Anda di halaman 1dari 8

JURNAL PERCOBAAN KIMIA FISIKA

PERCOBAAN 04

OLEH:
HASANNUDIN 1813031020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA- JURUSAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2020
JURNAL PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
PERCOBAAN 04
1. Judul
Penentuan Konstanta Disosiasi Asam Metil Merah secara Spektrofotometri

2. Tujuan
Menentukan konstanta disosiasi dari asam metil merah secara spektrofotometri.

3. Dasar Teori
Indikator asam basa pada umumnya akan mengalami perubahan warna
yang dipengaruhi oleh kondisi asam atau basa. Salah satu indicator asam basa
adalah metil merah. Metil merah merupakan salah satu zat yang dapat
menunjukkan sifat suatu asam maupun basa. Dalam larutan air, metil merah
ditemukan sebagai suatu “zwitter ion”. Indikator metil merah digunakan untuk
mengetahui pH larutan dengan trayek pH 4,2–6,3.
Dalam suasana asam, metil merah berupa HMR yang berwarna merah dan
mempunyai dua bentuk resonansi. Jika berada dalam suasana basa, sebuah
proton hilang dan terbentuk anion MR- yang berwarna kuning. Keadaan
kesetimbangan antara HMR (metil merah dalam suasana asam) dengan MR -
(metil merah dalam suasana basa) ditunjukkan pada:
COO- COO-
.. +
CH3 N N N CH3 N N N

CH3 H CH3 H
Metil merah dalam bentuk asam HMR (merah)
H+ OH-
COO-

CH3 N N N

CH3 H
Metil merah bentuk basa MR- (kuning)
Gambar 1. Keadaan Kesetimbangan Metil Merah dalam Suasan Asam dan
Basa
Reaksi pengionan metil merah di atas dapat dinyatakan oleh persamaan
reaksi sebagai berikut.
HMR MR- + H+
Tetapan disosiasi (Ka) dapat dinyatakan oleh persamaan berikut
[ H + ][ MR − ]
Ka = ………………………………….(1)
[ HMR]
sehingga,
[ MR − ]
pKa = pH − log …………………............................(2)
[ HMR]
HMR dan MR- mempunyai absorbansi maksimum pada panjang
gelombang yang berbeda, yaitu pada selang pH 4-6. Harga tetapan
kesetimbangan ini dapat dihitung dengan persamaan 2 dari pengukuran
perbandingan [MR-]/[HMR] pada pH tertentu. Perbandingan [MR-]/[HMR]
dapat ditunjukkan secara spektrofotometri karena kedua bentuk metil merah
mengabsorbsi kuat pada daerah cahaya tampak (400-800 nm).
Jika I dan I0 masing-masing adalah intensitas cahaya dengan panjang
gelombang tertentu yang telah melalui larutan dan pelarut murni, maka
absorbansi optik (A) didefinisikan oleh Hukum Lambert-Beer.
A = - log I/I0…………………………………. (3)
Jika hanya zat terlarut saja yang dapat mengabsorbsi cahaya, maka:
A = a.b.c……………………………………... (4)
yang mana a adalah indeks absorbansi zat terlarut, b adalah panjang/tebal
larutan yang dilewati cahaya, dan c adalah konsentrasi zat terlarut.
Harga a bergantung pada panjang gelombang cahaya, pada suhu dan pada
jenis pelarut. Pada daerah berlakunya hukum Lambert-Beer, aliran A terhadap
konsentrasi berupa garis lurus. Jika dalam larutan terdapat lebih dari satu zat
terlarut dan masing-masing zat mengabsorbsi secara bebas, maka absorbansi
campuran ini bersifat aditif.
A = ΣA1 = Σa1.b.c ……………………………(5)
Penentuan tetapan pengionan metil merah pada percobaan ini dilakukan
secara spektrofotometri. Mula-mula ditentukan secara spektrum absorbsi metil
merah bentuk I (HMR) dan bentuk II (MR-), kemudian dipilih dua panjang
gelombang λ1 dan λ2 untuk kedua larutan sedemikian rupa sehingga bentuk
asam mengabsorbsi jauh lebih kuat pada λ1 dibandingkan dengan basanya,
demikian pula sebaliknya. Secara ideal λ1 dan λ2 berupa puncak seperti gambar
yang ditunjukkan dibawah ini.

Gambar 2. Spektrum absorbansi metil merah bentuk I dan II


Indek absorbansi molar HMR pada λ1 (a1, HMR) dan pada λ2 (a1, HMR).
Demikian pula indeks absorbansi molar MR- pada λ1 (a1, MR-) dan pada λ2 (a1,
HMR) ditentukan pada berbagai konsentrasi dengan menggunakan persamaan
A = a b c. Komposisi campuran HMR dan MR- pada suatu pH tertentu dihitung
dari absorbansi A1 dan A2, masing – masing pada λ1 dan λ2 dan tebal sel 1 cm
(b = 1 cm).
A1 = a1, HMR [HMR] + a1, MR- [MR-] ....................................(6)
A2 = a2, HMR [HMR] + a2, MR- [MR-]…………………………(7)

4. Alat dan Bahan


a. Alat
Tabel 1. Daftar Alat
No Nama Alat Jumlah
1 Spektrofotometer UV VIS 1 buah
2 pH meter 1 buah
3 Labu ukur 10 mL 1 buah
4 Labu ukur 100 mL 1 buah
5 Labu ukur 25 mL 2 buah
6 Pipet volumetri 10 mL 1 buah
7 Pipet volumetri 50 mL 1 buah
8 Labu Erlenmeyer 10 mL 8 buah
9 Labu Erlenmeyer 100 mL 4 buah
10 Pipet volumetri 50 mL 1 buah
11 Spatula 1 buah
12 Kaca arloji 1 buah
13 Gelas ukur 25 mL 1 buah
14 Gelas kimia 100 mL 2 buah
15 Pipet tetes 2 buah

b. Bahan
Tabel 2. Daftar Bahan
No Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1 Larutan Metil merah - 0,01 gram
2 Larutan Natrium Asetat 0,04 M 50 mL
3 Larutan Asam asetat 0,02 M 45 mL
4 Larutan Asam klorida (HCl) 0,1 M 100 mL
5 Larutan Asam klorida (HCl) 0,01 M 50 mL
6 Larutan NaOH 0,04 M 25 mL
7 Larutan NaOH 0,01 M 50 mL
8 Etanol 95% - Secukupnya

5. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan


Tabel 3. Prosedur Kerja dan Hasil Pengamatan
No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
A. Pembuatan Larutan Metil Merah
1 Sebanyak 0,1 gram metil merah
kristalin murni dilarutkan dalam 30
mL etanol 95%, kemudian diencer-
kan hingga volume menjadi 50 mL
dengan aquades (larutan ini disebut
dengan larutan induk).
2 Sebanyak 5 mL larutan induk
tersebut diambil menggunakan
pipet volumetri dan diencerkan
dengan air hingga volume menjadi
100 mL (larutan ini disebut dengan
larutan standar).
B. Pembuatan Larutan HMR
1 Sebanyak 10 mL larutan metil
merah standard (MR) diambil dan
ditempatkan dalam labu ukur 100
mL, kemudian ditambahkan
dengan 10 mL larutan HCl 0,1 M
dan diencerkan hingga volume
menjadi 100 mL.
C. Pembuatan Larutan MR-
1 Sebanyak 10 mL larutan metil
merah standard (MR) diambil dan
ditempatkan dalam labu ukur 100
mL, kemudian ditambahkan
dengan 25 mL larutan CH3COONa
0,04 M dan diencerkan hingga
volume menjadi 100 mL (pH
larutan kira-kira 8).
D. Penentuan  maks HMR dan MR-
1 Absorbansi larutan HMR di atas Tabel 4. Absorbansi larutan HMR
diukur dengan spektrofotometer terhadap panjang gelombang
pada panjang gelombang 350-600 λ maks
Absorbansi %T
nm. (nm)
350
355
360
365
370
375
380
385
390
395
400
405
406
407
408
409
410
2 Pengukuran absorbansi dilaku-kan Tabel 5. Absorbansi larutan MR-
dengan cara yang sama dari larutan terhadap panjang gelombang
MR- pada kisaran panjang λ maks
Absorbansi %T
gelombang 400-500 nm. (nm)
350
360
370
380
390
400
405
407
410
412
417
419
420
422
425
E. Penentuan d atau εb dari HMR dan MR- pada λ maks HMR dan MR-
1 Sebanyak 40 mL, 30 mL, 20 mL,
dan 10 mL larutan HMR
dimasukkan dalam labu ukur 50
mL, kemudian masing – masing
larutan tersebut diencerkan dengan
HCl 0,01 M hingga tanda batas.
2 Absorbansi larutan tersebut diukur Tabel 6. Absorbansi larutan pada
pada panjang gelombang panjang gelombang maksimum
-
maksimum dari HMR dan MR HMR dan MR-
yang diperoleh pada perlakuan ke- maks maks
Pengenceran
4 HMR MR-
1 mL
2 mL
4 mL
6 mL
3 Absorbansi terhadap konsentrasi
dibuatkan kurva dengan harga d
merupakan slope dari kurva
tersebut (konsentrasi 0,8; 0,6; 0,4;
0,2; 0,1 kali konsentrasi HMR
awal).
4 Sebanyak 40 mL; 30 mL; 20 mL;
dan 10 mL larutan MR-
dimasukkan kedalam labu ukur 50
mL, kemudian masing-masing
larutan tersebut diencerkan dengan
natrium asetat 0,01 M hingga batas.
5 Absorbansi larutan tersebut diukur Tabel 7. Absorbansi larutan MR-
pada panjang gelombang pada panjang gelombang maksimum
maksimum dari HMR dan MR-. HMR dan MR-
Absorbansi terhadap konsentrasi maks maks
Pengenceran
dibuatkan kurva dengan harga d HMR MR-
merupakan slope dari kurva 1 mL
tersebut. (konsentrasi HMR adalah
2 mL
0,8; 0,6; 0,4; 0,2; 0,1 kali
konsentrasi MR- awal). 4 mL
6 mL
F. Penetapan Kuantitas Relatif HMR dan MR-pada Berbagai Harga pH
1 Campuran larutan dibuat dengan Tabel 8. Hasil pengamatan warna
komposisi sebagai berikut: dan pH larutan
No. Labu 1 2 3 4 No. Labu 1 2 3 4

Larutan 10 10 10 10 Larutan
indicator mL mL mL mL indikator
standard standard
(MR) (MR)
Larutan 25 25 25 25 Larutan
natrium mL mL mL mL natrium
asetat 0,04 asetat 0,04
M M
Asam 50 25 10 5 Asam
asetat 0,02 mL mL mL mL asetat 0,02
M M
Air 15 40 55 60 Air
(pengencer) mL mL mL mL (pengencer)
pH (dicek
kembali)
pH

2 Absorbansi dari masing-masing Tabel 9. Absorbansi larutan masing-


larutan tersebut diukur pada masing labu pada panjang
panjang gelombang maksimum gelombang maksimum HMR dan
untuk HMR dan MR. MR-
Labu maks HMR maks MR-
1
2
3
4

6. Analisis Data
a. Konsentrasi Larutan Metil Merah
Perhitungan konsentrasi metil merah yang digunakan sebagai larutan induk
sebagai berikut.
Mr metil merah = 269
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑀= 𝑀𝑟
× 𝑉(𝑚𝐿)

b. Perhitungan Konsentrasi Larutan Standar


Konsentrasi larutan standar ini dapat dihitung dengan perhitungan berikut.
𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2

c. Perhitungan Konsentrasi Larutan HMR


𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2

d. Perhitungan Pengenceran Larutan HMR


𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2

e. Perhitungan Konsentrasi Larutan MR-


𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2
f. Pengenceran Larutan MR-
𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2

g. Penentuan Ka Metil Merah


[𝑀𝑅 − ]
= =
[𝐻𝑀𝑅]
pKa = pH – log [MR-]/[HMR]

Tabel 6. Data pKa dari Metil Merah pada Berbagai Harga pKa
[MR-] [HMR] log
[MR − ]
pH [MR − ] pKa
[HMR]
(M) (M) [HMR]

pKa = -log Ka

Anda mungkin juga menyukai