Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

CIDERA RINGAN

Disusun Oleh :

Alvionita Eka Saputri (180205095)

Hernawan Hario Wibisono (180205113)

Tristianti Nur Khasanah (180205136)

Yumna Haya Santisya (180205141)

Kelas : 18A3

PRODI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS DUTA BANGSA SURAKARTA

2020
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
TABEL GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman modern saat ini banyak berkembang berbagai macam
pengobatan terhadap cedera pada tubuh, baik secara medis maupun non
medis. Kemajuan dan perkembangan yang terjadi merupakan salah satu
bentuk upaya untuk menjaga kesehatan tubuh dan memulihkan kembali
cedera yang terjadi pada tubuh. Cedera akan menimbulkan berbagai
macam keluhan pada tubuh apabila tidak diberi penanganan secara cepat
dan tepat, seperti rasa tegang pada otot apabila tubuh tetap digunakan.
Selain itu cedera yang diakibatkan oleh aktivitas fisik seperti berolahraga
akan menimbulkan tanda akut, yaitu tanda respon peradangan pada tubuh
berupa pembengkakan, peningkatan suhu, rasa nyeri, warna merah dan
penurunan fungsi pada anggota gerak tubuh (Novita Intan Arovah, 2010:
3). Tanda-tanda peradangan pada cedera tubuh tersebut akan berdampak
negatif apabila pada saat penanganan pertama pasca terkena cedera tidak
dilakukan cepat dan tepat.
Pada umumnya, prinsip penanganan cedera akut pada tubuh
dilakukan untuk mengurangi kerusakan lanjutan serta mengurangi keluhan
yang terjadi akibat respon peradangan tubuh. Namun yang terjadi di
lapangan, di ruang lingkup pendidikan maupun di masyarakat umum
masih banyak terjadi salah persepsi dan kurangnya pengetahuan tentang
penanganan pertama cedera akut pada tubuh. Banyak masyarakat maupun
olahragawan yang tidak melakukan tindakan penanganan yang cepat dan
tepat, bahkan ada beberapa yang melakukan penanganan yang salah
terhadap timbulnya peradangan akibat dari cedera yang terjadi.
Dari hasil pengamatan penulis tentang penanganan pertama yang
dilakukan masyarakat yaitu pasien Physical Therapy Clinic Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, baik pasien olahragawan
maupun non olahragawan antara lain sebagai berikut: (1) Banyak pasien
tidak melakukan tindakan penanganan pertama pada cedera yang dialami
akibat aktivitas fisik, baik olahraga maupun non olahraga, (2) Banyak
pasien melakukan penanganan pertama pada cedera dengan metode
penanganan yang salah, seperti memberi efek panas pada anggota tubuh
yang mengalami peradangan, (3) Banyak pasien khususnya olahragawan
tidak melakukan istirahat saat mengalami cedera yang menimbulkan
peradangan sehingga memperparah keadaan cedera pada tubuh.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana klasifikasi cedera?
2. Apakah cidera ringan itu?
3. Luka apa saja yang tergolong sebagai cedera ringan?
4. Bagaimana penanganan dan perawatan cedera ringan?

C. Tujuan
Tujuan dari dibubatnya makalah ini adalah
1. Mengetahui klasifikasi cedera.
2. Mengetahui pengertian cedera ringan.
3. Mengetahui luka yang tergolong sebagai cedera ringan.
4. Mengetahui cara penanganan dan perawatan cedera ringan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KLASIFIKASI CEDERA
Menurut Hardianto (2005), klasifikasi cedera sebagai berikut :
1. Berdasarkan berat ringannya, cedera dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Cedera ringan
b. Cedera berat
2. Berdasarkan jaringan yang terkena
a. Cedera jaringan lunak
b. Cedera jaringan keras

B. PENGERTIAN CEDERA RINGAN


Menurut Hardianto (2005) cedera ringan adalah cedera yang tidak diikuti
kerusakan yang berarti pada jaringan tubuh kita.

C. CONTOH DIAGNOSA CEDERA RINGAN DAN


PENANGANANNYA
Contoh-contoh cedera ringan antara lain :
1. Cedera otot pergelangan kaki
Cedera otot pergelangan kaki merupakan salah satu kejadian yang
paling banyak ditemui saat melakukan aktivitas olahraga. Hal ini
disebabkan oleh peregangan yang berlebihan atau robekan pada urat,
tendon, atau otot. Pergelangan kaki sering mengalami cedera karena
merupakan tempat bertemunta tiga tulang.
Saat terjadi cedera pada pergelangan kaki yang harus dilakukan adalah
mengkompresnya dengan es batu untuk mengurangi pembengkakan
dan mengurangi rasa sakit, angkat pergelangan kaki sampai sejajar
dengan jantung dan dilakukan sambil duduk bersandar.
Penanganan cedera pada otot pergelangan kaki tidak selalu sama,
tergantung jenis cedera yang dialami dan tingkat keparahannya. Dalam
menentukan tingkat keparahan cedera, dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik serta penunjang, seperti foto Rontgen atau USG
engkel kaki untuk melihat kondisi otot, tulang, serta urat (tendon dan
ligamen).Saat kondisi sudah diketahui pasti, dokter baru akan
menentukan penanganan.Cedera l dapat ditangani dengan beberapa
cara. Untuk mengurangi rasa nyeri yang muncul akibat cedera, dokter
biasanya akan meresepkan obat pereda rasa nyeri, seperti paracetamol
dan ibuprofen.
2. Cedera tulang kering
Cedera tulang kering atau shin splints terjadi karena peradangan pada
otot yang ditandai dengan rasa nyeri pada betis dan tulang kering
bagian atas. Umumnya terjadi saat berlari atau melompat.
Untuk meredakan nyeri, kompres betis dan tulang kering dengan es
dan biarkan beberapa menit. Jika rasa nyeri tidak mereda maka minum
obat pereda seperti ibuprfen atau aspirin.
3. Nyeri pinggang
Nyeri pinggang atau cedea punggung bawah banyak dialami oleh
seseorang yang mengangkat beban, bersepeda, atau olahraga lain.
Nyeri pinggang bisa disebabkan oleh saraf terjepit, tendon atau otot
sobek dan herniated disk.
Nyeri pinggang ini dapat diobati dengan cara beristirahat dan
memberikan kompres es. Hindari gerakan seperti membungkuk atau
mengangkat beban yang berat. Jika rasa nyeri sudah reda, maka dapat
dilakukan peregangan.
4. Gegar otak
Gegar otak merupakan salah satu cedera yang banyak ditangani di
instalasi gawat darurat. Gegar otak terjadi karena benturan pada kepala
yang melukai pembuluh darah darah saraf otak. Penderita gegar otak
akan mengalami gangguang seperti pusing, penglihatan berkunang,
muntah-muntah, dan hilang kesadaran.
Untuk mendiagnosis gegar otak dengan melakukan tes pada detail
saraf. Dokter akan meminta pasien mengecek gejala yang mereka
rasakan seperti kehilangan kesadaran, amnesia, atau linglung setelah
terluka.Dokter akan meminta Anda melakukan tomografi (CT scan)
pada kepala Anda atau melakukan Magnetic Resonance Imaging
(MRI) untuk melihat adanya perdarahan di otak dan melihat adanya
gangguan struktur otak. Jika gegar otak tidak terlalu parah maka dapat
mengonsumsi obat-obatan seperti paracetamol untuk meredakan rasa
nyeri.
5. Cedera kepala
Cedera kepala merupakan proses di mana terjadi trauma langsung
terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan pada kepala atau otak
(borley & grace, 2006). Menurut Nurarif & Kusuma (2015) cedera
kepala dibagi menjadi :
a. Cedera kepala primer merupakan akibat cedera awal.
Akibat langsung pada mekanisme dinamik ( acceselarsi –
descelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada jaringan.
Pada cidera primer dapat terjadi :
1). Geger kepala ringan
2). Memar otak
3). Laserasi.
b. Cedera kepala sekunder, menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut.
Pada cidera sekunder timbul gejala seperti :
1). Hipotensi sistemik
2). Hiperkapnea
3). Hipokapnea
4). Udema otak
5). Komplikasi pernapasan
6). Infeksi komplikasi pada organ tubuh yang lain.
Gejala yang dialami penderita cedera kepala yaitu biasanya
kehilangan kesadaran untuk beberapa saat,terlihat linglung atau memiliki
pandangan kosong,pusing,kehilangan keseimbangan,mual atau
muntah,mudah merasa Lelah dan sulit tidur. Pengobatan akan
disesuaikan dengan tingkat cedera yang dialami pasien. Penderita cedera
kepala ringan biasanya tidak memerlukan tindakan medis khusus
dikarenakan kondisinya dapat membaik dengan beristirahat. Untuk
meredakan rasa nyeri, penderita dianjurkan untuk mengonsumsi
paracetamol. Tindakan operasi ada beberapa tindakan yang biasa
dilakukan yaitu membuka tulang tengkorak , mengangkat bekuan darah
(hematoma) , memperbaiki tulang tengkorak yang patah.
Penatalaksanaan cedera kepala yaitu :

a. Amnesia posttraumatika jelas (lebih dari 1 jam)


b. Riwayat kehilangan kesadaran (lebih dari 15 menit)
c. Penurunan tingkat kesadaran
d. Nyeri kepala sedang hingga berat
e. Intoksikasi alkohol atau obat
f. Fraktura tengkorak
g. Kebocoran CSS, otorrhea atau rhinorrhea
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Klasifikasi cedera dibagi menjadi dua yaitu,berdasarkan jaringan
beratnya (cidera ringan dan berat) dan berdasarkan jaringannya (lunak
dan keras.Cedera ringan adalah cedera yang tidak diikuti kerusakan
yang berarti pada jaringan tubuh kita.Ada beberapa contoh diagnose
ringan berupa cidera otot pergelangan kaki,nyeri pinggang,gegar
otak,cedera kepala dan cedera tulang kering. Pada cedera kepala
terdapat dua jenis cedera kepala primer dan sekunder.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Savitri, T. (2020, mei 11). Gegar Otak. HelloSehat.

Willy, T. (2018, Maret 18). Cedera Kepala. Aladokter.

Yusnita, D. P. (2015, April 25). Makalah Trauma Cedera Kepala.

Anda mungkin juga menyukai