Disusun oleh :
1. Aa Ruslan C2AB19001
2. Elis Rusmiawati C1AB19003
3. Mulyana Syafei C1AB19015
4. Wanti novianti C1AB19022
2020
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
A. Pengertian Seks Bebas..................................................................................6
B. Pengertian Narkoba.......................................................................................8
C. Hubungan Narkoba Dan Seks Bebas............................................................8
D. Pencengahan Penggunaan Narkoba Dan Perilaku Seks Bebas...................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kasus baru Human Immuno deficiency Virus (HIV) yang
disebabkan oleh pengguna Napza suntik (penasun) cukup besar. Penasun
mendorong laju epidemi HIV dibeberapa Negara di dunia (Mathers,et al, 2007;
UNAIDS & WHO, 2007). HIV dapat menyebar dengan cepat diantara pengguna
Napza suntik dan dapat meningkatkan prevalensi HIV dari yang pada awalnya
masih 0 menjadi meningkat hingga 20-50% (Emmanuel, 2009). Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Mathers, et al pada tahun 2007 diperkirakan
terdapat 15,9 juta penasun di seluruh dunia, dan 3 juta diantaranya terinfeksi HIV
(Mathers,et al, 2007). Akhir tahun 2011 United Nations Office Drug on Crime
(UNODC) memperkirakan terdapat 14 juta orang penasun di seluruh dunia, dari
14 juta penasun diperkirakan terdapat 1,6 juta hidup dengan HIV, mewakili
prevalensi global HIV sebesar 11,5% diantara orang-orang yang menyuntikkan
Napza (UNODC, 2013).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Seks sebetulnya pada hakekatnya baik, namun dia menjadi buruk ketika
seks itu disalah artikan dan disalah gunakan. Ketika seks itu disalah gunakan
maka dengan sengaja,atau dengan tahu dan mau perbuatan itu tidak saja
melanggar tetapi juga sebuah sikap pemberontakkan kepada Tuhan yang diartikan
dengan perbuatan dosa. Dan dosa seks ini menjadi ada dan dikenal sejak manusia
ada dan hidup di dunia ini. Dosa seks ini usianya juga sudah sangat tua seusia
kehadiran manusia didunia ini, yang kemudian oleh perkembangan maka muncul
dengan sebutan seks bebas dalam konteks yang berbeda dan dipicu pula oleh
lajunya perkembangan dunia yang memberi pengaruh sangat besar dalam semua
lini kehidupan manusia dan oleh perkembangan itu sangat berpengaruh juga pada
norma serta peradaban hidup manusia yang selama ini begitu kuat.
Maka pengertian seks bebas ini jauh lebih luas tidak terbatas hanya pada
keinginan karna terdorong nafsu seks dari lawan jenis yang juga terbatas
jangkauannya. Teapi tindakan seks bebas ini lebih pada sebuah pola dan
kebiasaan bebas tanpa batas dalam pergaulan. Jika kita berbicara tentang seks
bebas maka seks bebas itu adalah sebuah sikap yang tercela bagi Tuhan.
B. Pengertian Narkoba
Berikut adalah beberapa jenis narkotika yang berhubungan erat dengan seks
bebas.
1. Extacy dan seks bebas, extacy adalah jenis narkoba yang sering di
gunakan remaja untuk meningkatkan kesengangan mereka. Dampak dari
kerja extacy ini akan meningkatkan detak nadi sang pengguna. Detak
normal bagi seseorang yang tidak menggunakan narkoba antara 60-80 per
menit namun bagi sang pengguna, detak nadi akan naik samapai 120 detak
per menit. Selain itu extacy akan membuat sang pengguna manjadi lebih
hyperaktif sehingga penderita akan terus bnergerak. Setelah efek tersebut
mulai berkurang maka efek selanjutnya akan menstimulan/merangsang
libido/nafsu seks. Saat kondisi seperti ini, maka siapapun tidak akan
merasa perlu untuk menseleksi siapa patner seksnya dan tidak akan
melihat dampak dari perbuatan seks bebas mereka.
2. Shabu dan seks bebas, shabu adalah jenis narkoba yang memiliki efek
menstimulan/merangsang Susunan Saraf Pusat (SSP) untuk bekerja. Efek
dari kerja shabu ini dia bisa merangsang seseorang untuk mampu bekerja
atau bertahan beraktifitas lebih lama dari orang normal, bisa lebih dari dua
hari dua malam bahkan lebih. Biasanya orang mengkonsumsi shabu
seringkali dikaitkan dengan tujuan atau orientasi orang itu atas dampak
yang diharapkan, misal untuk kemampuan melakukan aktifitas berlebih
(lembur kerja) atau juga untuk orientasi kekuatan (lamanya) aktifitas
seksual mereka. Salah satu orientasi seseorang yang paling sering
mengkonsumsi narkoba jenis shabu ini adalah untuk mendukung aktifitas
seksual mereka. Harapan mereka dengan mengkonsumsi shabu akan
memberikan “kekuatan” lebih lama sehingga mampu memuaskan lawan
seksnya dan kebutuhan identitas seks mereka sendiri. Shabu ini pun
memberikan efek pada tubuh luar sang pengguna. Efeknya antara lain agar
tubuh mereka menjadi lebih terang dan terkesan lebih bersih, sehingga
tidak jarang mereka yang mengkonsumsi jenis ini lebih merasa percaya
diri.
3. Narkoba jenis putaw (Heroin atau opium) ini merupakan narkoba yang
tingkat ketergantungannya sangat tinggi, sehingga bila tanpa putaw
mereka akan kesakitan (sakaw). Pemakaian jenis putaw ini menyebabkan
sesorang harus terus menerus mengkonsumsi maka untuk memenuhi
kebutuhan mengkonsumsi putaw mereka (remaja) rela melakukan apapun,
seperti mencuri, merampok, dan atau yang lebih parah lagi melakukan
seks komersil atau menjual diri mereka sendiri. Seks secara komersil ini
dilakukan baik dari pecandu perempuan menjadi pelacur dan pecandu pria
menjadi gigolo. Sehingga tidak jarang para remaja melakukan seks bebas
di luar dengan siapa pun patnernya untuk mendapatkan uang sehingga bisa
membeli narkoba tersebut dan dapat di konsumsi oleh dirinya sendiri.
1. Upaya Preventif
Penaggulangan penyalahgunaan narkoba dan tindakan seks bebas melalui
keluarga dan masyarakat. strategi yang dibutuhkan dalam hal ini ialah
dilakukan secara simultan dan holistik, yaitu dilakukan secara bersama-
sama dari semua kalangan yang terkait mulai dari pemakai, keluarga,
masyarakat, aparat kepolisian dan pemerintah.
2. Upaya Kuratif
Upaya kuratif meliputi Treatment dan Rehabilitatif. Hingga saat ini belum
ditemukan upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba secara
sempurna dan memuaskan, baik secara treatment maupun rehabilitaif.
Namun hal ini dapat digunakan sebagai tindakan pengobatan untuk remaja
yang telah terjerumus dalam penggunaan narkoba dan seks bebas
3. Peranan orang tua dalam pemberantasan narkoba
Orang tua sebagai bagian dari masyarakat memiliki banyak peran penting
dalam mendukung upaya pemberantasan ancaman terhadap generasi muda
dari bahaya narkoba dan seks bebas. Langkah-lagkah yang dapat di
lakukan antara lain;
Lingkungan keluarga
1. Sejak anak dalam kandungan, hindari mengkonsumsi obat tanpa resep
dokter.
2. Jalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak
3. Berikan informasi tentang bahaya narkoba dan bahaya seks bebas sejak
dini
4. Hindari anak mengkonsumsi makanan yang tidak sehat
5. Konsultasi dengan dokter apabila ditemukan gejala-gajala yang tidak
wajar pada anak
6. Berobat sedini mungkin apabila diketahui secara pasti bahwa anak tsb
adalah pengguna narkoba
Lingkungan tempat tinggal:
1. Berikan kegiatan-kegiatan yang positif kepada anak
2. Adakan kerjasama dengan RT/RW untuk mengadakan penyuluhan
tentang bahaya narkoba dan seks bebas
3. Informasikan kepada polri apabila dicurigai dilingkungan tempat
tinggal terdapat pengguna atau pangedar narkoba dan terdapat tempat
praktek seks bebas
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akses pada jarum suntik yang bersih mengurangi penularan HIV dan
hepatitis virus. Di beberapa daerah, jarum suntik baru dapat dibeli di apotek tanpa
resep. Di beberapa daerah, sudah terbentuk program pertukaran jarum suntik
(Layanan Alat Suntik Steril/LASS) untuk menyediakan semprit yang baru dan
terjamin bersih pada pengguna narkoba suntikan agar mereka tidak terpaksa
memakai jarum suntik bergantian.
Program yang memudahkan akses pada jarum suntik baru memang
kontroversial karena ada yang menganggap program LASS mendorong
penggunaan narkoba. Namun penelitian pada pertukaran jarum suntik
membuktikan bahwa hal ini tidak benar. Angka infeksi HIV menurun di daerah
yang ada program tersebut, dan lebih banyak pengguna narkoba siap mengikuti
terapi pemulihan narkoba.
Untuk banyak orang, narkoba dan seks saling berhubungan. Pengguna
narkoba dapat menawarkan seks untuk narkoba atau uang untuk membeli narkoba.
Beberapa orang mengaitkan seks tidak aman dengan penggunaan narkoba.
Penggunaan narkoba, termasuk metamfetamin (shabu) dan alkohol, meningkatkan
kemungkinan orang tidak akan melindungi dirinya saat berhubungan seks.
Seseorang yang ‘menjual’ seks untuk narkoba mungkin mengalami kesulitan
untuk membatasi apa yang dia akan lakukan. Penggunaan narkoba dan alkohol
dapat mengurangi angka penggunaan kondom dan praktek seks aman yang lain.
Sering kali, pengguna narkoba berganti-ganti pasangan seksual. Perilaku
ini meningkatkan risiko terinfeksi HIV atau infeksi menular seksual (IMS) lain.
IMS dapat meningkatkan risiko tertular atau menularkan HIV. Overdosis obat
dapat menyebabkan efek samping yang berat. Overdosis narkoba dapat
mematikan. Sedikitnya dilaporkan satu kematian akibat interaksi antara ekstasi
dengan PI. Sebaliknya, interaksi dapat menyebabkan tingkat ARV yang rendah
dalam darah, dengan akibat tingkatnya terlalu rendah untuk melawan HIV. Hal ini
dapat menyebabkan virus menjadi resistan terhadap obat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Praptoraharjo I, Wiebel WW, Kamil O & Pach A. 2007. Jaringan Seksual dan
Perilaku Berisiko Pengguna Napza Suntik: Episode Lain Penyebaran HIV
di Indonesia. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat 23:3.
Satoto. 2011. The Right Condom on The Right Place. Semarang.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Grasindo. Jakarta.
Suohu K, Humtsoe C., Saggurti N., et al. 2012. Understanding The Association
Between Injecting and Sexual Risk Behaviors of Injecting Drug Users In
Manipur And Nagaland, India. Journal of Harm Reduction 9:40.
Swe LA, Nyo KK, Rashid AK. 2010. Risk Behaviours Among HIV Positive
Injecting Drug Users In Myanmar: A Case Control Study. Harm
Reduction Journal 7:12.
United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS), World Health Organization
(WHO). 2007. AIDS Epidemic Update. Geneva, Switzerland.
United Nations Office Drug on Crime (UNODC). 2013. World Drug Report 2013.
United Nations publication: Vienna.
Weller SC, Davis BK. 2002. Condom Effectiveness in Reducing Heterosexual
HIV Transmission. Cochrane Database of Systematic Review.