Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEMAMPUAN AWAL PEBELAJAR


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran

Dosen Pengampu:
Dr. Hj. TITIEK ROHANAH HIDAYATI, M. Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Afifin Dwi Amaliya (T20194079)
2. Urwatul Wusqo (T20194084)
3. Fidausi Qomariyatun Fitri (T20194087)

Kelas: D3
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

SEPTEMBER 2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat, taufiq, serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kemampuan Awal Pebelajar” ini dengan baik. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad  SAW. yang telah membimbing kami dari jalan kegelapan menuju
jalan yang terang yakni agama Islam.
Makalah ini memuat pendahuluan, pembahasan, penutup, dan daftar
pustaka. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan
Pembelajaran pada semester III Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
IAIN Jember.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa
pihak yang berperan dalam penyusunan makalah ini.  Dengan menggunakan
makalah ini semoga kegiatan belajar dalam memahami materi ini dapat lebih
menambah sumber-sumber pengetahuan. Kami sadar dalam penyusunan makalah
ini belum bisa dikatakan mencapai tingkat kesempurnaan, untuk itu kritik dan
saran tentu kami butuhkan. Mohon maaf apabila ada kesalahan cetak atau kutipan-
kutipan yang kurang berkenan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amiiiin.

Jember, 10 September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER .........................................................................................................1
KATA PENGANTAR..................................................................................2
DAFTAR ISI ................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................4

A. Latar Belakang .................................................................................4


B. Rumusan Masalah .............................................................................4
C. Tujuan ................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................6

A. Pengertian Analisis Kemampuan Awal Pebelajar ...................................6


B. Fungsi Analisis Kemampuan Awal Pebelajar ...........................................6
C. Jenis-jenis Kemampuan Awal Pebelajar ...................................................7
D. Langkah-langkah Identifikasi Kemampuan Awal Pebelajar ..................10

BAB III PENUTUP ...................................................................................12

A. Kesimpulan ......................................................................................12
B. Saran ................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan proses belajar mengajar terlebuh dahulu akan
ditanyakan kenapa manusia itu melakukan poses pembelajaran? Hal ini
berkaitan dengan tujuan dari orang atau manusia itu dalam mengikuti proses
pembelajaran. Adapaun dengan kata lain tujuan disini adalah sebuah kubutuhan
manusia yang secara lahiriah maupun batiniah harus tercapai. Dalam proses
pembelajaran, manusia juga memiliki kebutuhan agar dalam proses
pembelajaran berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana.
Tujuan manusia belajar tentunya adalah untuk menjadi lebih baik,
sehingga kelak ilmu yang mereka peroleh melalui proses belajar dan mengajar
dapat diterapakan dalam kehidupannya. Demi mencapai tujuan tersebut, maka
sebelum memulai proses belajar seorang pendidik perlu menganalisis
kemampuan awal pebelajar terlebih dahulu terhadap kebututhan masing-
masing peserta didiknya, baik itu secara individual ataupun kelompok, agar apa
yang disampaikan oleh penddik dalam proses pembelajaran dapat diterima
dengan baik oleh peserta didiknya serta tercapai tujuan yyang telah
direncanakan.
Kebutuhan belajar pada dasarnya menggambarkan jarak antara tujuan
belajar yang diinginkan dan kondisi atau keadaan belajar yang sebenarnya.
Kebutuhan setiap manusia di dalam kondisi yang dialaminya bermacam-
macam. Kebutuhan itu perlu diidentifikasi untuk menentukan kebutuhan mana
yang paling potensial dari segi kemanfaatan dan pemenuhannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Analisis Kemampuan Awal Pebelajar?
2. Apa Fungsi Analisis Kemampuan Awala Pebelajar?
3. Apa Saja Jenis-jenis Kemampuan Awal Pebelajar?
4. Apa Langkah-langkah Identifikasi Kemampuan Awal Pebelajar?
C. Tujuan

4
1. Untuk Mengetahui Pengertian Analisis Kemampuan Awal Pebelajar.
2. Untuk Mengetahui Fungsi Analisis Kemampuan Awala Pebelajar.
3. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Kemampuan Awal Pebelajar.
4. Untuk mengetahui Langkah-langkah Identifikasi Kemampuan Awal
Pebelajar.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis Kemampuan Awal Pebelajar
Kegiatan menganalisis kemampuan awal siswa dalam pengembangan
pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan
menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut. Karena itu,
kegiatan menganalisis kemampuan awal siswa merupakan proses untuk
mengetahui pengetahuan yang dikuasai siswa sebelum mengikuti proses
pembelajaran, bukan untuk menentukan kemampuan pra-syarat dalam rangka
menyeleksi siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran. Konsekuensi
digunakannya cara ini adalah titik mulai suatu kegiatan pelatihan tergantung
kepada perilaku awal siswa. 1
Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi
pengajaran. Variabel ini didefenisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas
perseorangan siswa. Aspek-aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi
belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal ( hasil
belajar ) yang telah dimilikinya. Karakteristik siswa akan amat berpengaruh
dalam pemilihan setrategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana
menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran, agar
sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa.
B. Fungsi Analisis Kemampuan Awal Pebelajar
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk membelajarkan siswa
artinya membuat siswa mau belajar. Untuk keberhasilan tersebut maka dalam
pembelajaran perlu memperhatikan empat hal, yakni:
1. Mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa.
2. Memilih pendekatan pembelajaran.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik.
4. Menetapkan alat evaluasi.

1
Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2008

6
Memperhatikan hal diatas, perencanaan pembelajaran sangat
membutuhkan identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa sebagai analisis
kemampuan awal siswa. Analisis kemampuan awal siswa dilakukan dengan
memperhatikan kemampuan, dan pengalaman siswa, baik sebagai kelompok
atau pribadi. Analisis kemampuan awal siswa merupakan kegiatan
mengidentifikasi siswa dari segi kebutuhan dan karakteristik untuk
menetapakan spesifikasi dan kualifikasi perubahan perilaku yaitu menyangkut
pencapaian tujuan dan penguasaan materi pelajaran.2
C. Jenis-jenis Kemampuan Awal Pebelajar
Reigeluth 1983, mengidentifikasi 7 jenis kemampuan awal yang dapat
digunakan untuk memudahkan perolehan, pengorganisasian, dan
pengungkapan kembali pengetahuan baru. Ketujuh jenis kemampuan awal itu
adalah sebagai berikut.3
1. Pengetahuan bermakna tak terorganisasi (arbitraly meaningful knowledge)
sebagai tempat mengaitkan pengetahuan hafalan (yang tak bermakna)
untuk memudahkan retensi. Pegetahuan ini merupakan pengetahuan yang
sama sekali tidak ada kaitannya dengan pegetahuan baru yang akan
dipelajari. Pengetahuan ini sangat berguna untuk mengingat hafalan dan
pengetahuan yang tak bermakna, yang bertujuan mnemonic,. misalnya
“MIJIKU HIBINIU” untuk menghafalkan warna pelangi.
2. Pengetahuan analogis (analogic knowledge), yang mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan lain yang amat serupa, yang berada
di luar isi yang sedang dibicarakan/dipelajari. Pengetahuan analogis ini
berada di luar konteks isi pengetahuan baru yang sedang dipelajari, namun
terdapat kaitan berikut.
a. Berada pada tingkat keumuman yang sama.
b. Memiliki kesamaan dalam hal-hal pokok.
c. Contoh-contoh pengetahuan analogis tidak termasuk dalam contoh-
contoh pengetahuan baru. Misalnya pengetahuan baru tentang prinsip

2
Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2009
3
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Prenada Media Group, Jakarta, 2009

7
penawaran dan permintaaan, maka bisa dianalogikan dengan peminat
masuk ke perguruan tinggi dengan daya tampung perguruan tinggi.
Meskipun pengetahuan analogis ini tidak ada kaitan dengan
pengetahuan baru, tetapi sangat bermanfaat untuk mempermudah
mencapai pegetahuan baru yang sedang dipelajari.
3. Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi ( superordinate knowledge) yang -
dapat berfungsi sebagai kerangka kaitan lanjut bagi pengetahuan baru.
Menurut Gagne (1968) menyebut keterampilan ini sebagai kapabilitas
belajar. Hubungan antar kapabilitas tersebut sebagai hubungan prasyarat
dan syarat. Jadi kapabilitas konsep abstrak sebagai superordinate dari
konsep kongkrit. Adapun kapabilitas belajar terbagi lima, yaitu:
diskriminasi, konsep konkrit, konsep abstrak, kaidah (rule), dan kaidah
tingkat lebih tinggi lagi.
4. Pengetahuan setingkat ( coordinate knowledge), yang dapat memenuhi
fungsinya sebagai pengetahuan asosiatif dan/atau komparatif. Pengetahuan
setingkat ini memiliki tingkat keumuman dan kekhususan yang sama
dengan pengetahuan yang sedang dipelajari. Misalnya, konsep “hewan
berkaki ruas” dan konsep “hewan bertulang belakang”. Hewan tersebut
tidak sama, tetapi keduanya merupakan contoh “hewan”. Jadi mengaitkan
pengetahuan baru yang sedang dipelajari dengan pengetahuan coordinate
yang telah diketahui oleh pebelajar akan memudahkan perolehan
pengetahuan baru tersebut.
5. Pengetahuan tingkat yang lebih rendah (subordinate knowledge), yang
berfungsi untuk mengkonkritkan pengetahuan baru atau juga penyediaan
contoh-contoh. Ini kebalikan dengan pengetahuan yang lebih tinggi. Ada
kesamaan fungsi dengan pengetahuan pengalaman.
6. Pengetahuan pangalaman ( experienitial knowledge) yang memiliki fungsi
sama dengan pengetahuan tingkat yang lebih rendah, yaitu untuk
mengkongkritkan dan menyediakan contoh-contoh bagi pengetahuan baru.
Pengetahuan pengalaman mengacu kepada ingatan seseorang pada
peristiwa-peristiwa atau obyek-obyek khusus dan yang tersimpan di dalam

8
experiential data base (istilah yang digunakan Reigeluth 1983). yang
menyediakan cara-cara mengolah pengetahuan baru.
7. Strategi kognitif, mulai dari penyandian, penyimpanan, sampai dengan
pengungkapan kembali pengetahuan yang telah tersimpan dalam ingatan .
Ia berfungsi membantu mekanisme pembuatan hubungan-hubungan antara
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh pebelajar.
Gagne dan Riniy (1977-1978) mengemukakan bahwa strategi kognitif
adalah keterampilan lepas-isi ( content-free skill) yang dapat digunakan
oleh seseorang untuk memudahkan perolehan pengetahuan, atau
memudahkan pengorganisasian dan pengungkapan pengetahuan yang telah
dipelajari.

Ketujuh jenis kemampuan awal tersebut dapat diklasifikasikan menjadi


3 yaitu:

1. Pengetahuan yang akan diajarkan.


2. Pengetahuan yang berada di luar pengetahuan yang akan dibicarakan.
3. Pengetahuan mengenai keterampilan generik ( generic skills).

Klasifikasi pertama, yang berkaitan dengan pengetahuan yang akan


diajarkan, meliputi pengetahuan yang lebih tinggi, pengetahuan setingkat,
pengetahuan lebih rendah, pengetahuan pengalaman. Klasifikasi kedua, yang
berkaitan degan pengetahuan yang berada di luar pengetahuan yang akan
dibicarakan, meliputi pengetahuan bermakna tak terorganiasi dan
pengetahuan analogis. Klasifikasi ketiga, yang berkaitan dengan pengetahuan
tentang ketrampilan generik adalah strategi kognitif.4

Bila dilihat dari tingkat penguasaannya kemampuan awal bisa


diklasifikasikan menjadi 3, berikut ini.

4
Proses Perencanaan Pengajaran: Bandung ITB Kemp, J. Rohani, Ahmad, 2004. Pengelolaan
Kelas. Jakarta: Rineka Cipta Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

9
1. Kemampuan awal siap pakai, mengacu pada kemampuan awal yang
manapun dari ketujuh kemampuan awal yang diidentifikasi oleh
Reigeluth, yang benar-benar telah dikuasai oleh pebelajar (telah menjadi
miliknya), dan dapat digunakan kapan saja dan dalam situasi apapun.
2. Kemampuan awal siap ulang, mengacu kepada kemampuan-kemampuan
awal yang manapun dari ketujuh kemampuan awal yang diidentifikasi
Reigeluth yang sudah pernah dipelajari pebelajar, namun belum dikuasai
sepenuhnya atau belum siap digunakan ketika diperlukan. Karena belum
menjadi miliknya, maka pebelajar masih sangat tergantung pada adanya
sumber-sumber yang sesuai (biasanya buku teks) untuk dapat
menggunakan kemampuan ini.
3. Kemampuan awal pengenalan, mengacu kepada kemampuan-kemampuan
awal yang manapun dari ketujuh kemampuan awal yang diidentifikasi
Reigeluth (1983) yang baru dikenal. Mungkin karena baru pertama kali
dipelajari oleh pebelajar sehingga perlu diulangi beberapa kali agar
menjadi siap guna. Kemampuan ini masih belum dikuasai dan masih
sangat tergantung pada tersedianya sumber-sumber, juga sering kali
memang belum dikuasai.
D. Langkah-langkah Identifikasi Kemampuan Awal Pebelajar

Ada tiga langkah yang perlu dilakukan dalam menganalisis


kemampuan awal siswa. Langkah-langkah itu adalah:

1. Melakukan pengamatan (observasi) kepada pebelajar secara perorangan.


Pengamatan ini bisa dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan
awal, atau angket dan wawancara. Tes (lisan atau tulis objektif)
kemampuan awal digunakan untuk mengetahui konsep-konsep, prosedur-
prosedur, atau prinsip-prinsip yang telah dikuasai oleh pebelajar yang
terkait dengan konsep, prosedur, atau prinsip yang akan diajarkan.
Wawancara atau angket dapat digunakan untuk menggali informasi

10
mengenai kemampuan awal yang lain, seperti pengetahuan yang tidak
terorganisasi, pengetahuan pengalaman analogi, dan strategi kognitif.5
2. Tabulasi karateristik perseorangan pebelajar. Hasil pengemasan yang
dilakukan pada langkah pertama ditabulasi untuk mendapatkan klasifikasi
dan rinciannya. Hasil tabulasi akan digunakan untuk daftar klasifikasi
karaketistik menonjol yang perlu diperhatikan dalam penetapan strategi
pengelolaan.
3. Pembuatan daftar strategi karakteristik pebelajar. Daftar ini perlu dibuat
sebagai dasar menentukan strategi pengelolaan pembelajaran. Satu hal
yang perlu diperhatikan dalam pembuatan daftar ini adalah daftar harus
selalu disesuaikan dengan kemajuan-kemajuan belajar yang dicapai
pebelajar secara perorangan. Ada beberapa macam instrumen yang bisa
digunakan untuk memperoleh data tentang karakteristik pebelajar,
meliputi: observasi, interviu, kuesener, inventori, dan tes.

5
Dengeng, N.S. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel, Jakarta: Dep. P & amp; K Harjanto,
2006. Perancanaan Pengajaran. Jakarta. Rineka Cipta.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kegiatan menganalisis kemampuan awal siswa dalam pengembangan
pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan
menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut. Karena
itu, kegiatan menganalisis kemampuan awal siswa merupakan proses untuk
mengetahui pengetahuan yang dikuasai siswa sebelum mengikuti proses
pembelajaran, bukan untuk menentukan kemampuan pra-syarat dalam
rangka menyeleksi siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran.
2. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk membelajarkan siswa
artinya membuat siswa mau belajar. Untuk keberhasilan tersebut maka
dalam pembelajaran perlu memperhatikan empat hal, yakni:
1) Mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa.
2) Memilih pendekatan pembelajaran.
3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik.
4) Menetapkan alat evaluasi.
3. Reigeluth 1983, mengidentifikasi 7 jenis kemampuan awal yang dapat
digunakan untuk memudahkan perolehan, pengorganisasian, dan
pengungkapan kembali pengetahuan baru. Ketujuh jenis kemampuan awal
itu adalah sebagai berikut.6
1) Pengetahuan bermakna tak terorganisasi (arbitraly meaningful
knowledge) sebagai tempat mengaitkan pengetahuan hafalan (yang tak
bermakna) untuk memudahkan retensi.
2) Pengetahuan analogis (analogic knowledge), yang mengaitkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan lain yang amat serupa, yang
berada di luar isi yang sedang dibicarakan/dipelajari.
3) Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi ( superordinate knowledge) yang
- dapat berfungsi sebagai kerangka kaitan lanjut bagi pengetahuan baru.

6
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Prenada Media Group, Jakarta, 2009

12
Menurut Gagne (1968) menyebut keterampilan ini sebagai kapabilitas
belajar.
4) Pengetahuan setingkat ( coordinate knowledge), yang dapat memenuhi
fungsinya sebagai pengetahuan asosiatif dan/atau komparatif.
5) Pengetahuan tingkat yang lebih rendah (subordinate knowledge), yang
berfungsi untuk mengkonkritkan pengetahuan baru atau juga
penyediaan contoh-contoh. Ini kebalikan dengan pengetahuan yang
lebih tinggi.
6) Pengetahuan pangalaman ( experienitial knowledge) yang memiliki
fungsi sama dengan pengetahuan tingkat yang lebih rendah, yaitu untuk
mengkongkritkan dan menyediakan contoh-contoh bagi pengetahuan
baru.
7) Strategi kognitif, mulai dari penyandian, penyimpanan, sampai dengan
pengungkapan kembali pengetahuan yang telah tersimpan dalam
ingatan .
4. Ada tiga langkah yang perlu dilakukan dalam menganalisis kemampuan
awal siswa. Langkah-langkah itu adalah:
1) Melakukan pengamatan (observasi) kepada pebelajar secara
perorangan.
2) Tabulasi karateristik perseorangan pebelajar.
3) Pembuatan daftar strategi karakteristik pebelajar.
B. Saran
Setelah menerima dan memahami materi yang telah disajikan,
diharapkan para pembaca dapat mengkaji lebih dalam dengan mencari sumber
dan referensi yang lebih banyak untuk mendapatkan kebenaran yang valid.

13
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta, 2008
Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo,
Bandung, 2009
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Prenada Media Group,
Jakarta, 2009
Proses Perencanaan Pengajaran: Bandung ITB Kemp, J. Rohani, Ahmad,
2004. Pengelolaan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta Sanjaya, Wina. 2006. Strategi
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Dengeng, N.S. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel, Jakarta: Dep.
P & amp; K Harjanto, 2006. Perancanaan Pengajaran. Jakarta. Rineka Cipta.

14

Anda mungkin juga menyukai