Peran dokter di sekolah saat ini masih belum optimal. Umumnya sekolah hanya memiliki unit
kesehatan sekolah (UKS) yang fungsinya tidak bisa menggantikan fungsi dokter sekolah yang
seharusnya.
Pendidikan dan kesehatan merupakan dua hal yang saling mendukung satu sama lain. Kedua
sektor ini memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas suatu bangsa. Dalam beberapa
tahun terakhir, kedua hal ini menjadi sorotan dan berbagai kebijakan tentang pengadaan dokter
atau unit kesehatan sekolah mulai dikembangkan. Implementasi dokter ataupun unit kesehatan
yang baik di sekolah dinilai akan membantu mengurangi angka kesakitan, membantu promosi
kesehatan, upaya preventif penyakit.[1,2] Akan tetapi, peranan dokter atau unit kesehatan di
sekolah masih kurang terasa, terutama di Indonesia.
Setiap anak menghabiskan waktu kurang lebih 6-7 jam di sekolah per hari atau sekitar 180 hari
dalam 1 tahun. Hal ini membuat lingkungan sekolah akan sangat mempengaruhi perkembangan
biopsikososial anak, sehingga implementasi dokter atau petugas kesehatan di sekolah sangat
diperlukan.[1,2] Kesehatan sekolah ini juga diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 23
Tahun 1992 pasal 45 tentang kesehatan yang berbunyi “Kesehatan sekolah diselenggarakan
untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat,
sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan optimal,
sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas”.[3]
Adanya dokter di sekolah dapat memberikan manfaat-manfaat tertentu. Secara umum, dokter di
sekolah berperan dapat membantu dalam menangani kasus anak sakit tiba-tiba sekolah, terutama
akibat kegiatan olahraga, misalnya pertolongan pertama pada trauma, dehidrasi, atau diare.
Dokter juga berperan penting dalam mengurangi angka kesakitan anak dan melakukan
pencegahan penyakit dengan melakukan promosi kesehatan dan edukasi, terutama untuk
penyakit infeksi. Dokter sekolah juga memiliki peran dalam mempromosikan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS), mengontrol kelayakan lingkungan sekolah, misalnya udara dan air
bersih. Program imunisasi juga dapat dilakukan dengan lebih baik apabila ada dokter di sekolah.
[2,4-6] Selain menjangkau para siswa, dokter juga dapat melakukan edukasi ke orang tua murid
agar dapat menerapkan PHBS di rumah, mengetahui informasi nutrisi anak yang baik, serta
mendukung program-program kesehatan untuk anak yang tersedia. Dokter di sekolah juga dapat
mendukung kesehatan staf di sekolah, sehingga proses belajar mengajar dapat menjadi lebih
efektif.[2,4]
Menurut Akademi Dokter Anak Amerika / American Academy of Pediatrics (AAP), dokter di
sekolah diharapkan memiliki kompetensi dan pengetahuan lebih dalam terhadap aspek berikut:
Peran dokter di sekolah tidak jauh berbeda dengan dokter keluarga di rumah. Dokter sekolah dan
dokter keluarga di rumah yang bekerja sama dengan baik akan saling melengkapi fungsi masing-
masing.[1,2,4]
Meskipun banyak manfaat yang didapatkan dari dokter sekolah, terdapat beberapa kekurangan
yang mungkin dapat menghambat implementasi, seperti harus menyediakan dana lebih, ruangan
tersendiri, dan peranan dokter sekolah yang dapat tumpang tindih atau bertolak-belakang dengan
beberapa guru, seperti guru olahraga serta bimbingan dan penyuluhan (BP).[2,4-6]
Penempatan dokter di sekolah mulai dilakukan sejak tahun 1890an di Amerika Serikat. Hal ini
dilakukan dalam upaya mengontrol outbreak penyakit menular dan inspeksi medis. Dokter
sekolah pada waktu itu merupakan salah satu ujung tombak dalam keberhasilan program
imunisasi. Dalam perkembangannya, dokter sekolah diharapkan dapat mengatasi masalah-
masalah kesehatan masyarakat atau komunitas, mulai dari sanitasi, vaksinasi, dan kontrol
penularan penyakit. Dokter sekolah berkembang pesat pada awal tahun 1900an dengan jumlah
dokter sekitar 1000.[7] Pentingnya peran dokter sekolah semakin disadari, sehingga mendorong
AAP pada tahun 2013 mengeluarkan kebijakan bahwa setiap sekolah harus menyediakan paling
tidak 1 orang tenaga dokter sekolah dalam distrik yang sama dan 1 perawat perawat di setiap
gedung sekolah.[1,4] Peranan dokter di sekolah juga semakin berkembang dari waktu ke waktu.
Dokter sekolah membantu para murid yang memiliki kebutuhan khusus, misalnya penyakit
kronis seperti diabetes, asma, dan lainnya. Namun demikian, implementasi dokter sekolah
sampai saat ini belum merata dan efektif, termasuk di negara maju seperti Amerika Serikat.[2,4-
6]
Kementrian Kesehatan Indonesia saat ini sedang menggalakkan program dokter keluarga untuk
mewujudkan Indonesia yang lebih sehat, akan tetapi kebijakan atau program untuk tenaga
kesehatan di sekolah masih belum jelas, padahal angka kesakitan anak usia sekolah di Indonesia
cukup tinggi, terutama terkait penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes mellitus.
Anak-anak usia sekolah di Indonesia juga banyak terlibat dalam tindak kekerasan, konsumsi
alkohol, merokok, dan sebagainya.[8]
Program untuk mencakup kesehatan di sekolah yang ada di Indonesia saat ini adalah Usaha
Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M). Program UKSM ini diharapkan dapat mencakup:
Kesimpulan
Kesehatan dan pendidikan merupakan dua hal yang saling mendukung satu sama lain dan tidak
dapat dipisahkan. Pengadaan dokter di sekolah merupakan salah satu kebijakan yang dapat
membantu suatu negara dalam mencapai cakupan kesehatannya, terutama pada pasien anak.
Dokter sekolah berperan terutama dalam upaya preventif, kontrol penyakit, dan pertolongan
pertama. Dokter sekolah merupakan salah satu ujung tombak dalam bidang kesehatan
masyarakat yang seharusnya tidak dikesampingkan, namun demikian, pengadaan dokter ataupun
unit kesehatan sekolah di Indonesia masih jauh di bawah rata-rata. Peranan dan cakupan UKS
yang ada di Indonesia belum bisa menggantikan peranan dokter sekolah yang seharusnya, namun
demikian, program transformasi UKS ini merupakan awal mula yang cukup baik. Peranan tenaga
kesehatan di sekolah sangat penting dan dapat membawa banyak hal positif untuk sektor
kesehatan di Indonesia, akan tetapi keberhasilan program ini masih membutuhkan waktu karena
baru diimplementasikan. Dinas kesehatan dan dinas pendidikan masih harus bekerja sama
dengan baik untuk mengembangkan kebijakan dan kriteria khusus tentang standar kesehatan di
lingkungan sekolah dan implementasi program transformasi UKS dengan lebih baik.
Referensi
1. Academy of Pediatrics. AAP Recognizes the Importance of School Physicians. AAP. 2012.
Diakses dari: https://www.aap.org/en-us/about-the-aap/aap-press-room/pages/AAP-Recognizes-
the-Importance-of-School-Physicians.aspx
2. Khan N. Role of a family physician in Indian schools – health promotion and risk reduction.
India Med Times. 2013. Diakses dari: http://www.indiamedicaltimes.com/2013/05/03/role-of-a-
family-physician-in-indian-schools-health-promotion-and-risk-reduction/
3. Priyambada O, Sulsminten. Pelaksanaan layanan usaha kesehatan sekolah di SMA Negeri 5
Surabaya. e-Jurnal UNESA. 2017;1(2).
4. American Academy of Pediatrics. Role of the School Physician. Pediatrics 2013;131:178–82.
5. Puharic Z, Pavlekovic G, Juresa V. The role of school medicine doctors in health education in
Croatia - past, present and future. Coll Antropol 2006;30:151–7.
6. Williams N, Sas A, Madey J, Bodle J, Scovel L, Edwards J. High school coaches perceptions
of physicians’ role in the assessment and management of sports-related concussive injury. Front
Neurol 2012;3:1–4
7. Sellery C. Role of the School Physician in Today’s School. Am J Public Heal 1952;42:813–7
8. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Unit Kesehatan Sekolah (UKS) Menjadi
Transformasi dalam Upaya Kesehatan di Lingkungan Sekolah. Depkes. 2017. Diakses dari:
http://www.depkes.go.id/article/print/17022800009/unit-kesehatan-sekolah-uks-menjadi-
transformasi-dalam-upaya-kesehatan-di-lingkungan-sekolah.html