Rudi Abdullah, Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dengan Anggaran Sebagai Alat Pengendalian Biaya
Rudi Abdullah, Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban Dengan Anggaran Sebagai Alat Pengendalian Biaya
RUDI ABDULLAH
Email : rudi_tomia@yahoo.co.id
Hp : 082293638998/085796661777
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Buton
ABSTRACT
ABSTRAK
2. Kerangka Pikir
Pada perusahaan yang relatif besar perlu menerapkan akuntansi
pertanggungjawaban karena perusahaan semacam ini pada umumnya menetapkan
pembagian unit-unit organisasi dengan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
secara jelas dan tegas. Semakin kompleksnya kegiatan suatu perusahaan menyebabkan
pimpinan tak lagi mampu memantau seluruh kegiatan perusahaan secara langsung.
Oleh karena itu, manajemen memerlukan suatu alat bantu pengendalian terhadap
kegiatan yang dilakukan oleh bawahannya. Untuk melakukan aktivitas perusahaan
diperlukan manajer yang bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang telah
menjadi tanggung jawabnya menurut struktur organisasi yang ada pada perusahaan
tersebut.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting
dalam proses perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi, karena informasi ini
menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggung jawab
terhadap perencanaan dan realisasinya. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara
memberikan peran bagi setiap manajer untuk merencanakan pendapatan dan biaya
tersebut menurut manajer yang bertanggungjawab.
Setiap manajer harus melaporkan hasil dari perencanaan tersebut supaya dapat
dilakukan pengendalian. Laporan berisi tentang perbandingan anggaran dan realisasi
yang merupakan alat bantu pengendalian. Semua biaya yang terjadi harus dapat
dikendalikan pengeluarannya, karena tanpa adanya pengendalian maka jika terjadi
penyimpangan terhadap biaya dalam perusahaan akan mengakibatkan perusahaan
menderita kerugian. Dalam rangka pengendalian biaya, anggaran biaya harus disusun
sesuai dengan tingkatan manajemen dalam organisasi. Tiap-tiap manajer pusat biaya
harus mengajukan rancangan anggaran biaya untuk pusat pertanggungjawaban yang
dipimpinnya.
Salah satu alat untuk mengendalikan penggunaan biaya dalam perusahaan
adalah akuntansi pertanggungjawaban, karena dalam akuntansi pertanggungjawaban
terdapat struktur organisasi perusahaan secara terperinci sehingga memudahkan
pimpinan perusahaan untuk mendelegasikan wewenang kepada manajer yang ada di
bawahnya, dan apabila terjadi penyimpangan dalam penggunaan biaya tersebut maka
dapat dengan mudah pimpinan perusahaan untuk mencari siapa yang bertanggung
jawab atas penyimpangan yang terjadi dalam biaya tersebut. Sebelum sistem akuntansi
pertanggungjawaban disusun, harus lebih dahulu dipelajari garis wewenang dan
tanggungjawab pembuatan keputusan sehingga dapat ditentukan pusat – pusat
pertanggungjawaban yang ada dalam organisasi.
Anggaran yang telah ditetapkan merupakan komitmen manajemen untuk
melaksanakan aktivitas operasi perusahaan sesuai dengan yang telah ditetapkan atau
direncanakan. Dalam rangka pengendalian biaya, sistem akuntansi pertanggungjawaban
menggolongkan, mencatat, meringkas, dan melaporkan biaya-biaya yang dihubungkan
dengan tingkatan-tingkatan manajemen yang bertanggung jawab. Oleh karena itu,
biaya-biaya harus digolongkan dan diberi kode sesuai dengan tingkat tingkat
manajemen dalam struktur organisasi. Setiap tingkat manajemen merupakan pusat
biaya dan akan dibebani dengan biaya-biaya yang terjadi di dalamnya, yang dipisahkan
antara biaya terkendalikan dengan tidak terkendalikan. Untuk lebih jelasnya, uraian di
atas dapat dilihat dalam kerangka pikir berikut ini :
CV. CITRA NIAGA
CEMERLANG BAUBAU
AKUNTANSI
PERTANGGUJAWABAN
PENGENDALIAN
BIAYA
VARIANS
(Realisasi Biaya Terhadap
Anggaran)
KESIMPULAN
Adapun yang menjadi definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Akuntansi pertanggungjawaban yaitu suatu sistem yang disusun sedemikian rupa
sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan penghasilan dilakukan dengan
bidang pertanggungjawaban dalam organisasi dengan tujuan agar dapat ditunjuk
orang atau kelompok yang bertanggung jawab terhadap penyimpangan dari biaya
dan penghasilan yang dianggarkan (Mulyadi, 2007:22). Indikator: a). Syarat-syarat
akuntansi pertanggungjawaban. Sub indikator: Struktur organisasi, Anggaran,
Pemisahan biaya terkendali dan tidak terkendali, Pengklasifikasian kode-kode
rekening, Laporan pertanggungjawaban. b).Terdapatnya karakteristik akuntansi
pertanggung -jawaban. Sub indikator: Adanya identifikasi pusat-pusat pertanggung
jawaban, Standar ditetapkan sebagai tolok ukur kinerja manajer yang bertanggung
jawab atas pusat pertanggungjawaban, Kinerja manajer diukur dengan
membandingkan realisasi dengan anggaran, Manajer secara individual diberikan
penghargaan atau hukuman.
2. Pengendalian Biaya yaitu tindakan yang dilakukan untuk mengarahkan aktivitas
agar tidak menyimpang dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Trisnawati, (2006:33). Indikator : Kelayakan pengendalian biaya. Sub indikator:
Adanya pencatatan dan otorisasi untuk pengeluaran biaya, Adanya analisis untuk
penyimpangan yang terjadi, Adanya rekomendasi menanggapi penyimpangan
materiil.
3. Evaluasi Efisiensi Biaya adalah menghitung rasio yang menggambarkan
perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan dengan biaya yang
dianggarkan.
6) Penurunan biaya terendah pada tahun 2014 terjadi pada biaya penyusutan komputer
yaitu sebesar 2,46%, sedangkan pada tahun 2015 penurunan biaya terendah terjadi
pada biaya kurir yaitu sebesar 4,10%.
Dari data anggaran tahun 2014 biaya-biaya yang di anggarkan terjadi
penyimpangan yaitu pada varians/selisih (rupiah) sebanyak 21 jenis biaya, yaitu pada
biaya komisi salesaman, perjalanan domestik, listrik, pengangkutan-masuk,
pengangkutan keluar, luar kota, pengemasan, perlengkapan komputer, kurir, perbaikan-
bangunan, perbaikan peralalatan kantor, perbaikan kendaraan, sparepart kendaraan,
perbaikan logistik, keamanan kebersihan, sewa lainnya, biaya professional,
donasi/sumbangan, penyusutan peralatan kantor, transportasi usaha, dan biaya lainnya.
Sedangkan pada varians/selisih (persentase) sebanyak 17 jenis biaya, yaitu pada biaya
komisi salesman, perjalanan domestik, listrik, pengangkutan keluar, luar kota,
pengemasan, perlengkapan kantor, makan, kurir, perbaikan bangunan, perbaikan
peralatan kantor, perbaikan kendaraan, perbaikan logistik, keamanan-kebersihan, biaya
pelayanan bank, biaya professional, donasi/sumbangan, penyusutan peralatan kantor,
dan transportasi usaha. Pada data anggaran tahun 2015 biaya-biaya yang di anggarkan
terjadi penyimpangan yaitu pada varians/selisisih (rupiah) sebanyak 20 jenis biaya,
yaitu pada biaya lembur, komisi salesaman, perjalanan domestik, listrik , pengangkutan
keluar, luar kota, pengemasan, perlengkapan kantor, makan, perbaikan bangunan,
perbaikan mesin, perbaikan peralalatan kantor, perbaikann logistik, keamanan
kebersihan, sewa lainnya, biaya pelayanan bank, donasi/sumbangan, biaya bank,
transportasi usaha, dan biaya lainnya., sedangkan pada varians/selisih (persentase)
sebanyak 17 jenis biaya, yaitu pada biaya lembur, komisi salesaman, perjalanan
domestik, listrik , pengangkutan keluar, luar kota, pengemasan, perlengkapan kantor,
makan, perbaikan bangunan, perbaikan mesin, perbaikan peralalatan kantor, perbaikan
logistik, keamanan kebersihan, biaya pelayanan bank, donasi/sumbangan, dan
transportasi usaha.
Penyimpangan selama dua tahun berturut-turut pada varians/selisih (rupiah)
pada tahun 2014 dan tahun 2015 terjadi pada biaya komisi salesaman, perjalanan
domestik, listrik, pengangkutan ckeluar, luar kota, pengemasan, perbaikan bangunan,
perbaikan peralalatan kantor, perbaikan logistik, keamanan kebersihan, sewa lainnya,
biaya pelayanan bank, donasi/sumbangan, transportasi usaha dan biaya lainnya.
Sedangkan Penyimpangan selama dua tahun berturut-turut pada varians/selisih
(persentase) pada tahun 2014 dan tahun 2015 terjadi pada biaya komisi salesaman,
perjalanan domestik, listrik, pengangkutan keluar, luar kota, pengemasan, perlengkapan
kantor, makan, perbaikan-bangunan, perbaikan-peralalatan kantor, perbaikan logistik¸
keamanan kebersihan, biaya pelayanan bank, donasi/sumbangan, dan transportasi
usaha.
Pembahasan
CV Citra Niaga Cemerlang telah melaksanakan pencatatan dan otorisasi untuk
pengeluaran biaya yang memadai, ini terlihat dari :
1. Secara berkesinambungan mengadakan pemantauan atas sistem dan prosedur
administrasi keuangan, meneliti dan menganalisa laporan keuangan, mengawasi dan
mencatat biaya yang terjadi.
2. Melakukan pengawasan dan verifikasi serta pemeriksaan formal laporan keuangan
atas biaya dari kegiatan usaha perusahaan.
3. Melakukan verifikasi atas semua bukti-bukti keabsahan pengeluaran sebelum
dilakukan pembayaran.
Laporan pertanggungjawaban dapat digunakan sebagai tolok ukur penilaian
kinerja manajer pusat pertanggungjawaban dalam melaksanakan pengendalian biaya
karena secara berkala manajemen puncak menerima laporan pertangungjawaban dari
setiap tingkatan manajemen. Dengan demikian, akuntansi pertanggung jawaban
mendorong manajer untuk mencapai tujuan pengendalian.
Dengan membandingkan antara teori-teori yang telah ada dengan data-data yang
didapat dari studi kasus maka dapat dikatakan bahwa penerapan akuntansi
pertanggungjawaban pada CV Citra Niaga Cemerlang belum memadai. Suatu
penerapan akuntansi pertanggungjawaban dapat dikatakan memadai jika telah
memenuhi syarat dan karakteristik akuntansi pertanggungjawaban.
Dalam penelitian ini anggaran digunakan sebagai informasi akuntansi
pertanggungjawaban. Dengan menganalisis anggaran tersebut, dapat diketahui efisiensi
dari pengendalian biaya yang telah dilakukan perusahaan. Realisasi biaya yang terjadi
dibandingkan dengan anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya di mana hasil analisis
tersebut disajikan berupa persentase perbandingan. Dari analisis laporan realisasi
anggaran triwulanan perusahaan, dapat dilihat bahwa pengendalian biaya pada CV
Citra Niaga Cemerlang belum efisien.
Tolok ukur yang digunakan perusahaan untuk mengukur efisiensi dari
pengendalian biaya adalah dengan membandingkan antara biaya usaha dengan biaya
standar. Berikut ini adalah analisis biaya CV Citra Niaga Cemerlang tahun 2014 s/d
2015.
1. Laba yang diperoleh perusahaan pada tahun 2014 sebesar Rp.256.283.210,
sedangkan tahun 2015 terjadi rugi sebesar Rp.795.884.052.
2. Terjadi penyimpangan cukup besar, antara jumlah anggaran dengan jumlah realisasi
pada tahun 2015 dengan jumlah realisasi sebesar Rp.6.663.836.674 dari jumlah
anggaran yang disediakan sebesar Rp.5.837.952.622.
3. Penyimpangan yang terjadi antara jumlah anggaran dengan jumlah realisasi pada
tahun 2015 berdampak pada perolehan laba perusahaan, dimana perolehan laba
perusahaan lebih kecil Rp.795.884.052.
Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa biaya yang terjadi pada
CV Citra Niaga Cemerlang belum efisien.
5. Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada CV Citra Niaga Cemerlang
mengenai penerapan akuntansi pertanggungjawaban melalui anggaran sebagai alat
pengendalian biaya, maka penulis menarik kesimpulan bahwa penerapan akuntansi
pertanggungjawaban di CV Citra Niaga Cemerlang belum memadai.
Penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada perusahaan belum memadai.
Dimana hasil perbandingan antara anggaran biaya dan realiasi biaya tahun 2014 yang
tertinggi adalah biaya persewaan sebesar Rp. 429.344.000, tahun 2015 tertinggi adalah
biaya keamanan - kebersihan yaitu sebesar Rp. 418.950.699. Hasil perbandingan
antara anggaran biaya dan realiasi biaya tahun 2014 yang terendah adalah biaya
pelayanan bank yaitu sebesar Rp. 359.713, sedangkan pada tahun 2015 hasil
perbandingan antara anggaran biaya dan realiasi biaya yang terendah adalah biaya
berkala yaitu sebesar Rp.472.000.
Setiap pusat pertanggungjawaban selalu menetapkan target-target operasional
dan anggaran. Dengan membandingkan realisasi dan dengan anggaran, seorang
manajer pusat pertanggungjawaban dapat mengetahui apakah pengendalian biaya telah
berjalan secara efektif dan telah menggunakan biaya secara efisien.
Saran
Akuntansi pertanggungjawaban pada CV Citra Niaga Cemerlang pada
dasarmya belum diterapkan dan dilaksanakan dengan baik. Begitu juga dalam
pelaksanaan pengendalian biaya, Saran ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
perusahaan, yaitu:
1. Dalam anggaran maupun laporan pertanggungjawaban sebaiknya dilakukan
pemisahan biaya-biaya yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat
dikendalikan oleh manajer karena hanya biaya yang dapat dikendalikan saja yang
dapat dimintai pertanggungjawabannya.
2. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan mampu menilai tingkat kesehatan kantor
cabang dengan memasukkan aspek keuangan, aspek operasional, dan aspek dinamis
sesuai dengan ketentuan dari kantor pusat. Aspek-aspek tersebut berisi indikator-
indikator yang merupakan unsur kegiatan yang dianggap paling dominan dalam
rangka menunjang keberhasilan operasi sesuai dengan visi dan misi perusahaan.
Daftar Pustaka
Abdullah, Rudi. "Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah (SAPD) Terhadap
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (AKIPD) Pada Sekretariat
Daerah Kabupaten Buton." Jurnal Analisis Bisnis Ekonomi 13.1 (2015): 36-42.
Baubau, perusahaan daerah air minum pdam kota, and rudi abdullah. "tinjauan
penerapan akuntansi pertanggungjawaban sebagai pengukur prestasi manajer
pusat laba pada."
Adisaputro, G dan Y. Anggarini. 2007. Anggaran Bisnis : Analisis, Perencanaan, dan
Pengendalian Laba. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Arikunto,Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT.Rineka Cipta,
Anthony, R. N. dan V. Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen Jilid 2.
Jakarta: Salemba Empat.
Anthony, R. N. dan V. Govindarajan. 2009. Sistem Pengendalian Manajemen Jilid 1.
Jakarta: Salemba Empat.
Ayuningtyas, S. 2006. Efisiensi dan Keefektivan Penerapan Akuntansi Pertanggung
jawaban sebagai Alat Pengendalian dan Evaluasi Kinerja Manajemen.
Chariri, A dan I. Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Daljono. 2009. Akuntansi Biaya: Penentuan Harga Pokok dan Pengendalian. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hafid, A. R. 2007. Peranan Anggaran Biaya Operasi dalam Menunjang Efektivitas
Pengendalian Biaya Operasi.
Hansen, dan Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.104
Henry Simamora, 2002. Akuntansi Keuangan, Gunadarma, Jakarta.
Kususmardani, 2007. Sistem Pengendalian Biaya. Surabaya : Salemba Empat
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Mardiasmo, 2004, “Dasar – Dasar Akuntansi”. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2007. Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat, dan Rekayasa, Edisi 2.
Yogyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Putri, Diana. 2005. Hubungan Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban dengan
Kinerja Manajer Pusat Investasi ( Perusahaan di Bandung)
Sekaran, U. 2006. Metode Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Soemarso. 2004. Akuntansi: Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat.
Supriyanto, Y. 2001. Anggaran Perusahaan, Edisi ke-1. Yogyakarta : Bagian Penerbitan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Trisnawati, S. 2006. Hub. Antara Penerapan Akuntansi Pertanggung jawaban dgn
Efektivitas Pengendalian Biaya (Survei 5 Hotel Tasikmalaya).
Zaky Baridwan. 2004. Teori Akuntansi. Edisi Pertama. Jakarta: Graha Ilmu.