Anda di halaman 1dari 29

BAB II

GEOLOGI

2.1. Geologi Regional


Daerah penyelidikan terdapat pada Sub-cekungan Asam-Asam (Heryanto,
2008 dan Kusnama, 2008) yang terletak di sebelah tenggara rangkaian
Pegunungan Meratus. Pegunungan ini memisahkan Sub-cekungan Asam-
Asam dengan Cekungan Barito Sub-cekungan Asam-Asam dibentuk oleh
pergerakan tektonik yang disebut struktur patahan blok. Di bagian utara
terdapat dataran tinggi Kutai Barito dan patahan yang memisahkan Sub-
cekungan Asam-asam dengan Cekungan Kutai (Gambar 2.1).

Gambar 2.1. Geologi Regional Cekungan Barito, Kalimantan Selatan


pada lingkaran hitam

2-1
2.1.1. Geomorfologi Regional
Secara fisiografi daerah Kabupaten Tapin merupakan bagian dari tinggian
Meratus, sedangkan bagian baratnya merupakan Cekungan Barito.
Termasuk dalam tinggian meratus sebagian besar meliputi wilayah bagian
timur yang umumnya disusun oleh batuan Pra-Tersier, sedangkan Cekungan
Barito ditempati oleh batuan sedimen Tersier yang menempati bagian barat
daerah penyelidikan. Secara geomorfologi daerah ini dapat dibagi menjadi 5
satuan, yaitu satuan geomorfologi Pedataran Landai, Punggungan Gamping,
Perbukitan Bergelombang, Perbukitan dan Pegunungan.

2.1.1.1 Satuan Geomorfologi Pedataran Landai


Satuan geomorfologi ini menempati daerah seluas 60% dari
seluruh luas Kabupaten Tapin, meluas ke arah barat dengan
ketinggian antara 6 – 25 m di atas muka laut, kemiringan lereng
bervariasi dari 1-3 %, sebagian besar adalah rawa, sungai-sungai
yang mengalir di satuan ini diantaranya Sungai Tapin, Sungai Muning,
Sungai Nagara dengan anak – anak sungainya.
Pola pengaliran umumnya subparalel dan anastomatik dengan
membentuk meander di beberapa tempat. Tingkat erosi pada aliran
sungai menunjukan tahap dewasa hingga lanjut, diperlihatkan dari
bentuk huruf U yang melebar di bagian dasarnya dan berkelok –
kelok. Satuan geomorfologi ini disusun oleh alluvium yaitu hasil
rombakan dari bermacam-macam batuan yang lebih tua berupa
lempung,lanau,lumpur pasir,kerikil bongkah dan gambut.

2.1.1.2 Satuan Geomorfologi Punggunan Batugamping


Satuan ini menempati luas sekita 5 % dari seluruh luas daerah
penyelidikan, pola punggungan memanjang hampir timurlaut –
baratdaya, dengan ketinggian antara 50-166 Mdpl, dan kemiringan
lereng antara 15-30 % serta kerapatan kontur sedang. Punggungan
satuan ini umumnya saling bertautan, setempat membentuk
perbukitan yang menyendiri.
Batuan penyusun satuan geomorfologi ini didominasi oleh
batugamping dari formasi berai. Sementara penggunaan lahan satuan

2-2
ini, sebagian besar berupa hutan sekunder yang mulai jarang
pepohonannya.

2.1.1.3 Satuan Geomorfologi Perbukitan Bergelombang


Satuan geomorfologi ini menempati daerah lesuas 15 % dari
seluruh daerah Kabupaten Tapin, ketinggiannya berkisar antara 25 –
73 Mdpl. Pola punggungan relatif berarah timurlaut – baratdaya,
dengan kemiringan lereng antara 15-30 %.
Pola pengaliran satuan ini umumnya subparalel – dendritik,
dan bermuara di Sungai Tapin pada bagian utara, sungai utas Hulu,
sungai binuang dan sungai nagara di sebelah selatan. Stadium erosi
pada aliran sungai memperlihatkan tahap dewasa seperti tampak
pada lembah, dan alur-alur sungai yang menampakkan huruf U yang
melebar di bagian dasarnya.
Batuan penyusun satuan ini terdiri dari perselingan antara
batupasir halus sampai sedang, batulempung, batulanau dengan
sisipan batubara, konglomerat dan batugamping yang berasal dari
formasi dahor, formasi warukin, formasi berai dan formasi tanjung.

2.1.1.4 Satuan Geomorfologi Perbukitan


Satuan geomorfologi ini menempati daerah seluas 20 % dari
luas Kabupaten Tapin, dengan ketinggian antara 75-321 Mdpl,
kemiringan lereng antara 30-45 % dengan kerapatan kontur sedang
dan kasar.
Pola pengaliran sungai umumnya dendritik – subparalel,
dengan sungai utama yang melalui satuan ini adalah sungai tapin dan
sungai mengkaok.
Batuan penyusun sastuan geomorfologi ini meliputi batuan
granit, adesitik-basaltik, dari kelompok batuan gunungapi Haruyan.
Perselingan antara batupasir dan batulempung dengan sisipan
batulanau yang umumnya telah terkersikan dari formasi pitap,
batugamping dari formasi berai,perselingan batupasir dan
batulempung yang berisipan batubara dan konglomerat, masing-
masing dari formasi tanjung dan formasi warukin.

2-3
2.1.1.5 Satuan Geomorfologi Pegunungan
Satuan geomorfologi ini menempati luas daerah 15 % dari
luas Kabupaten Tapin dengan ketinggian antara 225 – 798 Mdpl.
Aliran sungai yang mengalir di satuan ini mempunyai pola
pengaliran radial dan dendritik dan umumnya bermuara ke sungai
tapin, sebagian lainnya bermuara ke sungai mengkaok di bagian
selatan. Stadium erosi pada aliran sungai menunjukkan tahap muda,
terlihat dari bentuk lembah dan alur-alur sungai yang berbentuk huruf
V meruncing ke bagian dasarnya.
Batuan penyusun satuan geomorfologi ini berupa batuan
granit (Kgr) dan lava andesit-basaltik dari kelompok batuan gunung
api haruyan. Batuan granit dan batuan andesit-basaltik umumnya
telah terkekarkan kuat dan setempat telah terpatahkan. Sementara
penggunaan lahan saat ini berupa hutan primer yang belum
terganggu, dan kawasan hutan lindung..

Gambar 2.2. Morfologi Regional Kalimantan Selatan

2-4
Gambar 2.3. Pembagian fisiografi regional Kalimantan

2.1.2. Litologi Regional


Secara regional daerah penyelidikan termasuk ke dalam Cekungan
Barito yang merupakan satu sistem fisiografi Pegunungan Meratus
yang terbentang dengan arah Baratdaya-Timurlaut. Batuan dasar dari
Cekungan Barito adalah batuan Pra-Tersier, sedangkan batuan Tersier
pengisi Cekungan Barito ini terdiri dari Formasi Tanjung, Formasi
Berai, Formasi Warukin, Formasi Dahor dan Endapan Kuarter
(Aluvium).

Daerah penelitian secara litologi disusun oleh perselingan antara


batulumpur dari warna abu-abu terang hingga abu-abu tua, batubara
dijumpai dengan berbagai variasi ketebalan. Setempat disisipi oleh
batulumpur karbonan dan batupasir halus – sedang. Kelompok batuan

2-5
ini kalau dikompilasi pada peta geologi regional, termasuk dalam
formasi batuan yang disebut Formasi Warukin pada Peta Geologi
Lembar Amuntai. Litologi yang menyusun daerah penelitian secara
umum merupakan satuan batuan yang pada umumnya terdiri dari
batulumpur (lingkungan rawa).

Perlapisan batuan yang ditemukan selama penyelidikan umumnya


berarah Baratdaya – Timurlaut Baratdaya dengan kemiringan lapisan
kea rah Baratlaut. Besarnya kemiringan berkisar antara 45 o – 55o.
Batuan yang ditemukan di daerah penyelidikan berupa perselingan
batulempung, batupasir dengan sisipan batubara.

Daerah penyelidikan yang merupakan bagian dari Cekungan Barito


dan jajaran Pegunungan Meratus mempunyai beberapa formasi yaitu:
1. Formasi Berai (Tomb)
Menurut Sikumbang dan Heryanto (1994) Formasi Berai terdiri
dari   batugamping berwarna putih kelabu, berlapis baik, setempat
kaya akan koral, foraminifera, dan ganggang, bersisipan napal
berwarna kelabu muda padat berlapis baik, mengandung
foraminifera plankton,dan batulempung berwarna kelabu
setempat tersisipkan. Fosil foraminifera besar di dalam
batugamping adalah  Nummulites   fichteli  (Michelotti),
Heterostegina  sp. Quinquiloculina  sp.,Lepidocyclina  sp.,
Cycloclypeus   sp., Gypsina  sp.,  Echinoid ,  Rotalia  sp.
menunjukkan umur Oligosen Awal - Miosen Awal. Kumpulan
foraminifera plankton yang terdapat pada lapisan napal dan
batulempung adalah Globorotalia  opima  (Bolli), Globigerina 
ouchitaensis  (Bolli), Globigerinita  unicava  (Bolli, Loeblich dan
Tappan), Globigerinoides  quadrilobatus  (Banner dan Blow), dan
Cassigerinella  chipolensis  (Chushman dan Ponton) menunjukkan

2-6
kisaran umur Oligosen. Formasi ini terendapkan didalam
lingkungan neritik dengan ketebalan formasi sekitar 1000 m.
2. Formasi Warukin (Tmw)
 Formasi Warukin dicirikan dengan batubara yang tebal dan kadar
kelembaban yang tinggi. Formasi ini terdiri dari perselingan
batupasir kuarsa halus-kasar setempat konglomeratan dan
batulempung, dengan sisipan batulempung pasiran dan batubara
yang terendapkan pada lingkungan paralik dengan ketebalan
diperkirakan mencapai 1250 m. Fosil foraminifera yang
terkandung dalam batulempung pasiran antara lain  Amonia
indica  (Le Roy), Cellanthus  sp.,  Amphistegina  sp.,  Florilus  sp.,
Lepidocyclina  sp.,  Austrotrillina  howchini  (Schlumberger),
menunjukkan kisaran umur Miosen Tengah - Miosen Akhir
(Sikumbang dan Heryanto, 1994).
3. Formasi Dahor (TQd)
Berumur Miosen Atas sampai Plistosen, terdiri dari batupasir
kuarsa, setempat terdapat sisipan batulempung dan lignit.
Formasi Dahor (Qtd) merupakan formasi pembawa lignit
diendapkan dalam lingkungan  paralic  pada kala Plio-Pleistosen
(Rustandi dkk, 1995). Formasi ini di lapangan agak kurang jelas,
karena secara fisik hampir mirip dengan formasi di bawahnya
yaitu Formasi Warukin. Di lapangan lingkungan pengendapan
antara lingkungan lakustrin dengan paya-paya dan darat tidak
dapat dibedakan. Di samping itu Formasi Dahor yang muda dan
tidak kompak ini sangat mudah mengalami pelapukan.
4. Endapan Aluvial Muda (Qa)
Satuan ini teramati terutama sebelah selatan aliran Sungai Kusan.
Hampir semua anak sungai yang mengalir di daerah ini
menunjukkan endapan aluvial yang tebal berupa campuran

2-7
berbagai ukuran butir mulai kerakal sampai pasir halus. Demikian
juga di bagian hulu Sungai Batulaki endapan aluvial ini tersingkap
menutupi sebagian besar Formasi Warukin dan Berai. Material
pembentuknya terdiri atas hasil rombakan dari satuan batuan
yang lebih tua: mulai material batuan beku basa, granitik, sampai
fragmen batubara sebagai rombakan dari Formasi Tanjung dan
Formasi Warukin. Dalam satuan aluvial ini dijumpai beberapa
kegiatan tambang rakyat yang mengusahakan penambangan emas
secara tradisional.

Formasi Dahor, Warukin


dan Berasai Pembawa
Batubara

Gambar 2. 4. Kolom stratigrafi regional (Sikumbang dan Heryanto, 1995)

2-8
Gambar 2.5. Peta geologi regional daerah penyelidikan IUP-OP PT. Putra Banua
Tapin

2-9
2.1.3. Struktur Geologi Regional
Menurut Pardiarto dan Wahyu (2006) kegiatan tektonik daerah ini
diduga telah dimulai sejak zaman Jura yang megakibatkan
bercampurnya batuan ultrabasa (harzburgit, peridotit, serpentinit
dan gabro), batuan sekis garnet ampibolit dan batupasir terkersikan
Struktur geologi sudah terbentuk sejak ktifitas vulkanik Kapur Bawah-
Atas menghasilkan beberapa formasi batuan, yaitu : Formasi
Haruyan (lava basaltik, berstruktur aliran), Formasi Pitab (perselingan
batupasir,lanau, batu lempung, breksi polimik, rijang, batu gamping
dan lava basalt), Formasi Batununggal (batu gamping kelabu
kehitaman). Kegiatan magmatisma ditunjukkan oleh terobosan
batuan granitik yang disebut Granit Batang Alai dan granodiorit,
sedangkan pada Kapur Akhir berupa kegiatan terobosan diorit
terhadap Formasi Pitab. Secara tidak selaras diatas batuan Pra-
Tersier diendapkan batuan sedimen Tersier dari Formasi Tanjung,
Formasi Berai, Formasi Warukin, Formasi Dahor, dan Alluvium.
Struktur lipatan berupa antiklin disepanjang pegunungan Meratus
dengan sumbu berarah tenggara - barat laut, sejajar dengan struktur
ini teridentifikasi sesar naik berarah barat daya - timur laut dengan
kemiringan kearah barat laut yang dimulai dari selatan Pleihari
kearah timur hingga ke bagian aliran Sungai Sampanahan. Studi dari
data geofisika menunjukkan bahwa antiklinorium Meratus –  
Samarinda diperkirakan mempunyai kemiringan sumbu berarah
umum utara dan secara regional terindikasi berdasarkan jurus
batuan bahwa zona patahan secara umum dapat dibagi menjadi tiga
blok yaitu  blok utara, tengah dan selatan. Blok utara telah
mengalami pengangkatan pada sayap sebelah barat anticlinorium di
sepanjang utara zona sesar dan disebut sebagai zona sesar Tanjung.
Blok tengah terletak antara zona sesar Tanjung dan zona sesar

2 - 10
Klumpang yang dicirikan oleh munculnya batuan terobosan granitik
dan ultrabasa sepanjang zona sesar. Sedangkan blok selatan dicirikan
oleh luasnya perkembangan sesar berarah timur laut yang erat
kaitannya dengan komplek batuan terobosan diorit dan ultrabasa.
Sejumlah sesar berarah tenggara - barat laut yang  berasosiasi
dengan endapan magnetit di wilayah Pleihari dan dapat diamati dari
munculnya  perpotongan sistim sesar dari semua blok diatas.
Kenampakan struktur regional Kalimantan.

Gambar 2.6. Peta Struktur Geologi Regional Kalimantan


(psg.bgl.esd m. go. id )

2 - 11
2.2. Penyelidikan dan Hasil Terdahulu
Penyelidikan terdahulu merupakan penyelidikan awal yang dilakukan untuk
dipergunakan dan dikembangkan untuk kegiatan eksplorasi lanjutan sebagai
bahan untuk mempermudah penyelidikan yang lebih detail sehingga data
yang dihasilkan menjadi lebih akurat. Dimana hasil terdahulu PT. Putra Banua
Tapin berupa :
1. Rekapitulasi Data Eksplorasi Terdahulu
2. Geomorfologi dan Topografi Daerah Penyelidikan Terdahulu
3. Litologi dan Stratigrafi Penyelidikan Terdahulu
4. Struktur Geologi Penyelidikan Terdahulu
5. Sumberdaya Penyelidikan Terdahulu

2.2.1. Nama Instansi/Organisasi


Profil perusahan dapat dijelaskan sebagai berikut :
Nama Perusahaan : PT. Putra Banua Tapin
NPWP : 01.834.029.9-733.000
Alamat : Jl. Lambung Mangkurat Desa Pualam Sari
RT.01 RW. 01 Binuang Kab. Tapin Provinsi
Kalimantan Selatan
Penanggungjawab : Agus Andoko
Jabatan : Direktur Utama
Lokasi Proyek : Kec. Bungur Kab. Tapin Provinsi
Kalimantan Selatan
Bidang Usaha : Pertambangan Batubara

2.2.2. Rekapitulasi Kegiatan Eksplorasi Terdahulu


Rekapitulasi kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan/terdahulu oleh
PT. Putra Banua Tapin antara lain : Due Diligence cadangan batubara
berupa : pemeriksaan kondisi lapangan, pengamatan beberapa

2 - 12
singkapan, evaluasi dan verifikasi data cadangan batubara (data bor,
log bor, geofisika logging, korelasi lubang bor, data kualitas batubara,
data topografi).
a. Pemeriksaan Kondisi Lapangan Terdahulu
Wilayah areal rencana tambang ini merupakan wilayah
perkebunan karet berupa perkebunan karet kepemilikan individu
(KKPA) dan perkebunan karet inti rakyat (PIR) serta perkebunan
karet milik PTP dan sisanya berupa pemukiman penduduk dan
semak belukar.

Gambar 2.7. Jenis tanaman karet dan semak belukar serta


morfologi daerah penyelidikan

1) Flora

Beberapa jenis kayu penyusun yang masih dapat dilihat dilokasi


antara lain : Jelutung (Dyera sp.), Meranti (Shorea sp.), Keruing
(Dipterocarpus sp.), Merawan (hopea sp.), dan lainnya. Di sekitar
hutan sekunder masih dijumpai beberapa jenis vegetasi alami
seperti kayu Sekamis (fagraea fagrans), kayu Seru (schima
wallichii), Saga (albizia sp.), Mahang (macaranga sp.), kayu
Leban (vitex pubescens), Pulai (alstonia scholaris), Simpur
(Dillenia Aurea), Terentang (Campnosferma macrophillum),
Karimunting (Rhodomyrtus tomentosa) dan lainnya.

2 - 13
2) Fauna

Beberapa jenis satwa liar yang masih dapat dijumpai dalam


habitat hutan sekunder, semak belukar dan dalam kebun karet
serta lahan pertanian lainnya antara lain : Babi hutan (Sus
scrofa), Kera cokelat (Macaca fascicularis), Kera hitam (Presbitis
pemolaris), Beruang (Helarctos malayanus), Rusa (Cervus
unicolour), Kancil (Tragulus javanicus), Napu (Tragulus napu),
Terenggiling (Manis javanicus), Biawak (Varanus salvator), Kadal
(Mabouya multifasciata), dan lainnya.

Di antara jenis hewan tersebut yang paling adaftif adalah babi


hutan dan kera hitam serta kera coklat karena sebagai hewan
yang omnivore memiliki ketersediaan pakan alami yang
melimpah berupa jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan dan
jenis tanam liar serta berbagai hewan-hewan avertebrata tanah.
Oleh karena itu jenis babi hutan, kera hitam dan kera coklat ini
meskipun tergolong satwa liar, namun bukan hewan target
dalam konservasi satwa liar.

Fungsi hutan secara keseluruhan perlu dipertahankan baik


sebagai konservasi air tanah maupun sebagai penyangga erosi
tanah dan habitat bagi berbagai jenis satwa dilindungi undang-
undang maupun yang belum dilindungi. Jenis-jenis kayu
dominan sebagai vegetasi asli adalah: seru (Schima wallichii),
leban (Vitex pubescens), simpur hutan (Dillenia aurea), saga
(Adenanthera pavonina) dan pilai (Alstonia scholaris). Jenis
perdu dominan meliputi: Alang-alang (Imperata cylindrical),
talok (Grewia excels), seduduk (Malastoma malabathrikum),
krinyu (Eupotarium odoratum), sikejut perdu (Mimosa pigra)
dan mampat merah (Cratoxylon formosum).

2 - 14
b. Pengamatan Singkapan lapangan Terdahulu
Pengamatan singkapan ketebalan batubara bervariasi, yaitu
antara 0,2 m - 8,5 m, arah penyebaran batubara relatif berarah
Barat daya - Timur laut dengan batuan pengapitnya (roof dan
floor) adalah batulempung (calystene-mudstone), batulanau
(siltstone) dan batupasir kuarsa (sandstone).

Batubara di daerah rencana tambang termasuk dalam Formasi


Warukin (Tmw). Secara umum terdapat 39 lapisan batubara yang
dijumpai di daerah penyelidikan dengan strike umumnya berarah
N 62°E (arah secara lateral Baratdaya-Timurlaut) dan kemiringan
arah Baratlaut dengan besaran kemiringan rata-rata 50° namun
yang masuk dalam perhitungan sumber daya hanya lapisan
betubara yang memiliki ketebalan > 0.45 m yang dikategorikan
sebagai Seam Major. Lapisan batubara mayor yang dijumpai di
lokasi rencana penambangan terdiri dari 7 seam utama yang
dinamakan sesuai dengan urutan huruf dari yang lapisan paling
tua (paling bawah secara stratigrafi) ke muda yaitu Seam A, Seam
B, Seam C dan seterusnya.

Gambar 2.8. Pengukuran Kedudukan Batuan pada Daerah


Penyelidikan

2 - 15
c. Data Pemboran Terdahulu

Pemboran dilakukan menyebar secara stratigrafi ke arah up –


down dip dan strike kearah sebaran batubara di sebagian wilayah
daerah penyelidikan sesuai dengan daerah prioritas yang
ditentukan. Tujuan utama dari pemboran untuk mengetahui
susunan batuan yang berada diatas dan di dibawah lapisan
batubara, konsistensi penyebaran lapisan batubara pada arah
jurus maupun kemiringan, menentukan ketebalan lapisan dan
pengambilan conto lapisan batubara.

Kegiatan pemboran yang dilakukan merupakan kelanjutan dari


tahapan awal pemetaan detail dan juga merupakan kelanjutan
dari kegiatan survey outcrop yang sudah ada sebelumnya.
Perbedaan teknis pelaksanaan pemboran adalah pada tujuan
penentuan titik bor serta jarak antara titik bor (drill spacing) yang
disesuaikan dengan kepentingan teknis serta kondisi teknis
dilapangan. Penentuan titik bor pada tahap ini adalah untuk
semua evaluasi teknis dengan tujuan akhir mendapatkan model
sebaran batubara serta perubahan kualitas batubara. Beberapa
perolehan data yang umum di dapat pada pelaksanaan
pemboran adalah sebagai berikut :
1. Stratigrafi daerah bersangkutan secara lengkap,
2. Pola sebaran batubara,
3. Sebaran Batubara ke arah Vertikal dan Horizontal untuk
menghitung cadangan,
4. Perubahan kwalitas berdasarkan pola sebaran Batubaranya,
5. Unsur-unsur Struktur geologi yang mempengaruhi kedudukan
lapisan batubara,

2 - 16
6. Tebal tanah penutup (Overburden dan Interburden) beserta
Drit Parting.
Peralatan bor yang digunakan selama masa kegiatan eksplorasi
adalah 1 unit Jacro-175 (Wire Line). Pemboran dilakukan
menggunakan metode touchCoring Pada metode touch Coring
dilakukan pada lapisan batubaranya dengan maksimal
pengeboran mencapai 10- 49.50 meter dan sample dimasukkan
kedalam core box yang disediakan serta didokumentasikan
secara baik.
Interval / jarak antar lokasi lubang bor berkisar antara 100 - 300
meter per line pemboran, bervariasi tergantung dari data bor
yang dihasilkan. Hal ini disesuaikan dengan target pencapaian
hasil yang diinginkan. Sehingga diharapkan bisa diperoleh
gambaran mengenai kondisi geologi yang ada, penyebaran dan
perkiraan sumber daya batubaranya. Perincian data hasil
pemboran
Kegiatan penyelidikan yang dilakukan pada IUP-Operasi Produksi
PT. Putra Banua Tapin berupa pemboran yang direkomendasikan
dari hasil pemetaan geologi, pengambilan conto batubara
sebelumnya untuk dipertimbangkan dalam langkah-langkah
selanjutnya.

Kegiatan pemboran dilakukan sebanyak ± 40 titik bor, total


kedalaman ± 1000 m, dengan kedalaman masing - masing bor
10- 49.50 m.

2 - 17
Tabel 2.1 .Daily drill report terdahulu PT. Putra Banua
PT. PUTRA BANUA TAPIN
Driller :         Wellsite :           Date :  
Depth From
Bor hole Drill Elevation To Thickness
Rig Easting Northing Drilled Depth Seam Lithology Deskripsi
No. Hole (m) (m) (m)
(m) (m)
0 4 4      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
4 5.7 1.7 A C
kaca, Bretile, Keras
1   GR 001 282445 9643675   35 5.7 10.7 5      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
10.7 11.6 0.9 B C
kaca, Bretile, Keras
11.6 35 23.4      
                         
0 6.5 6.5      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
6.5 7.3 0.8 B C
kaca, Bretile, Keras
2   GR 002 282497 9643758   35 7.3 20 12.7      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
20 20.2 0.2 C C
kaca, Bretile, Keras
20.2 35 14.8      
                         
0 2.9 2.9      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
2.9 5 2.1 C C
kaca, Bretile, Keras
5 16 11      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
3   GR 003 282473 9643758   35.5 16 16.7 0.7 D C
kaca, Bretile, Keras
16.7 23 6.3      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
23 23.7 0.7  E C
kaca, Bretile, Keras
23.7 35.5 11.8      
                         
0 3.8 3.8      
4   GR 004 282497 9643786   35
3.8 6 2.2 D C Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub

2 - 18
kaca, Bretile, Keras
6 16.5 10.5      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
16.5 17.3 0.8 E C
kaca, Bretile, Keras
17.3 35 17.7      
                         
0 32 32      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
5   GR 005 282445 9643785   35 32 34.2 2.2 F C
kaca, Bretile, Keras
34.2 35 0.8      
                         
0 26.5 26.5      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
6   GR 006 282873 9644198   35 26.5 27 0.5 G C
kaca, Bretile, Keras
27 35 8      
                         
0 26.5 26.5      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
26.5 15.5 -11 F C
kaca, Bretile, Keras
7   GR 007 282830 9642437   35 15.5 16.5 1      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
16.5 17.5 1 G C
kaca, Bretile, Keras
17.5 35 17.5      
                         
0 14.9 14.9      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
14.9 15.5 0.6 D C
kaca, Bretile, Keras
8   GR 008 282858 9644247   35 15.5 16.5 1      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
16.5 17.5 1 E C
kaca, Bretile, Keras
17.5 35 17.5      
                         
9   GR 009 282888 9644425   35 0 11.7 11.7      
11.7 12.3 0.6 B C Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
kaca, Bretile, Keras

2 - 19
12.3 25.4 13.1      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
25.4 26.1 0.7 A C
kaca, Bretile, Keras
26.1 35 8.9      
                         
0 3.5 3.5      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
3.5 5.7 2.2 C C
kaca, Bretile, Keras
10   GR 010 282962 9644379   37.2 5.7 33.7 28      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
33.7 34.3 0.6 D C
kaca, Bretile, Keras
34.3 37.2 2.9      
                         
19.2
0 19.24      
4
19.4 Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
19.24 0.2 F C
4 kaca, Bretile, Keras
21.3
19.44 1.88      
DHS- 2
11   283802 9646654   41
01 Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
21.32 26.5 5.18 G C
kaca, Bretile, Keras
26.5 27.4 0.9      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
27.4 28.5 1.1   C
kaca, Bretile, Keras
28.5 41 12.5      
                         
DHS-
12   283808 9646644   30 0 30 30      
02
                         
    0 29.4 29.4      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
    29.4 34.6 5.2 C C
kaca, Bretile, Keras
DHS-
13   283874 9646581   42 34.6 35.1 0.5      
03
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
    35.1 40.3 5.2 D C
kaca, Bretile, Keras
    40.3 42 1.7      

2 - 20
                         
DHS-
14   283881 9646574   34.5 0 34.5 34.5      
04
                         
DHS-
15   283941 9646518   30 0 30 30      
05
                         
DHS-
16   284011 9646443   30 0 30 30      
06
                         
DHS-
17   284078 9646372   48 0 48 48      
07
                         
DHS-
18   283804 9646651   10.5 0 10.5 10.5      
08
                         
DHS-
19   283804 9646651   16.5 0 16.5 16.5      
08 A
                         
0 7.4 7.4      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
7.4 7.6 0.2 A C
kaca, Bretile, Keras
DH SB
20   279984 9645479   25.7 24.0
- 01 7.6 16.45      
5
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
24.05 25.7 1.65 B C
kaca, Bretile, Keras
                         
21   DH SB 279985. 9645468   41 0 17.9 17.9      
- 02 9 .25 22.0 Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
17.9 4.19 B C
9 kaca, Bretile, Keras
26.7
22.09 4.66      
5
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
26.75 28.1 1.35 C C
kaca, Bretile, Keras
28.1 38.0 9.97      
7

2 - 21
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
38.07 38.5 0.43   C
kaca, Bretile, Keras
38.5 41 2.5      
                         
0 8.28 8.28      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
8.28 8.5 0.22 D C
kaca, Bretile, Keras
10.6
8.5 2.15      
5
DH SB 279979. 9645505
22     30 Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
- 03 1 .7 10.65 10.8 0.15 E C
kaca, Bretile, Keras
10.8 23.6 12.8      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
23.6 24.1 0.5   C
kaca, Bretile, Keras
24.1 30 5.9      
                         
0 3 3      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
3 3.35 0.35 A C
kaca, Bretile, Keras
3.35 7.8 4.45      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
7.8 8.55 0.75 B C
kaca, Bretile, Keras
DH SB 9645555 14.5
23   279972   20 8.55 6.02      
- 04 5 7
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
14.57 16.2 1.63  C C
kaca, Bretile, Keras
19.8
16.2 3.64      
4
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
19.84 20 0.16  D C
kaca, Bretile, Keras
                         
0 22.4 22.4      
DH SB Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
24   279959 9645579   28.5 22.4 22.6 0.2 D C
- 05 kaca, Bretile, Keras
22.6 28.5 5.9      
                         

2 - 22
19.8
0 19.85      
5
DH SB
25   279961 9645608   28.5 22.0 Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
- 06 19.85 2.18 E C
3 kaca, Bretile, Keras
22.03 28.5 6.47      
                         
DH
26   GURU - 280224 9645645   34.5 0 34.5 34.5      
01
                         
0 14.5 14.5      
DH
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
27   GURU - 280239 9645641   34.5 14.5 15 0.5 F C
kaca, Bretile, Keras
02
15 34.5 19.5      
                         
0 17 17      
DH
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
28   GURU - 280195 9645481   34.5 17 17.5 0.5 G C
kaca, Bretile, Keras
03
17.5 34.5 17      
                         
0 5 5      
DH
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
29   GURU - 280214 9645381   34.5 5 5.5 0.5 G C
kaca, Bretile, Keras
04
5.5 34.5 29      
                         
0 9.75 9.75      
DH
10.7 Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
30   GURU - 280192 9645344   34.5 9.75 1 E C
5 kaca, Bretile, Keras
05
10.75 34.5 23.75      
                         
0 13.5 13.5      
DH
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
31   GURU - 280270 9644852   34.5 13.5 15 1.5 D C
kaca, Bretile, Keras
06
15 34.5 19.5      
                         
32   DH 280293 9644852   34.5 0 10.5 10.5      

2 - 23
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
GURU - 10.5 12 1.5 C C
kaca, Bretile, Keras
07
12 34.5 22.5      
                         
0 7.85 7.85      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
7.85 13.2 5.35 A C
kaca, Bretile, Keras
13.2 18 4.8      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
NB - 18 22.5 4.5  B C
33   280612 9646031   49.5 kaca, Bretile, Keras
11
27.2
22.5 4.75      
5
28.2 Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
27.25 0.98 C C
3 kaca, Bretile, Keras
28.23 49.5 21.27      
                         
0 4.2 4.2      
SBR - Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
34   282466 9643770   27 4.2 6.4 2.2 C C
02 kaca, Bretile, Keras
6.4 27 20.6      
                         
0 4 4      
SBR - Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
35   282624 9643783   27 4 5.4 1.4 G C
03 kaca, Bretile, Keras
5.4 27 21.6      
                         
0 14 14      
TSJ - Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
36   282624 9643783   30 14 21.1 7.1 E C
03 kaca, Bretile, Keras
21.1 30 8.9      
                         
0 9 9      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
CS1_T 9 13 4 F C
37   280160 9643741   30.5 kaca, Bretile, Keras
SJ
13 16 3      
16 28.5 12.5   C Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub

2 - 24
kaca, Bretile, Keras
28.5 30.5 2      
                         
0 2 2      
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
2 4.7 2.7 F C
kaca, Bretile, Keras
CS2_T
38   280196 9643758   12 4.7 4.9 0.2      
SJ
Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
4.9 10 5.1  G C
kaca, Bretile, Keras
10 12 2      
                         
0 25 25      
CS3_T Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
39   280827 9641945   32.5 25 27.4 2.4 E C
SJ kaca, Bretile, Keras
27.4 32.5 5.1      
                         
0 14 14      
CS4_T Hitam, Gores hitam kecoklatan, Sub
40   280196 9643758   31.1 14 21.1 7.1 D C
SJ kaca, Bretile, Keras
21.1 31.1 10      
911.5

2 - 25
d. Data Kualitas Terdahulu
Batubara yang dijumpai pada daerah rencana tambang, ditinjau
dari kondisi fisik di lapangan dan kondisi topografi tidak
terganggu oleh perubahan struktur yang mencolok.

Kenampakan sifat fisik batubara baik yang diperoleh dari


singkapan maupun inti core pemboran memberikan gambaran
sebagai berikut :

 Warna : Hitam kusam


 Kilap : Sub damar
 Pecahan : Uneven - even
 Gores : Kecoklatan
 Kekerasan : Sedang
 Mineral Pengotor : Damar

Contoh batubara yang diambil dari inti bor kemudian dibawa ke


laboratorium untuk dianalisa. Pengiriman contoh secara
bertahap sesuai dengan kemajuan ekplorasi. Seluruh contoh
dianalisa Proksimat seperti :

Total Moisture ( lengas total ), Inherent Moisture ( lengas bawaan


), Fixed Carbon ( karbon tertambat ), Volatile Matter ( zat terbang
), Calorific Value (nilai kalori) dan Total Sulfur ( belerang ). Contoh
gabungan untuk lapisan (composite)dilakukan analisis ultimate
untuk mengetahui unsur-unsur: C, H, N, S, dan O. Beberapa
contoh yang mewakili lapisan dilakukan analisa abu (Ash) seperti
SiO2 ; Al2O3 ; Fe2O3 ; TiO2 ; CaO ; MgO ; K2O ; Na2O ; P2O5 ; SO3 ;
Mn3O4 dan Ash Fusion temperature baik reducing maupun
oxidizing seperti Initial Deformation Temperature ; Sphericial
Temperature ; Hemispherical Temperature dan Fluid

2 - 26
Temperature. Beberapa contoh dianalisa mengenai kandungan F
(Flourine) dan Chlorine.

Hasil analisa contoh secara keseluruhan yang dianggap mewakili


seam (lapisan) batubara mempunyai ciri kandungan :
- Lengas Total (Total Moisture), berkisar 7 - 9 % (ar),
- Lengas Bawaan (Inherent Moisture) 4 - 7 % (adb),
- Kandungan kadar Ash adalah 12 - 19 % (adb),
- Volatile Matter 41 – 45 % (adb),
- Fixed Carbon 34 - 41 % (adb),
- Total Sulphur 0,6 – 2.2 %,
- Kalori berkisar 6200 - 6700 (adb).

Conto yang diambil berdasarkan lapisan yang mewakili yang


ketebalannya besar dibandingkan dengan lapisan lain dan
tingkat penyebarannya yang luas serta karakter lapisan ini cukup
baik untuk penelitian lebih lanjut dan tingkat ekonomis juga
baik. Dari hasil analisa batubara di daerah ini tidak menunjuk
hasil perbedaan yang signifikan atau hampir relatif sama.

e. Data Korelasi Lubang Bor Terdahulu


Dalam hal pekerjaan setelah pemboran selesai maka selanjutnya
data disajikan dalam bentuk log bor atau kolom litologi untuk
diproses penentuan penamaan dengan membuat penampang
antar lubng bor sehingga akan diketahui korelasi jenis batubara
yang dianggap sama (seam yang sama) sehingga akan
mempermudah dalam pembuatan kontur struktur batuan yang
akan diproses dalm perhitungan cadangan batubaranya, berikut

2 - 27
salah satu log bor PT. Putra Banua Tapin yang telah diproses
dalam bentuk 2D .

Gambar 2.9. Salah satu log bor terdahulu PT. Putra Banua Tapin

2 - 28
Gambar 2.10. Kolom litologi lubang bor terdahulu PT. Putra Banua Tapin

2 - 29

Anda mungkin juga menyukai