Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HUBUNGAN ANTARA NARKOBA DAN SEKS TIDAK AMAN


DENGAN HIV

Dosen Pembimbing : Nunung Liawati Skep, Ners, M.Kep


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan HIV / AIDS

Disusun oleh :
1. Aa Ruslan C2AB19001
2. Elis Rusmiawati C1AB19003
3. Mulyana Syafei C1AB19015
4. Wanti novianti C1AB19022

PROGRAM TRANSFER S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI

2020
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................3
A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
A. Pengertian Seks Bebas..................................................................................6
B. Pengertian Narkoba.......................................................................................8
C. Hubungan Narkoba Dan Seks Bebas............................................................8
D. Pencengahan Penggunaan Narkoba Dan Perilaku Seks Bebas...................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan kasus baru Human Immuno deficiency Virus (HIV) yang
disebabkan oleh pengguna Napza suntik (penasun) cukup besar. Penasun
mendorong laju epidemi HIV dibeberapa Negara di dunia (Mathers,et al, 2007;
UNAIDS & WHO, 2007). HIV dapat menyebar dengan cepat diantara pengguna
Napza suntik dan dapat meningkatkan prevalensi HIV dari yang pada awalnya
masih 0 menjadi meningkat hingga 20-50% (Emmanuel, 2009). Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Mathers, et al pada tahun 2007 diperkirakan
terdapat 15,9 juta penasun di seluruh dunia, dan 3 juta diantaranya terinfeksi HIV
(Mathers,et al, 2007). Akhir tahun 2011 United Nations Office Drug on Crime
(UNODC) memperkirakan terdapat 14 juta orang penasun di seluruh dunia, dari
14 juta penasun diperkirakan terdapat 1,6 juta hidup dengan HIV, mewakili
prevalensi global HIV sebesar 11,5% diantara orang-orang yang menyuntikkan
Napza (UNODC, 2013).

Di Indonesia, epidemi HIV secara sangat mengejutkan melonjak cepat


sekali dengan infeksi baru di kalangan penasun pada tahun 1998/1999. Sharing
peralatan suntik yang terkontaminasi HIV mendorong laju epidemi HIV di
Indonesia. Berdasarkan hasil survei sentinel pada penasun di sebuah program
ketergantungan obat di Jakarta mengindikasikan peningkatan prevalensi HIV dari
yang awalnya mendekati 0 pada tahun 1995 meningkat menjadi 50% pada tahun
2002 (Kemenkes, 2007). Tahun 2006, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia memperkirakan dari 220.000 penasun yang hidup di Indonesia, sekitar
63% merupakan penyumbang dari semua infeksi HIV, 55% diantaranya terinfeksi
melalui praktik penyuntikkan dan 8% penularan melalui seksual oleh penasun
(Kemenkes,2007). Hasil Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun
2007, prevalensi rata-rata HIV pada penasun di Bandung, Surabaya, Medan dan
Jakarta yaitu 43%-56%. Hasil STBP tahun 2011, prevalensi HIV di kalangan
penasun telah menurun menjadi 41%, namun prevalensi HIV pada kelompok
penasun masih menempati posisi tertinggi diantara kelompok berisiko lainnya
(Kemenkes, 2012).

Berdasarkan hasil analisis Survei Cepat Perilaku Penasun (SCPP) tahun


2011 sebagian besar penasun pernah berbagi alat suntik (64%). Penasun yang
tidak mengakses program cenderung akan berperilaku berbagi alat suntik. Hal ini
terlihat dengan lebih banyaknya proporsi penasun yang tidak mengakses program
Layanan Jarum dan Alat Suntik Steril (LJASS) (56%) pernah berbagi alat suntik
dari pada yang mengakses program LJASS (44%). Penasun yang tidak mengaskes
program berisiko 1,2 kali lebih besar untuk berbagi alat suntik dibandingkan
dengan mereka yang mengakses program (Rachman, 2013).

Populasi penasun memiliki model populasi tersembunyi (hidden


population), mereka tidak tampak di permukaan dan selalu berpindah-pindah,
sehingga jejaring mereka juga menyebar dan sulit diidentifikasi. Mereka sering
karena dianggap sebagai pelaku tindak kriminal sehingga semakin menyulitkan
untuk dijangkau dan tersentuh layanan kesehatan, khususnya dalam upaya
pencegahan dan penganan HIV/AIDS, belum lagi adanya penolakan dari pihak
keluarga mereka sendiri termasuk dalam dukungan terhadap layanan yang
ditujukan terhadap penasun.

Pemerintah Indonesia, termasuk didalamnya Kementerian Kesehatan,


Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), Badan Narkotika Nasional (BNN)
bekerjasama dengan pihak internasional dan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) dalam melaksanakan program pencegahan penularan HIV di kalangan
penasun melalui program pengurangan dampak buruk penggunaan Napza suntik
atau yang dikenal dengan program Harm Reduction (HR) sejak tahun 2000.
Puskesmas dan LSM menyediakan layanan harm reduction berupa LJASS. Peer
Educator (PE) menyediakan informasi mengenai pencegahan HIV dan praktik
menyuntik aman. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) diinisiasi pada
tahun 2003 oleh WHO dan Kementerian Kesehatan di Jakarta dan Bali dan
ditingkatkan menjadi tuujuh klinik yang melayani sekitar 1000 klien sampai
dengan akhir tahun 2006 (Mesquita, 2007). Tahun 2005 Kementerian Hukum dan
HAM mencanangkan program penanggulangan HIV/AIDS dan penyalahgunaan
Napza di Lapas/Rutan yang bertujuan untuk menyediakan layanan pencegahan,
pengobatan dan dukungan terkait tuberkulosis dan HIV bagi para narapidana yang
terdapat di dalam lapas/rutan (Winarso, 2006).

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari seks bebas?


2. Apa pengertian dari narkoba?
3. Apa hubungan penggunaan narkoba terhadap perilaku seks bebas?
4. Bagaimana pencegahan dari penggunaan narkoba terhadap perilaku seks
bebas

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari seks bebas


2. Untuk mengetahui pengertian dari narkoba
3. Untuk mengetahui hubungan penggunaan narkoba terhadap perilaku seks
bebas.
4. Untuk mengetahui pencegahan dari penggunaan narkoba terhadap perilaku
seks bebas
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Seks Bebas

Berbicara tentang seks maka seks sebetulnya peradaban manusia tertua


sejak manusia ada dan hidup di planet bumi ini. Seks melekat pada manusia dan
menjadi bawaan manusia dan itu adalah kodrat manusia sejak lahir dan seks itu
adalah pemberian Tuhan. Tanpa seks manusia tidak dapat saling tertarik antara
lawan jenis dan tanpa seks manusia tidak dapat berkembang biak. Dengan adanya
seks itu maka manusia diperintahkan Tuhan untuk berkembang biak memenuhi
bumi ini. Maka dalam pengertian sesungguhnya seks itu hanya bisa terjadi jika
pasang yang berbeda jenis kelamin itu sudah menjadi suami dan istri yang sah.
Dengan kata lain bahwa seks itu baru terjadi jika pasangan pria dan wanita itu
sudah membentuk kehidupan rumah tangga. Dengan demikian seks yang terjadi
diluar rumah tangga itu adalah seks yang tergolong tidak sehat dalam kaidah
agama yang dalam hukum agama perbuatan diluar kaidah agama itu disebut
perbuatan melanggar hukum Tuhan yang dikenal dengan perbuatan zinah atau
berzinah. Dalam hukum, etika ini melanggar norma-norma peradaban manusia
dan dikenal juga dengan tindakan atau perbuatan amoral.

Seks sebetulnya pada hakekatnya baik, namun dia menjadi buruk ketika
seks itu disalah artikan dan disalah gunakan. Ketika seks itu disalah gunakan
maka dengan sengaja,atau dengan tahu dan mau perbuatan itu tidak saja
melanggar tetapi juga sebuah sikap pemberontakkan kepada Tuhan yang diartikan
dengan perbuatan dosa. Dan dosa seks ini menjadi ada dan dikenal sejak manusia
ada dan hidup di dunia ini. Dosa seks ini usianya juga sudah sangat tua seusia
kehadiran manusia didunia ini, yang kemudian oleh perkembangan maka muncul
dengan sebutan seks bebas dalam konteks yang berbeda dan dipicu pula oleh
lajunya perkembangan dunia yang memberi pengaruh sangat besar dalam semua
lini kehidupan manusia dan oleh perkembangan itu sangat berpengaruh juga pada
norma serta peradaban hidup manusia yang selama ini begitu kuat.

Maka pengertian seks bebas ini jauh lebih luas tidak terbatas hanya pada
keinginan karna terdorong nafsu seks dari lawan jenis yang juga terbatas
jangkauannya. Teapi tindakan seks bebas ini lebih pada sebuah pola dan
kebiasaan bebas tanpa batas dalam pergaulan. Jika kita berbicara tentang seks
bebas maka seks bebas itu adalah sebuah sikap yang tercela bagi Tuhan.

Pengertian seks bebas menurut Kartono (1977) merupakan perilaku yang


didorong oleh hasrat seksual, dimana kebutuhan tersebut menjadi lebih bebas jika
dibandingkan dengan sistem regulasi tradisional dan bertentangan dengan sistem
norma yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan menurut Desmita (2005)
pengertian seks bebas adalah segala cara mengekspresikan dan melepaskan
dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, seperti berkencan
intim, bercumbu, sampai melakukan kontak seksual, tetapi perilaku tersebut
dinilai tidak sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman
tentang seksual.
Nevid dkk (1995) mengungkapkan bahwa perilaku seks pranikah adalah
hubungan seks antara pria dan wanita meskipun tanpa adanya ikatan selama ada
ketertarikan secara fisik. Maslow (dalam Hall & Lindzey, 1993) bahwa terdapat
kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi manusia, salah satunya adalah
kebutuhan fisiologis mencakup kebutuhan dasar manusia dalam bertahan hidup,
yaitu kebutuhan yang bersifat dasar ini biasanya akan sukar untuk dikendalikan
atau ditahan oleh individu, terutama dorongan seks.
Lebih lanjut Cynthia (dalam Wicaksono, 2005) seks juga diartikan sebagai
hubungan seksual tanpa ikatan pada yang menyebabkan berganti-ganti pasangan.
Sedangkan menurut Sarwono (2003) menyatakan, bahwa seks bebas
adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan
jenis maupun sesama jenis, mulai dari tingkah laku yang dilakukannya seperti
sentuhan, berciuman (kissing) dengan pasangan yang dilakukan diluar hubungan
pernikahan.
Berdasarkan penjabaran definisi di atas maka dapat disimpulkan
pengertian seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual terhadap lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan di luar
hubungan pernikahan mulai dari necking, petting sampai intercourse dan
bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam masyarakat yang
tidak bisa diterima secara umum.

B. Pengertian Narkoba

Narkoba atau narkotika dan obat-obatan berbahaya adalah bahan kimia,


baik sintetik ataupun organik yang merusak kerja saraf. Pengertian narkoba oleh
kementerian kesehatan diartikan sebagai NAPZA, (Narkotika, Psikotropika, dan
Zat Adiktif). Narkoba dapat menyebabkan ketagihan, terganggu pada bagian saraf
dan atau mampu tidak sadarkan diri. Pengertian Narkotika secara umum adalah
obat-obatan yang mampu membius.

Dengan kata lain, narkotika adalah obat-obatan yang mampu menggangu


sistem kerja saraf tubuh untuk tidak merasakan sakit atau rangsangan. Narkotika
pada awalnya ada tiga yang terbuat dari bahan organik yaitu Candu (Papaper
Somniferum), kokain (Erythroxyion coca) dan ganja (Cannabis sativa). Sekarang
narkoba jenis narkotika adalah Opium atau Opioid atau Opiat atau Candu, Codein,
Methadone (MTD), LSD, PC, mescalin, barbiturat, demerol, petidin, dan lainnya.

Narkotika di kalangan remaja sudah sangat di anggap tabu, biasanya


narkotika sering digunakan untuk mengatasi rasa stress, sedih dan untuk
meningkatkan stamina sang pemakai dalam hal kerja dan juga seksual. Remaja
yang memakai narkoba biasanya tak lepas dari perbuatan seks bebas karena
diantara keduanya terdapat hubungan yang sangat erat.
C. Hubungan Narkoba Dan Seks Bebas

Berikut adalah beberapa jenis narkotika yang berhubungan erat dengan seks
bebas.
1. Extacy dan seks bebas, extacy adalah jenis narkoba yang sering di
gunakan remaja untuk meningkatkan kesengangan mereka. Dampak dari
kerja extacy ini akan meningkatkan detak nadi sang pengguna. Detak
normal bagi seseorang yang tidak menggunakan narkoba antara 60-80 per
menit namun bagi sang pengguna, detak nadi akan naik samapai 120 detak
per menit. Selain itu extacy akan membuat sang pengguna manjadi lebih
hyperaktif sehingga penderita akan terus bnergerak. Setelah efek tersebut
mulai berkurang maka efek selanjutnya akan menstimulan/merangsang
libido/nafsu seks. Saat kondisi seperti ini, maka siapapun tidak akan
merasa perlu untuk menseleksi siapa patner seksnya dan tidak akan
melihat dampak dari perbuatan seks bebas mereka.
2. Shabu dan seks bebas, shabu adalah jenis narkoba yang memiliki efek
menstimulan/merangsang Susunan Saraf Pusat (SSP) untuk bekerja. Efek
dari kerja shabu ini dia bisa merangsang seseorang untuk mampu bekerja
atau bertahan beraktifitas lebih lama dari orang normal, bisa lebih dari dua
hari dua malam bahkan lebih. Biasanya orang mengkonsumsi shabu
seringkali dikaitkan dengan tujuan atau orientasi orang itu atas dampak
yang diharapkan, misal untuk kemampuan melakukan aktifitas berlebih
(lembur kerja) atau juga untuk orientasi kekuatan (lamanya) aktifitas
seksual mereka. Salah satu orientasi seseorang yang paling sering
mengkonsumsi narkoba jenis shabu ini adalah untuk mendukung aktifitas
seksual mereka. Harapan mereka dengan mengkonsumsi shabu akan
memberikan “kekuatan” lebih lama sehingga mampu memuaskan lawan
seksnya dan kebutuhan identitas seks mereka sendiri. Shabu ini pun
memberikan efek pada tubuh luar sang pengguna. Efeknya antara lain agar
tubuh mereka menjadi lebih terang dan terkesan lebih bersih, sehingga
tidak jarang mereka yang mengkonsumsi jenis ini lebih merasa percaya
diri.
3. Narkoba jenis putaw (Heroin atau opium) ini merupakan narkoba yang
tingkat ketergantungannya sangat tinggi, sehingga bila tanpa putaw
mereka akan kesakitan (sakaw). Pemakaian jenis putaw ini menyebabkan
sesorang harus terus menerus mengkonsumsi maka untuk memenuhi
kebutuhan mengkonsumsi putaw mereka (remaja) rela melakukan apapun,
seperti mencuri, merampok, dan atau yang lebih parah lagi melakukan
seks komersil atau menjual diri mereka sendiri. Seks secara komersil ini
dilakukan baik dari pecandu perempuan menjadi pelacur dan pecandu pria
menjadi gigolo. Sehingga tidak jarang para remaja melakukan seks bebas
di luar dengan siapa pun patnernya untuk mendapatkan uang sehingga bisa
membeli narkoba tersebut dan dapat di konsumsi oleh dirinya sendiri.

D. Pencengahan Penggunaan Narkoba Dan Perilaku Seks Bebas

1. Upaya Preventif
Penaggulangan penyalahgunaan narkoba dan tindakan seks bebas melalui
keluarga dan masyarakat. strategi yang dibutuhkan dalam hal ini ialah
dilakukan secara simultan dan holistik, yaitu dilakukan secara bersama-
sama dari semua kalangan yang terkait mulai dari pemakai, keluarga,
masyarakat, aparat kepolisian dan pemerintah.
2. Upaya Kuratif
Upaya kuratif meliputi Treatment dan Rehabilitatif. Hingga saat ini belum
ditemukan upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba secara
sempurna dan memuaskan, baik secara treatment maupun rehabilitaif.
Namun hal ini dapat digunakan sebagai tindakan pengobatan untuk remaja
yang telah terjerumus dalam penggunaan narkoba dan seks bebas
3. Peranan orang tua dalam pemberantasan narkoba
Orang tua sebagai bagian dari masyarakat memiliki banyak peran penting
dalam mendukung upaya pemberantasan ancaman terhadap generasi muda
dari bahaya narkoba dan seks bebas. Langkah-lagkah yang dapat di
lakukan antara lain;
Lingkungan keluarga
1. Sejak anak dalam kandungan, hindari mengkonsumsi obat tanpa resep
dokter.
2. Jalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak
3. Berikan informasi tentang bahaya narkoba dan bahaya seks bebas sejak
dini
4. Hindari anak mengkonsumsi makanan yang tidak sehat
5. Konsultasi dengan dokter apabila ditemukan gejala-gajala yang tidak
wajar pada anak
6. Berobat sedini mungkin apabila diketahui secara pasti bahwa anak tsb
adalah pengguna narkoba
Lingkungan tempat tinggal:
1. Berikan kegiatan-kegiatan yang positif kepada anak
2. Adakan kerjasama dengan RT/RW untuk mengadakan penyuluhan
tentang bahaya narkoba dan seks bebas
3. Informasikan kepada polri apabila dicurigai dilingkungan tempat
tinggal terdapat pengguna atau pangedar narkoba dan terdapat tempat
praktek seks bebas
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penggunaan narkoba (NAPZA) suntikan dan alkohol adalah faktor besar


dalam penyebaran infeksi HIV. Di luar Afrika, penggunaan narkoba suntikan
bertanggung jawab untuk sepertiga infeksi HIV yang baru. Alat-alat yang dipakai
secara bergantian untuk memakai narkoba dapat membawa HIV dan hepatitis
virus, dan penggunaan narkoba dan alkohol juga dikaitkan dengan hubungan seks
secara tidak aman.
Infeksi HIV menyebar secara mudah bila orang memakai alat suntik secara
bergantian dalam penggunaan narkoba. Penggunaan alat bergantian juga
menularkan virus hepatitis B, virus hepatitis C, dan penyakit gawat lain.
Darah yang terinfeksi terdapat pada semprit (insul) kemudian disuntikkan
bersama dengan narkoba saat pengguna berikut memakai semprit tersebut. Ini
adalah cara termudah untuk menularkan HIV karena darah yang terinfeksi
langsung dimasukkan pada aliran darah orang lain.
Untuk mengurangi risiko penularan HIV dan hepatitis, jangan memakai
alat suntik apa pun secara bergantian, dan sering cuci tangan. Membersihkan alat-
alat serta kulit di daerah suntikan. Mengikuti tindakan untuk mengurangi dampak
buruk (harm reduction) penggunaan narkoba.
Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa HIV dapat bertahan
hidup selama sedikitnya empat minggu dalam semprit bekas pakai. Bila
kita harus memakai alat suntik bergantian, kita dapat mengurangi risiko infeksi
dengan membersihkannya sebelum orang yang berikut memakainya. Bila
mungkin, memakai semprit milik sendiri dan tidak memakainya bergantian
dengan orang lain. Semprit ini tetap harus dibersihkan karena bakteri dapat
bertumbuh di dalamnya.
Cara yang paling efektif untuk membersihkan semprit adalah dengan
memakai air bersih dulu, kemudian pemutih, dan akhirnya bilas dengan air bersih.
Coba keluarkan semua darah dari semprit dengan cara dikocok secara keras
selama 30 detik. Pakailah air sejuk karena air panas dapat menyebabkan darah
menjadi beku. Untuk membunuh sebagian besar HIV dan virus hepatitis, biarkan
pemutih dalam semprit selama dua menit penuh. Tidak dapat dijamin bahwa
semua HIV dan virus hepatitis akan dibunuh dengan pembersihan. Selalu
memakai semprit baru bila mungkin.

Akses pada jarum suntik yang bersih mengurangi penularan HIV dan
hepatitis virus. Di beberapa daerah, jarum suntik baru dapat dibeli di apotek tanpa
resep. Di beberapa daerah, sudah terbentuk program pertukaran jarum suntik
(Layanan Alat Suntik Steril/LASS) untuk menyediakan semprit yang baru dan
terjamin bersih pada pengguna narkoba suntikan agar mereka tidak terpaksa
memakai jarum suntik bergantian.
Program yang memudahkan akses pada jarum suntik baru memang
kontroversial karena ada yang menganggap program LASS mendorong
penggunaan narkoba. Namun penelitian pada pertukaran jarum suntik
membuktikan bahwa hal ini tidak benar. Angka infeksi HIV menurun di daerah
yang ada program tersebut, dan lebih banyak pengguna narkoba siap mengikuti
terapi pemulihan narkoba.
Untuk banyak orang, narkoba dan seks saling berhubungan. Pengguna
narkoba dapat menawarkan seks untuk narkoba atau uang untuk membeli narkoba.
Beberapa orang mengaitkan seks tidak aman dengan penggunaan narkoba.
Penggunaan narkoba, termasuk metamfetamin (shabu) dan alkohol, meningkatkan
kemungkinan orang tidak akan melindungi dirinya saat berhubungan seks.
Seseorang yang ‘menjual’ seks untuk narkoba mungkin mengalami kesulitan
untuk membatasi apa yang dia akan lakukan. Penggunaan narkoba dan alkohol
dapat mengurangi angka penggunaan kondom dan praktek seks aman yang lain.
Sering kali, pengguna narkoba berganti-ganti pasangan seksual. Perilaku
ini meningkatkan risiko terinfeksi HIV atau infeksi menular seksual (IMS) lain.
IMS dapat meningkatkan risiko tertular atau menularkan HIV. Overdosis obat
dapat menyebabkan efek samping yang berat. Overdosis narkoba dapat
mematikan. Sedikitnya dilaporkan satu kematian akibat interaksi antara ekstasi
dengan PI. Sebaliknya, interaksi dapat menyebabkan tingkat ARV yang rendah
dalam darah, dengan akibat tingkatnya terlalu rendah untuk melawan HIV. Hal ini
dapat menyebabkan virus menjadi resistan terhadap obat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Praptoraharjo I, Wiebel WW, Kamil O & Pach A. 2007. Jaringan Seksual dan
Perilaku Berisiko Pengguna Napza Suntik: Episode Lain Penyebaran HIV
di Indonesia. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat 23:3.
Satoto. 2011. The Right Condom on The Right Place. Semarang.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Grasindo. Jakarta.
Suohu K, Humtsoe C., Saggurti N., et al. 2012. Understanding The Association
Between Injecting and Sexual Risk Behaviors of Injecting Drug Users In
Manipur And Nagaland, India. Journal of Harm Reduction 9:40.
Swe LA, Nyo KK, Rashid AK. 2010. Risk Behaviours Among HIV Positive
Injecting Drug Users In Myanmar: A Case Control Study. Harm
Reduction Journal 7:12.
United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS), World Health Organization
(WHO). 2007. AIDS Epidemic Update. Geneva, Switzerland.
United Nations Office Drug on Crime (UNODC). 2013. World Drug Report 2013.
United Nations publication: Vienna.
Weller SC, Davis BK. 2002. Condom Effectiveness in Reducing Heterosexual
HIV Transmission. Cochrane Database of Systematic Review.

Anda mungkin juga menyukai