Anda di halaman 1dari 26

CYTOMEGALOVIRUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Parasitologi dan Mikrobiologi


Dosen Pengampu YUDISA DIAZ.,M.Kep.

Tingkat IIB

NAMA KELOMPOK 6 :

1. CATUR TIKA FEBRYANY (015.20.18.447)


2. DEFIYANTI IKA CAHYADI (015.20.18.451)
3. IRFAN FERDIANSYAH (015.20.18.476)
4. NUR INDAH RAHMAWATI (015.20.18.495)
5. ROSA MARIA PUJI LESTARI M. (015.20.18.507)

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI


TAHUN PELAJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga tugas makalah tentang Cytomegalovirus (CMV) ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.

Makalah ini terwujud atas kerjasama dan bantuan dari banyak pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung, sehingga makalah ini dapat terselesaikan oleh penyusun.
Penyususnan makalah ini jauh dari kesempurnaan maka dari itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar dapat menjadi bahan
pertimbangan dan perbaikan makalah ini dimasa mendatang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, khususnya penyusun untuk menambah wawasan.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4

A. Latar Belakang...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................................5

BAB II ISI..................................................................................................................................6

A. Definisi CMV.................................................................................................................6
B. Etiologi..........................................................................................................................6
C. Diagnosis
D. Pemeriksaan
E. Penularan / Transmisi
F. Pathway
G. Infeksi CMV
H. Repon imun terhadap infeksi CMV
I. Gejala dari CMV
J. Manifestasi klinik
K. Deteksi pada ibu hamil
L. Komplikasi dan bahaya dari CMV
M. Pencegahan dan pengobatan dari CMV

BAB III STUDY KASUS

BAB IV

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit CMV atau Cyto Megalo Virus termasuk dalam kelompok penyakit TORCH.
TORCH adalah singkatan dari kelompok penyakit yaitu Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella,
Cyto Megalo Virus (CMV), dan Herpes Simplex Virus (HSV). Penyebab umum dari
kelompok penyakit ini adalah hewan yang ada disekitar kita seperti kucing, tikus, ayam,
burung, anjing, kambing, sapi, babi dan hewan lainnya. Selain itu juga dapat disebabkan oleh
perantara atau tidak langsung seperti memakan sayur-sayuran yang kurang dicuci bersih,
daging setengah matang, dan lain sebagainya. TORCH dapat mengakibatkan seorang ibu sulit
hamil atau gagal hamil. Selain itu dapat menyebabkan anak lahir cacat seperti bibir sumbing,
tuna rungu, sulit berbicara, dan sebagainya.

Citomegalovirus adalah herpes virus yang merupakan penyebab umum penyakit pada
manusia. Infeksi CMV bisa didapat sebelum lahir atau sesudah lahir, pada bayi baru lahir
dapat menyebabkan kerusakan otak dan kematian. Infeksi CMV yang terjadi pada bayi jika
virus dari ibu yang terinfeksi menular kepada janin yang dikandungnya melalui plasenta (ari-
ari). Infeksi CMV umumnya berjalan asimptomatik pada penderita dengan 2 kompetensi
sistem imun tubuh yang baik, namun apabila individu berada dalam kondisi imun belum
matang (misalnya janin, bayi baru lahir), tertekan (memakai obat immunosupressan), atau
lemah (misalnya menderita kanker, human immunodeficiency virus, dan lain-lain), dapat
menimbulkan gejala klinik yang nyata dan berat.

Prevalensi infeksi CMV yang cukup tinggi dikarenakan berbagai faktor risiko.Salah
satunya dikarenakan transmisi CMV yang cukup mudah. Transmisi CMV dapat terjadi
melalui kontak langsung atau tidak langsung, kontak seksual, transfusi darah maupun
transplantasi organ atau hal – hal yang berhubungan dengan riwayat kontak erat dengan
sekret, bahkan urin dan saliva. CMV dapat melewati plasenta selama masa kehamilan
sehingga menyebabkan infeksi in utero karena virus yang beredar dalam sirkulasi (viremia)
ibu menular ke janin (Joseph et al, 2005). Infeksi CMV tersebar luas di seluruh dunia, dan
terjadi endemik tanpa tergantung musim. Iklim tidak mempengaruhi prevalensi.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan CMV?


2. Apa etiologi dari CMV ?
3. Apa diagnosis dari CMV ?
4. Bagaimana pemeriksaan pada CMV?
5. Bagaimana cara penularan/tranmisi dari CMV ?
6. Bagaimana pathway dari CMV ?
7. Bagaimana infeksi CMV ?
8. Apa gejala dari CMV?
9. Bagaimana manifestasi klinik :inflamasi CMV secara umum?
10. Apa komplikasi dan bahaya dari CMV?
11. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan dari CMV?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari CMV.


2. Untuk menegtahui Etiologi dari CMV.
3. Untuk mengetahui diagnosis dari CMV.
4. Untuk mengetahui pemeriksaan pada CMV.
5. Untuk mengetahui cara penularan/tranmisi dari CMV.
6. Untuk mengetahui pathway dari CMV
7. Untuk mengetahui infeksi CMV.
8. Untuk mengetahui gejala dari CMV.
9. Untuk mengetahu manifestasi klinik : inflamasi CMV secara umum
10. Untuk mengetahui komplikasi dan bahaya dari CMV.
11. Untuk mengetahu cara pengobatan dan pencegahan dari CMV.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Cytomegalovirus (CMV) adalah salah satu anggota kelompok virus herpes, yang
meliputi virus herpes simpleks tipe 1 dan 2, virus varicella zoster (penyebab cacar air), dan
virus Epstein-Barr (penyebab mononucleosis yang menular). Cytomegalovirus merupakan
parasit yang hidup didalam sel atau intrasel yang sepenuhnya tergantung pada sel inang untuk
perbanyakan diri (replikasi). Virus tidak memiliki organel metabolic seprti yang dijumpai
pada prokariot misalnya bakteri atau eukariot misalnya sel manusia. Replikasi virus
tergantung dari kemampuan utnuk menginfeksi sel inang yang permissive, yaitu sel yang
tidak dapat melawan atau merintangi invasi dan replikasi virus. Virus tidak memproduksi
baik eksotoksin maupun endotoksin (Suromo, 2007).

CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi
terjadi saat ibu sedang hamil karena virus Cytomegalo dapat melewati plasenta dan merusak
hati janin.Jika ibu hamil terinfeksi, maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular
sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, kekapuran otak, ketulian,
retardasi mental, dan lain-lain.

Cytomegalo biasanya ditemukan pada kelenjar saliva. Pasien dapat mengalami infeksi
kapan saja selama kehamilan, Jika selama kehamilan menimbulkan gejala, maka
kemungkinan 90 % bayinya akan mengalami komplikasi.

B. Etiologi
Etiologi berdasarkan jenis CMV dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Kongenital: didapat didalam rahim melalui plasenta. Kira-kira 40% bayi yang lahir
dari wanita yang menderita CMV selama kehamilan juga akan terinfeksi CMV.
Bentuk paling berat dari infeksi ini adalah penyakit inklusi sito megalik.
2. Akut: didapat selama atau setelah kelahiran sampai dewasa. Gejala mirip dengan
mononucleosis( malaise, demam, faringitis, splenomegali, ruam petekia, gejala
pernapasan). Infeksi bukan tanpa sekuela, terutama pada anak-anak yang masih
kecil, dan dapat terjadi akibat tranfusi.

6
3. Penyakit sistemik umum: terjadi pada individu yang menderita imunosupresi,
terutama jika mereka telah menjalani transpantasi organ. Gejala-gejalanya termasuk
pneumonitis, hepatitis, dan leucopenia, yang kadang-kadang fatal. Infeksi
sebelumnya tidak menghasilkan kekebalan dan dapat menyebabkan reaktivasi virus

C. Diagnosis

Virus dapat di isolasi dari biakan urine atau biakan berbagai cairan atau jaringan
tubuh lain. Tes serologis mungkin terjadi peningkatan IgM yang mencapai kadar puncak 3 –
6 bulan pasca infeksi dan bertahan sampai 1– 2 tahun kemudian. IgG meningkat secara cepat
dan bertahan seumur hidup

Masalah dari interpretasi tes serologi adalah :

1. Kenaikan IgM yang membutuhkan waktu lama menyulitkan penentuan saat infeksi
yang tepat
2. Angka negatif palsu yang mencapai 20%
3. Adanya IgG tidak menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi yang persisten

Identifikasi adanya infeksi kongenital CMV yang tepat merupakan hal yang sangat
penting untuk penatalaksanaan yang tepat dan sedini mungkin. Hal ini mempertimbangkan
akibat yang ditimbulkan oleh infeksi kongenital CMV (Leung et al., 2003).

Diagnosis infeksi CMV kongenital dilakukan dengan mendeteksi partikel virus dalam
cairan tubuh. Hal ini dapat dari urin, dimana jumlah partikel virus paling banyak ditemukan.
Dapat pula ditemukan pada air liur atau darah. Jika partikel virus terdeteksi dalam waktu 2-3
minggu setelah lahir, diagnosis infeksi CMV kongenital terjamin. Seiring dengan diagnostik,
aspek prognostik adalah persoalan lebih lanjut. Penilaian risiko untuk penilaian sekuel onset
lambat merupakan hal yang penting (Leung et al., 2003).

Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menunjang diagnosa infeksi CMV akut sejak
munculnya gejala yang tidak spesifik. Adanya Imunoglobulin M (IgM) tidak dapat secara
langsung diartikan sebagai infeksi primer mengingat Ig M juga diproduksi pada saat
reaktifasi dan reinfeksi. Imunoglobulin G (IgG) dapat dipertimbangkan apakah infeksi CMV
tersebut merupakan infeksi primer atau non primer (Jahromi et al., 2010).

7
D. Pemeriksaan CMV
1. Amniosentesis

Pemeriksaan amniosentesis sangat akurat setelah usia kehamilan 21 minggu, ketika ginjal
janin sudah cukup matang untuk mengeksresikan virus ke cairan amnion. Meski demikian
perlu dipertimbangkan besarnya risiko terjadinya aborsi spontan bila dilakukan suatu
amniosentesis.

2. Kultur virus

Pemeriksaan untuk infeksi CMV kongenital ialah dengan kultur virus dari urin dan ludah
yang diambil dalam 2 minggu kehidupan. Pemeriksaan CMV melalui ludah dan urin pada
bayi baru lahir sangat diterima karena bayi
dengan infeksi kongenital CMV mengandung banyak virus dalam sampelnya. Teknik kultur
jaringan tradisional dan beberapa modifikasi, seperti metode kultur cepat dari sentrifugasi
menggunakan antibodi monoklonal untuk pewarnaan berkemampuan mendapatkan protein
pp72 dari CMV lebih cepat, sedang dipertimbangkan menjadi pemeriksaan umum untuk
diagnosis. Metode kultur cepat ini menunjukkan sensitifitas dan spesifisitas yang dapat
dibandingkan dengan kultur sel biasa. Hasil kultur cepat ini dapat diperoleh dalam 24-36 jam,
dibandingkan kultur urin konvensional yang memerlukan 7-10 hari. Sensitivitas dan
spesifisitas dari pemeriksaan ini ialah 94,5% dan 100% untuk mendeteksi CMV dari urin bayi
dengan infeksi kongenital CMV.

3. Polymerase chain reaction (PCR)

Diagnosis infeksi CMV secara tepat dapat dilakukan dengan pemeriksaan DNA CMV.
PCR merupakan pemeriksaan yang sangat sensitif untuk mendeteksi CMV dari berbagai
sumber, seperti darah, urin, ludah dan jaringan. Pemeriksaan berkala DNA CMV dari darah
tepi dengan pemeriksaan kuantitatif PCR dapat bermanfaat untuk mengidentifikasi penderita
yang berisiko tinggi dan memantau efek terapi antiviral.

4. Antigenemia

Antigenemia juga merupakan salah satu pemeriksaan yang sering digunakan


lebih dari satu dekade untuk mengetahui virus CMV secara kuantitatif dalam darah.
Uji tersebut berdasarkan antibodi monoklonal yang mendeteksi antigen pp65 yaitu protein

8
akhir yang diekspresikan leukosit pada fase replikasi CMV awal. Antigen ini diukur
berdasarkan jumlah inti leukosit yang positif dengan uji imunofluoresens
untuk matriks fosfoprotein pp65 CMV dari 2x105 leukosit darah tepi dalam preparat sitospin.
Pemeriksaan ini terbatas untuk mendeteksi virus dari leukosit, yaitu
adanya inti leukosit dengan pengecatan positif menunjukkan hasil positif. Uji ini
tidak hanya memberikan hasil secara kualitatif tapi juga secara kuantitatif, dimana
berhubungan dengan viremia dan beratnya gejala klinis penderita. Kelemahan
uji antigenemia ialah bergantung pada tenaga ahli untuk melakukan pemeriksaan dan
menginterpretasikan hasil.

5. Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)

Pemeriksaan diagnostik lain untuk infeksi CMV ialah pemeriksaan serologic yang
mendeteksi CMV menggunakan ELISA indirek untuk melihat antibodi IgG dan IgM CMV.
Pemeriksaan antibody merupakan pemeriksaan yang umum dikerjakan. Deteksi antibodi IgM
digunakan sebagai penanda infeksi akut atau rekurens. Antibodi IgM ibu tidak dapat
ditransfer melalui plasenta. Hal ini berbeda dengan antibodi IgG pada bayi dan anak
umumnya berasal dari transfer antibodi ibu. Terdeteksinya antibodi IgM dalam usia 2-3
minggu pascanatal menandakan adanya infeksi kongenital CMV. Meskipun demikian, hanya
70% bayi dengan infeksi kongenital CMV yang memiliki antibody IgM saat lahir. Hal ini
menyebabkan angka spesifisitas yang rendah pada infeksi primer dan hasilnya dapat positif
palsu karena IgM dapat bertahan selama beberapa bulan setelah infeksi dan dapat positif oleh
karena reaktivasi infeksi CMV. Bila pada pemeriksaan CMV didapatkan IgM positif, maka
diagnosis harus dikonfirmasi dengan melihat ada tidaknya virus melalui kultur virus atau
pemeriksaan PCR. Bila bayi mengalami infeksi CMV kongenital, antibodi IgG CMV akan
memberikan hasil positif dengan titer yang semakin meninggi sampai bayi berusia 4-9 bulan;
hal ini dapat membantu konfirmasi infeksi aktif CMV. Terdapatnya IgG CMV yang negatif
pada darah tali pusat bayi menunjukan tidak adanya infeksi CMV kongenital, tetapi jika
positif ada dua kemungkinan yaitu transfer pasif dari ibu atau adanya indikasi infeksi
kongenital. Untuk konfirmasi diagnosis infeksi CMV pada bayi dan anak diperlukan antibodi
IgM CMV dan peningkatan titer antibodi IgG sebanyak empat kali. Pemeriksaan peningkatan
titer ini dilakukan secara serial tiap 2-3 minggu. Tes antibodi IgG dipakai untuk mendeteksi
infeksi yang telah terjadi sebelumnya atau
di masa lalu. Bila hanya ada satu pemeriksaan IgG yang menunjukkan positif atau
titer IgG mencapai fase tinggi mendatar (plateau) disertai dengan IgM yang positif, maka

9
tidak mungkin membedakan infeksi primer dengan reaktivasi-reinfeksi atau
dengan kemungkinan suatu stimulasi poliklonal. Infeksi baru dapat dibedakan dari infeksi
lama dengan menetapkan IgG avidity. Biasanya IgG yang diproduksi dalam 3-5 bulan setelah
infeksi primer memiliki aviditas rendah, sedangkan IgG yang diproduksi lebih dari 3-5 bulan
atau bertahun-tahun setelah infeksi primer memiliki aviditas tinggi. Selain untuk mengetahui
apakah infeksi sudah lama atau baru terjadi, primer atau sekunder, pemeriksaan IgG avidity
dapat pula dipakai untuk mempertimbangkan kemungkinan perlu pemberian terapi atau tidak.

E. Penularan / Transmisi

Tidak ada vektor yang menjadi perantara transmisi atau penularan. Transmisi dari satu
individu ke individu lain dapat terjadi melalui berbagai cara.

Transmisi intrauterus terjadi karena virus yang beredar dalam sirkulasi (viremia) ibu
menular ke janin. Kejadian transmisi seperti ini dijumpai pada kurang lebih 0,5 – 1% dari
kasus yang mengalami reinfeksi atau rekuren.6 Viremia pada ibu hamil dapat menyebar
melalui aliran darah (per hematogen), menembus plasenta, menuju ke fetus baik pada infeksi
primer eksogen maupun pada reaktivasi, infeksi rekuren endogen, yang mungkin akan
menimbulkan risiko tinggi untuk kerusakan jaringan prenatal yang serius.

Risiko pada infeksi primer lebih tinggi daripada reaktivasi atau ibu terinfeksi sebelum
konsepsi. Infeksi transplasenta juga dapat terjadi, karena sel terinfeksi membawa virus
dengan muatan tinggi. Transmisi tersebut dapat terjadi setiap saat sepanjang kehamilan,
namun infeksi yang terjadi sampai 16 minggu pertama, akan menimbulkan penyakit yang
lebih berat.

Transmisi perinatal terjadi karena sekresi melalui saluran genital atau air susu ibu.
Kira-kira 2% – 28% wanita hamil dengan CMV seropositif, melepaskan CMV ke sekret
serviks uteri dan vagina saat melahirkan, sehingga menyebabkan kurang lebih 50% kejadian
infeksi perinatal. Transmisi melalui air susu ibu dapat terjadi, karena 9% - 88% wanita
seropositif yang mengalami reaktivasi biasanya melepaskan CMV ke ASI. Kurang lebih 50%
- 60% bayi yang menyusu terinfeksi asimtomatik, bila selama kehidupan fetus telah cukup
memperoleh imunitas IgG spesifik dari ibu melalui plasenta.8 Kondisi yang jelek mungkin
dijumpai pada neonatus yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah.

10
Transmisi postnatal dapat terjadi melalui saliva, mainan anak-anak misalnya karena
terkontaminasi dari vomitus. Transmisi juga dapat terjadi melalui kontak langsung atau tidak
langsung, kontak seksual, transfusi darah, transplantasi organ.

Penyebaran endogen di dalam diri individu dapat terjadi dari sel ke sel melalui
desmosom yaitu celah di antara 2 membran atau dinding sel yang berdekatan. Di samping itu,
apabila terdapat pelepasan virus dari sel terinfeksi, maka virus akan beredar dalam sirkulasi
(viremia), dan terjadi penyebaran per hematogen ke sel lain yang berjauhan, atau dari satu
organ ke organ lainnya.

Faktor yang berisiko antara lain :

1. Bila ibu tertular virus pada trimester 3 kehamilan. Resiko menjadi 44%
2. Bila ibu terinfeksi virus pada trimester 2 dan 36%
3. Resiko janin dalam kandungan tertular, bila ibu mendapat infeksi virus pada trimester
pertama. Laporan peneliti lain, resiko janin tertular paling tinggi, apabila ibu hamil
tertular virus pada umur kehamilan di bawah 20 minggu.

11
F. Pathway

12
13
G. Infeksi CMV

Riwayat infeksi CMV sangat kompleks, setelah infeksi primer, virus diekskresi
melalui beberapa tempat, ekskresi menetap beberapa minggu, bulan, bahkan tahun sebelum
virus hidup laten. Episode infeksi ulang sering terjadi, karena reaktivasi dari keadaan laten
dan terjadi pelepasan virus lagi sampai bertahun-tahun. Infeksi ulang juga dapat terjadi
eksogen dengan strain lain dari CMV.

Infeksi CMV dapat terjadi setiap saat dan menetap sepanjang hidup.”Sekali terinfeksi,
tetap terinfeksi”, virus hidup dormant dalam sel inang tanpa menimbulkan keluhan atau
hanya keluhan ringan seperti common cold. Namun, infeksi yang bersifat ringan ini bukan
berarti diam dalam sepanjang kehidupan individu. Reaktivasi dapat terjadi berbulanbulan
atau bertahun-tahun setelah infeksi primer, dan sering terjadi reinfeksi endogen, karena ada
replikasi virus. Replikasi virus merupakan faktor risiko penting untuk penyakit dengan
manifestasi klinik infeksi CMV.

Penyakit yang timbul melibatkan peran dari banyak molekul baik yang dimiliki oleh
CMV sendiri maupun molekul tubuh inang yang terpacu aktivasi atau pembentukannya
akibat infeksi CMV.

Lokasi hidup virus pada infeksi CMV yang berjalan laten, sukar diketahui. CMV
dapat hidup di dalam bermacam sel seperti sel epitel, endotel, fibroblas, leukosit
polimorfonukleus, makrofag yang berasal dari monosit, sel dendritik, limfosit T ( CD4+ ,
CD8+ ), limfosit B, sel progenitor granulosit-monosit dan lainlain. Dengan demikian berarti

14
CMV menyebabkan infeksi sistemik dan menyerang banyak macam organ antara lain
kelenjar ludah, tenggorokan, paru, saluran cerna, hati, kantong empedu, limpa, pankreas,
ginjal, adrenal, otak atau sistem syaraf pusat. Virus dapat ditemukan dalam saliva , air mata,
darah, dan lain-lain cairan tubuh. Ekskresi yang paling umum ialah melalui saliva, dan urin
dan berlangsung lama, sehingga bahaya penularan dan penyebaran infeksi mudah terjadi.
Ekskresi CMV pada infeksi congenital sama seperti pada ibu, juga berlangsung lama.

Reaktivasi, replikasi dan reinfeksi umum terjadi secara intermiten, meskipun tanpa
menimbulkan keluhan atau kerusakan jaringan. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa
infeksi CMV lebih umum terjadi daripada penyakit karena CMV. Demikian pula pada wanita
hamil, viremia dan viruria intermiten asimtomatik umum terjadi tanpa kerusakan organ.
Replikasi DNA virus dan pembentukan kapsid terjadi di dalam nukleus sel inang. Sel-sel
terinfeksi CMV dapat berfusi satu dengan yang lain, membentuk satu sel besar dengan
nukleus yang banyak. Endothelial giant cells ( multinucleated cells) dapat dijumpai dalam
sirkulasi selama infeksi CMV menyebar. Sel berinti ganda yang membesar ini sangat berarti
untuk menunjukkan replikasi virus, yaitu apabila mengandung inklusi intranukleus berukuran
besar seperti ”mata burung hantu (owl eye)”.

Respons imun seseorang memegang peran penting untuk meniadakan atau eliminasi
virus yang telah menyebabkan infeksi. Pada kondisi kompetensi imun yang baik
(imunokompeten), infeksi CMV akut jarang menimbulkan komplikasi, namun penyakit dapat
menjadi berat bila individu berada dalam keadaan immature (belum matang),
immunosuppressed (respons imun tertekan) atau immunocompromised (respons imun
lemah), termasuk ibu hamil dan neonatus, penderita HIV (human immunodeficiency virus),
penderita yang mendapatkan transplantasi organ atau pengobatan imunosupresan dan yang
menderita penyakit keganasan. Pada kondisi tersebut, sistem imun yang tertekan atau lemah,
tidak atau kurang atau belum mampu membangun respons baik seluler maupun humoral yang
efektif, sehingga dapat mengakibatkan nekrosis atau kematian jaringan yang berat, bahkan
fatal. Respons seperti ini timbul lebih cepat pada infeksi sekunder atau infeksi ulang.

H. Gejala
a. Pada ibu hamil
1. Restriksi pertumbuhan intrauterine
2. Hepatitis dengan atau tanpa ikterus
3. Trombositopenia dan meningoensefalitis

15
4. Demam yang lama
5. Pyrexia, malaise, lethargy, seperti gejala influenza
6. Kerusakan pada limpa
7. Keabnormalan pada Limphosit
8. Anorexia
9. Leucorrhea seperti susu

b. Pada bayi
1) Sistem saraf pusat
- Mikrosefalus
- Hidrosefalus
- Gangguan psikmotor, epilepsy, retardasi mental (pemeriksaan dengan sinar – X, dapat
menunjukan ukuran kepal, pengapuran intrakranial, dan kerusakan pada daerah
ventrikel )
2) Mata dan Telinga
- Kerusakan pada retina
- Gangguan pendengaran (5-10%).

Untuk bayi-bayi ini, kematian karena penyebaran koagulasi intravascular, sepsis atau
masalah hati adalah 20-30%. Sebagian besar sisa bayi yang bertahan akan mengalami
morbiditas nerologis yang hebat. Bayi-bayi ini masih akan infeksius selama beberapa bulan,
mengeluarkan virus melalui urinenya, dan dapat beresiko bagi ibu hamil.

3) Liver
- Hepatosplenomegaly
- Jaundice
4) Kardiovaskuler
- Thrombocytopenia
- Anemi hemolitik
5) Pernapasan Intertisial pnemonitis yang dapat menyebabkan kematian
6) General
- Intra uterine growth retardation (IUGR)
- Kecil usia kehamilan

16
- Odema

I. Manifestasi Klinik : Inflamasi CMV Secara Umum

Infeksi CMV dapat pula menimbulkan manifestasi klinik antara lain sebagai berikut
Infeksi CMV meningkatkan proses inflamasi. Sel terinfeksi CMV dapat mengekskresi tumor
necrosis factor–α (TNF-α) yang merupakan salah satu sitokin proinflamasi. Hal ini terjadi
karena protein IE mempengaruhi fungsi sel, mengaktifkan sel yang mengandung genom
CMV, serta memacu peningkatan produksi TNF- α,32,33 sehingga sel terinfeksi CMV laten
dapat memacu respons inflamasi.32 Gen IE dapat diekspresikan antara lain oleh monosit.
Selain itu, HSP meningkatkan peran protein virus yang bergabung dengannya untuk
membangun respons imun dan inflamasi. HSP meningkatkan efek dari protein IE, melindungi
dari degradasi, memperpanjang waktu keberadaan di dalam sel, memberi fasilitas untuk
transpor protein IE ke sel lain, atau berperan sebagai chaperone untuk meningkatkan transpor
protein IE ke dalam nukleus.

 Infeksi ginjal-saluran kemih

CMV dikenal pula sebagai salah satu penyebab infeksi pada ginjal dan saluran kemih.
Penemuan sel terinfeksi CMV dalam sedimen urin mempunyai korelasi dengan lokasi infeksi
di parenkhim ginjal. Sel terinfeksi ini dapat diidentifikasi dalam glomerulus, kapsul
Bowmann serta dijumpai lebih banyak pada sel epitel tubulus. Sel terinfeksi CMV yang
mengandung inklusi intranukleus mempunyai arti diagnostic penting, karena menunjukkan
replikasi virus.CMV mempunyai efek sitopatik yang akan menyebabkan degenerasi sel, atau
menginduksi perubahan sel yang khas ditandai dengan sel epiteloid, nukleus yang membesar,
chromatinic membrane atau marginated chromatin, inklusi intranukleus basofilik yang
dikelilingi oleh zona yang besar dan jernih atau halo. Satu atau dua inklusi satelit berukuran
kecil dapat dijumpai dalam nukleus dan sitoplasma.Inklusi intranukleus pada sel epitel
tubulus ginjal yaitu tubulus distalis, kolektivus dijumpai pada 23,4 % dari 77 subyek yang
terinfeksi CMV.

 Radang hati
17
Radang hati atau Hepatitis CMV dapat terjadi disertai dengan atau tanpa ikterus. Sel
hepar yang terinfeksi CMV dan sel epitel saluran empedu juga seringkali mengandung inklusi
intranukleus seperti yang dijumpai pada sel epitel tubulus ginjal. Hepatitis CMV kongenital
akibat infeksi yang terjadi intrauterus dapat timbul berat, sering disertai asites berulang.
Infeksi perinatal juga seringkali menunjukkan sirosis progresif, sedangkan pada anak yang
lebih tua, infeksi seringkali berjalan asimtomatik, walaupun dapat berjalan simtomatik
dengan febris yang berlangsung lama, faringitis eksudatif, limfadenopati dan
hepatoslenomegali

 Infeksi pada saluran gastrointestional

Penyakit CMV pada saluran gastrointestinal merupakan suatu proses erosif dan
ulseratif yang dapat terjadi pada setiap lokasi di saluran gastrointestinal mulai dari mulut
sampai dengan rektum. Faktor pencetus tidak diketahui. Patogenesis lesi intestinum
merupakan proses kompleks, meliputi infeksi CMV pada mukosa disertai dengan inflamasi
dan nekrosis jaringan serta keterlibatan endotel vaskuler yang menyebabkan kerusakan
mukosa iskemik dan oklusi vaskuler. Dengan demikian berarti infeksi CMV melibatkan sel
epitel kolumner, endotel, miosit, fibroblas, dan menyebabkan destruksi jaringan dan ulserasi.
Colitis CMV yang mirip dengan colitis ulserosa juga dapat dijumpai. Supresi imun lokal atau
faktor autoimun memegang peran dalam pathogenesis penyakit CMV gastrointestinal. Gejala
dan tanda tergantung dari bagian mana dari saluran gastrointestinal yang terlibat serta
keparahan lesi mukosa. Bukti-bukti kuat menunjukkan bahwa infeksi CMV di saluran
gastrointestinal dapat dijumpai tanpa keikutsertaan patogen lain seperti Helicobacter pylori,
Candida. Dilaporkan pula bahwa penyakit CMV gastrointestinal dapat dijumpai pada
penderita tanpa keadaan imunodefisiensi, dan pada penderita lanjut usia lebih dari 60 tahun
tanpa penyakit lain yang menyertai.Di samping itu keterlibatan infeksi CMV perlu dipikirkan
apabila dijumpai suatu masa jinak dinasofaring individu imunokompeten

 Radang Mata dan Tuli

Masih banyak lagi infeksi organ yang disebabkan karena CMV, antara lain
menyerang mata , yaitu retinitis atau chorioretinitis yang dapat menyebabkan juling
(strabismus), katarak, gangguan visus, dapat pula sampai timbul kebutaan. CMV juga dapat
18
menyerang telinga, umumnya disebabkan karena infeksi kongenital dengan gejala klinik
nyata sampai terjadi ketulian ( sensorineural deafness) yang timbul di kemudian hari.

 Keganasan

Tumor ganas atau kanker adalah suatu penyakit multikompleks yang saat timbulnya
tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Kanker merupakan hasil akhir dari beberapa tahap
mutasi genetik molekuler, yaitu kekacauan pengaturan pada satu gen atau lebih yang
bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan diferensiasi sel normal. Kebanyakan tumor
merupakan suatu neoplasma, yaitu pertumbuhan sel ganas di dalam tubuh normal yang relatif
autonom secara berlebihan dan tidak terkendali jumlahnya, sehingga ukuran jaringan tumor
menjadi makin besar. Keadaan ini berlangsung terus sejak ada rangsangan yang
membangkitkannya. Perubahan suatu sel menjadi ganas tidak cukup disebabkan oleh
onkogen tunggal saja, melainkan melibatkan beberapa faktor bersama antara lain seperti
faktor keturunan, lingkungan, virus, melalui tahap demi tahap. Tumor tumbuh makin lama
makin bertambah luas akibat kerusakan berulang kali.

CMV merupakan anggota grup virus Herpes, semua anggota grup virus Herpes
merupakan agent onkogenik. Peran kausatif CMV terhadap perkembangan keganasan masih
tetap dipelajari, bermacam protein CMV dan DNA telah terdeteksi dengan frekuensi tinggi
dijumpai pada jaringan tumor. Diketahui pula bahwa CMV lebih suka menginfeksi sel tumor,
karena sel tumor memberi lingkungan kepada virus sedemikian sehingga berpeluang
mengembangkan potensi onkogeniknya. Infeksi CMV meningkatkan pengaturan bermacam
faktor pertumbuhan (growth factors) dan sitokin yang meningkatkan kelangsungan hidup sel,
proliferasi dan angiogenesis. CMV meningkatkan sifat keganasan sel tumor dan memegang
peran dalam progresivitas tumor. CMV

Pada keganasan hematologik yang mendapat transplantasi sumsum tulang, infeksi


CMV menyebabkan pneumonia atau pneumonitis pada lebih dari 50 % resipien,45 juga
menimbulkan komplikasi atau reaksi penolakan transplantasi sumsum tulang dengan cara
graft-versus-host-disease (GVHD)

J. Komplikasi Dan Bahaya


a. Berat badan lahir rendah (BBLR)
b. Persalinan premature

19
c. Intra-uterine fetal death
d. Neonatal death, dalam 20-30 % kelahiran dengan ibu yang terinfeksi
e. Aborsi dan lahir mati
f. Infeksi menyeluruh disertai gejala pembesaran pada hati dan ginjal (disertai ikterik)
dari ukuran sedang hingga penyakit fatal.
g. Kebanyakan bayi dengan penyakit CMVbertahan hidup, tetapi 80-90% akan
mengalami komplikasi, meliputi kehilangan pendengaran, kerusakan
penglihatan,retardasi mental dengan berbagai tingkat keparahan.
h. Kurang lebih 5-10% bayi yang terinfeksi CMV pada saat dilahirkan, tetai tanpa
gejala, akan mengalami akibat, seperti masalah pendengaran dan mental atau system
koordinasi

K. Pencegahan Dan Pengobatan

1. Pencegahan
a. Ibu/baby sitter hendaknya memelihara kebersihan perorangan, mencuci tangan yang
bersih bila kontak dengan air seni atau air ludah bayi. Tisu pembersih dan pampers
hendaknya dibuang. Kebiasaan tidak minum dari gelas bekas orang lain sebaiknya
tetap dipelihara.
b. Laporan dari satu penelitian menyabutkan bahwa 70% bayi yang tertular virus
sewaktu di dalam kandungan masih mengeluarkan virus melalui air seni mereka
sampai berusia 1-3 tahun.
c. Demikian juga pada perawat ibu hamil yang mungkin terinfeksi virus tetap
memelihara kesehatan perorangan dengan baik.
d. Pemberian vaksi sitomegalo dapat memberikan perlindungan bagi yang beresiko
tertular virus.
e. Perawat bayi perlu diberi penyuluhan mengenai infeksi virus sitomegalo.
f. Perawat yang tidak sedang hamil, tidak selalu bisa menularkan virus pada bayi yang
diasuhnya.

Pada Ibu Hendaknya :

1. Makan makanan bergizi

20
2. Lakukan pemeriksaan sebelum kehamilan
3. Makan makanan yang matang
4. Melakukan vaksinasi : Vaksinasi bertujuan untuk mencegah masuknya parasit
penyebab TORCH. Seperti vaksin rubela dapat dilakukan sebelum kehamilan. Hanya
saja, Anda tidak boleh hamil dahulu sampai 2 bulan kemudian.
5. Periksa kandungan secara terartur
6. Jaga kebersihan tubuh
7. Hindari kontak dengan penderita penyakit

2. Pengobatan

Pengobatan pertama untuk CMV meliputi infus setiap hari. Karena harus diinfus setiap
hari, sebagian besar orang memasang 'keran' atau buluh obat yang dipasang secara permanen
pada dada atau lengan. Dulu orang dengan penyakit CMV diperkirakan harus tetap memakai
obat anti-CMV seumur hidup.

Pengobatan CMV mengalami kemajuan dramatis selama beberapa tahun terakhir ini. Saat
ini ada tujuh jenis pengobatan CMV yang telah disetujui oleh FDA di AS.

ART dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Pasien dapat berhenti memakai obat CMV
jika jumlah CD4-nya di atas 100 hingga 150 dan tetap begitu selama tiga bulan. Namun ada
dua keadaan yang khusus:

1) Sindrom pemulihan kekebalan dapat menyebabkan radang yang parah pada mata
Odha walaupun mereka tidak mempunyai penyakit CMV sebelumnya. Dalam hal ini,
biasanya pasien diberikan obat anti-CMV bersama dengan ART-nya.
2) Bila jumlah CD4 turun di bawah 50, risiko penyakit CMV meningkat.

21
BAB III

STUDY KASUS

Ny.P, Indonesia, Islam, SMA, ibu rumah tangga, dengan suami Tn.K 30 Tahun, Indonesia,
Islam, SMA, pegawai swasta, gaji Rp 1.000.000,00/bulan, beralamatkan dijalan Kangkung no
3, datang pukul 09.00 WIB. Pada tanggal 26 maret 2009, dengan keluhan mata sebelah
kirinya tidak bisa melihat dikarenakan ada bayangan seperti kabut putih dan bintik – bintik
hitam seperti tinta sejak 1 minggu yang lalu, usia kehamilannya 7 bulan, dengan HPHT 18-9-
2008, TP 25-6-2009.

Data Objektif didapatkan melalui pemeriksaan fisik : keadaan umum ibu baik, kesadaran
compos mentis, TD 120/70 mmHg, N 83x/menit, Respirasi 23x/menit, Suhu 37,6oC,berat
badan 56 Kg, berat badan bulan sebelumnya 55 kg ,tinggi badan 152 cm, lila 25 cm, muka
tidak oedema, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, gigi bersih tidak ada karies, kelenjar
tyroid tidak ada pembesaran, mamae membesar kanan-kiri, simetris,tumor tidak ada, areola
hipermigmentasi, putting susu menonjol, kolostrum belum keluar, jantung lup-dup (+),
regular, paru tidak terdengar wheezing/ronkhi, axilla tidak ada benjolan, pemeriksaan
abdomen inspeksi perut tampak memanjang,tidak ada luka bekas operasi, hiperpigmentasi
linea nigra,palpasi TFU 26 cm, leopold 1 teraba satu bagian lunak, tidak melenting(bokong),
leopold II kanan ibu teraba bagian tahanan membesar, keras, seperti papan (punggung), kiri
ibu teraba bagian ekstremitas janin (tangan dan kaki janin), leopold III teraba satu bagian
bulat,keras,melenting (kepala), leopold IV, TBJ (26-13) x 155 = 2015 gram, pada

22
pemeriksaan auskultasi didapatkan DJJ + frekuensi 142x/menit, kuadran kanan atas 3 jari di
atas pusat, anogenital tidak ada pengeluaran air-air, tidak oedema, tidak ada benjolan,tidak
ada verises, ekstremitas tidak oedema, tidak ada varises, reflek patella +/+. Pemeriksaan
penunjang uCMV IgG dan anti CMV IgM (+), deteksi ekspresi mRNA virus dengan
nuklisens CMV pp67 atau mRNA protein immediate early.

Assesment:

Diagnosa ibu: G1P0A0 hamil 28 minggu dicurigai terinfeksi virus CMV .

Diagnosa janin: tunggal hidup intrauterin, presentasi kepala.

Masalah yang ditemukan: ibu dicurigai terinfeksi cytomegalovirus

Kebutuhan: penanganan dan konseling terkait infeksi

Potensial masalah: kecacatan bayi

Tindakan segera: saat ini tidak membutuhkan tidakan segara.

Penatalaksanaan :

(a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa secara umum keadaan umum ibu baik,
kesadaran Compos Mentis, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 83x/menit, pernafasan
23x/menit, suhu 37,6oC, saat ini kehamilan ibu berusia 28 minggu dan janin sementara
sehat, taksiran berat janin 2015gram, hasil pemeriksaan penunjamg ibu di diagnosa di
curigai terinfeksi virus cytomegalovirus. Ibu telah diberitahu hasil pemeriksaan dan ibu
mengerti akan hasil pemeriksaan.
(b) Menganjurkan ibu ketika berhubungan intim menggunakan pelindung kondom, untuk
mencegah penularan infeksi cytomegalovirus dari ibu kesuami atau sebaliknya. Ibu
mengerti dan akan melalukannya.
(c) Menganjurkan ibu untuk memakan makanan yang bergizi seperti mengkonsumsi protein
yang berkualitas dari sumber hewani dan nabati seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang-
kacangan dan produk olahannya, perbanyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan
berwarna, yang kaya vitamin A (beta-karoten), zat besi, minum susu setiap
hari,menghindari makanan yang di awetkan dan makanan yang beragi (tape, brem).
Menghindari rokok, kafein dan alkohol, diberikan dalam porsi kecil tetapi sering. Ibu
mengerti anjran bidan, dan akan mengkonsumsi makanan yang telah dianjurkan bidan.

23
(d) Menganjurkan ibu melakukan tes laboratorium ulang untuk mengetahui lebih jelas
mngenai penyakit infeksi cytomegalovirus yang ibu derita, dan menganjurkan ibu untuk
kembali lagi ke bidan sesegera mungkin.
(e) Menganjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya kepada dokter spesialis kandungan
untuk mengetahui perkembangan janin dan kondisinya (USG). Ibu mengerti anjuran
bidan dan akan segera mengunjungi dokter kandungan.
(f) Beritahu ibu mengenai proses pertolongan persalinan. Memberitahu ibu bahwa, bila ibu
dengan cytomegalovirus proses persalinan tidak bisa ditolong oleh bidan, kemungkinan
besar ibu harus menjalani operasi sesar, karena risiko yang mungkin terjadi yaitu bayi
dapat tertular cytomegalovirus, maka ibu dan keluarga diharapkan mempersiapkan segala
sesuatunya uang, tempat bersalin, kendaraan,dan lain-lain untuk persalinan ibu. Ibu
mengerti informasi bidan dan akan mempersiapkan kebutuhan yang diperlukan untuk
persalinan.
(g) Memberitahu ibu mengenai tanda bahaya kehamilan sepert pendarahan pervaginam yang
tiba-tiba, sakit kepala yang hebat, pandangan kabur, keluar air-air dari vagina, maka
segera hubungi atau datang kepelayanan kesehatan terdekat. Ibu mengerti dan akan lebih
berhati-hati bila mengalami salah satu tindakam bahaya kehamilan.
(h) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberirkan pada catatan SOAP.
Hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberikan telah didokumentasikan pada catatan
SOAP.

24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi
terjadi saat ibu sedang hamil karena firus CMV dapat melewati plasenta dan merusak hati
janin.

CMV biasanya ditemukan pada kelenjar saliva pasien dapat mengalami infeksi kapan
saja,selama kehamilan menimbulkan gejala,maka kemungkinan 90 % bayinya akan
mengalami komplikasi.

Virus ini menular dari seseorang ke orang lain melalui kontak dengan cairan tubuh
juga bisa menular melalui hubungan seksual.

B. Saran

Kita harus waspada dengan CMV karena gejala CMV jarang diketahui oleh penderita
CMV. Begitu pula keluhannya juga jarang disadari. Maka dari itu, sebaik mungkin kita harus
bisa menjaga diri agar tidak terinfeksi CMV.

25
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37712216/VIRUS_CYTOMEGALOVIRUS_PATHOFISIOLOGI

https://dokumen.tips/documents/contoh-kasus-pada-cmv.html

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/viewFile/9483/9058

26

Anda mungkin juga menyukai