Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
Kelompok 2
1. Eha Pratiwi Ningsih (172210643)
2. Meta Permata Sari (1722106
3. Nurul Annisa(1722106
DOSEN PEMBIMBING :
Ayu Gustia Ningsih,M.Pd
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Pada pembahasan ini kami akan menyampaikan materi dari Bahasa Indonesia
mengenai “Penulisan Bahasa Indonesia Sesuai Ejaan Bahasa Indonesia”, Sebelumnya
kami ucapan terimakasih kepada dosen yang telah membimbing dalam penyusunan
makalah ini pada mata kuliah Bahasa Indonesia.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Semogamakalah
ini bermanfaat bagi kita semua dan Allah SWT senantiasa meridhai usaha kita.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................…...........................................… 1
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................. 3
B. Identifikasi Masalah...................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah.......................................................................................... 4
D. Tujuan Penulisan…........................................................................................ 4
E. Manfaat Penulisan ......................................................................................... 5
1. Manfaat untuk Diri Sendiri.....................................................................… 5
2. Manfaat untuk Institusi dan Mahasiswa .................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.................................................................................................. 50
B. Saran…........................................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 51
2
BAB I
PENDAHLUAN
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian penulis pada latar belakang makalah ini akan menjelaskan tentang:
1. Penulisan kata serta penulisan lambang dan bilangan
2. Singkatan dan akronim
3. Penulisan unsur serapan
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, penulis
merumuskan masalah yang akan dibahas antara lain:
a) Bagaimana cara penulisan huruf kapital dan huruf miring?
b) Bagaimana cara penulisan kata yang sesuai Ejaan Bahasa Indonesia?
c) Bagaimana cara penulisan pada singkatan dan akronim dalam Bahasa
Indonesia?
d) Bagaimana cara penulisan pada angka dan lambang bilangan?
e) Bagaimana cara penulisan unsur serapan?
f) Bagaimana cara penggunaan tanda baca yang benar sesuai dengan Ejaan
Bahasa Indonesia?
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penulisan Huruf
1. Huruf Besar atau Huruf Kapital
Penulisan huruf kapital yang kita jumpai dalam tulisan- tulisan resmi kadang –
kadang menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidah penulisan huruf
kapital itu adalah sebagai berikut:
a. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata awal
kalimat
Misalnya:
a) Kami berangkat sebelum fajar.
b) Sediakan payung sebelum hujan.
c) Makin cepat kita membaca makin banyak yang diperoleh.
d) Tidak baik belajar sampai jauh malam.
e) Biasakan makan sebelum berangkat sekolah.
b. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan
langsung
Misalnya:
a) Paman bertanya,”Bagaimana hasil ujianmu?”
b) Weni mengeluh,”Sukar benar ujian tadi !”
c) “Mengapa terlambat lagi, Evi?” kata Bu Fat
d) “Jalan macet, karena ada pawai,Bu”, jawab Evi
c. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam
ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan
nama Tuhan, termasuk kata ganti-Nya. Huruf pertama pada kata ganti ku,
mu, dan nya, sebagai kata ganti Tuhan, harus dituliskan dengan huruf
capital, dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Hal-hal keagamaan itu
hanya terbatas pada
6 nama diri, sedangkan kata-kata yang menunjukkan
nama jenis, seperti jin, iblis, surga, malaikat, mahsyar,zakat dan puasa.
Meskipun bertalian dengan keagaaman, tidak diawali dengan huruf
capital. Kata-kata keagamaan lainnya yang harus ditulis dengan huruf
capital adalah nama agama dan kitab suci, seperti Islam, Kristen, Hindu,
Budha, Alquran
Misalnya:
a) Limpahkanlah rahmat-Mu ya Allah
b) Tuhan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya
c) Semoga Tuhan Yang Mahakuasa memberkati usaha kita
d. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan
dan perangkat yang diikuti nama orang
Misalnya:
a) Gubernur Ali Sadikin
b) Laksana Muda Udara Husein Sastranegara
c) Jendral Soedirman
d) Menteri Penerangan Harmoko
e) Perdana Menteri Margaret Thatcher
f) Bupati Jamin Purba
g) Profesor Amran Halim
e. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang
Misalnya:
a) Haji Agus Salim
b) Raja Ali Haji
c) Sultan Hasanudin
d) Nabi Daud
e) Mahaputra Yamin
f) Teuku Cik Di
7 Tiro
f. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama orang
Misalnya:
a) Amir Hamzah
b) Herman Susilo
c) Jaya Kusuma
d) Fatmawati
g. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku dan bahasa
Misalnya:
a) Dalam bahasa Sunda terdapat kata lahan
b) Kita bangsa Indonesia, harus bertekad untuk meyukseskan
pembangunan
c) Yaser Arafat, Presiden Palestina, hari ini tiba di Jakarta
d) Kehidupan suku Piliang sebagian besar petani
Sesuai dengan contoh diatas, kata suku, bangsa dan bahasa tetap
dituliskan dengan huruf awal kecil, sedangkan yang harus dituliskan
dengan huruf capital adalah nama suku, nama bangsa atau nama
bahasanya, seperti Sunda, Indonesia, Palestina, dan Piliang. Akan tetapi,
jika nama bangsa, suku, dan bahasa itu sudah diberi awalan dan akhiran
sekaligus, kata-kata itu harus ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
Demikian juga, kalau tidak membawa nama suku, nama itu harus
dituliskan dengan
8 huruf kecil
Misalnya:
a) petai cina
b) jeruk bali
c) dodol garut
d) duku palembang
h. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun,
bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah
Misalnya:
a) Biasanya, umat Islam seluruh dunia merasa sangat berbahagia pada
hari Lebaran
b) Tahun 1998 Masehi adalah tahun yang suram bagi perekonomian kita
c) Pada tanggal 17 Agustus 1945 dikumandangkanlah Proklamasi
i. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama nama khas
dalam geografi
Misalnya:
a) Tahun 1985 Provinsi Sumatera Barat mendapat anugerah Parasnya
Purnakarya Nugraha
b) Di Teluk Jakarta telah dibangun suatu proyek perikanan laut
c) Samoah di sungai Ciliwung akan diolah menjadi bahan pupuk dan
kertas
Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama khas geografi, kata-kata, selat,
teluk, terusan, gunung, sungai, danau dan bukitditulis dengan huruf kecil
Misalnya:
l. Huruf besar atau huruf capital dipakai dalam singkatan gelar atau sapaan,
kecuali gelar dokter
Misalnya: 10
m. Huruf besar atau huruf capital dipakai sebagai huruf pertama kata
petunjuk hubungan kerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik,
nenek yang dipakai sebagai sapaan. Singkatan pak, bu, kak, dik,dan
sebagainya hanya digunakan sebagai sapaan atau jika diikuti oleh nama
orang/ nama jabatan. Kata Anda juga diawali huruf capital
Misalnya:
a) Kapan Bapak berangkat ?
b) Minumlah, Dik!
c) Silahkan duduk, Mas!
d) Surat Saudara sudah saya terima
Akan tetapi, jika tidak dipakai sebagai kata ganti atau sapaan, kata
penunjuk hubungan kekerabatan itu ditulis dengan huruf kecil
Misalnya:
2. Huruf Miring
Huruf miring biasanya dikenal dalam bahasa cetakan. Di dalam tulisan yang
menggunakan ketikan, atau tulisan tangan, huruf miring ini diberi garis
bawah. Yang digaris adalah masing-masing kata. Dengan demikian, garis itu
terputus-putus menurut panjangnya suatu perkataan. Huruf miring ini biasa
pula disebut huruf kursif.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk hal-hal sebagai berikut :
11
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Dalam tulisan
tanagn atau ketikan, kata yang harus ditulis dengan garis bawah satu
Misalnya:
a) Kalimat Efektif karya Abdul Razaq
b) Majalah Bahasa Indonesia diterbitkan di Jakarta
c) Surat kabar Kompas karya J.S. Badudu
d) Majalah Horizon merupakan majalah sastra
B. Penulisan Kata
a. Kita mengenal bentuk kata dasar, kata turunan atau kata berimbuhan, kata
ulang, dan gabungan kata. Kata dasar ditulis sebagai satuan yang berdiri
12
sendiri, sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran)
dituliskan serangkai dengan kata dasarnya. Kalau gabungan kata, hanya
mendapat awalan atau akhiran, awalan atau akhiran itu dituliskan serangkai
dengan kata yang bersangkutan saja.
Misalnya :
Di didik dididik
Di suruh disuruh
Kalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata
turunannya itu harus dituliskan serangkai.
Misalnya :
Kata ulang tidak hanya berupa pengulangan kata dasar dan sebagian lagi kata
turunan, mungkin pula pengulangan kata itu sekaligus mendapat awalan dan
akhiran. Kemungkinan yang lain, salah satu bagiannya adalah bentuk yang
dianggap berasal dari kata dasar yang sama dengan ubahan bunyi. Mungkin pula,
bagian itu sudah agak 13
jauh berbeda dari bentuk dasar (bentuk asal). Namun,
apabila ditinjau dari maknanya, keseluruhan itu menyatakan perulangan.
Misalnya :
Bentuk tidak baku Bentuk baku
Jalan2 jalan-jalan
di-besar2-kan dibesar-besarkan
me-nulis2 menulis-nulis
Misalnya :
Kerjasama kerjasama
Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dituliskan serangkai.
Misalnya :
Selain itu, kalau salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu
kata yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, unsur itu
harus dituliskan serangkai dengan unsur lainnya.
14
Misalnya :
Bentuk tidak baku Bentuk baku
a moral amoral
Bila bentuk tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar, di antara kedua
unsur itu dituliskan tanda hubung (-)
Misalnya :
Non-RRC
Non-Indonesia
Pan- Islamisme
Unsur maha dan peri dalam gabungan kata ditulis serangkai dengan unsur berikutnya,
yang berupa kata dasar. Akan tetapi, jika diikuti kata berimbuhan, kata maha dan
peri itu ditulis terpisah.
Misalnya :
2. Jika Tuhan Yang Maha Esa mengizinkan, saya akan sarjana bulan depan.
Ada ketentuan khusus, yaitu kata maha yang diikuti oleh esa ditulis terpisah
walaupun diikuti kata dasar.
d. Kata ganti ku dan kau yang ada pertaliannya dengan aku dan engkau ditulis
serangkai dengan kata
15 yang mengikutinya; kata ganti ku,mu dan nya yang ada
pertaliannya dengan aku, kamu, dan dia ditulis serangkai dengan yang
mendahuluinya.
Misalnya :
e. Kata depan, di, ke, dan dari ditulis terpisah dari akta yang mengikutinya,
kecuali jika berupa gabungan kata yang sudah dianggap padu benar, seperti
kepada dan daripada.
Misalnya :
f. Partikel pun dipisahkan dari kata yang mendahuluinya karena pun sudah
hampir seperti kata lepas.
Misalnya :
1. Ia sudah sering ke desa ini, tetapi sekali pun ia belum pernah singgah ke
rumah saya.
Akan tetapi, kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap padu benar,
ditulis serangkai. Jumlah kata seperti itu terbatas, hanya ada dua belas kata, yaitu
adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun,
maupun, meskipun, sekalipun (yang berarti walaupun), sesungguhnya, dan
walaupun. 16
Misalnya :
1. Meskipun ia sering ke Jakarta, satu kali pun ia belum pernah ke Taman Mini
Indonesia Indah.
g. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’ dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian-
bagian kalimat yang mendampinginya.
Misalnya :
3. Semua orang yang diduga mengetahui peristiwa itu dipanggil satu per
satu.
Misalnya :
17 lima (235)
1. Dua ratus tiga puluh
j. Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan tiga cara yang berikut.
k. Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang
berikut.
l. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, ditulis
dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan, seperti
dalam perincian atau pemaparan.
2. Ada sekitar lima puluh calon mahasiswa yang tidak diterima di akademi
itu.
m. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat. Kita sering melihat penulisan
lambang bilangan yang salah seperti dibawah ini.
18
2. 20 helai kemeja terjual pada hari itu.
3. Sebanyak 150 orang tamu diundang oleh Panitia Reuni ITI Serpong
n. Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak
perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
2. Di perpustakaan kami terdapat 350 (tiga ratus lima puluh) buah buku.
3. Sebanyak 150 (serratus lima puluh) orang peserta ikut dalam pertandingan
itu.
Bentuk baku
Misalnya:
19
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
H. Hamid Haji Hamid
Suman Hs. Suman Hasibuan
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
M.B.A. master of business administration
M.Hum. magister humaniora
M.Si. magister sains
S.E. sarjana ekonomi
S.Sos. sarjana sosial
S.Kom. sarjana komunikasi
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
Sdr. Saudara
Kol. Darmawati Kolonel Darmawati
1. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen
resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
2. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
PT 20 perseroan terbatas
MAN madrasah aliah negeri
SD sekolah dasar
KTP kartu tanda penduduk
SIM surat izin mengemudi
NIP nomor induk pegawai
3. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
hlm. Halaman
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
sda. sama dengan di atas
ybs. yang bersangkutan
yth. yang terhormat
ttd. Tertanda
dkk. dan kawan-kawan
4. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat menyurat
masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
21
Misalnya:
Cu kuprum
cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere
l liter
kg kilogram
Rp rupiah
1. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal
22
Misalnya:
3. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau
gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya:
a) Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
b) Koleksi perpustakaan
23 itu lebih dari satu juta buku.
c) Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju,
dan 5 orang abstain.
d) Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100
minibus, dan 250 sedan.
2. A. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya:
a) Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah
daerah.
b) Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
B. Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata, susunan kalimatnya diubah.
Misalnya:
a) Panitia mengundang 250 orang peserta.
b) Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
3. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf
supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
a) Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan
usahanya. 24
b) Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
c) Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya 10
triliun rupiah.
4. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan
waktu serta (b) nilai uang.
Misalnya:
a) 0,5 sentimeter
b) 5 kilogram
c) 4 hektare
d) 10 liter
e) 2 tahun 6 bulan 5 hari
f) 1 jam 20 menit
g) Rp5.000,00
h) US$3,50
i) £5,10
j) ¥100
5. Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau
kamar.
Misalnya:
a) Jalan Tanah Abang I No. 15 atau
b) Jalan Tanah Abang I/15
c) Jalan Wijaya No. 14
d) Hotel Mahameru, Kamar 169
e) Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201
6. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
a) Bab X, Pasal
25 5, halaman 252
b) Surah Yasin: 9
c) Markus 16: 15—16
7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a) Bilangan Utuh
Misalnya:
1) dua belas (12)
2) tiga puluh (30)
3) lima ribu (5.000)
b) Bilangan Pecahan
Misalnya:
1) setengah atau seperdua (½)
2) seperenam belas (⅟16)
9. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
26 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
a). lima lembar uang
b). tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
c). uang 5.000-an (uang lima ribuan)
10. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam
peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Misalnya:
a) Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan,
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
b) Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta sembilan
ratus lima
puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.
11. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf
dilakukan seperti berikut.
Misalnya:
a) Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan
ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
b) Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke
atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
12. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:
a) Kelapadua
b) Kotonanampek
c) Rajaampat
d) Simpanglima
27
aa (Belanda) menjadi a
Paal pal
Baal Bal
Octaaf
Oktaf
28
ai tetap ai
Trailer
Trailer
caisson Aison
au tetap au
Audiogram
Audiogram
Autotroph Utotrof
Tautomer
Tautomer
Misalnya:
Misalnya:
a) Kondisi Kebahasaan di Indonesia
1. Bahasa Indonesia
2. Kedudukan
3. Fungsi
B. Bahasa Daerah
29
1. Kedudukan
2. Fungsi
C. Bahasa Asing
1. Kedudukan
2. Fungsi
b) Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
3. Patokan Khusus
Catatan:
(1) Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda
kurung dalam suatu perincian.
Misalnya:
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari
satu angka 30
Misalnya
a) (seperti pada 2b).
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam
penomoran deret digital yang lebih dari satu angka dalam judul tabel,
bagan, grafik, atau gambar.
Misalnya:
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Misalnya:
a) 01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
4. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul
tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru), dan tempat
terbit.
Misalnya:
31
a) Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.
b) Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta:Gramedia.
5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
(1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
a) Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
b) Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa halaman 1305.
c) Nomor rekening panitia seminar adalah 0015645678.
(2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan, ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
a) Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
32
(3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat penerima dan
pengirim surat serta (b) tanggal surat.
Misalnya:
a) Yth. Direktur Poltekes Padang
Jalan Raya Siteba No. 73
Surau Gadang
Padang 10330
b) Yth. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
8. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka. 35
Misalnya:
a) Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Ja-karta: Restu
Agung.
b) Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid 1. Jakarta:
Pusat Bahasa.
c) Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata Bahari di
Wilayah Indonesia Timur. Ambon: Mu-tiara Beta.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan
akhir.
Misalnya:
a) Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa In-donesia, Jilid 2
(Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
b) Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya
Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm. 12.
c) W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karangmengarang
(Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan gelar akademis yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Misalnya:
a) B. Ratulangi, S.E.
b) Ny. Khadijah, M.A.
c) Bambang Irawan, M.Hum.
d) Siti Aminah, S.H., M.H.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A.(Siti Khadijah
Mas Agung). 36
11. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
a) 12,5 m
b) 27,3 kg
c) Rp 500,50
d) Rp 750,00
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan
aposisi.
Misalnya:
a) Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan tambang yang belum
diolah.
b) Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus mengikuti latihan
paduan suara.
c) Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang pendi-ri Gerakan
Nonblok.
d) Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana dimak-sud pada ayat (3),
wajib menindaklanjuti laporan dalam waktu paling lama tujuh hari.
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang pemakaian-nya tidak diapit
tanda koma!
Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di perguruan tinggi itu
tanpa melalui tes.
13. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat untuk menghindari salah baca/ salah pengertian.
Misalnya:
a) Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
b) Atas perhatian 37
Saudara, kami ucapkan terima kasih.
c) Bandingkan dengan:
d) Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan bahasa daerah.
e) Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
2. Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa.
Misalnya:
a) Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
1) berkewarganegaraan Indonesia;
2) berijazah sarjana S-1;
3) berbadan sehat; dan
4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
5. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a) Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi
b) Narasumber : Prof. Dr. Rahmat Effendi
Pemandu : Abdul Gani, M.Hum.
Pencatat : Sri Astuti Amelia, S.Pd.
6. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
a) Ibu : “Bawa
39 koper ini, Nak!”
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
a) di-sowan-i (bahasa Jawa, ‘didatangi’)
b) ber-pariban (bahasa Batak, ‘bersaudara sepupu’)
c) di-back up
d) me-recall
e) pen-tackle-an
7. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek
bahasan
Misalnya:
a) Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
b) Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi
pembetonan.
2. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi
atau keterangan yang lain
Misalnya:
a) Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diaba-dikan
menjadi nama bandar udara internasional.
b) Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan
atom—telah mengubah konsepsi kita ten-tang alam semesta.
c) Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda
—harus terus digelorakan.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti
‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya:
a) Tahun 2010—2013
b) Tanggal 5—10 April 2013
c) Jakarta—Bandung
Catatan:
1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik
(jumlah titik empat buah).
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel,
naskah, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
a) Sajak “Pahlawanku” terdapat pada halaman 125 buku itu.
b) Marilah kita menyanyikan lagu “Maju Tak Gentar”!
c) Film “Ainun dan Habibie” merupakan kisah nyata yang diangkat
dari sebuah novel.
d) Saya sedang membaca “Peningkatan Mutu Daya Ungkap Bahasa
Indonesia” dalam buku Bahasa Indonesia Menuju Masyarakat
Madani.
e) Makalah “Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif” me-narik
perhatian peserta seminar.
f) Perhatikan “Pemakaian Tanda Baca” dalam buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa
45 Indonesia
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang ku-rang dikenal atau
kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
a) “Tetikus” komputer ini sudah tidak berfungsi. Dilarang
memberikan “amplop” kepada petugas!
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya
di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.
Misalnya:
a) Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Trans jakarta.
b) Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan
sebagai penanda pemerincian.
Misalnya:
a) Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi,
dan (c) tenaga kerja.
b) Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
1) akta kelahiran,
2) ijazah terakhir, dan
3) surat keterangan kesehatan.
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi ‘mahasiswa dan mahasiswi’
dikirimkan lewat darat/laut ‘dikirimkan lewat darat
atau lewat laut’
buku dan/atau majalah ‘buku dan majalah atau
buku atau majalah’
harganya Rp1.500,00/lembar ‘harganya Rp1.500,00
setiap lembar’
3. Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
48
sebagai koreksi atau pengurangan atas kesalahan atau kelebihan di dalam
naskah asli yang ditulis orang lain.
Misalnya:
a) Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak be-berapa kali.
b) Asmara/n/ dana merupakan salah satu tembang maca-pat budaya
Jawa.Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.
BAB III
49 PENUTUP
A. Kesimpulan
Ejaan Disempurnakan adalah kaidah cara menggambarkan/ melambangkan
bunyi-bunyi ujaran (kata, kalimat dan sebagaianya) dan bagaimana hubungan
antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu
bahasa).Pembentukan kata itu adalah proses mengolah leksem atau huruf yang
menjadi kata. Dan ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian
besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang
berbeda. Berdasaran taraf integrasinya, unsur serapan/pinjaman dalam bahasa
indonesia yaitu pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa
indonesia. Kedua, unsur pinjaman/serapan yang pengucapan dan penulisannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa indonesia.
B. Saran
Semoga kedepannya apa yang kita mengerti dan pahami tentang ejaan
bahasaIndonesia, sekiranya dapat kita praktekkan dalam penulisan karya ilmiah
dan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
50
Arifin.E.Zaenal.2000.Cermat Berbahasa Indonesia.Jakarta:Akademika Pressindo.
Maswardi.201.Buku Bahan Ajar Bahasa Indonesia.Padang:Poltekkes Kemenkes RI
Padang.
51