Anda di halaman 1dari 1

Risiko sistematis sering disebut dengan istilah risiko pasar, risiko umum, systematic

risk atau general risk. Risiko sistematis pada umumnya sifatnya sistematik dan sulit dihindari.
Sifatnya eksternal atau tidak dapat dikendalikan oleh suatu korporasi (perusahaan). Risiko
sistematis ini mempengaruhi sejumlah besar efek di pasar. Contoh risiko sistematik adalah
peningkatan suku bunga (interest rate risk), kenaikan inflasi (purchasing power / inflationary
risk) dan volatilitas pasar yang tinggi (market risk), nilai kurs, dan sejenisnya. Dalam suatu pasar
modal, adanya inflasi, kenaikan suku bunga bank, kondisi pasar itu tidak dapat dikendalikan
langsung oleh perusahaan. Dan risiko-risiko tersebut mempengaruhi sebagian besar efek di pasar.
Contohnya, pada saat pandemi COVID-19 ini, masyarakat banyak yang kehilangan pekerjaan.
Akibatnya adalah daya beli masyarakat menurun, menyebabkan inflasi turun juga. Penurunan
inflasi yang disebabkan oleh pandemi ini merupakan salah satu risiko sistematis karena
kejadiannya tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Mitigasi risiko sistematis ini salah satunya
adalah alokasi aset. Contohnya mengalokasikan investasi tidak hanya di saham saja, namun bisa
ke pasar uang, obligasi, rekasana, dll yang memiliki return rate yang berbeda, sehingga dapat
meminimalisasi risiko sistematis ini.

Risiko non sistematis sering disebut dengan istilah risiko spesifik, risiko perusahaan atau
unsystematic risk. Sifatnya internal atau dapat dikendalikan oleh suatu korporasi (perusahaan). 
Risiko non sistematis ini hanya mempengaruhi perusahaan-perusahaan tertentu. Contoh risiko non
sistematis adalah: risiko likuiditas (liquidity risk), risiko kebangkrutan (financial / credit risk), risiko
tuntutan hokum (operational risk), penurunan penjualan, korupsi manajemen, hingga
kebangkrutan. Contohnya adalah suatu perusahaan membuat suatu statement yang mengejutkan
di media sosial dan banyak orang mengecam atas hal tersebut. Hal itu menyebabkan banyak
orang yang tidak mau lagi memakai produk tersebut sehingga penjualan produk tersebut
mengalami penurunan. Karena sales turun maka bisa dipastikan keuntungan yang diraup
perusahaan tersebut turun. Menyebabkan saham yang dijual turun juga. Risiko ini sebenarnya bisa
dihindari oleh perusahaan. Akibat dari hal ini hanya perusahaan ini saja yang terdampak
akibatnya. Risiko non sistematis pada umumnya dapat dikelola dengan diversifikasi portofolio.
Contohnya, agar investasi saya tidak memiliki risiko yang tinggi sekali, maka saya akan memilih
beberapa perusahaan untuk saya investasikan. Misal di perusahaan yang bergerak di bidang
finance, di bidang fnb, di bidang daily product, dll, dengan mempertimbangan risiko di masa depan
dan memperhitungkan rasio-rasio atas laporan keuangan historis, agar risiko non sistematis yang
saya alami tidak terlalu besar karena bentuk usahanya berbeda-beda.

Anda mungkin juga menyukai