Anda di halaman 1dari 10

Journal TABARO Vol. 2 No.

1, Mei 2018 Wardani dan Oeng Anwarudin

PERAN PENYULUH TERHADAP PENGUATAN KELOMPOK TANI


DAN REGENERASI PETANI DI KABUPATEN BOGOR
JAWA BARAT

Wardani*, Oeng Anwarudin**

*Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian


Bogor Jalan Cibalagung No 1 Bogor, Jawa
Barat Email : wardanis39@yahoo.co.id
**Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
Manokwari Jalan SPMA, Reremi, Manokwari,
Papua Barat Email : oenganwarudin@gmail.com

Absrak

Penelitian bertujuan menganalisis peran penyuluh terhadap penguatan, kemandirian


kelompok tani serta regenerasi petani dan menganalisis pengaruh penguatan, kemandirian
kelompok tani terhadap regenerasi petani. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Balai
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Caringin, Kabupaten Bogor pada Juni
sampai November 2017. Populasi penelitian adalah petani muda yang menjadi anggota
kelompok tani dan gabungan kelompok tani sebanyak 60 orang yang diambil menggunakan
teknik acak sederhana. Data diambil menggunakan kuesioner dengan skala instrumen rating
scale. Variabel penelitian terdiri atas peran penyuluh pertanian (X1), penguatan kelompok
tani (X2), kemandirian kelompok tani (X3) dan regenerasi petani (Y). Analisis data
menggunakan statistik deskriptif, korelasi dan regresi. Hasil penelitian disimpulkan bahwa
peran penyuluh pertanian berpengaruh signifikan terhadap penguatan kelompok tani. Peran
penyuluh dan penguatan kelompok tani berpengaruh nyata terhadap kemandirian kelompok
tani. Peran penyuluh, penguatan kelompok dan kemandirian kelompok tani berpengaruh tidak
nyata terhadap regenerasi petani.

Kata kunci : kelompok tani, kemandirian, regenerasi, petani muda

p-ISSN : 2580-6165 | 1
e-ISSN : 2597-8632
EDUCATION ROLE OF STRENGTHENING OF LAND GROUPS AND
FARMERS REGENERATION IN BOGOR REGENCY
WEST JAVA
Abstract

The objective of this research is to analyze the role of extension worker on the
strengthening, independence of farmer groups and succession of farmers and to analyze the
effect of strengthening, independence of farmer groups to succession of farmers. The
research was conducted in the working area of Agricultural, Fishery and Forestry Extension
Center, at Caringin, Bogor Regency from June to November 2017. The population was young
farmers who were members of farmer groups as many as 60 people taken using simple
random technique. Data were collected using questionnaires with rating scale instruments.
The research variables consisted of the role of agricultural extension worker (X1),
strengthening of farmer group (X2), independence of farmer group (X3) and succession of
farmer (Y). Data analysis uses descriptive statistics, correlation and regression. The results
concluded that the role of agricultural extension worker significantly influence the
strengthening of farmer groups. The role of extension worker and the strengthening of farmer
groups has a significant effect on the independence of farmer groups. The role of extension
worker, group strengthening and independence of farmer groups have no significant effect on
the succession of farmers.

Key word: farmer group, independence, succession, young farmer

PENDAHULUAN daya saing petani (Fonchingong and


Sektor pertanian sedang dihadapkan Fonjong, 2003, Ofuoku and Isife, 2009) dan
pada beberapa tantangan. Rendahnya minat pemberdayaan dapat dimulai dari penguatan
generasi muda terhadap pertanian (KRKP, kelembagaan lokal (Schmidt et al., 2015).
2015) berdampak pada semakin Belajar dari pengalaman ini, maka
menurunnya jumlah petani dan makin paradigma pembangunan perdesaan perlu
berkurangnya tenaga kerja bidang memberikan perhatian pada penguatan
pertanian. Tantangan berikutnya adalah kelembagaan masyarakat lokal dengan
kondisi petani kita yang memerlukan pendekatan pembangunan ekonomi berbasis
peningkatan kemampuan manajerial, pertanian. Upaya tersebut dapat dilakukan
kewirausahaan dan organisasi bisnis. Petani melalui penguatan peran penyuluh dalam
dihadapkan pada perubahan lingkungan kegiatan penyuluhan dan pembinaan
strategis nasional terutama menyangkut kelompok tani. Sehubungan dengan hal
permintaan pangan dan bahan baku dan tersebut, Pemerintah melalui Kementerian
tantangan besar yaitu liberalisasi Pertanian telah melakukan pembinaan
perdagangan internasional serta Masyarakat kelembagaan petani yang meliputi
Ekonomi Asia (MEA). Dengan demikian, penguatan kelompok tani dengan tujuan
solusi untuk mengatasi tantangan tersebut dapat terwujud kelompok tani yang kuat
perlu diupayakan agar pelaku utama mampu dan mandiri. Pembinaan kelembagaan
membangun usahatani yang berdaya saing petani meliputi penguatan kelompok tani.
dan berkelanjutan sehingga dapat Pembinaan kelembagaan petani diarahkan
meningkatkan posisi tawarnya. pada penerapan sistem agribisnis,
Di beberapa Negara, pemberdayaan peningkatan peranan, peran serta petani dan
petani telah mampu meningkatkan anggota masyarakat pedesaan lainnya,
kemampuan teknis, kewirausahaan dan dengan menumbuhkembangkan kerja sama
antar petani dan pihak lainnya yang terkait
untuk mengembangkan usaha tani. Selain pendekatan survai. Penelitian ini merupakan
itu pembinaan kelompok tani diharapkan penelitian eksplanatoris untuk menjawab
dapat membantu menggali potensi, apakah suatu variabel berhubungan dengan
memecahkan masalah usaha tani variabel yang lain (Muljono, 2012).
anggotanya secara lebih efektif, dan Populasi dalam penelitian ini adalah
memudahkan dalam mengakses informasi, anggota kelompok tani yang berusia
pasar, teknologi, permodalan dan sumber maksimal 40 (empat puluh) tahun di
daya lainnya. Kegiatan ini merupakan wilayah kerja BP3K Caringin yang meliputi
upaya membentuk kemandirian kelompok 3 (tiga) kecamatan Caringin, Cigombong
tani sebagai wadah petani dalam melakukan dan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
aktivitasnya. Upaya ini merupakan tindak Jumlah sampel sebanyak 60 orang.
lanjut dari Peraturan Menteri Pertanian Besarnya sampel mempertimbangkan
Nomor 67/Permentan/SM.050/12/2016. keragaman individu dalam populasi
Permentan nomor tersebut. Sampel dipilih menggunakan
67/Permentan/SM.050/12/2016 tersirat teknik acak sederhana (simple random
bahwa penguatan kelompok tani diharapkan sampling). Setiap kecamatan dipilih secara
mampu meregenerasi petani melalui acak empat desa dan setiap desa diambil 5
meningkatnya motivasi, minat dan aksi orang petani muda.
generasi muda pada bidang pertanian. Variabel penelitian terdiri atas peran
Regenerasi petani sangat penting dilakukan penyuluh (X1), penguatan kelompok tani
mengingat jumlah petani yang semakin (X2), kemandirian kelompok tani (X3) dan
menurun. Dalam kurun waktu 10 (sepuluh) regenerasi petani (Y1). Instrumen penelitian
tahun terakhir, telah mengalami penurunan telah melalui uji validitas dan uji reliabilitas
sekitar 15 persen. BPS tahun 2003 (BPS instrumen penelitian dengan hasil valid dan
2003) menampilkan rumah tangga pelaku reliabel. Data terdiri dari data primer dan
pertanian sebanyak 31.232.184 dari total sekunder. Data primer diperoleh dengan
rumah tangga 56.041.000 atau 55,73 persen. menggunakan kuesioner. Data sekunder
Selanjutnya, data BPS tercatat rumah yaitu data monografi desa, dokumen,
tangga pelaku pertanian sebanyak kondisi desa, gabungan kelompok tani, atau
26.135.469 dari total rumah tangga kelompok tani yang sebelumnya sudah
64.041.200 atau 40,81 persen. Diharapkan tersedia yang mendukung kegiatan
kebijakan pembinaan kelompok tani penelitian. Data diolah dengan teknik
tersebut merupakan angin segar bagi analisis statistik deskriptif, analisis korelasi
terwujudnya regenerasi petani (BPS 2013). dan analisis regresi. Data primer
Penelitian bertujuan (1) menganalisis peran ditransformasi menjadi data interval melalui
penyuluh terhadap penguatan dan metode MSI (Method of Successive
kemandirian kelompok tani serta regenerasi Intervals).
petani; (2) menganalisis peran penyuluh
terhadap penguatan, kemandirian kelompok HASIL DAN PEMBAHASAN
tani serta regenerasi petani, dan (3) Deskripsi Penilaian Responden
menganalisis pengaruh penguatan,
kemandirian kelompok tani terhadap Penyuluh pertanian memiliki beberapa
regenerasi petani di wilayah binaan BP3K peranan dalam penelitian ini yaitu sebagai
Caringin, Kabupaten Bogor. pendamping teknis, pelatih, dan transfer
teknologi dan informasi. Ketiga peran
METODE PENELITIAN penyuluh pertanian ini merupakan kegiatan
Penelitian dilaksanakan di wilayah yang secara rutin yang dikerjakan oleh
binaan BP3K Caringin, Kabupaten Bogor, penyuluh pertanian di wilayah kerja BP3K
Jawa Barat, pada bulan Juni sampai Caringin Kabupaten Bogor. Tabel 1
November 2017 secara kuantitatif dengan menunjukkan rata-rata penilaian responden
terhadap peran penyuluh berada pada
kategori tinggi (43,33). Petani menilai peran pertanian memiliki determinasi yang tinggi
penyuluh beragam mulai dari sangat rendah pada pendamping teknis, dan Lukuyu et al.
sampai sangat tinggi dan mayoritas petani (2012), peran tertinggi sebagai pelatih.
menilai sangat tinggi (41,67%). Penilaian Perbedaan dikarenakan faktor dari penyuluh
didasarkan pada aktivitas penyuluh pertanian itu sendiri, dimana di wilayah
pertanian menjalankan perannya dan kerja BP3K Caringin kegiatan nyata yang
menyumbang nilai yang merata untuk nilai dilaksanakan oleh penyuluh pertanian
total. Hasil penelitian berbeda dengan hampir merata pada semua perannya.
Indraningsih et al. (2013), peran penyuluh

Tabel 1. Kecenderungan penilaian responden terhadap masing-masing variabel


Banyaknya
No. Kriteria Nilai Variabel Interval Nilai Persentase (%)
Responden
Peran Penyuluh (X1)
1. Sangat rendah 15 – < 26,25 3 5,00
2. Rendah 26,25 – < 37,5 12 20,00
3. Tinggi 37,5 – < 48,75 20 33,33
4. Sangat Tinggi 48,75 – 60 25 41,67
Rata-rata 43,33 (tinggi)
Penguatan Kelompok Tani (X2)
1. Sangat rendah 12 – < 21 6 10,00
2. Rendah 21 – < 30 8 13,33
3. Tinggi 30 – < 39 25 41,67
4. Sangat Tinggi 39 – 48 21 35,00
Rata-rata 33,82 (tinggi)
Kemandirian Kelompok Tani (X3)
1. Sangat rendah 24 – < 42 6 10,00
2. Rendah 42 – < 60 17 28,33
3. Tinggi 60 – < 78 23 38,33
4. Sangat Tinggi 78 – 96 14 23,33
Rata-rata 64,30 (tinggi)
Regenerasi Petani (Y)
1. Sangat rendah 10 – < 17,5 6 10,00
2. Rendah 17,5 – < 25 5 8,33
3. Tinggi 25 – < 32,5 26 43,33
4. Sangat Tinggi 32,5 – 40 23 38,33
Rata-rata 29,62 (tinggi)
Tabel 1 menunjukkan 41,67% petani beragam berada pada kisaran sangat
responden memberikan nilai variabel rendah sampai sangat tinggi. Namun
penguatan kelompok tani (X1) tinggi. demikian persentase terbesar responden
Demikian juga berdasarkan rata-rata cenderung memberikan nilai variabel
penilaian responden terhadap penguatan kemandirian petani (X3) tinggi yaitu
kelompok tani (X1) adalah tinggi. Data 38,33%. Rata-rata regenerasi petani yang
tersebut menunjukkan bahwa petani meliputi minat dan aksi berusaha pada
cenderung menilai tinggi pada kegiatan bidang pertanian ternyata tinggi. Hasil
penguatan kelompok tani selama ini. Hasil penelitian ini berbeda dengan KRKP (2015)
penelitian ini sesuai dengan Anwaudin dan yang menyatakan bahwa petani memiliki
Maryani (2017), responden penelitian minat yang rendah pada usaha bidang
cenderung menilai bahwa kemandirian pertanian.
Pengaruh Peran Penyuluh Tani
Terhadap Penguatan Kelompok
Hasil penelitian mendukung penelitian menyebabkan minat pada pertanian
Anwarudin dan Haryanto (2018) bahwa meningkat. Kondisi ini layak mendapat
petani di Bogor memiliki minat yang tinggi. apresiasi yang baik mengingat hal tersebut
Alasan yang disampaikan oleh petani merupakan tanda mulai bangkitnya generasi
terhadap tingginya minat petani di muda mau beraksi pada bidang pertanian.
Kabupaten Bogor disebabkan oleh baiknya Kondisi tersebut diduga juga disebabkan
dukungan pasar. Petani mengalami oleh membaiknya persepsi generasi muda
kemudahan dalam mendapatkan informasi pada bidang pertanian seperti dilaporkan
harga dan pasar. Lokasi Bogor yang dekat Dayat (2017a, 2017b) bahwa petani di
dengan ibukota sehingga besarnya jumlah Bogor memiliki persepsi yang tinggi.
konsumen diduga menjadi penyebab Penelitian tersebut juga menyebutkan
lancarnya penjualan hasil pertanian dan bahwa petani berpersepsi baik kepada
semua subsistem agribisnis baik hulu,
usahatani, hilir maupun penunjang.

Tabel 2. Pengaruh peran penyuluh terhadap penguatan kelompok tani


No Uraian Nilai Signifikansi Keterangan
1. R2 0,688
2. r X1 dengan X2 0,755 0,000 Signifikan
3. Konstanta -0,925 0,769 Tidak signifikan
4. Peran penyuluh 0,802 0,000 Signifikan
Tabel 2 menunjukkan peran penyuluh kemampuan menganalisis pasar,
pertanian berpengaruh signifikan terhadap menganalisis peluang usaha, potensi
penguatan kelompok tani. Adapun wilayah, mengelola usaha, penerapan
persamaannya dapa dikemukanan sebagai teknologi budidaya pertanian dan
berikut: X2 = 0,802 X1. Pengaruh peran pelaksanaan simpan pinjam untuk modal
penyuluh terhadap penguatan kelompok usaha.
tani bernilai positif. Semakin tinggi kinerja Pengaruh Peran Penyuluh dan
terkait peran penyuluh maka semakin tinggi Penguatan Kelompok Tani Terhadap
pula penguatan kelompok tani. Satu poin Kemandirian Kelompok Tani
peningkatan kinerja akan meningkatkan
0,802 poin peningkatan penguatan Berdasarkan hasil analisis data
kelompok tani. Pada permentan penelitian melalui teknik analisis regresi
67/Permentan/SM.050/12/2016 memang berganda yang telah disajikan pada Tabel 2,
tersirat bahwa yang melakukan penguatan diketahui bahwa terdapat pengaruh peran
kelompok tani adalah penyuluh pertanian. penyuluh pertanian terhadap penguatan
Beberapa kegiatannya diantaranya saja kelompok tani dengan nilai koefisien
memfasilitasi kelompok dalam rangka determinasi (R2) sebesar 0,688. Nilai
penyelenggaraan proses belajar mengajar, tersebut bermakna bahwa variabel peran
peningkatan kemampuan anggota dalam penyuluh pertanian berpengaruh terhadap
melaksanakan tugas sesuai identifikasi penguatan kelompok tani sebesar 68%
masalah, pemecahan masalah, penyusunan sedangkan sisanya 32% dijelaskan oleh
rencana kegiatan, merealisasikan kegiatan, faktor lain diluar penelitian ini.
Tabel 3. Pengaruh peran penyuluh dan penguatan kelompok tani terhadap kemandirian
kelompok tani
No Uraian Nilai Signifikansi Keterangan
1. R2 0,688
2. r X1 dengan Y1 0,784 0,000 Signifikan
3. r X2 dengan Y1 0,698 0,000 Signifikan
4. Konstanta 2,947 0,623 Tidak signifikan
5. Peran penyuluh 0,727 0,004 Signifikan
6. Penguatan kelompok tani 0,882 0,001 Signifikan

Tabel 3 menunjukkan peran penyuluh keterlibatan dalam pelaksanaan kegiatan,


dan penguatan kelompok tani berpengaruh keterlibatan dalam kegiatan evaluasi,
terhadap kemandirian kelompok tani. keterlibatan dalam pemanfaatan, dan
Temuan persamaam dapat dikemukakan keterlibatan dalam mengajak masyarakat
sebagai berikut: Y1 = 0,727 X1 + 0,882 X2. lain untuk terlibat. Usaha penyuluh
Tabel 3 menunjukkan bahwa peran bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan
penyuluh dan penguatan kelompok tani pengurus kelompok tani dalam menjalankan
berpengaruh positif terhadap kemandirian perannya dan melakukan penguatan
petani. Kenaikan satu poin kinerja penyuluh kelompok tani tersebut telah berhasil
menjalankan perannya meningkatkan 0,727 memberikan pengaruh positif terhadap
poin kemandirian petani. Demikian pula kemandirian petani.
kenaikan satu poin penguatan kelompok Berdasarkan temuan lapangan, dalam
tani akan meningkatkan kemandirian penguatan kelompok tani di wiayah kerja
kelompok tani 0,882 poin. Hasil penelitian BP3K Caringin terdapat prakarsa dari
selaras dengan Fonchingong and Fonjong pemerintah melalui penyuluh dan kelompok
(2003), Ofuoku and Isife (2009), Oktarina tani. Upaya yang dilakukan adalah
et al. (2012) dan Anwarudin (2017). pengembangan jiwa wira usaha dengan
Berdasarkan Informasi responden dan memfasilitasi beberapa program yang
pengamatan di lapangan, penyuluh telah terintegrasi dalam kegiatan penguatan
berusaha menjalankan perannya dan kelompok tani. Penguatan kelompok tani
melakukan penguatan kelompok tani. terlihat juga melalui kegiatan berupa
Penguatan kelompok tani telah dilakukan peningkatan kemampuan menganalisis
melalui fasilitasi penyelenggaraan proses pasar dan peluang usaha, peningkatan
belajar-mengajar, fasilitasi pembagian tugas kemampuan menganalisis potensi wilayah,
diantara sesama anggota, fasilitasi jalinan peningkatan kemampuan mengelola usaha
kerja sama usaha dengan kelompok tani tani secara komersial dan melaksanakan
lainnya, penyuluhan dan pelatihan kegiatan simpan pinjam untuk modal usaha.
penerapan teknologi (bahan, alat, cara) Temuan lapangan tersebut selaras dengan
usaha tani, kemampuan menganalisis pasar indikator penguatan kelompok tani dan
dan peluang usaha, menganalisis potensi diduga menjadi pemicu tumbuhnya jiwa
wilayah, mengelola usaha tani secara wira usaha sehingga mampu menyumbang
komersial, penyusunan rencana adanya pengaruh penguatan kelompok tani
kerja/kegiatan, dan dorongan agar petani terhadap kemandirian petani sebagaimana
mau dan mampu melaksanakan kegiatan Okpukpara (2009), pertumbuhan dan
simpan pinjam untuk modal usaha. pembangunan ekonomi tidak dapat tercapai
Penyuluh juga telah berusaha tanpa meletakan program pada fokus yang
membangkitkan partisipasi petani melalui sesuai melalui pemberdayaan yang
kesukarelaan, keterlibatan dalam menekankan jiwa kewirausahaan.
pengambilan keputusan/perencanaan, Penjelasan mengenai kewirausahaan ini
dikemukakan juga oleh Setiawan (2015), sebagai wadah kerjasama dapat membuat
membangun jiwa kewirausahaan petani menjadi bertambah kuat dalam upaya
merupakan proses awal untuk usaha yang meningkatkan keuntungan dan mencegah
berkelanjutan. terjadinya kerugian. Dengan demikian
Pengaruh Peran Penyuluh, Penguatan usaha pertanian menjadi lebih
Kelompok dan Kemandirian Kelompok menguntungkan dan mempunyai daya saing
Tani Terhadap Regenerasi Petani sehingga mengurangi ketergantungan
terhadap tengkulak dan menjadikan petani
Berdasarkan wawancara dengan yang mandiri. Kondisi ini juga didukung
responden diperoleh informasi bahwa Frese dan Gielnik (2014), kelembagaan
hubungan anggota dengan anggota lainnya petani dan tindakan kolektif sering dilihat
dan kelompok tani dapat membantu sebagai faktor kunci dalam meningkatkan
memecahkan masalah yang dihadapi petani akses petani ke pasar. Demikian juga
dan meningkatkan perannya secara Schmidt et al. (2015), kondisi struktural
ekonomi dan sosial. Terjalinnya hubungan petani merupakan dampak karakteristik
yang lebih baik dalam wadah kelompok tani kelompok petani. Penelitian ini mendukung
tersebut menyebabkan petani menjadi dapat Oktarina et al (2012), konsep tentang
menentukan nasibnya sendiri dan strategi penguatan kelembagaan petani
mengurangi ketergantungan terhadap dapat meningkatkan level kemandirian
tengkulak. Kondisi ini selaras dengan petani.
Hamilton et al. (2015), kelompok tani
Tabel 4. Pengaruh peran penyuluh, penguatan kelompok dan kemandirian kelompok tani
terhadap regenerasi petani
No Uraian Nilai Signifikansi Keterangan
1. R2 0,303
2. r X1 dengan Y2 0,432 0,001 Signifikan
3. r X2 dengan Y2 0,368 0,040 Signifikan
4. r Y1 dengan Y2 0,388 0,020 Signifikan
5. Konstanta 10,193 0,019 Signifikan
6. Peran penyuluh 0,244 0,186 Tidak signifikan
7. Penguatan kelompok tani 0,183 0,349 Tidak signifikan
8. Kemandirian kelompok tani 0,041 0,662 Tidak signifikan
Tabel 4 menunjukkan hasil analisis dengan penelitian ini yang merupakan
regresi, peran penyuluh, penguatan penyuluh pemerintah. Berdasarkan
kelompok dan kemandirian kelompok tani penelitian tersebut, penyuluh swadaya
berpengaruh tidak nyata terhadap regenerasi memiliki kelebihan khusus yaitu dapat
petani. Namun demikian melalui uji menjadi contoh dalam bisnis sehingga
korelasi ditemukan hubungan yang nyata kesuksessan mereka dapat memotivasi
antara peran penyuluh, penguatan kelompok generasi muda. Hal tersebut berbeda dengan
dan kemandirian kelompok tani dengan penyuluh pemerintah yang memang tidak
regenerasi petani. Adanya pengaruh tidak semuanya memiliki usaha dan sukses dalam
nyata peran penyuluh terhadap regenerasi berusaha bidang pertanian. Terkait adanya
petani berbeda dengan Anwarudin dan hubungan diantara keduanya tetapi
Haryanto (2018), peran penyuluh berpengaruh tidak nyata, diduga bahwa
berpengaruh nyata terhadap regenerasi peran penyuluh pemerintah terhadap
petani. Namun demikian penelitian regenerasi petani bukan pengaruh langsung
Anwarudin dan Haryanto (2018) berbasis melainkan pengaruh tidak langsung yang
pada penyuluh swadaya yang berbeda melalui peran penyuluh swadaya seperti
penelitian terdahulu.
Berdasarkan kondisi tersebut sudah seharusnya penyuluh pemerintah membina
hubungan baik dengan penyuluh pertanian reformasi, kelompok taruna tani
swadaya. Penyuluh swadaya di beri ditinggalkan. Peristiwa itu diduga menjadi
kewenangan agar peran-peran lainnya dapat salah satu penyebab menurunnya porsi
dikerjakan dengan baik oleh penyuluh petani usia muda saat ini. Implikasi dari
pertanian swadaya sehingga dapat lebih temuan ini, penguatan kelomok tani saat ini
memotivasi generasi muda mencintai dan masa mendatang lebih diarahkan
pekerjaan di sektor pertanian. Hasil kepada keterlibatan generasi muda dengan
penelitian mendukung Syahyuti (2014), sisi harapan dapat menumbuhkan minat
keunggulan penyuluh swadaya dibanding generasi muda pada bidang pertanian.
dengan penyuluh pemerintah adalah lebih Beberapa program pemberdayaan
mampu menciptakan penyuluhan yang generasi muda pedesaan telah pula
partisipatif. Hal tersebut karena penyuluh diimplementasikan oleh Kementerian
swadaya hidup di antara petani, mengalami Pemuda dan Kementerian Pertanian.
secara langsung perasaan dan masalah Program pengembangan pemuda yang
petani, menjadi bagian dari semangat sekarang banyak menghasilkan petani
petani, serta terlibat secara partisipatif handal di berbagai daerah di Indonesia
dalam kegiatan pertanian di komunitasnya. adalah Program Magang Pemuda Tani ke
Penyuluh swadaya adalah orang dalam yang Jepang. Sekolah Lapang PHT dan PTT juga
tidak perlu lagi belajar psikologi petani dan banyak melahirkan petani sukses dan petani
sosiologi masyarakat desa. inovator. Kemandirian alumni magang
Penyuluh pertanian swadaya dinilai jepang untuk kembali dan berusaha secara
sangat strategis karena memiliki berbagai rasional di daerah asalnya merupakan kunci
keunggulan, diantaranya adalah perubahan nasib, citra diri dan
pengetahuan dan keterampilan teknologi keberlanjutan petani. Persoalannya,
yang lebih kuat meski spesifik karena sebagian besar pemuda terdidik dalam
mereka adalah pelaku langsung pertanian di bidang pertanian enggan untuk kembali dan
lapangan. Syahyuti (2014) menyatakan berwirausaha secara rasional di daerah
penyuluh swadaya hidup sehari-hari di asalnya. Ironisnya, sebagian besar dari
tengah komunitasnya, maka lebih mampu mereka malah memperebutkan lapangan
menciptakan penyuluhan yang partisipatif, kerja dan sebagian lagi terjebak dalam
lebih mampu mengorganisasikan pengangguran di perkotaan. Bersamaan
masyarakat (community-organizing role), dengan itu, peran dan fungsi penyuluhan
mampu menjadi penghubung (change dalam memberdayakan generasi pelaku
agent) yang lebih powerfull, dan memiliki pembangunan di pedesaan terus melemah
nilai lebih pada kepemilikan modal sosial. seiring tuanya umur penyuluh. Meskipun
Selanjutnya, penguatan kelompok tani kebijakan dan program pemberdayaan
berpengaruh tidak nyata terhadap regenerasi pemuda mengalami peningkatan di era
petani. Hasil analisis tersebut dapat otonomi daerah, namun implementasinya di
dimaklumi setelah melihat kenyaaan di pedesaan tetap lemah.
lapangan bahwa sasaran kegiatan penguatan
kelompok tani tersebut adalah kelompok KESIMPULAN
tani dewasa bukan khusus kelompok petani
muda atau taruna tani. Kelompok taruna Peran penyuluh pertanian berpengaruh
tani pernah berjaya pada masa orde baru. nyata terhadap penguatan kelompok tani.
Pada saat itu sasaran penyuluhan terdiri atas Peran penyuluh dan penguatan kelompok
tiga jenis kelompok yaitu kelompok tani tani berpengaruh nyata terhadap
dewasa, kelompok wanita tani dan taruna kemandirian kelompok tani, dan peran
tani. Namun demikian memasuki era penyuluh, penguatan kelompok dan
kemandirian kelompok tani berpengaruh
tidak nyata terhadap regenerasi petani.
DAFTAR PUSTAKA Anwarudin O. 2017. Faktor penentu
partisipasi petani pada program upaya
khusus padi di Kabupaten Manokwari, Kinerja Penyuluh dan Perspektif Petani
Papua Barat. Jurnal Penyuluhan dan Eksistensi Penyuluh Swadaya
Pertanian. 12 (1): 67-79. sebagai Pendamping Penyuluh
Anwarudin O, Haryanto Y. 2018. The role Pertanian. Jurnal Analisis Kebijakan
of farmer-to-farmer extension as a Pertanian. 8(4):303-321
motivator for the agriculture young http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdf
generation. International Journal of files/ART8-4b.pdf
Social Science and Economic Research. KRKP. 2015. Laporan Kajian Regenerasi
3(1): 428-437. Petani, Faktor faktor yang
Anwarudin O, Maryani A. 2017. The effect Mempengaruhi Minat Menjadi Petani,
of institutional strenghening on farmer pada Keluarga Petani Padi dan
participation and self-reliance in Bogor Hortikultura. Koalisi Rakyat untuk
Indonesia. International Journal of Kedaulatan Pangan bekerjasama dengan
Research in Social Sciences. 7(4): 409- Australian Aid dan Oxfam.
422. Lukuyu BF. Place SF. Kiptot E. 2012.
BPS. 2003. Hasil Sensus Pertanian. Biro Disseminating improved practices: Are
Pusat Statistik Volunteer Farmer Trainers Effective.
BPS. 2013. Hasil Sensus Pertanian. Biro Journal of Agricultural Education and
Pusat Statistik Extension. 18(5).525-540. doi:
Dayat. 2017a. Persepsi penyuluh pertanian 10.1080/1389224X.2012.707066.
dalam penyelenggaraan penyuluhan era Muljono P. 2012. Metodologi Penelitian
otonomi daerah. Jurnal Penyuluhan Sosial. Bogor: PT Penerbit IPB Press.
Pertanian. 12 (1) : 27 – 39. Ofuoku A U, Isife B I. 2009. Causes, Effect
Dayat. 2017b. Persepsi petani terhadap and Resolution of Farmers-nomadic
Cattle Herders Conflict in Delta State.
pelaksanaan penyuluhan berorientasi
Nigeria. International Journal of
agribisnis padi di Kabupaten Bogor. Sosiology and Anthropology. Vol. 1(2).
Jurnal Triton. 8 (1) : 1 – 13. pp. 047-054.
Fonchingong CC, Fonjong LN. 2003. The Oktarina S, Hakim N, Junaidi Y. 2012. The
Concept Of Self-Reliance In Level of Farmer Self Reliance and
Community Development Initiatives In Institutional Strengthness Strategy in
The Cameroon Grassfields. Nordic Empowerment of Lowland Rice in
Journal of African Studies 12(2): 196– Ogan Ilir Regency South Sumatera
219, 2003. Indonesia. International Conference on
Frese M, Gielnik MM. 2014. The Environment, Energy and
Psychology of Entrepreneurship. Annu. Biotechnology. IACSIT Press,
Rev. Organ. Psychol. Organ. Behav. Singapore
2014(1): 413-38. doi: 10.1146/annurev- Okpukpara B. 2009. Strategies for effective
orgpsych-031413-091326. loan delivery to small-scale enterprises
Hamilton W, Bosworth G, Ruto E. 2015. in rural Nigeria. Journal of
Entrepreneurial Younger Farmers And
Development and Agricultural
The “Young Farmer Problem” In
England. The Journal “Agriculture and Economics. Vol. 1(2). pp. 041-048.
Forestry”. Volume 61, Issue 4. Schmidt S, Magigi W, Godfrey B. 2015.
Indraningsih KS, Ginting BS, Tjitropranoto The organization of urban agriculture:
P, Asngari P, Wijayanto H. 2010. Farmer associations and urbanization in
Tanzania. Cities Journal 42: 153–159.
Setiawan I, Sumardjo, Satria A,
Tjitropranoto P. 2015. Study of role of
Agribusiness Young Actors on
Optimalization of Private Agricultural Extension in West Java Province, Indonesia.
International Journal of Humanities Syahyuti. 2014. Peran Strategis Penyuluh
and Social Science. Vol. 5, No. 9; Swadaya dalam Paradigma Baru
September 2015. Penyuluhan Pertanian Indonesia. Jurnal
Agro Ekonomi. 32(1): 43-58

Anda mungkin juga menyukai