Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN IMPLEMENTASI KELUARGA DENGAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN : MANAJEMEN KESEHATAN KELUARGA


TIDAK EFEKTIF PADA KELUARGA TN. S

Disusun guna memenuhi tugas Program Studi Pendidikan Profesi


Ners Stase Keperawatan Komunitas dan Keluarga

Oleh :
Uswatun Hasanah, S.Kep
NIM. 192311101090

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


a. Karakteristik
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 04 Mei 2020 didapatkan data bahwa
keluarga Tn. S merupakan keluarga inti dengan jenis keluarga tradisional nuclear
family. Tn. S merupakan kepala keluarga dengan seorang istri Ny, T dan anak tearkhir
Nn. U. Tn. S dan istri memiliki 5 orang anak, anak tertua telah meninggal dunia, dan
tiga orang anak telah menikah dan memiliki rumah sendiri. Keluarga Tn. S berada pada
tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa. Dari lima tugas perkembangan
keluarga pada tahap 6 perkembangan keluarga Tn. S masih memiliki dua tugas
perkembangan yang belum tercapai yaitu penataan kembali peran dan kegiatan rumah
tangga melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan masih belum tercapai. Keluarga Tn. S memiliki kebiasaan makan makanan
yang manis, pedas, dan asin lingkungan sekitar rumah juga beberapa masih berpotensi
mengganggu kesehatan misalnya pembuangan air kotor dan penempatan kandang
ternak. Tn. S mengaku memiliki penyakit liver dan Ny. T memiliki penyakit
osteoarthritis sejak 5 tahun yang lalu. Ny. T sering membeli obat yang mengandung
harsen tanpa mendiskusikan terlebih dahulu dengan petugas kesehatan. Keluarga Tn. S
mengaku takut dan khawatir dengan kondisi yang ada saat ini (wabah Covid-19), selain
itu kekhawatiran terkait masa depan juga sering dikeluhkan Tn. S dan istri. Ny. T
bahkan sering merokok untuk mengurangi perasaan khawatirnya.

b. Data Pendukung kegiatan atau rencana dan teori yang mendukung masalah yang
akan diangkat
Dari data yang didapatkan tersebut, terdapat masalah khususnya terkait manajemen
kesehatan keluarga. Mahasiswa kemudian memfokuskan terhadap masalah kesehatan
Ny. T yang memiliki penyakit osteoarthritis sejak 5 tahun yang lalu. Osteoarthritis
sendiri adalah penyakit yang banyak diderita oleh lansia dan bersifat kronis.
Penatalaksanaan oetoarthritis lebih banyak difokuskan dalam pengurangan rasa nyeri
melalui obat dan latihan-latihan fisik yang ringan. Penelitian Johnson et. al (2019)
menjelaskan bahwa intervensi yang baik bagi penderita osteoarthritis adalah edukasi
terstruktur dan latihan fisik yang dipandu oleh fisioterapi atau petugas kesehatan
profesional. Hasil penelitiannya memaparkan bahwa terdapat peningkatan yang
signifikan secara statistik pada skor NRS, indeks EQ-5D, ASES-gejala lain, dan ASES-
nyeri. ES standar (Cohen's d) adalah 0,25-0,57 untuk pasien dengan OA lutut dan 0,15-
0,39 untuk pasien dengan OA pinggul. Selain itu, pasien dengan OA lutut dan pinggul
melaporkan penurunan nyeri, minum obat OA, memiliki kemauan untuk menjalani
operasi, melaporkan perilaku penghindaran rasa takut, dan secara fisik tidak aktif .
Sedangkan untuk penelitian pada awal dan 12 bulan follow-up, pasien dengan OA
lutut dan pinggul melaporkan peningkatan yang signifikan secara statistik pada NRS
dan dalam indeks EQ-5D, tetapi penurunan signifikan secara statistik pada ASES -
gejala lain dan skor ASES-nyeri. ES terstandarisasi (Cohen's d) adalah antara -0,04 dan
0,43 untuk mereka dengan OA lutut dan -0,18 dan 0,22 untuk mereka yang memiliki
OA pinggul. Selain itu, secara signifikan lebih sedikit pasien yang melaporkan nyeri
setiap hari, menyatakan kesediaan untuk menjalani operasi (hanya untuk panggul OA),
menunjukkan perilaku takut-penghindaran, dan sedang cuti sakit. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Ahn dan Ok (2019) pada penelitiannya, setelah intervensi skor PAM
meningkat untuk semua grup (P <.05). Perubahan nyeri sendi dan kekakuan sendi skor
(sub-kategori WOMAC) secara signifikan berbeda di antara ketiga kelompok (P <.05).
Post-hoc Tes menunjukkan bahwa nyeri sendi menurun untuk E1 dan E2, sementara itu
meningkat untuk C (E2> E1> C). Skor rata-rata untuk kekakuan sendi secara signifikan
lebih tinggi untuk E2 daripada kelompok kontrol setelah intervensi (E2> C). Berarti
skor fungsi fisik (HAQDS) menurun untuk keduanya E1 dan E2, yang mengindikasikan
bahwa pasien memiliki meningkatkan fungsi fisik mereka, sementara mereka meningkat
untuk kelompok kontrol (P <.05) dengan post-hoc yang signifikan hasil tes (E2> E1>
C). Setelah intervensi, perubahan skor gejala depresi (CES-D) tidak signifikan di antara
tiga kelompok (P = 0,061).

1.2
BAB II. RENCANA KEPERAWATAN

2.1 Diagnosa Keperawatan


Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif
2.2 Tujuan
2.2.1 Tujuan umum
Setelah dilakukan perawatan selama 3 minggu, masalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan pada keluarga Tn. S dapat teratasi.
2.2.2 Tujuan khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga Tn. S mampu :
1. Kemampuan menjelaskan masalah kesehatan yang dialami meningkat
2. Aktivitas keluarga mengatasi masalah kesehatan secara tepat meningkat
3. Tindakan untuk mengurangi faktor resiko meningkat
4. Penerimaan terhadap perubahan status kesehatan meningkat
1)
BAB III. RANCANGAN KEGIATAN

3.1 Topik
Melakukan implementasi berupa pemahaman terkait konsep dasar penyakit yang
diderita keluarga, mempraktikkan cara melakukan latihan sesuai penyakit yang
diderita.
3.2 Metode
Metode yang digunakanyaitu ceramah, diskusi, dan demonstrasi. Mahasiswa
melakukan kontrak topik, waktu dan tempat, kemudian memberikan pendidikan
kesehatan pada keluarga tentang konsep dasar penyakit yang diderita keluarga.
Mahasiwa kemudian membuat jadwal latihan bersama keluarga.
3.3 Media
Media yang digunakan adalah leaflet, video, stopwatch.
3.4 Waktu dan Tempat
a) Hari/tanggal : Senin – Sabtu
b) Waktu : 07.00 – 14.00 WIB
c) Tempat : Rumah keluarga Tn. S
3.5 Setting Tempat

Keterangan :

: Keluarga

: Pemateri
3.6 Pengorganisasian
Nama
Peran Uraian Tugas Waktu Tempat
Mahasiswa
1. Fasilitator Uswatun 1. Mengucapkan salam 20 menit Ruang tamu
Hasanah, 2. Identifikasi keluarga
S.Kep pengetahuan klien Tn. S
mengenai konsep
dasar penyakit
3. Jelaskan mengenai
konsep dasar
penyakit
4. Memberikan
pertanyaan terkait
materi yang telah
dijelaskan
5. Berikan
reinforcement
positif
6. Kontrak waktu
terkait topik
pertemuan
selanjutnya
2. Peserta Tn. S dan 1. Mendengarkan 20 menit Ruang tamu
keluarga materi yang sudah keluarga
dijelaskan Tn. S
2. Melakukan diskusi
bersama
3. Menerima informasi
yang diberikan

BAB 4. KRITERIA EVALUASI

4.1 Evaluasi Struktur


1. Hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh mahasiswa akan
dijadikan bahan dasar untuk memberikan intervensi berupa
pendidikan kesehatan tentang Osteoarthrirtis, terapi Retro Walking
Exsercise, dan juga diskusi terkait kepatuhan dan partisipasi dalam
menjalankan terapi
2. Dalam pelaksanaannya, mahasiswa menyiapkan materi dan media
pembelajaran tentang pendidikan kesehatan, menyiapkan alat dan
bahan kemudian mempraktikan terapi Retro Walking Excersise.
Setelah semuanya siap, mahasiswa menyiapkan keluarga untuk
memastikan telah siap dan bersedia mengikuti rangkaian kegiatan
mulai pendidikan kesehatan, perubahan perilaku dan keterampilan.
3. Mahasiswa telah menyiapkan lingkungan atau tempat yang nyaman,
kondusif, dan tenang selama mengikuti pendidikan kesehatan
pendidikan kesehatan, diskusi, dan memperagakan terapi
4.2 Evaluasi Proses
1. Mahasiswa menjelaskan terkait materi Osteoarthritis, memimpin
kegiatan diskusi, dan memperagakan tentang terapi Retro Walking
Excersise
2. Mahasiswa menjaga suasana lingkungan dengan tenang dan
nyamanbagi kelu arga sehingga kegiatan dapat berjalan dengan baik.
3. Setelah mengikuti pendidikan kesehatan tentang Osteoarthritis,
kemudian melakukan kontrak waktu untuk pelaksanaan latihan Retro
Walking Excersise, dan melakukan diskusi mengenai keaktifan dan
partisipasi dalam melaksanakan guna mencapai tujuan umum dan
tujuan khusus.

4.3 Evaluasi Hasil


1. Keluarga mampu mengikuti pendidikan kesehatan dan memahami
materi yang telah dijelaskan
2. Keluarga melaporkan telah melaksanakan latihan baik secara
mandiri maupun bersama-sama perawat.
3. Keluarga mendiskusikan partisipasi dan keluhan selama menjalani
perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Alghadir, Ahmad H. (2019). Effect of 6-week retro or forward walking program on


pain, functional disability, quadriceps muscle strength, and performance in
individuals with knee osteoarthritis: a randomized controlled trial (retro-walking
trial). BMC Musculoskeletal Disorders, 20(159). https://doi.org/10.1186/s12891-
019-2537-9

Eka Pratiwi Maharani.2007. Penyakit Osteoartritis.pdf.

Ismayadi. 2007. Penyakit Muskuloskeletal Osteoartritis.pdf.

Jo¨nsson T, Eek F, Dell’Isola A, Dahlberg., & LE, Ekvall Hansson E (2019) The Better
Management of Patients with Osteoarthritis Program: Outcomes after evidence-
based education and exercise delivered nationwide in Sweden. PLoS ONE, 14(9):
e0222657. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0222657

Pearce, Evelin C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Price A, Sylvia, dkk, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit,
Edisi 6. Jakarta : EGC
LAMPIRAN
Lampiran 1. Materi
1. Definisi
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bersifat kronik, berjalan progresif
lambat (Price A, Sylvia, 2005). Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang
sering muncul pada usia lanjut dan secara umum terjadi pada siku tangan, lutut,
pinggang dan pinggul.

2. Etiologi
Osteoartritis terjadi karena tulang rawan mengalami penuruna fungsi, sehingga
permukaan tulang rawan ini menjadi kasar dan menyebabkan terjadinya gesekan antar
tulang sehingga menyebabkan rasa nyeri dan ngilu.
Beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain
adalah :
a. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis faktor ketuaan adalah
yang terkuat (Soeroso, 2007). Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin
meningkat dengan bertambahnya umur.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan
dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita
tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada
pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
(Soeroso, 2006 )
c. Riwayat Trauma sebelumnya
Trauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasa mengakibatkan
perubahan bentuk sendi yang akan memperbesar resiko terjadinya osteoartritis.
trauma berpengaruh terhadap kartilago artikuler, ligamen ataupun menikus yang
menyebabkan biomekanika sendi menjadi abnormal dan memicu terjadinya
degenerasi premature. (Shiddiqui, 2008)
d. Pekerjaan
Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannnya sering
memberikan tekananan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan juga
mempengaruhi sendi mana yang cenderung terkena osteoartritis. sebagai
contoh, pada tukang jahit, osteoartritis lebih sering terjadi di daerah lutut,
sedangkan pada buruh bangunan sering terjadi pada daerah pinggang. (Dewi
SK. 2009)
e. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan
ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung
beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
Pada kondisi ini terjadi peningkatan beban mekanis pada tulang dan sendi
(Soeroso, 2007).
f. Faktor Gaya hidup
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa faktor gaya hidup ampu
mengakibatkan seseorang mengalami osteoartritis. Contohnya adalah kebiasaan
buruk merokok. Merokok dapat meningkatkan kandungan karbon monoksida
dalam darah, menyebabkan jaringan kekurangan oksigen dan dapat
menghambat pembentukan tulang rawan (Eka Pratiwi,2007).
g. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis misal, pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat
dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya
perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak
perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis. (Soeroso, 2007)

3. Manifestasi Klinis
Secara spesifik, beberapa manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan adalah sebagai
berikut :
a. Nyeri sendi
b. Hambatan gerakan sendi
c. Kaku pagi
d. Krepitasi
e. Pembengkakan sendi yang asimetris
f. Tanda – tanda peradangan
g. Perubahan gaya berjalan

4. Penatalaksanaan Medis
a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,
oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak
mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan
sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau
menghentikan proses patologis osteoartritis.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang
kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk
(pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang
menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien
ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain
turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk
memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
e. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan yag tepat. Pemakaian panas
yang sedang diberikan sebelum latihan untuk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat
gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat
dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi
paraffin dan mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk
memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada
sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena
mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul
pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh
karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran
penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-
otot tersebut adalah penting.
f. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan
sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan
yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan
sendi, pebersihan osteofit (Ismayadi, 2004).
Lampiran 2. Media Leaflet
Lampiran 3. Media Video

Dapat diakses melalui https://www.youtube.com/watch?v=sUOlmI-


naFs&list=LL2FmxWZmBWkJjZrNkgZiUJQ&index=53&t=0s
Lampiran 4 Formulir EQ-5D

Berilah tanda √ di dalam salah satu kotak disetiap kelompok


pertanyaan berikut yang paling sesuai dengan kondisi kesehatan
anda hari ini.
Berjalan/Bergerak

Saya tidak mempunyai kesulitan dalam


berjalan/bergerak

Saya mempunyai kesulitan dalam


berjalan/bergerak

Saya harus selalu berada di tempat tidur

Perawatan Diri

Saya tidak mempunyai kesulitan dalam merawat diri sendiri

Saya mempunyai kesulitan untuk mandi atau

berpakaian sendiri Saya tidak bisa mandi

atau berpakaian sendiri

Kegiatan yang Biasa Dilakukan (misalnya bekerja, belajar,


mengerjakan pekerjaan rumah tangga, kegiatan keluarga atau
bersantai/berekreasi)

Saya tidak mempunyai kesulitan dalam mengerjakan kegiatan yang

biasa saya lakukan Saya mempunyai kesulitan dalam mengerjakan

kegiatan yang biasa saya lakukan

Saya tidak bisa mengerjakan kegiatan yang biasa saya lakukan

Rasa Kesakitan/Tidak Nyaman

Saya tidak merasa kesakitan/tidak nyaman

Saya merasa agak kesakitan/tidak nyaman

Saya merasa amat sangat kesakitan/tidak nyaman

Rasa Cemas/Depresi (Sedih)


Saya tidak merasa cemas/depresi (sedih)

Saya merasa agak cemas/depresi


(sedih)

Saya merasa amat sangat cemas/depresi (sedih)

Anda mungkin juga menyukai