Anda di halaman 1dari 2

Dunia Pendidikan Hari Ini

Saya melihat bahwa anak-anak muda kita, kosong. Akhirnya kemudian kalau
kosong, itu pasti akan diisi oleh apa saja. Yang membuat mereka menjadi tidak
berkualitas, padahal sebenarnya potensi orang yang berkualitas itu dimiliki siapa saja.
Diantaranya tadi, mereka tidak punya pijakan yang kuat tentang agamanya. Mereka
jauh dari Quran’nya. Akhirnya mereka lebih senang dengan hal yang sia-sia.
Ketika orang tua berlepas tangan, pendidikannya diserahkan pada sekolah.
sekolah merasa tugasnya sudah dilakukan, sesuai silabus pula. Tetapi masyarakat kita
kan yang dilihat hasilnya. Produknya kan dilihat dari generasi. Degradasi moral, yang
pertama akhlak, tawuran saja. Pertama, yang paling meresahkan itu adalah sistem
pendidikan yang orientasinya akademis, tanpa mempertimbangkan faktor
perkembangan manusianya. Seolah-olah belajar itu hanya untuk mengejar nilai. Nilai
tinggi, berarti pintar, padahal belum tentu. Penanaman akhlak itu yang saya rasa
kurang. Penanaman nilai-nilai islami. Secara umum, memang arahnya ke sekulerisasi
pendidikan. Kita semua sebagai orang tua, beban apa atau bekal apa yang seharusnya
menjadi bekal utama anak kita. Sebagai insinyurkah? Sebagai dokterkah? Atau sebagai
orang beriman?
Saya sangat terkesan dengan tulisan Dr. Tareq Al-Suwaidan, ketika beliau
menulis Al-Andalus At Tarikh Al Mushowar. Di dalam muqadimahnya beliau
mengatakan begini: ada salah seorang ulama hari ini yang mengatakan bahwa
“Tidaklah redup bintang peradaban Islam, kecuali ketika bintang para artis itu sedang
bersinar”. Ini kan bandingan, peradaban Islam itu kan tidak sejalan dengan bintang
entertainment dunia artis. Perhatikanlah hari ini. Mereka keadaannya seperti itu.
Zaman Nabi itu Nabi mengajarkan hal yang umum sebenarnya, umum itu
diajarkan Al-Qur’an. Kemudian dipandu dengan hadis, kalimat-kalimat Beliau. Tapi
uniknya, begitu beliau wafat, dunia ini perlu ahli apa, Madinah punya. Umpamanya ini
perlu negarawan, seorang penegak hukum, jadi ini kan dahsyatnya ketika dimulai dari
ilmu islam, kemudian dibangun karakter akhlak iman meraka. Dan kemudian hasilnya
tadi.
Ketika kita memikirkan tentang pendidikan, maka mudah saja. Setidaknya kita
pelajari bagaimana sistem pendidikannya, bagaimana hasil lulusannya, kita tiru itu.
Salah satu ciri khas Islam, Islam itu tidak suka sesuatu yang sia-sia. Ketika Islam tidak
suka hal yang sia-sia, maka Islam suka hal yang efektif dalam hidup, tidak mubadzir.
Umur kita itu hal yang mahal, karena tidak berulang hari-hari kita. Untuk itulah ketika
kita berbicara masalah usia, kemudian menghasilkan karya. Itu benar-benar harus
efektif, sehingga khas salah satu ciri khas hasil pendidikan Islam itu mereka sudah
menjadi orang besar di usia yang sangat awal. Ibnu Sina menjadi dokter di usia 16
Tahun. Dia menjadi dokter terbaik di kekhalifahan. Ibnu khaldun itu, belajar ilmu di
negaranya hanya sampai umur 17 tahun. Setelah itu negerinya konflik, sehingga dia
harus berhenti untuk belajar. Tapi, ilmu yang dia pelajari hanya sampai 17 tahun,
cukup mengangkat namanya untuk sampai hari ini dia disebut-sebut sebagai orang
besar bahkan oleh dunia barat sekalipun. 18 tahun Utsamah Bin Zaid, sahabat Nabi jadi
panglima. Jadi kita melihat bahwa angka-angka itu pada akhirnya sangat jauh dari hasil
pendidikan kita hari ini.
Dunia pendidikan hari ini mulai ada gejolak, gejolak dari semua elemen. Yang
paling real, siswa disuruh belajar apa yang tidak dia sukai. Dia sama sekali tidak
berminat, tapi dia dipaksa ada di kelas dan dia mengikuti program belajar yang sehari
itu dalam satu tahun mereka ada 16 pelajaran.
Yang jelas tidak menyiapkan lulusan-lulusannya untuk siap pada usia yang
seharusnya dia siap. Juga anak ituhanya diajarkan takut pada guru, tetapi tidak
dibangun keyakinan bahwa Allah itu Melihat, Allah itu menyaksikan , Allah itu selalu
bersama. Nah inilah waktu yang saya sebut, waktu-waktu yang begitu banyak
terbuang, karena itu tadi sistem pendidikan yang tidak cocok, tidak match dengan apa
yang dibutuhkan masyarakat.
Sebenarnya saya merasakan ada step yang menarik ketika ada orang yang
sebagian fokus di dunia pendidikan dengan formal, terus mulai ada yang mengerucut
lagi dengan home schooling. Tinggal memikirkan harusnya isi kurikulumnya itu
dipikirkan.
Galau melihat anak-anak muda yang usia 6-5 tahun setelah baligh sangat tidak
siap untuk mengemban kewajibannya. Kewajiban terhadap diri sendiri, keluarga
apalagi kewajiban kepada masyarakatnya. Mandiri saja belum bisa dan ketika
kegalauan ketika kita melihat lulusan-lulusan sarjana yang datang melamar di
perusahaan-perusahaan kita sangat tidak siap. Dari sisi keilmuan mereka belum siap,
apalagi dari sisi keimanan.

Anda mungkin juga menyukai