: 3. Bernadetta Sembiring
: 4. Chandra Sitepu
: 6. Krismonika Sitepu
: 7. Wita
Ting/Jur : I/PAK
I. PENDAHULUAN
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya yang
besar kita dapat berkumpul di tempat ini dalam keadaan baik. Pada kesempatan kali ini kami
dari kelompok dua akan membahas tentang tahap-tahap perkembangan masa prenatal dan
kelahiran. Kami berharap sajian ini dapat berguna di dunia pendidikan dan menambah ilmu
serta wawasan kita. Tuhan Yesus memberkati.
II. PEMBAHASAN
Perkembangan adalah suatu proses yang menuju kedepan dan tidak dapat diulang
kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan dalam satu arah yang
bersifat tetap maju. 3
2
Ediasri T. Admodiwirjo, Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), 4.
3
Abu Ahmadi & Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Bandung: CV Armico, 1980), 123.
4
Samsunuwiyati Mar’at, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), 2.
5
Abu Ahmadi & Manuar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 79.
6
A.M.P. Knoers & Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University press, 2016), 45.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa sel-sel sperma pria dan sel-sel telur (ovum)
wanita pada dasarnya memiliki daya hidup atau energi kehidupan. Karena sperma dan ovum
memiliki daya hidup, maka ia mampu menjalin hubungan satu sama lain, sehingga pada
gilirannya menghasilkan benih manusia (embrio).
Pada umumnya ahli psikologi perkembangan membagi periode prenatal atas tiga
tahap perkembangan, yaitu:
Tahap germinal, yang sering juga disebut periode zigot, ovum atau periode nuthfah,
adalah periode awal kejadian manusia. Periode germinal ini berlangsung kira-kira 2 minggu
pertama dari kehidupan, yakni sejak terjadinya pertemuan antara sel sperma laki-laki dengan
sel telur (ovum) perempuan yang dinamakan dengan “pembuahan” (fertilization). Saat itu sel
sperma pria bergabung dengan sel telur wanita (ovum) dan menghasilkan satu bentuk sel
telur baru yang disebut zigot (zygote). Zigot ini kemudian membelah-belah menjadi sel-sel
yang berbentuk bulatan-bulatan kecil yang disebut blastokis. Setelah sekitar 3 hari, blastokis
mengandung sekitar 60 sel. Tetapi, karena jumlahnya semakin banyak, maka sel-sel ini
semakin mengecil, sebab blastokis tidak mungkin lebih besar dari zigotnya yang asli. Pada
saat terjadinya pembelahan, blastokis mengapung dan berproses di sepanjang tuba falopi.
Blastokis yang berisikan cairan dengan cepat mengalami sejumlah perubahan
penting. Blastokis ini juga dibedakan atas 3 lapisan, yaitu atas (ectoderm) berkembang
rambut, gigi dan kuku, kulit lapisan luar (kulit ari) dan kelenjar-kelenjar kulit, panca indera
dan sistem saraf. Dari mesoderm atau lapisan tengah, berkembang otot, tulang atu rangka,
sistem pembuangan kotoran dan sistem peredaran darah (circulatory system), serta kulit
lapisan dalam. Sementara itu, endorem atau lapisan bawah menjadi sistem pencernaan, hati
pankreas, kelenjar ludah dan sistem pernapasan. Dalam waktu singkat plasenta, tali pusat dan
kantong amniotik juga akan terbentuk dari sel-sel blastokis.
7
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), 69-71
Setelah beberapa hari, kira-kira seminggu setelah konsepsi blastokis menempel di
dinding rahim. Blastokis yang telah tertanam secara penuh di dinding rahim inilah yang
disebut embrio dan peristiwa ini sekaligus menandakan akhir dari tahap germinal dan
permulaan tahp embrio.
Tahap yang kedua dari periode prenatal disebut tahap embrio yang dalam psikologi
Islam disebut tahap ‘alaqah, yaitu segumpalan darah yang semakin membeku. Tahap embrio
ini mulai 2 minggu samapi 8 minggu setelah pembuahan yang ditandai dengan terjadinya
banyak perubahan pada semua organ utama dan sistem-sistem fisiologis. Tetapi, karena
ukuran panjangnya hanya sekitar 1 inci, maka bagian-bagian tubuh embrio itu belum
sepenuhnya berbentuk tubuh orang dewasa. Meskipun demikian, ia sudah terlihat jelas dan
dapat dikenali sebagi manusia dalam bentuk kecil.
Selama periode embrio ini, pertumbuhan terjadi dalam dua pola, yaitu
cephalocaudal dan proximodistal. Cephalocaudal artinya proses pertumbuhan yang dimulai
dari bagian kepala, kemudian terus kebagian bawah dan sampai ke bagian ekor. Dengan kata
lain, kepala, pembuluh darah dan jantung, organ-organ tubuh yang paling penting lebih
dahulu berkembang daripada lengan, tangan dan kaki. Adapun yang dimaksud dengan
pertumbuhan secara proximosdistal adalah proses pertumbuhan yang dimulai dari bagian-
bagian yang paling dekat dengan pusat (tengah) badan, kemudian baru ke bagian-bagian yang
jauh dari pusat badan.
Di samping itu, dalam periode embrio ini terdapat 3 sarana penting yang membantu
perkembanagn struktur anak, yaitu: kantong amniotik, plasenta, dan tali pusat. Kantong
amniotik berisi cairan amniotik, suatu cairan bening tempat embrio mengapung dan berfungsi
sebagai pelindung dari gonjangan fisik dan perubahan temperatur. Plasenta adalah suatu
tempat pada dinding peranakan dimana ibu mensuplai oksigen dan bahan-bahan makanan
kepada anak dan anak mengembalikan sisa buangan dari aliran darahnya. Jadi, plasenta
merupakan sarana penghubung antara ibu dan embrio.
Sementara itu, tali pusat adalah suatu saluran lembut yang terdiri atas pembuluh-
pembuluh darah yang berfungsi menghubungkan embrio dengan plasenta. Tali pusat ini
terdiri tiga pembuluh darah besar, satu untuk menyediakan bahan makan dan dua untuk
membawa sisa buangan ke tubuh ibu. Tali pusat ini tidak memiliki urat saraf, sehingga
apabila dipotong tidak akan menimbulkan rasa sakit.
Periode ini juga ditandai dengan suatu perkembangan yang cepat pada sistem saraf.
Hal ini terlihat bahwa pada umur 6 minggu embrio telah dapat dikenali sebagai manusia
tetapi kepala lebih besar dibandingkan dengan bagian-bagian badan lain. Pada umur 8-9
minggu, perubahan janin semakin terlihat dengan jelas. Muka, mulut, mata, dan telinga sudah
mulai terbentuk dengan baik. Lengan dan kaki lengkap dengan jari-jarinya sudah nampak.
Pada tahap ini organ-organ seks juga mulai terbentuk. Demikian juga dengan otot dan tulang
rawan mulai berkembang. Organ dalam, seperti isi perut, hati, pankreas, paru-paru dan ginjal,
mulai terbentuk dan mulai berfungsi secara sederhana.
Periode ketiga dari perkembangan masa prenatal disebut dengan periode fetus atau
periode janin yang dalam psikologi Islam disebut periode mudhghah. Periode ini dimulai dari
usia 9 minggu sampai lahir.
Menurut psikologi Islam, setelah janin dalam kandungan itu genap berumur 4 bulan,
yaitu ketika janin telah terbentuk sebagai manusia, maka ditiupkan ruh ke dalamnya.
Bersamaan dengan peniupan ruh kedalam janin tersebut, juga ditentukan hukum-hukum
perkembangannya, seperti masalah-masalah yang berhubungan dengan tingkah laku (sifat,
karakter dan bakat), kekayaan, batas usia dan lain-lain.
Dengan ditiupkannya ruh oleh Allah ke dalam janin tesebut, maka pada bulan
keempat dan kelima ibu sudah merasakan gerakan –gerakan janinnya, seperti menonjok-
nonjok atau menendang-nendang. Pada saat ini panjang janin kira-kira 4,5 inci. Pada
permulaan bulan ketujuh, panjang janin sudah mencapai kira-kira 16 inci dengan berat kira-
kira 1,5 - 2,5 kg. Pada saat ini ciri-cirinya sebagai manusia semakin terlihat, terutama ketika
rambut atau bulu mulai menumbuhi kepalanya dan mulut mulai menonjol ke luar, bergerak-
gerak, dibuka dan ditutup, mereguk atau menelan dan mengisap ibu jarinya. Matanya juga
mulai berkedip dan ia bisa menangis, meskipun matanya masih tertutup rapat. Pada bulan
kedelapan, berat janin sudah mencapai kira-kira 2,5 – 3,5 kg dan mulai berkembang lapisan
lemak badan yang berguna untuk mengatur temperatur badannya setelah kelahiran. 8
1. Pada saat ini sifat-sifat bauran yang berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan
selanjutnya, diturunkan sekali untuk selanjutnya. Sementara itu kondisi-kondisi yang
baik atau tidak baik, baik sebelum atau sesudah kelahiran sampai tingkat tertentu,
dapat dan mungkin mempengaruhi sifat-sifat bawaan ini, perubahan-perubahan yang
terjadi besifat kuantitatif dan bukan kualitatif.
2. Kondisi-kondisi yang baik dalam tubuh ibu dapat menunjang perkembangan sifat
bawaan sedangkan kondisi yang tidak baik dapat menghambat perkembangannya
bahkan sampai mengganggu pola perkembangan yang akan datang. Ada saatnya
dalam rentang kehidupan sifat bawaan sangat dipengaruhi kondisi-kondisi
lingkungan seperti halnya selama periode prenatal.
3. Jenis kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan pada saat pembuahan
dan kondisi-kondisi dalam tubuh ibu tidak akan mempengaruhi, sama halnya dengan
sifat bawaan. Kecuali kalau dilakukan pembedahan dalam operasi perubahan kelamin.
Jenis kelamin individu yang sudah ditetapkan pada saat pembuahan tidak akan
berubah. Operasi semacam itu sangat jarang dilakukan dan hanya sebagian kecil saja
berhasil.
4. Perkembangan dan pertumbuhan yang normal lebih banyak terjadi selama periode
prenatal dibandingkan pada periode-periode lain dalam seluruh kehidupan individu.
Selama sembilan bulan sebelum kelahiran, individu tumbuh dari sel kecil yang
tampak dari mikroskop menjadi bayi yang panjangnya sekitar 20 inci dan berat rata-
rata 7 pon. Diperkirakan bahwa selama masa itu berat badan bertambah sebelas juta
kali. Demikian pula, halnya dengan perkembangan yang kelihatannya berlangsung
begitu cepat. Dari sebuah sel yang berbentuk bulat pada masa itu berkembanglah
setiap anggota tubuh manusia, baik eksternal maupun internal.
5. Periode prenatal merupakan masa yang mengandung banyak bahaya, baik fisik
maupun psikologis. Meskipun tidak dapat diklaim bahwa periode ini merupakan
8
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), 71-74.
periode yang paling berbahaya dalam seluruh rentang kehidupan. Periode ini
merupakan masa di mana bahaya-bahaya lingkungan atau bahaya-bahaya psikologis
sangat mempengaruhi pola perkembangan selanjutnya atau bahkan dapa mengakhiri
suatu perkembangan.
1. Kesehatan Ibu
Penyakit yang diderita ibu hamil dapat mempengaruhi perkembangan masa prenatal.
Apabila penyakit tersebut besifat kronis, seperti kencing manis, TBC, radang saluran
kencing, penyakit kelamin seperti sifilis dan lain sebagainya dapat mengakibatkan lahirnya
bayi-bayi yang cacat.
Demikian pula, bila terjadi benturan ketika janin berusia 3 bulan disertai dengan
gangguan kesehatan pada ibu, seperti influenza, gondok atau cacar, dapat merusak
perkembangan janin. Besar dampak kesehatan ibu-ibu hamil terhadap perkembangan masa
prenatal juga terlihat jelas ketika ibu menderita sindrom kehilangan kekebalan tubuh yang
lebih dikenal dengan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS dalah penyebab
utama kematian.
2. Gizi Ibu
9
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), 28-29.
Faktor lain yang cukup berpengaruh terhadap perkembangan masa prenatal adalah
gizi ibu. Hal ini adalah karena janin yang sedang berkembang sangat tergantung pada gizi
ibunya yang diperoleh melalui darah ibunya. Oleh sebab itu, makanan ibu-ibu yang sedang
hamil harus mengandung cukup protein, lemak, vitamin, dan karbohidrat untuk menjaga
kesehatan bayi. Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan gizi cenderung cacat.
Bahan-bahan kimia yang terdapat pada obat-obatan atau makanan yang ada dalam
peredaran darah ibu yang tengah hamil dapat mempengaruhi perkembangan janin. Bahan-
bahan kimia tersebut dapat menimbulkan efek samping, baik pada fisik maupun pada sistem
kimiawi dalam tubuh janin yang dinamakan metabolite. Bahan-bahan kimia juga dapat
mempengaruhi lingkungan di dalam rahim ibu yang secara tidak langsung juga
mempengaruhi janin.
Keadaan emosional ibu selama kehamilan juga mempunyai pengaruh yang besar
terhadap pekembangan masa prenatal. Ha ini adalah karena ketika seorang ibu hamil
mengalami ketakutan, kecemsan, stress, dan emosi lain yang mendalam, maka terjadi
perubahan psikologis, antara lain meningkatnya pernapasan dan sekresi oleh kelnjar. Adanya
produksi hormon adrenalin sebagai tanggapan terhadap ketakutan akan menghambat aliran
darah ke daerah kandungan dan membuat janin kekuranagn udara.
Ibu yang mengalami kecemasan berat dan berkepanjangan sebelum atau selama
kehamilan, kemungkinan besar mengalami kesulitan medis dan melahirkan bayi yang
abnormal dibandingkan dengan ibu yang relative tenang dan aman. Gonjangan emosi
diasosiasikan dengan kejadian aborsi spontan, kesulitan proses lahir, kelahiran premature,
dan penururnan berat, kesulitan pernapasan dari bayi yang baru lahir dan cacat fisik. 10
2. Tahap kedua, dimulai ketika kepala bayi bergerak melalui leher rahim dan
saluran kelahiran. Tahap in berakhir ketika bayi benar-benar keluar dari tubuh
ibu. Tahap ini berlangsung kira-kira1,5 jam. Pada setiap kontraksi ibu mengalami
kesakitan untuk mendorong bayi keluar dari tubuhnya. Pada waktu kepala bayi
keluar dari tubuh ibu, kontraksi terjadi hampir setiap menit dan berlangsung kira-
kira 1 menit.
3. Tahap ketiga, setelah bayi lahir. Pada waktu ini ari-ari, tali pusar dan selaput lain
dilepaskan dan dibuang. Tahap akhir inilah yang paling pendek yang berlangsung
hanya beberapa menit saja. 11
III. KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa periode prenatal atau masa sebelum
lahir adalah periode awal perkembangan manusia yang dimulai sejak konsepsi (pembuahan) ,
yakni ketika ovum (wanita) dibuahi oleh sprema (laki-laki) sampai dengan waktu kelahiran
seorang individu. Masa ini pada umumnya berlangsung selama sembilan bulan atau sekitar
280 hari sebelum lahir. Adapun tahap-tahap masa prenatal ada terbagi menjadi 3 tahap, yaitu:
tahap germinal, tahap embrio dan tahap janin.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa sel-sel sperma pria dan sel-sel telur (ovum)
wanita pada dasarnya memiliki daya hidup atau energi kehidupan. Karena sperma dan ovum
memiliki daya hidup, maka ia mampu menjalin hubungan satu sama lain, sehingga pada
saatnya menghasilkan benih manusia (embrio).
11
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), 86.
Admodiwirjo, Ediasri T. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. 2008.
Ahmadi, Abu & Sholeh, Munawar. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Armico. 1980.
Ahmadi, Abu & Sholeh, Manuar. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta. 2005.
Knoers, A.M.P. & Haditono, Siti Rahayu. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University press. 2016.