Abstrak
Pendahuluan: Hipertensi atau darah tinggi merupakan permasalahan penyakit yang banyak diderita di negara
maju maupun negara berkembang termasuk di Indonesia. Penyakit ini merupakan penyakit epidemik yang terjadi di
seluruh dunia dan sudah terjadi pada usia muda yang dari tahun ke tahun terjadi peningkatan dan banyak penderita
hipertensi yang tidak disertasi gejala. Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia
diatas 20 tahun yang menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-
95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran umur ≥ 18
tahun 25,8% atau 65.048.110 jiwa, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis. Penelitian yang
lain pada mahasiswa kedokteran pada tahun 2013, menunjukkan dari 48 mahasiswa yang diteliti didapatkan
sebanyak 44 orang memiliki faktor risiko hipertensi dan 7 orang telah memiliki riwayat hipertensi. Tujuan penelitian
ini adalah untuk deteksi dini faktor – faktor risiko yang berpengaruh terjadinya Hipertensi pada Mahasiswa Profesi
Fakultas Kedokteran.
Metode: Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan metode deskriptif analitik dengan
pendekatan cross-sectional berupa pembagian kuisioner secara online menggunakan google form.. Populasi dalam
penelitian ini adalah 135 mahasiswa profesi Fakultas Kedokteran Unisma. Teknik sampling menggunakan total
sampling. Analisis data menggunakan uji Chi-square, apabila nilai p <0,05 terdapat korelasi yang bermakna antara
dua variabel , jika p> 0,05 maka tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel.
PENDAHULUAN
Hipertensi atau darah tinggi merupakan permasalahan penyakit yang banyak diderita di negara maju maupun
negara berkembang termasuk di Indonesia (Depkes RI, 2014). Tekanan sistolik yang lebih dari sama dengan 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg atau pernah atau sedang mengkonsumsi obat anti
hipertensi dapat dinyatakan menderita Hipertensi (Riskesdas, 2013). Penyakit ini merupakan penyakit epidemik
yang terjadi di seluruh dunia dan sudah terjadi pada usia muda yang dari tahun ke tahun terjadi peningkatan dan
banyak penderita hipertensi yang tidak disertasi gejala (Riskesdas, 2013).
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun yang menderita
hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui
penyebabnya (Kemenkes RI, 2014). Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama terjadi di negara
berkembang pada tahun 2025, dari jumlah 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi
1,15 miliar kasus di tahun 2025. Data yang dimiliki oleh National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) pada tahun 2003-2006 menunjukkan 33,6 % orang dewasa berusia 20 tahun mengalami hipertensi
sedangkan pada tahun 2011-2012 prevalensi hipertensi berusia 18 tahun dan lebih di Amerika Serikat menunjukkan
sebanyak 29,1%. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran umur ≥ 18 tahun 25,8% atau
65.048.110 jiwa, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis (Riskesdas, 2013). Berdasarkan
data profil kesehatan Indonesia (2016), prevalensi kejadian hipertensi secara nasional sebesar 30,9%. Prevalensi
hipertensi pada perempuan (32,9%) lebih tinggi daripada laki-laki (28,7%). Prevalensi di perkotaan (31,7%) sedikit
lebih tinggi dibandingkan di pedesaan (30,2%). Prevalensi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia
(Kemenkes, 2016).
Hipertensi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat diklasifikasikan menjadi dua faktor yaitu faktor yang
tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti riwayat
keluarga yang memiliki hipertensi, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan, faktor yang dapat dimodifikasi
seperti nutrisi, stress, obesitas, zat yang berbahaya (rokok, alkohol) dan aktivitas fisik. Salah satu faktor risiko
hipertensi yang dapat dikontrol adalah obesitas. Akan, tetapi risiko hipertensi pada seseorang yang mengalami
obesitas 2-6 kali lebih tinggi dibanding seseorang dengan berat badan normal. Obesitas dikaitkan dengan kegemaran
mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak (Anggara, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2016) tentang faktor risiko hipertensi di Kota Banjarmasin menunjukkan
bahwa jenis kelamin laki-laki (berisiko 0,928 kali), kebiasaan merokok (berisiko 1,368 kali), kebiasaan makan-
makanan asin (berisiko 2,898 kali), obesitas (berisiko 1,147 kali), konsumsi makanan lemak jenuh (berisiko 1,505
kali). Penelitian Robin (2017) pada mahasiswa semester VI didapatkan adanya peningkatan risiko pada mahasiswa
yang mengkonsumsi daging, merokok aktif maupun pasif, obesitas, memiliki riwayat hipertensi pada keluarga, dan
lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan.Hasil penelitian sebelumnya oleh maulidiyah (2018) 5 dari 14
mahasiswa mengalami obesitas, 4 dari 14 mahasiwa memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi, 9 dari 14
mahasiswa merokok dan menghabiskan 5-7 batang sehari, dan 2 diantaranya sudah terdiagnosis oleh tenaga
kesehatan (Maulidiyah, 2018). Penelitian yang lain pada mahasiswa kedokteran pada tahun 2013, menunjukkan dari
48 mahasiswa yang diteliti didapatkan sebanyak 44 orang memiliki faktor risiko hipertensi dan 7 orang telah
memiliki riwayat hipertensi.
Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh
Maulidiyah (2018) sebanyak 10 dari 14 mahasiswa mengalami kesulitan mengatur waktu tidur dikarenakan tidak
mampunya membagi waktu untuk menyelesaikan tugas akademik, bagi mereka malam hari merupakan waktu yang
efektif untuk mengerjakan tugas sehingga mereka memilih untuk begadang. Sepanjang malam kebanyakan
mahasiswa memilih mengkonsumsi kopi cukup banyak untuk membantu agar tetap terjaga setiap harinya, sehingga
memunculkan berbagai faktor risiko hipertensi. Stress yang sering dialami oleh mahasiswa merupakan menjadi
salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi. Tingkat stres yang tinggi dapat disebabkan oleh stressor kehidupan
sehari-hari, beban akademis, kurangnya waktu relaksasi, luas dan kedalaman bahan yang harus dipelajari dan
diulang serta lingkungan yang kompetitif. Mahasiswa kedokteran memiliki tingkat stres yang lebih tinggi
dibandingkan dengan mahasiswa profesi lain. Stres pada mahasiswa tahap profesi di rumah sakit dapat disebabkan
karena mereka dihadapkan langsung dengan pasien, mengambil tindakan medis, dituntut lebih aktif dalam belajar,
lebih kompetitif, lebih aplikatif kepada pasien, jadwal yang semakin padat (Widosari,2010). Alasan serupa juga
terjadi pada sebagian mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang. Adanya latar belakang tersebut,
sehingga perlu dilakukan penelitian deteksi dini faktor – faktor risiko yang berpengaruh terjadinya hipertensi pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran.