Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KEANEKARAGAMAN HEWAN

STRUKTUR TUBUH DAN KEANEKARAGAMAN PORIFERA

Oleh:

Nama : Novita Ardian Krisgiyanti


NIM : 19304244007
Kelas : Pendidikan Biologi C
Kelompok : Porifera (01)

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
A. Tujuan:

1. Mahasiswa mampu mengenal ciri morfologi hewan Porifera.

2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi macam-macam bahan penguat tubuh Porifera.

3. Mahasiswa mampu mengelompokkan contoh-contoh hewan Porifeara berdasarkan

tipe dan bahan penyusun tubuhnya.

B. Dasar Teori

Porifera berasal dari bahasa latin yaitu porus yang berarti pori dan fer berarti membawa.
Atau bisa juga disebut sebagai hewan multiseluler yang paling sederhana. Disebut sebagai hewan
multiseluler yang paling sederhana karena, sel porifera cenderung bekerja sendiri-sendiri dan
belum terorganisi dengan baik serta belum mempunyai jaringan, organ, dan sistem organ yang
jelas. Maka dari itu, gerakanya sangat kecil serta hidupnya bersifat menetap. Biasanya porifera
terdapat pada perairan jernih, dangkal dan menempel pada substrat atau pada bebatuan. Seluruh
bagian tubuh dari porifera dihubungkan oleh saluran kecil menuju rongga yang dindingnya
mempunyai rambut getar. Disamping itu, fungsi dari pori sendiri yaitu sebagai saluran keluar
masuknya air yang mengandung bahan makanan ke dalam rongga tubuh (Suhardi, 2007).

Porifera hidup melekat pada substrat yang keras serta hidupnya cenderung berkoloni
yang statif atau tidak bergerak sama sekali. Bentuk porifera yang lebih kompleks memiliki
banyak kanal air yang bercabang-cabang, dinding tubuhnya juga mayoritas berlipat-lipat, serta
memiliki beberapa oskulum. Porifera sudah memiliki kehidupan yang disebut diferensiasi, hal ini
mencirikan organisme tersebut yaitu porifera mempunyai tingkat yang lebih tinggi dari filum
protozoa. Porifera juga dikenal hidup secara heterotrof. Makanan dari porifera sendiri umumnya
adalah bakteri dan plankton. Dimana makanan masuk ke tubuh dalam bentuk cairan yang ikut
terbawa bersama arus aliran air, proses memakannya digambarkan seperti air ditarik melalui pori
atau dikenal dengan nama ostium lalu masuk kedalam ronga tengah, menuju ke spongosol, dan
kemudian mengalir keluar dari sponge melalui oskulum. Pencernaan ini disebut pencernaan
intraseluler ( Campbell, 2008 ).
Porifera juga dikenal sebagai hewan dipoblastik, bentuk paling umum dari porifera
adalah asimetris atau berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, ataupun tumbuhan.
Reproduksi porifera ada yang dua yaitu aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual yaitu
membentuk gemmule atau bisa disebut tunas internal. Gemmule ini dihasilkan pada saat kondisi
lingkungan kurang baik misal pada musim dingin gemmule dihasilkan di dalam tubuh porifera,
dan nantinya akan terlepas dan hidup sebagai porifera dewasa yang menempel pada bebatuan.
Lalu, reproduksi secara seksual yaitu dengan pembentukan gamet yang terjadi antara pertemuan
ovum dan sperma yang berkembang dari sel arkeosit. Pembuahan ovum oleh sperma terjadi di
daerah mesoglea dan membentuk zigot. Zigot akan tumbuh membentuk larva yang bersilia yang
dinamakan amfiblastula. Selanjutnya, larva tersebut akan keluar dari tubuh induk melalui
oskulum, dan mencari lingkungan yang sesuai biasanya menepel pada bebtuan dan tumbuh
menjadi porifera dewasa (Rusyana,2013).

Di dalam fillum porifera memiliki berbagai macam tipe saluran air, yaitu ada tipe
askonoid, sikonoid, dan leukonoid. Tipe askonoid yaitu tipe saluran air yang paling sederhana,
dimana air masuk melalui pori dan bergerak lurus ke spongcoel (rongga tubuh), kemudian keluar
melalui oskulum. Lalu, kedua ada tipe sikonoid dimana air masuk melalui ostium, kemudian
menuju saluran air yg bercabang, dan masuk kedalam spongcoel lalu akan keluar melalui
oskulum. Dan tipe yang ketiga yaitu tipe leukonoid atau bisa juga disebut tipe rhagon tipe ini
adalah tipe saluran air yang paling kompleks, yaitu air yang masuk melewati ostium, lalu masuk
kedalam saluran radial yang bercabang cabang, kemudian menuju ke spongcoel, dan akan keluar
melaui oskulum (Haris, 2013).

Porifera memiliki 3 macam kelas yaitu, kelas Calcarea, kelas Hexatinellida, dan kelas
Demospongia. Ketiga kelas ini memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda seperti kelas
calcarea yang spikulanya tersusun dari zat kapu serta memiliki tipe saluran air yaitu askonoid.
Jenis porifera yang termasuk kedalam kelas Calcarea yaitu: Grantia sp. dan Leucosolenia sp.
Sedangkan kelas Hexatinellida spikulanya tersusun dari silikat atau kersik dan memiliki tipe
saluran air yaitu sikonoid. Jenis porifera yang termasuk kedalam kelas Hexatinellida yaitu:
Pheronema sp. , Euolectella sp. , dan Hyalonema sp. Dan kelas yang ketiga yaitu kelas
Demospongia spikulanya tersusun dari kersik atau serbaut sponging serta memilike tipe saluran
air yang kompleks yaitu tipe leukonoid. Jenis porifera yang termasuk kedalam kelas
Demospongia yaitu: Eusppngia sp. , Spongilla sp. , Euplexaura antipathies atau disebut akar
bahar (Mukayat, 2010).

Dalam praktikum kali ini akan membahas salah satu jenis porifera yaitu pada kelas
Demospongia jenis Spongia sp. berikut klasifikasi dari Spongia sp.

( www.GBIF.org )

Kingdom : Animalia

Phylum : Porifera

Kelas : Demospongiae

Ordo : Dictyoceratida

Familia : Spongiidae

Genus : Spongia

Spesies : Spongia officinalis

(www. GBIF.org)

Seperti yang sudah dijelaskan di atas mengenai jenis Demospongia, kali ini akan dibahas
salah satu contoh jenisnya yaitu Spongia sp. habitat dari Spongia sp. umumnya di daerah pesisir
terutama terumbu karang dengan substrat batu pada kedalaman antara 5 cm sampai dengan 40 m.
warna tubuh Spongia sp. cerah hal ini disebabkan karena di dalam tubuh Spongia sp.
mengandung pigmen yang terdapat pada amoebosit. Umumnya, warna bervariasi dari putih
kekuningan sedikit hitam, dan tampak keputihan dengan warna seperti karat. Ukurannya lebih
dari 35cm, umumnya masif, bulat, tetapi untuk dapat dilengkapi dengan lobus teralus atau
dengan osculus lobus besar berbentuk kerucut. Permukaan dilengkapi dengan conules kecil
biasa. Serat primer berdiameter 0,02 – 0,0035 cm. (www.eol.org).

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan:

1. Pensil

2. Bolpoin

3. Larutan HCL 10%

4. Gambar literasi yang didapat di internet

Bahan yang diamati:

1. Spongia sp.

D. Cara Kerja

Sasaran pengamatan:

Pengamatan ciri morfologi spongia sp. secara virtual dan melihat tipe spikula/sponging
penyusun tubuh porifera.

Langkah-langkah pengamatan:

Pengamatan Spongia/Spikula:

Mengambil sebagian kecil rangka Porifera yang tersedia,


lalu letakkan pada gelas obyek.

Menetesi dengan HCl 10% biarkan beberapa saat.

Mengamati dengan mikroskop cahaya, dan


gambar spikula yang teramati.
Pengamatan Sponge:

Mengambil sedikit rangka tubuh sponge, cuci hingga


bersih

Menipiskan dengan jarum preparat dan usahakan


menjadi satu lapis sponge

Meletakkan pada gelas benda, tetesi dengan sedikit air

Mengamati dengan mikrskop cahya, gambar struktur


yang teramati

Menetesi dengan eosin, dan biarkan hingga mengering

Mengamati dengan mikroskop cahaya, gambar struktur


yang teramati

Mengambil sponge yang tersedia, tetesi dengan HCl,


amati gejala yang terjadi
Analisis data:

Pengamatan Spikula

a. Berdasarkan gambar, ada beberapa tipe spikula yang anda jumpai?

Jawab: Karena hanya mengambil satu specimen yaitu Spongia sp. dari kelas
Demospongia, maka tipe spikulanya yaitu spikula yang tersusu dari zat silikat. Bentuk
spikulanya ada yang monaxon ataupun tetraxon.
b. Apakah tipe-tipe spikula yang anda temukan berkaitan dengan tipe Porideranya?

Jawab: Iya, karena pada saat tipe porideranya kompleks maka spikulanya juga tergolong
kompleks.

c. Sebutkan nama tipe-tipe spikula berdasarkan acuan buku yang anda baca!

Jawab: Spikula bentuk monaxon, tetraxon, poliaxon, hexaxon, dan bentuk benang
spongin.

Pengamatan Spongin

a. Bagaimana tipe spongin yang anda jumpai?

Jawab: Ada tipe askonoid, sikonoid, dan leukonoid. Tipe yang paling sederhana adalah
askonoid dimana tidak mempunyai kanal, lalu ada tipe sikonoid dimana kanalnya ada tapi sediki,
dan tipe yang paling kompleks yaitu leukonoid mempunya kanal yang rengkat dan banyak
tersebar.

b. Adakah spikula yang anda temukan?

Jawab: Ada, yaitu spikula pada Spongia sp.yang berbentuk monaxon atau tetraxon.

c. Kelompokkan hewan berspongin tersebut ke dalam kedudukan berdasarkan

pengetahuanmu

Jawab: Pada kelas Calcarea, spikulanya mengandung kalsium karbonat (zat kapur).
Bentuk dari spikulanya yaitu monaxon dan triaxon sehingga tampak seperti duri-duri kecil. Pada
kelas Hexatinellida spikulanya mengandung banyak benang silikat atau kersik (SiO2). Bentuk
dari spikulanya yaitu triaxon dengan enam cabang. Dan untuk kelas Demospongia tersusun dari
serabut-serabut spongin dengan spikula dari zat silikat. Bentuk spikulanya ada yang monaxon
atau tetraxon.

d. Deskripsikan gejala yang timbul ketika sponge tersebut ditetesi dengan larutan

HCl 10%
Jawab: Tubuhnya terlihat berbuih, pori-porinya atau ostium terlihat dengan jelas, warna
permukaannya menjadi lebih terang. Hal ini disebabkan karena hal tersebut merupakan proses
pengikisan terhadap zat yang terkandung di dalam spongia sp

E. Tabel Pengamatan

Ciri yang diamati


No Obyek Bentuk Bentuk Tipe Keterangan
Habitat
. tubuh spikula saluran air lain
1. Di Asimetris Ada yang Tipe yang Tersusun
perairan atau monaxon paing atas ostium,
jernih, berbentuk atau kompleks dan
dangkal, seperti tetraxon. yaitu. oskulum.
di air tabung, vas Leukonoid Biasanya
tawar dan bunga, . berwarna
menempel mangkuk, coklat, atau
( www.GBIF.org ) di ataupun putih
bebatuan. tumbuhan. keperakan.

F. Pembahasan

Pada praktikum kali ini mengamati hewan porifera yang dilakukan secara virtual dengan
menggunakan aplikasi google meet yang dilaksanakan pada hari Senin, 7 September 2020.
Porifera merupakan salah satu filum dari kingdom animalia yang sangat primitif dan bersifat
multiseluler. Dikatakan hewan multiseluler yaitu karena, sel porifera cenderung bekerja sendiri-
sendiri dan belum terorganisi dengan baik serta belum mempunyai jaringan, organ, dan sistem
organ yang jelas. Maka dari itu, gerakanya sangat kecil serta hidupnya bersifat menetap. Kata
porifera sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu porus yang berarti lubang kecil atau pori dan fer
yang berarti mempunyai atau membawa. Jadi, porifera dapat diartikan sebagai hewan yang
memiliki pori pada struktur tubuhnya. Tubuh porifera bersifat diplobastik dan simetri radial. Fase
dewasa porifera bersifat sesil, dan berkoloni. Habitat umumnya air laut dan ada yang di air tawar
(Kusnadi, 2011).
Tubuh porifera tersusun dari banyak sel yang mempunyai tugas tertentu, seperti
mengambil, mencerna makanan, reproduksi, dll. Ciri umum dari porifera adalah: Susunan
tubuhnya terdiri dari banyak sel, seluruh bagian tubuhnya berpori, umumnya berbentuk seperti
mangkuk, vas bunga, tabung, maupun tumbuhan, hidup di laut atau perairan air tawar yang jernih
dan dangkal, dibagian dalam tubuhnya terdapat rongga besar yang biasa disebut spongocoel.

Pencernaan dari porifera sendiri yaitu intraseluler. Dimana mekanisme nya dilakukan
oleh sel ameobosit dalam perannya sebagai pengedar makanan adalah Pada saat porifera
memperoleh makananya yaitu dengan cara menyaring partikel makanan yang terbawa arus
melewati tubuh, lalu akan masuk melalui ostium ke dalam spongiosel. Air digerakkan oleh
flagelata yang terdapat pada koanosit. Selanjutnya, air dialirkan ke dalam vakuola yang terdapat
di pangkal koanosit untuk dicerna. Bahan makanan yang sudah dicerna akan diedarkan ke
seluruh bagian tubuh oleh sel amebosit. Sisa hasil pencernaan dikeluarkan ke spongiosel dan
dibuang keluar tubuh memalui ostium. Begitupun pernafasan dari porifera dilakukan oleh sel-sel
tubuh dengan cara absorbsi, O2 dari air sedangkan CO2 dikeluarkan kembali melalui seluruh
permukaan tubuh (Suwigyono, 2005).

Reproduksi porifera dilakukan secara seksual dan aseksual. Reproduksi secara aseksual
terjadi dengan pembentukan tunas dan gemmule. Gemmule disebut juga tunas internal.
Gemmule dihasilkan hanya pada saat kondisi lingkungan kurang baik. Dimana nanti tunas
ingternal tersebut atau gemmule akan lepas dan menempel pada bebatuan atau substrat dan akan
hidup menjadi porifera dewasa. Reproduksi seksual dari porifera dilakukan dengan pembentukan
gamet yang terjadi antara pertemuan ovum dan sperma yang berkembang dari sel arkeosit.
Pembuahan ovum oleh sperma terjadi di daerah mesoglea dan membentuk zigot. Zigot akan
tumbuh membentuk larva yang bersilia yang dinamakan amfiblastula. Selanjutnya, larva tersebut
akan keluar dari tubuh induuk melalui oskulum, dan mencari lingkungan yang sesuai biasanya
menepel pada bebtuan dan tumbuh menjadi porifera dewasa.

Porifera mempunyai tiga macam tipe saluran air. yaitu tipe askonoid, sikonoid, dan
leukonoid. Yang pertama ada tipe askonoid, yaitu tipe saluran air yang paling sederhana karena
pada saat air masuk melalui pori atau ostium lalu bergerak lurus ke spongcoel (rongga tubuh),
lalu keluar melalui oskulum. Kedua ada tipe sikonoid yaitu, pada saat air masuk melalui ostium,
menuju ke saluran air yang bercabang, lalu ke spongcoel dan keluar melalui oskulum. Ketiga ada
tipe leukonoid atau disebut tipe rhagon. Tipe ini termasuk tipe saluran air yang paling kompleks,
dimana air masuk melewati ostium, menuju ke saluran radial yang bercabang-cabang, dan akan
menuju ke spongcoel, lalu keluar melaui oskulum.

Pada porifera memiliki 3 macam kelas yaitu kelas Calcarea, kelas Hexatinellida, dan
kelas Demospongia. Ketiga kelas ini memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda seperti kelas
calcarea yang spikulanya tersusun dari zat kapu serta memiliki tipe saluran air yaitu askonoid.
Jenis porifera yang termasuk kedalam kelas Calcarea yaitu: Grantia sp. dan Leucosolenia sp.
Sedangkan kelas Hexatinellida spikulanya tersusun dari silikat atau kersik dan memiliki tipe
saluran air yaitu sikonoid. Jenis porifera yang termasuk kedalam kelas Hexatinellida yaitu:
Pheronema sp. , Euolectella sp. , dan Hyalonema sp. Dan kelas yang ketiga yaitu kelas
Demospongia spikulanya tersusun dari kersik atau serbaut sponging serta memilike tipe saluran
air yang kompleks yaitu tipe leukonoid. Jenis porifera yang termasuk kedalam kelas
Demospongia yaitu: Eusppngia sp. , Spongilla sp. , Euplexaura antipathies atau disebut akar
bahar.

Seperti yang sudah disebutkan diatas pada pengamatan kali ini yaitu mengenai Spongia
sp. yang tergolong termasuk kedalam kelas Demospongia. Spongia sp. umunya kelas ini hidup di
laut, beberapa spesies hidup di air tawar. Pada umunya Spongia sp. tidak mempunyai rangka dan
kalau ada rangka terbuat dari kersik spons atau campuran keduannya. Spongia sp. memiliki
bentuk tubuh yang asimetris, tubuhnya berlubang-lubang (berpori), dan memiliki saluran air
Leukonoid karena tipe saluran air yang dimiliki Spongia sp, sudah kompleks.

( sumber : Budiantoro, 2016)

Spongia sp. umumnya memiliki warna tubuh yang cokelat gelap. Memiliki tipe kanal
leucon yaitu tipe kanal yang paling rumit. Ostium membentuk kanal incurrent. Dimana kanal ini
tidak semuanya memiliki choanocytes sehingga tidak semua kanal dilengkapi oleh flagella.
Aliran air dari Spongia sp. secara selektif dipompa melalui kanal tertentu dimana air hanya
melewati kanal yang berflagella, dan kan dikeluarkan melalui beberapa bukaan oskulum.

Pada pengamatan kali ini ketika Spongia sp. ditetesi dengan larutan HCL, tubuhnya
terlihat berbuih, pori-porinya atau ostium terlihat dengan jelas, warna permukaannya menjadi
lebih terang. Hal ini disebabkan karena hal tersebut merupakan proses pengikisan terhadap zat
yang terkandung di dalam spongia sp.

G. Kesimpulan

Dari pembahasan yang sudah didapat, dapat ditarik kesimpulan bahwa porifera memiliki
tiga kelas utama yaitu ada kelas Calcarea, kelas Hexatinelida, dan kelas Demospongia.
Disamping itu, Porifera memiliki struktur tubuh yang khas yaitu berpori, bersifat diploblastis.
Pada porifera dewasa dinding tubuhnya terdiri dari epidermis dan pada bagian dalam terdiri dari
gastrodermis. Porifera memiliki 3 tipe saluran air yaitu: askonoid, sikonoid, dan leukonoid. Pada
kelas Calcarea, spikulanya mengandung kalsium karbonat (zat kapur). Bentuk dari spikulanya
yaitu monaxon dan triaxon sehingga tampak seperti duri-duri kecil. Pada kelas Hexatinellida
spikulanya mengandung banyak benang silikat atau kersik (SiO2). Bentuk dari spikulanya yaitu
triaxon dengan enam cabang. Dan untuk kelas Demospongia tersusun dari serabut-serabut
spongin dengan spikula dari zat silikat. Bentuk spikulanya ada yang monaxon atau tetraxon.

H. Diskusi

Berdasarkan data yang anda punyai dan pengetahuan dari bacaan, diskusikan mengenai
hal-hal berikut:

a. Struktur tubuh (uniseluler, multiseluler, tingkat perkembangan jaringan/organ, simetri, dsb)

Jawab: Struktur tubuh dari porifera yaitu multiseluler. Disebut multiseluler yang paling
sederhana karena, sel porifera cenderung bekerja sendiri-sendiri dan belum terorganisi dengan
baik serta belum mempunyai jaringan, organ, dan sistem organ yang jelas. Maka dari itu,
gerakanya sangat kecil serta hidupnya bersifat menetap. Bentuk tubuh porifera adalah Asimetris
atau berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, ataupun tumbuhan.

b. Pola kehidupan (koloni, soliter, sesil , mobil, bebas, parasit, komensal, dsb)
Jawab: Kehidupan dari porifera yaitu massif yang artinya diam sendiri dan tidak
berpindah tempat.

c. Kedudukan dalam taksonominya

Jawab: Kedudukan porifera dalam taksonomi filum dari porifera dianggap lebih tinggi
dari protozoa akan tetapi lebih rendah dari Coelenterata, rendah dan tingkatnya filum tersebut
telah mengalami perkembangan, didasarkan pada fisiologi yang mencakup: respirasi; ekskresi;
nutrisi; sistem saraf; sistem peredaran darah, dan reproduksi), filogenetik (kekerabatan), susunan
kimia tubuh, dan coelomnya.

I. Daftar Pustaka

Budiantoro, Agung. 2016. Petunjuk Praktikum Keanekaragaman Invertebrata dan Vertebrata.


Yogyakarta: Laboratorium Fakultas MIPA Universitas Ahmad Dahlan.

Campbell, J.W. 2008. Biologi Edisi kedelapan Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Haris, Abdul. 2103. Sponge Biologi dan Ekologi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
Makasar : Universitas Hasanuddin.

Kusnadi, 2011. Mollusca vs Echinodermata vs Arthropoda http :// file .upi. edu/ Direktori/
FPMIPA/ JUR._PEND._BIOLOGI/ 196805091994031- KUSNADI/ BUKU_ BIOLOGI_,
KUSNADI_ dkk/mollusca_ VS_ echinodermata_ VS_arthopoda.pdf

Mukayat. 2010. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Suhardi. 2007. Evolusi Avertebrata. Jakarta : Universitas Indonesia.

Suwignyo, Sugiarto. 2005. Avertebrata Air Jilid II. Jakarta: Penerbit Swadaya.

Rusyana, Adun. 2013. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktek). Bandung : Alfabeta.

www.oel.org [ diakses tanggal 10 September 2020 ] pukul 22.13 WIB.

www.GBI.org [ diakses tanggal 10 September 2020 ] pukul 22.13 WIB.

J. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai