laporan keuangan.
2. Pengakuan Penghasilan
Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh yang dapat digunakan untuk konsumsi dan menambah kekayaan, baik yang
berasal dari Indonesia maupun yang berasal dari luar Indonesia dalam bentuk nama
dan bentuk apapun. Penghasilan merupakan obyek pajak sehingga pajak terutang
dipengaruhi oleh pengakuan penghasilan.
Penghasilan didapatkan salah satunya berasal dari kepemilikan perusahaan.
Apabila perusahaan dimiliki oleh hanya satu orang maka seluruh penghasilan yang
dihasilkan oleh perusahaan menjadi dasar pengenaan pajak bagi pemilik perusahaan
dan penghasilan diluar usaha pun dimasukkan kedalam dasar pengenaan pajak karena
pada prinsipnya pajak dikenakan atas setiap penghasilan yang masuk kepada wajib
pajak sehingga dalam perpajakan hal ini tidak disarankan. Alternatif yang bisa dipilih
adalah dengan membuat badan usaha sehingga ketika perusahaan mendapatkan laba
kemudian laba dibagikan kepada para pemegang saham pajak terutangnya akan
menjadi lebih kecil dibandingkan dimiliki oleh satu orang. Selain itu pajak yang
dikenakan kepada wajib pajak badan hanya dikenakan pada kegiatan yang berkaitan
dengan usaha itu sendiri dan tidak termasuk kegiatan usaha pemegang saham.
Pertimbangan lain yang harus diketahui yaitu penghasilan dari BUT yang
didapatkan di Indonesia akan di investasikan lagi di Indonesia atau tidak. Jika
penghasilan yang didapatkan dari Indonesia tidak di investasikan di Indonesia maka
akan dikenakan tambahan pajak yang disebut branch profit tax dengan tarif yang telah
disepakati dari penghasilan neto setelah pajak. Apabila BUT tidak memiliki keinginan
untuk investasi di Indonesia setelah mendapatkan penghasilan maka sebaiknya tidak
membuat BUT. Sebaliknya, apabila BUT memiliki rencana untuk investasi kembali di
Indonesia sebaiknya memilih bentuk usaha Badan Usaha Tetap.
Referensi
Ananda, Amin Dwi., & Susilowati, Dwi. 2015. Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) Berbasis Industri Kreatif di Kota Malang. Jurnal Ilmu
Ekonomi JIE, Vol.1, (No.1), pp. 120-142.
Candra, Wibisono dan Mujilan. 2013. Modernisasi Sistem Administrasi dan Kepatuhan
Wajib Pajak, Jurnal Riset Manajemen dan Akuntansi, Vol 1. No.1
Gunadi. 2017. Panduan Komprehensif Ketentuan Umum Perpajakan (KUP). Jakarta:
Bee Media Indonesia
I.G. Rai Wijaya. 2005. Hukum Perusahaan. Bekasi: Mega Poin
KBBI. 2019. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at
https://kbbi.kemdikbud.go.id
Kumaratih, Cinantya dan Budi Ispriyarso. 2020. Pengaruh Kebijakan Perubahan Tarif
PPh Final Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pelaku UMKM. Jurnal
Pembangunan Hukum Indonesia, Volume 2, Nomor 2
Maharatih, Ni W. 2019. Studi Kritis Pengenaan Pajak Penghasilan Final Bagi Usaha
Mikro Kecil Menengah. Jurnal Magister Hukum Udayana (Udayana Master Law
Journal), Vol.8, (No.1), pp. 105-115.
Mardiasmo. 2018. Perpajakan Edisi Terbaru 2018. Jakarta: Penerbit Andi
Purnawan, A. 2018. Taxing Policy Reconstruction Based on Justice Value to Encourage
Industrial Competitiveness in the Global Era. International Journal of Law
Reconstruction, Vol.1, (No.1), pp. 161-176.
Rahayu, Sri dan Lingga, Ita salsalina. 2009. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi
Perpajakan terhadap Kepatuhan wajib pajak, jurnal Akuntansi, Vol.1 No.2, h:
119- 138
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan
Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 16 tahun 2009
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Republik Indonesia. 2018. Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2018 tentang Pajak
Penghasilan atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib
Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
Resmi, Siti. 2013. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat
Resmi, Siti. 2019. Perpajakan Teori & Kasus Edisi 11 Buku 1. Jakarta: Penerbit Salemba
Santo, Paulus Aluk Fajar Dwi. 2010. Aspek Hukum Subjek Pajak Bentuk Usaha Tetap
Menurut Hukum Positif di Indonesia. Binus Business Review Vol. 1 No. 1 Mei
2010: 252-265
Simamora, Patar dan Deni Suryaman. 2015. Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada
KPP Pratama Cibinong. JIMFE (Jurnal Ilmiah Manajemen Fakultas Ekonomi)
Volume 1 No. 1 Tahun 2015, halaman 25-31
Suandy, Erly. 2016. Perencanaan Pajak Edisi 6. Jakarta: Penerbit Salemba
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat
Wisanggeni, Irwan dan Michell Suharti. 2017 Manajemen Perpajakan Taat Pajak
dengan Efisien. Jakarta : Mitra Wacana Medi
Zain, M. 2003. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat
Soal Latihan
1. Apa dampak dari pemilihan bentuk usaha terhadap perpajakan? Jelaskan!
2. Jika dilihat dari kelebihan dan kekurangan bentuk usaha apa yang paling
menguntungkan? Jelaskan disertai dengan contoh!
3. Jikai dilihat dari kewajiban pajak yang harus dilaksanakan bentuk usaha apa
yang paling mengungkan? Jelaskan disertai dengan contoh!
4. Mengapa tarif pajak untuk bentuk usaha perseorangan lebih besar dibandingkan
dengan bentuk usaha badan? Jelaskan!
5. Mana yang lebih mudah antara pembukuan atau pencatatan? Jelaskan jawaban
saudara!
6. Apa perbedaan pengakuan penghasilan yang diterima oleh perseorangan
dengan penghasilan yang diterima oleh badan? Jelaskan diseritai dengan
contoh!
7. Jika dilihat dari pertanggungjawaban utang pajak mana yang lebih
menguntungkan antara bentuk usaha badan atau bentuk usaha perseorangan?
Jelaskan!
8. Berikan 10 contoh yang termasuk kedalam Bentuk Usaha Tetap yang ada di
Indonesia!
9. Mana yang lebih menguntungkan antara Badan Usaha atau Bentuk Usaha
Tetap? Jelaskan jawaban anda!
10. Apa perbedaan dan persamaan perlakukan pajak antara bentuk usaha badan
dan bentuk usaha tetap?
Soal Kasus
1. Tentukan mana yang akan dipilih antara bentuk usaha perseorangan atau
bentuk usaha badan dengan mempertimbangkan tarif dengan asumsi peredaran
bruto kurang dari 4.8 milyar jika
a. Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 27.500.000
b. Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 97.500.000
c. Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 327.500.000
d. Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 727.500.000
e. Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 927.500.000
2. Tentukan mana yang akan dipilih antara bentuk usaha perseorangan dan bentuk
usaha badan dengan mempertimbangkan tarif dengan asumsi peredaran bruto
lebih dari 4.8 milyar sampai dengan 50 milyar dan tingkat laba sebesar 15% ika
a. Peredaran Bruto sebesar Rp. 6.000.000.000
b. Peredaran Bruto sebesar Rp. 11.000.000.000
c. Peredaran Bruto sebesar Rp. 15.000.000.000
d. Peredaran Bruto sebesar Rp. 30.000.000.000
e. Peredaran Bruto sebesar Rp. 45.000.000.000
3. Tentukan mana yang akan dipilih antara bentuk usaha perseorangan dan bentuk
usaha badan dengan mempertimbangkan tarif dengan asumsi peredaran bruto
lebih 50 milyar dan tingkat laba sebesar 15% ika
a. Peredaran Bruto sebesar Rp. 53.000.000.000
b. Peredaran Bruto sebesar Rp. 59.000.000.000
c. Peredaran Bruto sebesar Rp. 70.000.000.000
d. Peredaran Bruto sebesar Rp. 90.000.000.000
e. Peredaran Bruto sebesar Rp. 1.000.000.000.000
4. Anda merupakan seorang konsultan pajak. Anda mendapatkan klien yang ingin
membuat bisnis baru namun ingin membayar pajak secara efisien. Saat ini klien
memiliki beberapa pilihan untuk memulai bisnisnya yaitu dengan menjadi bentuk
usaha perseorangan dan bentuk usaha badan. Klien anda memiliki kondisi
sebagai berikut,
a. Penghasilan bruto Rp. 0 sampai dengan Rp. 4.800.000.000 dengan
Penghasilan Kena Pajak (PKP) sebesar
- Rp. 100.000.000
- Rp. 300.000.000
- Rp. 700.000.000
b. Penghasilan bruto lebih besar dari Rp. 4.800.000.000 sampai dengan Rp.
50.000.000.000 dengan Peredaran Bruto sebesar
- Rp. 6.000.000.000 dengan tingkat laba 10%
- Rp. 5.000.000.000 dengan tingkat laba 20%
- Rp. 7.000.000.000 dengan tingkat laba 30%
Dari informasi diatas bagaimanakah rekomendasi anda kepada klien anda,
apakah anda akan merekomendasikan membuat bentuk usaha perseorangan
atau bentuk usaha badan? Jelaskan disetiap masing-masing kondisi dengan
perhitungannya!
5. PT. Kertas merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan kertas.
Kertas yang diproduksi berasal dari kayu yang diolah oleh PT. Kertas kemudian
PT. Kertas menjualnya kepada perusahaan lain atau kepada konsumen
langsung. Dari deskripsi perusahaan diatas sebutkan kewajiban pajak apa yang
harus dipenuhi oleh PT. Kertas disertai dengan uraiannya!