Anda di halaman 1dari 52

TUGAS MAKALAH BAHASA INDONESIA

“Penulisan Bahasa Indonesia sesuai Ejaan Bahasa Indonesia”

OLEH :
Kelompok 2
1. Eha Pratiwi Ningsih (172210643)
2. Meta Permata Sari (1722106
3. Nurul Annisa(1722106

S1 Terapan Gizi dan Dietetika III A

DOSEN PEMBIMBING :
Ayu Gustia Ningsih,M.Pd

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG


1
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Pada pembahasan ini kami akan menyampaikan materi dari Bahasa Indonesia
mengenai “Penulisan Bahasa Indonesia Sesuai Ejaan Bahasa Indonesia”, Sebelumnya
kami ucapan terimakasih kepada dosen yang telah membimbing dalam penyusunan
makalah ini pada mata kuliah Bahasa Indonesia.

Makalah ini menjelaskan tentang bagaimana kaidah penulisan bahasa


Indonesia yang sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia serta tentang pembentukan
kata yang merupakan salah satu materi yang akan dipelajari pada mata kuliah Bahasa
Indonesia.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Semogamakalah
ini bermanfaat bagi kita semua dan Allah SWT senantiasa meridhai usaha kita.

Padang, 10 Agustus 2019

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................…...........................................… 1

DAFTAR ISI.......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................. 3
B. Identifikasi Masalah...................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah.......................................................................................... 4
D. Tujuan Penulisan…........................................................................................ 4
E. Manfaat Penulisan ......................................................................................... 5
1. Manfaat untuk Diri Sendiri.....................................................................… 5
2. Manfaat untuk Institusi dan Mahasiswa .................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Penulisan Huruf Kapital dan Huruf Miring................................................. 6


B. Penulisan Kata ............................................................................................. 13
C. Penulisan Singkatan dan Akronim................................................................ 20
D. Penulisan Angka dan Lambang Bilangan ..................................................... 23
E. Penulisan Unsur Serapan............................................................................... 28
F. Pemakaian Tanda Baca .............................................................................. 29

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................. 50
B. Saran…........................................................................................................ 50

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 51
2
BAB I
PENDAHLUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan sehari-hari sering sekali kita mendengar dan menjumpai
orang-orang yang sulit mengungkapkan apa yang ada di dalam fikirannya. kita
pun juga sering menjumpai banyak orang-orang yang boros pemakaian sebuah
kata,namun tidak memiliki makna yang begitu berarti. Oleh karena itu agar kita
tidak seperti dua hal tersebut. Maka kita harus mengetahui penting nya peranan
kata dalam kehidupan sehari-hari.
Sebuah kata mengandung makna bahawa sebuah kata mengungkapkan
gagasan. Kata adalah alat untuk menyampaikan gagasan yang akan disampaikan
kepada orang lain. Semakin banyak kata yang kita kuasai semakin banyak juga
ide atau gagasan yang kita kuasai dan sanggup kita ungkapkan.
Manusia berkomunikasi lewat bahasa,agar saling memahami antara pembicara
dan pendengar maka pemilihan suatu kata yang tepat adalah satu faktor penentu
dalam komunikasi.Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa,
disinilah peran aturan baku tersebut digunakan dalam hal ini kita selaku warga
negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata Bahasaan
Indonesia yang baik dan benar.
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran,
dan bagaimana menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang. Secara
teknis, ejaan adalah aturan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur
serapan, dan penulisan tanda baca.
Pembentukan kata biasa disebut dengan morfologi. Hingga kini telah banyak
dibicarakan berbagai bentuk kata dalam bahasa Indonesia beserta pengertian-
pengertian yang diwakilinya. Dengan kata lain telah diberikan tinjauan tentang
ciri bentuk kata beserta 3tugasnya dalam pemakaian bahasa. Pengetahuan tentang
ciri-ciri penting sekali, karena bahasa sesungguhnya tidak lain dari pada tanda
bunyi bebas yang selalu terikat pada suatu sistem, diketahui oleh masyarakat
bahasa berdasarkan perjanjian. Jadi pada hakikatnya bahasa adalah bunyi.

B. Identifikasi Masalah
Dari uraian penulis pada latar belakang makalah ini akan menjelaskan tentang:
1. Penulisan kata serta penulisan lambang dan bilangan
2. Singkatan dan akronim
3. Penulisan unsur serapan

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, penulis
merumuskan masalah yang akan dibahas antara lain:
a)  Bagaimana cara penulisan huruf kapital dan huruf miring?
b)  Bagaimana cara penulisan kata yang sesuai Ejaan Bahasa Indonesia?
c) Bagaimana cara penulisan pada singkatan dan akronim dalam Bahasa
Indonesia?
d) Bagaimana cara penulisan pada angka dan lambang bilangan?
e) Bagaimana cara penulisan unsur serapan?
f) Bagaimana cara penggunaan tanda baca yang benar sesuai dengan Ejaan
Bahasa Indonesia?

D. Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan dari penulisan makalah tersebut antara lain:
a) Untuk mengetahui cara penulisan huruf kapital dan huruf miring yang benar
b) Untuk mengetahui cara penulisan kata yang sesuai ejaan Bahasa Indonesia
c) Untuk mengetahui cara penulisan pada singkatan dan akronim dalam Bahasa
Indonesia
d) Untuk mengetahui cara penulisan pada angka dan lambang bilangan
e) Untuk mengetahui cara penulisan unsur serapan
f) Untuk mengetahui 4cara penggunaan tanda baca yang benar sesuai dengan
ejaan Bahasa Indonesia
E. Manfaat Penulisan Makalah
1. Manfaat untuk Diri Sendiri
a) Memahami dan mengetahui kaidah penulisan yang benar dalam
penulisan Ejaan Bahasa Indonesia
b) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam menulis yang
sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang benar

2. Manfaat untuk Institusi dan Mahasiswa


a) Memberikan pengetahuan dan pedoman mengenai penulisan yang
benar sesuai ejaan Bahasa Indonesia sehingga dapat meningkatkan
kemampuan dalam menulis.

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Penulisan Huruf
1. Huruf Besar atau Huruf Kapital
Penulisan huruf kapital yang kita jumpai dalam tulisan- tulisan resmi kadang –
kadang menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah penulisan huruf
kapital itu adalah sebagai berikut:
a. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata awal
kalimat
Misalnya:
a) Kami berangkat sebelum fajar.
b) Sediakan payung sebelum hujan.
c) Makin cepat kita membaca makin banyak yang diperoleh.
d) Tidak baik belajar sampai jauh malam.
e) Biasakan makan sebelum berangkat sekolah.

b. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan
langsung
Misalnya:
a) Paman bertanya,”Bagaimana hasil ujianmu?”
b) Weni mengeluh,”Sukar benar ujian tadi !”
c) “Mengapa terlambat lagi, Evi?” kata Bu Fat
d) “Jalan macet, karena ada pawai,Bu”, jawab Evi

c. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam
ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan
nama Tuhan, termasuk kata ganti-Nya. Huruf pertama pada kata ganti ku,
mu, dan nya, sebagai kata ganti Tuhan, harus dituliskan dengan huruf
capital, dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Hal-hal keagamaan itu
hanya terbatas pada
6 nama diri, sedangkan kata-kata yang menunjukkan
nama jenis, seperti jin, iblis, surga, malaikat, mahsyar,zakat dan puasa.
Meskipun bertalian dengan keagaaman, tidak diawali dengan huruf
capital. Kata-kata keagamaan lainnya yang harus ditulis dengan huruf
capital adalah nama agama dan kitab suci, seperti Islam, Kristen, Hindu,
Budha, Alquran
Misalnya:
a) Limpahkanlah rahmat-Mu ya Allah
b) Tuhan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya
c) Semoga Tuhan Yang Mahakuasa memberkati usaha kita

d. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan
dan perangkat yang diikuti nama orang
Misalnya:
a) Gubernur Ali Sadikin
b) Laksana Muda Udara Husein Sastranegara
c) Jendral Soedirman
d) Menteri Penerangan Harmoko
e) Perdana Menteri Margaret Thatcher
f) Bupati Jamin Purba
g) Profesor Amran Halim

e. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang
Misalnya:
a) Haji Agus Salim
b) Raja Ali Haji
c) Sultan Hasanudin
d) Nabi Daud
e) Mahaputra Yamin
f) Teuku Cik Di
7 Tiro

f. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama orang
Misalnya:
a) Amir Hamzah
b) Herman Susilo
c) Jaya Kusuma
d) Fatmawati

g. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku dan bahasa
Misalnya:
a) Dalam bahasa Sunda terdapat kata lahan
b) Kita bangsa Indonesia, harus bertekad untuk meyukseskan
pembangunan
c) Yaser Arafat, Presiden Palestina, hari ini tiba di Jakarta
d) Kehidupan suku Piliang sebagian besar petani

Sesuai dengan contoh diatas, kata suku, bangsa dan bahasa tetap
dituliskan dengan huruf awal kecil, sedangkan yang harus dituliskan
dengan huruf capital adalah nama suku, nama bangsa atau nama
bahasanya, seperti Sunda, Indonesia, Palestina, dan Piliang. Akan tetapi,
jika nama bangsa, suku, dan bahasa itu sudah diberi awalan dan akhiran
sekaligus, kata-kata itu harus ditulis dengan huruf kecil.

Misalnya:

a) Kita harus berusaha mengindonesiakan kata-kata asing


b) Kita tidak perlu kebelanda-belandaan karena sekarang sudah merdeka
c) Coba Anda hindarkan usaha mempranciskan bahasa Indonesia

Demikian juga, kalau tidak membawa nama suku, nama itu harus
dituliskan dengan
8 huruf kecil

Misalnya:
a) petai cina
b) jeruk bali
c) dodol garut
d) duku palembang

h. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,
bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah
Misalnya:
a) Biasanya, umat Islam seluruh dunia merasa sangat berbahagia pada
hari Lebaran
b) Tahun 1998 Masehi adalah tahun yang suram bagi perekonomian kita
c) Pada tanggal 17 Agustus 1945 dikumandangkanlah Proklamasi

i. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama khas
dalam geografi
Misalnya:
a) Tahun 1985 Provinsi Sumatera Barat mendapat anugerah Parasnya
Purnakarya Nugraha
b) Di Teluk Jakarta telah dibangun suatu proyek perikanan laut
c) Samoah di sungai Ciliwung akan diolah menjadi bahan pupuk dan
kertas

Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama khas geografi, kata-kata, selat,
teluk, terusan, gunung, sungai, danau dan bukitditulis dengan huruf kecil

Misalnya:

a) Nelayan itu berlayar sampai ke teluk


b) Kita harus berusaha agar sungai di daerah ini tidak tercemar
9
c) Perahu-perahu itu akan melewati selat yang airnya deras
j. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama badan
resmi, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen
resmi
Misalnya:
a) Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia dipilih oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat
b) Semua anggota PBB harus mematuhi isi Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa
c) Pemimpin Kerajaan Iran pada saat itu adalah Syah Reza Pahlevi
Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama resmi, kata-kata seperti itu
ditulis dengan huruf kecil
Misalnya:
a) Menurut undang-undang dasar kita, semua warga Negara mempunyai
kedudukan yang sama
b) Iran adalah suatu Negara yang berbentuk kerajaan
k. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama semua kata
dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata
partikel, seperti: di, dari, untuk, yang, yang terletak pada posisi awal
Misalnya:
a) Idrus mengarang buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
b) Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
diterbitkan oleh Balai Pustaka
c) Hasil penelitian professor itu dikumpulkan dalam buku Cahaya dari
Selatan

l. Huruf besar atau huruf capital dipakai dalam singkatan gelar atau sapaan,
kecuali gelar dokter
Misalnya: 10

a) Proyek itu dipimpin oleh Dra. Jasika Murni


b) Hadi Nurzaman, M.A. diangkat menjadi pemimpin kegiatan itu
c) Penyakit ayah saya sudah dua kali diperiksa oleh dr.Siswoyo

m. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama kata
petunjuk hubungan kerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik,
nenek yang dipakai sebagai sapaan. Singkatan pak, bu, kak, dik,dan
sebagainya hanya digunakan sebagai sapaan atau jika diikuti oleh nama
orang/ nama jabatan. Kata Anda juga diawali huruf capital
Misalnya:
a) Kapan Bapak berangkat ?
b) Minumlah, Dik!
c) Silahkan duduk, Mas!
d) Surat Saudara sudah saya terima

Akan tetapi, jika tidak dipakai sebagai kata ganti atau sapaan, kata
penunjuk hubungan kekerabatan itu ditulis dengan huruf kecil

Misalnya:

a) Kita harus menghormati ibu kita dan bapak kita


b) Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga
c) Semua camat dalam kabupaten itu hadir

2. Huruf Miring
Huruf miring biasanya dikenal dalam bahasa cetakan. Di dalam tulisan yang
menggunakan ketikan, atau tulisan tangan, huruf miring ini diberi garis
bawah. Yang digaris adalah masing-masing kata. Dengan demikian, garis itu
terputus-putus menurut panjangnya suatu perkataan. Huruf miring ini biasa
pula disebut huruf kursif.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk hal-hal sebagai berikut :
11
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Dalam tulisan
tanagn atau ketikan, kata yang harus ditulis dengan garis bawah satu
Misalnya:
a) Kalimat Efektif karya Abdul Razaq
b) Majalah Bahasa Indonesia diterbitkan di Jakarta
c) Surat kabar Kompas karya J.S. Badudu
d) Majalah Horizon merupakan majalah sastra

b. Huruf miring dalam cetakan dipakai menegaskan atau mengkhusukan


huruf, bagian kata, atau kelompok kata
Misalnya:
a) Kata daripada digunakan secara tepat dalam kalimat
Penyelenggaraan Pemilu 1999 lebih baikdaripada pemilu-pemilu
sebelumnya
b) Buatlah kalimat dengan kata dukacita
c) Kata pakar merupakan kata pungut
d) Kata aku dalam puisi AKU Chairil Anwar punya tafsiran ganda

c. Huruf miring dalam cetakan dipakai enuliskan kata nama-nama ilmiah,


atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya
Misalnya:
a) Buah manggis nama ilmiahnya ialah gracia mangoestana
b) Masalah bilingual merupakan masalah yang umumya kita hadapi

B. Penulisan Kata

a. Kita mengenal bentuk kata dasar, kata turunan atau kata berimbuhan, kata
ulang, dan gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satuan yang berdiri
12
sendiri, sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran)
dituliskan serangkai dengan kata dasarnya. Kalau gabungan kata, hanya
mendapat awalan atau akhiran, awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai
dengan kata yang bersangkutan saja.

Misalnya :

Bentuk tidak baku Bentuk baku

Di didik dididik

Di suruh disuruh

Kalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata
turunannya itu harus dituliskan serangkai.

Misalnya :

Bentuk tidak baku Bentuk baku

Menghancur leburkan menghancurleburkan

Pemberi tahuan pemberitahuan

Mempertanggung jawabkan mempertanggungjawabkan

b. Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.


Pemakaian angka dua untuk menyatakan bentuk perulangan, hendaknya
dibatasi pada tulisan cepat atau pencatatan saja. Pada tulisan yang
memerlukan keresmian, kata ulang ditulis secara lengkap.

Kata ulang tidak hanya berupa pengulangan kata dasar dan sebagian lagi kata
turunan, mungkin pula pengulangan kata itu sekaligus mendapat awalan dan
akhiran. Kemungkinan yang lain, salah satu bagiannya adalah bentuk yang
dianggap berasal dari kata dasar yang sama dengan ubahan bunyi. Mungkin pula,
bagian itu sudah agak 13
jauh berbeda dari bentuk dasar (bentuk asal). Namun,
apabila ditinjau dari maknanya, keseluruhan itu menyatakan perulangan.

Misalnya :
Bentuk tidak baku Bentuk baku

Jalan2 jalan-jalan

di-besar2-kan dibesar-besarkan

me-nulis2 menulis-nulis

c. Gabungan kata termasuk yang lazim disebut kata majemuk bagian-bagiannya


dituliskan terpisah.

Misalnya :

Bentuk tidak baku Bentuk baku

Dayaserap daya serap

Tatabahasa tata bahasa

Kerjasama kerjasama

Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dituliskan serangkai.

Misalnya :

Bentuk tidak baku Bentuk baku

Mana kala manakala

Sekali gus sekaligus

Bila mana bilamana

Selain itu, kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu
kata yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, unsur itu
harus dituliskan serangkai dengan unsur lainnya.
14

Misalnya :
Bentuk tidak baku Bentuk baku

a moral amoral

antar warga antarwarga

catur tunggal caturtunggal

Bila bentuk tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar, di antara kedua
unsur itu dituliskan tanda hubung (-)

Misalnya :

Non-RRC

Non-Indonesia

Pan- Islamisme

Unsur maha dan peri dalam gabungan kata ditulis serangkai dengan unsur berikutnya,
yang berupa kata dasar. Akan tetapi, jika diikuti kata berimbuhan, kata maha dan
peri itu ditulis terpisah.

Misalnya :

1. Semoga Yang Mahakuasa merahmati kita semua.

2. Jika Tuhan Yang Maha Esa mengizinkan, saya akan sarjana bulan depan.

3. Kita harus memperhatikan perilaku yang baik.

Ada ketentuan khusus, yaitu kata maha yang diikuti oleh esa ditulis terpisah
walaupun diikuti kata dasar.

d. Kata ganti ku dan kau yang ada pertaliannya dengan aku dan engkau ditulis
serangkai dengan kata
15 yang mengikutinya; kata ganti ku,mu dan nya yang ada

pertaliannya dengan aku, kamu, dan dia ditulis serangkai dengan yang
mendahuluinya.
Misalnya :

1. Pikiranmu dan kata-katamu berguna untuk memajukan negeri ini.

2. Kalau mau, boleh kauambil buku itu.

e. Kata depan, di, ke, dan dari ditulis terpisah dari akta yang mengikutinya,
kecuali jika berupa gabungan kata yang sudah dianggap padu benar, seperti
kepada dan daripada.

Misalnya :

1. Saya pergi ke beberapa daerah untuk mencarinya, tetapi belum berhasil.

2. Ketika truk Belanda sudah bergerak ke timur, gerilyawan yang


bersembunyi di bawah kaki bukit lari kearah barat.

f. Partikel pun dipisahkan dari kata yang mendahuluinya karena pun sudah
hampir seperti kata lepas.

Misalnya :

1. Ia sudah sering ke desa ini, tetapi sekali pun ia belum pernah singgah ke
rumah saya.

2. Jika saya pergi, dia pun ingin pergi

3. Dengan devaluasi pun ekonomi Indonesia belum tertolong.

Akan tetapi, kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu benar,
ditulis serangkai. Jumlah kata seperti itu terbatas, hanya ada dua belas kata, yaitu
adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun,
maupun, meskipun, sekalipun (yang berarti walaupun), sesungguhnya, dan
walaupun. 16

Misalnya :
1. Meskipun ia sering ke Jakarta, satu kali pun ia belum pernah ke Taman Mini
Indonesia Indah.

2. Bagaimanapun sulitnya, saya harus menempuh ujian sekali lagi.

g. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’ dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian-
bagian kalimat yang mendampinginya.

Misalnya :

1. Harga kain itu Rp10.000,00 per meter

2. Saya diangkat menjadi pegawai negeri per Oktober 1974

3. Semua orang yang diduga mengetahui peristiwa itu dipanggil satu per
satu.

h. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam


tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka digunakan
untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, dan isi, (b) satuan waktu, dan (c)
nilai uang. Selain itu, angka lazim juga dipakai untuk menadai nomor jalan,
rumah, apartemen, atau kamar pada alamat dan digunakan juga untuk
menomori karangan atau bagian-bagiannya.

Misalnya :

Hotel Sahid Jaya, Kamar 125

Bab XV, Pasal 26

Surah Ali Imran, Ayat 12

i. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

17 lima (235)
1. Dua ratus tiga puluh

2. Serratus empat puluh delapan (148)


3. Tiga dua pertiga ( 3 2/3)

j. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan tiga cara yang berikut.

1. Abad XX ini dikenal juga sebagai abad teknologi.

2. Abad ke-20 dikenal juga sebagai abd teknologi

3. Presiden Bill Clinton mengirimkan 250 orang wartawan ke Afrika Selatan.


Ke-250 orang itu mengalami kesulitan disana.

k. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang
berikut.

1. Sutan Takdir Alisyahbana adalah pujangga tahun 30-an

2. Bolehkah saya menukar uang dengan lembar 1000-an?

l. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, ditulis
dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan, seperti
dalam perincian atau pemaparan.

1. Dia sudah memesan dua ratus bibit cengkeh.

2. Ada sekitar lima puluh calon mahasiswa yang tidak diterima di akademi
itu.

m. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat. Kita sering melihat penulisan
lambang bilangan yang salah seperti dibawah ini.

1. 12 orang menderita luka berat dalam kecelakaan itu

18
2. 20 helai kemeja terjual pada hari itu.

3. 150 orang tamu diundang oleh Panitia Reuni ITI Serpong


Penulisan angka yang benar seperti perbaikan berikut:

1. Dua belas orang menderita luka berat dalam kecelakaan itu

2. Dua puluh helai kemeja terjual pada hari itu.

3. Sebanyak 150 orang tamu diundang oleh Panitia Reuni ITI Serpong

n. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak
perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.

Bentuk tidak baku

1. Jumlah pegawai di perusahaan itu 12 (dua belas) orang

2. Di perpustakaan kami terdapat 350 (tiga ratus lima puluh) buah buku.

3. Sebanyak 150 (serratus lima puluh) orang peserta ikut dalam pertandingan
itu.

Bentuk baku

1. Jumlah pegawai di perusahaan itu dua belas orang

2. Di perpustakaan kami terdapat 350 buah buku

3. Sebanyak 150 orang peserta ikut dalam pertandingan.

C. Penulisan Singkatan dan Akronim


Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik
pada setiap unsur singkatan itu.

Misalnya:
19
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
H. Hamid Haji Hamid
Suman Hs. Suman Hasibuan
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
M.B.A. master of business administration
M.Hum. magister humaniora
M.Si. magister sains
S.E. sarjana ekonomi
S.Sos. sarjana sosial
S.Kom. sarjana komunikasi
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
Sdr. Saudara
Kol. Darmawati Kolonel Darmawati

1. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen
resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.

Misalnya:

NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia


UI Universitas Indonesia
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
WHO World Health Organization
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

2. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik.

Misalnya:

PT 20 perseroan terbatas
MAN madrasah aliah negeri
SD sekolah dasar
KTP kartu tanda penduduk
SIM surat izin mengemudi
NIP nomor induk pegawai

3. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.

Misalnya:

hlm. Halaman
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
sda. sama dengan di atas
ybs. yang bersangkutan
yth. yang terhormat
ttd. Tertanda
dkk. dan kawan-kawan

4. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat menyurat
masing-masing diikuti oleh tanda titik.

Misalnya:

a.n. atas nama


d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
s.d. sampai dengan

5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
21
Misalnya:

Cu kuprum
cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere
l liter
kg kilogram
Rp rupiah

Perbedaan utama antara singkatan dan akronim adalah pada perlakuan


terhadap hasil dari sesuatu yang dipendekkan. Jika kependekkan tersebut
diperlakukan seperti sebuah huruf, maka ia disebut dengan singkatan dan dilafalkan
seperti melafalkan sebuah huruf, yaitu dieja (misalnya: DPR, PBB, SD dan lain-lain).
Jika kependekkan tersebut diperlakukan seperti sebuah kata, maka ia disebut dengan
akronim dan dilafalkan seperti melafalkan sebuah kata dalam satu tarikan nafas
(misalnya: Puskesmas, Akabri dan lain-lain).

Akronim ialah singkatan dalam bentuk gabungan huruf, gabungan huruf


dengan suku kata, atau gabungan suku kata dan diperlakukan sebagai kata.

1. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.

Misalnya:

BIG Badan Informasi Geospasial


BIN Badan Intelijen Negara
LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal

22
Misalnya:

Bulog Badan Urusan Logistik


Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kowani Kongres Wanita Indonesia
Kalteng Kalimantan Tengah
Mabbim Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indo- nesia-Malaysia
Suramadu Surabaya-Madura

3. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau
gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.

Misalnya:

iptek ilmu pengetahuan dan teknologi


pemilu pemilihan umum
puskesmas pusat kesehatan masyarakat
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
tilang bukti pelanggaran

D. Penulisan Angka dan Bilangan


Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau
nomor.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500),
M (1.000), V(5.000), M(1.000.000)

1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya:
a) Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
b) Koleksi perpustakaan
23 itu lebih dari satu juta buku.
c) Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju,
dan 5 orang abstain.
d) Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100
minibus, dan 250 sedan.
2. A. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya:
a) Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah
daerah.
b) Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.

a) 50 siswa teladan mendapat beasiswa dari peme-rintah daerah.

b) 3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.

B. Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata, susunan kalimatnya diubah.
Misalnya:
a) Panitia mengundang 250 orang peserta.
b) Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.

a) 250 orang peserta diundang panitia.

b) 25 naskah kuno tersimpan di lemari itu.

3. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf
supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
a) Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan
usahanya. 24
b) Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
c) Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya 10
triliun rupiah.

4. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan
waktu serta (b) nilai uang.
Misalnya:
a) 0,5 sentimeter
b) 5 kilogram
c) 4 hektare
d) 10 liter
e) 2 tahun 6 bulan 5 hari
f) 1 jam 20 menit
g) Rp5.000,00
h) US$3,50
i) £5,10
j) ¥100

5. Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau
kamar.
Misalnya:
a) Jalan Tanah Abang I No. 15 atau
b) Jalan Tanah Abang I/15
c) Jalan Wijaya No. 14
d) Hotel Mahameru, Kamar 169
e) Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201

6. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
a) Bab X, Pasal
25 5, halaman 252

b) Surah Yasin: 9
c) Markus 16: 15—16
7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a) Bilangan Utuh
Misalnya:
1) dua belas (12)
2) tiga puluh (30)
3) lima ribu (5.000)
b) Bilangan Pecahan
Misalnya:
1) setengah atau seperdua (½)
2) seperenam belas (⅟16)

3) tiga perempat (¾)


4) tiga dua-pertiga (3⅔)
5) satu persen (1%)
6) satu permil (1‰)

8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.


Misalnya:
a) abad XX
b) abad ke-20
c) abad kedua puluh
d) Perang Dunia II
e) Perang Dunia Ke-2
f) Perang Dunia Kedua

9. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
26 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
a). lima lembar uang
b). tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
c). uang 5.000-an (uang lima ribuan)
10. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam
peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Misalnya:
a) Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan,
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
b) Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta sembilan
ratus lima
puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.

11. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf
dilakukan seperti berikut.
Misalnya:
a) Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan
ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
b) Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke
atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.

12. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:
a) Kelapadua
b) Kotonanampek
c) Rajaampat
d) Simpanglima
27

E. Penulisan Unsur Serapan


Dalam perkembangannya bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai
bahasa, baik dari bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan Bali, maupun dari
bahasa asing, seperti bahasa San-skerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang be-lum sepenuhnya terserap
ke dalam bahasa Indonesia, seperti force majeur, de facto, de jure, dan l’exploitation
de l’homme par l’homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia,
tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur
asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia. Dalam hal ini, penyerapan diusa-hakan agar ejaannya diubah seperlunya
sehingga bentuk Indone-sianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut.
a (Arab, bunyi pendek atau bunyi panjang) menjadi a (bukan o)

Bahasa Asing Bahasa Indonesia

aa (Belanda) menjadi a
Paal pal
Baal Bal
Octaaf
Oktaf

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e


aerobe
Aerob

ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e


Haemoglobin
Hemoglobin
Haematite Ematit

28
ai tetap ai
Trailer
Trailer
caisson Aison

au tetap au
Audiogram
Audiogram
Autotroph Utotrof
Tautomer
Tautomer

F. Penulisan Tanda Baca

a. Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.

Misalnya:

a) Mereka duduk di sana.


b) Dia akan datang pada pertemuan itu.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar.

Misalnya:
a) Kondisi Kebahasaan di Indonesia
1. Bahasa Indonesia
2. Kedudukan
3. Fungsi
B. Bahasa Daerah
29
1. Kedudukan
2. Fungsi
C. Bahasa Asing
1. Kedudukan
2. Fungsi
b) Patokan Umum
1.1 Isi Karangan

1.2 Ilustrasi

1.2.1 Gambar Tangan

1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik

3. Patokan Khusus

Catatan:

(1) Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda
kurung dalam suatu perincian.

Misalnya:

Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai

(1) bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,


a) lambang kebanggaan nasional,

b) identitas nasional, dan

c) alat pemersatu bangsa;

(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari
satu angka 30

Misalnya
a) (seperti pada 2b).

(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam
penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel,
bagan, grafik, atau gambar.

Misalnya:

a) Grafik 4 Sikap Masyarakat Perkotaan terhadap Bahasa


Indonesia

b) Grafik 4.1 Sikap Masyarakat Berdasarkan Usia

c) Gambar 1 Gedung Cakrawala

d) Gambar 1.1 Ruang Rapat

3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.

Misalnya:
a) 01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

b) pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit,


20 detik)

c) 01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

4. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul
tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat
terbit.

Misalnya:
31
a) Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.
b) Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta:Gramedia.

5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.

Misalnya:

a) Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.

b) Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.

c) Anggaran lembaga itu mencapai Rp225.000.000.000,00.


Catatan:

(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Misalnya:
a) Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
b) Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa halaman 1305.
c) Nomor rekening panitia seminar adalah 0015645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan, ilustrasi, atau tabel.

Misalnya:
a) Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

b) Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)

c) Gambar 3 Alat Ucap Manusia

d) Tabel 5 Sikap Bahasa Generasi Muda Berdasarkan Pendidikan

32
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan
pengirim surat serta (b) tanggal surat.
Misalnya:
a) Yth. Direktur Poltekes Padang
Jalan Raya Siteba No. 73
Surau Gadang
Padang 10330
b) Yth. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Jalan Daksinapati Barat IV


Rawamangun
Jakarta Timur

b. Tanda Koma (,)


1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan.
Misalnya:
a) Telepon seluler, komputer, atau internet bukan barang asing
lagi.
b) Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber kepustakaan.
c) Satu, dua, ... tiga!
2. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan,
dan sedangkan, dalam kalimat majemuk(setara).\
Misalnya:
a) Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup.
b) Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
c) Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya melukis panorama.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului
induk kalimatnya.
33
Misalnya:
a) Kalau diundang, saya akan datang.
b) Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
c) Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak membaca
buku.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Misalnya:
a) Saya akan datang kalau diundang.
b) Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.
c) Kita harus banyak membaca buku agar memiliki wawasan yang
luas.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan peng-hubung antarkalimat,


seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan
meskipun demikian.
Misalnya:
a) Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh
beasiswa belajar di luar negeri.
b) Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi, wajar kalau dia
menjadi bintang pelajar
c) Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian, anak-anaknya
berhasil menjadi sarjana.
5. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti o, ya, wah,
aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
a) O, begitu?
b) Wah, bukan main!
c) Hati-hati, ya, jalannya licin!
d) Nak, kapan selesai
34 kuliahmu?

e) Siapa namamu, Dik?


f) Dia baik sekali, Bu.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Misalnya:
a) Kata nenek saya, “Kita harus berbagi dalam hidup ini.”
b) “Kita harus berbagi dalam hidup ini,” kata nenek saya, “karena manusia
adalah makhluk sosial.”
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang
berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian
lain yang mengikutinya.
Misalnya:
a) “Di mana Saudara tinggal?” tanya Pak Lurah.
b) “Masuk ke dalam kelas sekarang!” perintahnya.
c) “Wow, indahnya pantai ini!” seru wisatawan itu.
7. anda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagianbagian
alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
a) Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan Kayu manis,
Kecamatan Matraman, Jakarta 13130
b) Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya
6, Jakarta
c) Surabaya, 10 Mei 1960
d) Tokyo, Jepang

8. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka. 35

Misalnya:
a) Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Ja-karta: Restu
Agung.
b) Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta:
Pusat Bahasa.
c) Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di
Wilayah Indonesia Timur. Ambon: Mu-tiara Beta.

9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan
akhir.
Misalnya:
a) Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa In-donesia, Jilid 2
(Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
b) Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya
Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
c) W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karangmengarang
(Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Misalnya:
a) B. Ratulangi, S.E.
b) Ny. Khadijah, M.A.
c) Bambang Irawan, M.Hum.
d) Siti Aminah, S.H., M.H.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A.(Siti Khadijah
Mas Agung). 36
11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
a) 12,5 m
b) 27,3 kg
c) Rp 500,50
d) Rp 750,00
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan
aposisi.
Misalnya:
a) Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum
diolah.
b) Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan
paduan suara.
c) Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendi-ri Gerakan
Nonblok.
d) Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimak-sud pada ayat (3),
wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaian-nya tidak diapit
tanda koma!
Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu
tanpa melalui tes.

13. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat untuk menghindari salah baca/ salah pengertian.
Misalnya:
a) Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
b) Atas perhatian 37
Saudara, kami ucapkan terima kasih.
c) Bandingkan dengan:
d) Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
e) Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.

c. Tanda Titik Koma (;)


1. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam
kalimat majemuk.
Misalnya:
a) Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
b) Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik
membaca cerita pendek.

2. Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.
Misalnya:
a) Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
1) berkewarganegaraan Indonesia;
2) berijazah sarjana S-1;
3) berbadan sehat; dan
4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

3. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian


dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.
Misalnya:
a) Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang,
apel, dan jeruk.
b) Agenda rapat ini meliputi
1) pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
2) penyusunan
38 anggaran dasar, anggaran rumah tang-ga, dan
program kerja; dan
3) pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organi-sasi.
Misalnya:
a) Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
b) Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah; Adik
membaca cerita pendek.
4. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Tahap penelitian yang
harus dilakukan meliputi
a) persiapan,
b) pengumpulan data,
c) pengolahan data, dan
d) pelaporan.

5. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a) Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi
b) Narasumber : Prof. Dr. Rahmat Effendi
Pemandu : Abdul Gani, M.Hum.
Pencatat : Sri Astuti Amelia, S.Pd.

6. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
a) Ibu : “Bawa
39 koper ini, Nak!”

b) Amir : “Baik, Bu.”


c) Ibu : “Jangan lupa, letakkan baik-baik!”
7. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan
ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama
kota dan pener-bit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
a) Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
b) Surah Albaqarah: 2—5
c) Matius 2: 1—3
d) Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
e) Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Ba-hasa.

d. Tanda Hubung (-)


1. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh
pergantian baris.
Misalnya:
a) Di samping cara lama, diterapkan juga ca-ra baru ….
b) Nelayan pesisir itu berhasil membudidayakan rum-put
laut.
c) Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas.
d) Parut jenis ini memudahkan kita mengukur kelapa.

2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.


Misalnya:
a) anak-anak
b) berulang-ulang
c) kemerah-merahan
d) mengorek-ngorek
40
3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang
dinyatakan dengan angka atau menyam-bung huruf dalam kata yang dieja
satu-satu.
Misalnya:
a) 11-11-2013
b) p-a-n-i-t-i-a
4. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau
ungkapan.
Misalnya:
a) ber-evolusi
b) meng-ukur
c) mesin hitung-tangan
Bandingkan dengan
a) be-revolusi
b) me-ngukur
c) mesin-hitung tangan

5. Tanda hubung dipakai untuk merangkai


a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-
Indonesia, se-Jawa Barat);
b) ke- dengan angka (peringkat ke-2);
c) angka dengan –an (tahun 1950-an);
d) kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital
(hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan);
e) kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rah-mat-Mu);
f) huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dankata ganti -ku, -mu, dan -nya
dengan singkatan yang beru-pa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya,
STNK-ku).41
Catatan:
Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut
melambangkan jumlah huruf.
Misalnya:
a) BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindung-an Tenaga
Kerja Indonesia)
b) LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)
c) P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)

6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
a) di-sowan-i (bahasa Jawa, ‘didatangi’)
b) ber-pariban (bahasa Batak, ‘bersaudara sepupu’)
c) di-back up
d) me-recall
e) pen-tackle-an
7. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek
bahasan
Misalnya:
a) Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
b) Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi
pembetonan.

e. Tanda Pisah (—)


1. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat
yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
a) Kemerdekaan
42 bangsa itu—saya yakin akan tercapai—

diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.


b) Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau
berusaha keras.

2. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi
atau keterangan yang lain
Misalnya:
a) Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diaba-dikan
menjadi nama bandar udara internasional.
b) Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan
atom—telah mengubah konsepsi kita ten-tang alam semesta.
c) Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda
—harus terus digelorakan.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti
‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya:
a) Tahun 2010—2013
b) Tanggal 5—10 April 2013
c) Jakarta—Bandung

f. Tanda Tanya (?)


1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
a) Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?
b) Siapa pencipta lagu “Indonesia Raya”?

2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian


kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya: 43

a) Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).


b) Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.
g. Tanda Seru (!)
1. Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Misalnya:
a) Alangkah indahnya taman laut di Bunaken!
b) Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
c) Bayarlah pajak tepat pada waktunya!
d) Masa! Dia bersikap seperti itu?
e) Merdeka!

h. Tanda Elipsis (...)


1. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
kutipan ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
a) Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
b) Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa
negara ialah ….
c) ..., lain lubuk lain ikannya.
Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik
empat buah).
2. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog
Misalnya:
a) “Menurut saya … seperti … bagaimana, Bu?” “Jadi,
simpulannya
44 … oh, sudah saatnya istirahat.”

Catatan:
1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik
(jumlah titik empat buah).

I. Tanda Petik (“…”)


1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
a) “Merdeka atau mati!” seru Bung Tomo dalam pidatonya.
b) “Kerjakan tugas ini sekarang!” perintah atasannya. “Be-sok akan
dibahas dalam rapat.”
c) Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Repub-lik
Indonesia Tahun 1945, “Setiap warga negara berhak memperoleh
pendidikan.”

2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel,
naskah, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
a) Sajak “Pahlawanku” terdapat pada halaman 125 buku itu.
b) Marilah kita menyanyikan lagu “Maju Tak Gentar”!
c) Film “Ainun dan Habibie” merupakan kisah nyata yang diangkat
dari sebuah novel.
d) Saya sedang membaca “Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa
Indonesia” dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat
Madani.
e) Makalah “Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif” me-narik
perhatian peserta seminar.
f) Perhatikan “Pemakaian Tanda Baca” dalam buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa
45 Indonesia
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang ku-rang dikenal atau
kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
a) “Tetikus” komputer ini sudah tidak berfungsi. Dilarang
memberikan “amplop” kepada petugas!

J. Tanda Petik Tunggal (‘…’)


1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam
petikan lain.
Misalnya:
a) Tanya dia, “Kaudengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
b) “Kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang!’, dan rasa letihku
lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
c) “Kita bangga karena lagu ‘Indonesia Raya’ berkumandang di arena
olimpiade itu,” kata Ketua KONI.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau
penjelasan kata atau ungkapan.
Misalnya:
a) tergugat ‘yang digugat’
b) retina ‘dinding mata sebelah dalam’
c) noken ‘tas khas Papua’
d) tadulako ‘panglima’

K. Tanda Kurung ((…))


1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
a) Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).
b) Warga baru46itu belum memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
c) Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado.
2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian utama kalimat.
Misalnya:
a) Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal
di Bali) ditulis pada tahun 1962.
b) Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan
baru pasar dalam negeri.

3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya
di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.
Misalnya:
a) Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Trans jakarta.
b) Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.

4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan
sebagai penanda pemerincian.
Misalnya:
a) Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi,
dan (c) tenaga kerja.
b) Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
1) akta kelahiran,
2) ijazah terakhir, dan
3) surat keterangan kesehatan.

L. Tanda Kurung Siku ([…])


1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam
naskah asli yang di-tulis
47 orang lain.
Misalnya:
a) Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
b) Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai [dengan]
kaidah bahasa Indonesia.
c) Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik Indonesia
dirayakan secara khidmat.

2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat


penjelas yang terdapat dalam tanda kurung.
Misalnya:
a) Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan di dalam
Bab II [lihat halaman 35─38]) perlu dibentangkan di sini.

M. Tanda Garis Miring (/)


1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim
Misalnya:
a) Nomor: 7/PK/II/2013
b) Jalan Kramat III/10
c) tahun ajaran 2012/2013

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi ‘mahasiswa dan mahasiswi’
dikirimkan lewat darat/laut ‘dikirimkan lewat darat
atau lewat laut’
buku dan/atau majalah ‘buku dan majalah atau
buku atau majalah’
harganya Rp1.500,00/lembar ‘harganya Rp1.500,00
setiap lembar’

3. Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
48
sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam
naskah asli yang ditulis orang lain.
Misalnya:
a) Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak be-berapa kali.
b) Asmara/n/ dana merupakan salah satu tembang maca-pat budaya
Jawa.Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.

N. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)


1. Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata
atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.
Misalnya:
a) Dia ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
b) Mereka sudah datang, ‘kan? (‘kan = bukan)
c) Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)

BAB III
49 PENUTUP

A. Kesimpulan
Ejaan Disempurnakan adalah kaidah cara menggambarkan/ melambangkan
bunyi-bunyi ujaran (kata, kalimat dan sebagaianya) dan bagaimana hubungan
antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu
bahasa).Pembentukan kata itu adalah proses mengolah leksem atau huruf yang
menjadi kata. Dan ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian
besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang
berbeda. Berdasaran taraf integrasinya, unsur serapan/pinjaman dalam bahasa
indonesia yaitu pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa
indonesia. Kedua, unsur pinjaman/serapan yang pengucapan dan penulisannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa indonesia.

B. Saran
Semoga kedepannya apa yang kita mengerti dan pahami tentang ejaan
bahasaIndonesia, sekiranya dapat kita praktekkan dalam penulisan karya ilmiah
dan dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
50
Arifin.E.Zaenal.2000.Cermat Berbahasa Indonesia.Jakarta:Akademika Pressindo.
Maswardi.201.Buku Bahan Ajar Bahasa Indonesia.Padang:Poltekkes Kemenkes RI
Padang.

Sunendar,Dadang.2016.Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.Jakarta: Badan


Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Fonoza, Lamuddin.2008.Komposisi Bahasa Indonesia.Jakarta:Diksi Insan Mulia.

Hasan Faud.2000.Pedoan Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnaan.


Jakarta:Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI.( di akses pada tanggal 15 Agustus
2019, jurnal)

51

Anda mungkin juga menyukai