Anda di halaman 1dari 23

1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Tingginya angka merokok di Indonesia menyebabkan kanker paru-paru,
sebagai salah satu masalah kesehatan yang sangat serius. Data yang dibuat WHO
menunjukan bahwa kanker paru adalah jenis penyakit keganasan yang menjadi
penyebab kematian utama pada kelompok kematian akibat keganasan, bukan
hanya pada laki laki tetapi juga pada perempuan. Buruknya prognosis penyakit ini
mungkin berkaitan erat dengan jarangnya penderita datang ke dokter ketika
penyakitnya masih berada dalam stadium awal penyakit. Hasil penelitian pada
penderita kanker paru pascabedah menunjukkan bahwa, rerata angk tahan hidup 5
tahunan stage I sangat jauh berbeda dengan mereka yang dibedah setelah stage II,
apalagi jika dibandingkan dengan staging lanjut yang diobati adalah 9 bulan(1).
Di USA, sekitar 80-90% kanker paru yang terjadi pada pria, dan sekitar 70%
terjadi pada wanita disebabkan oleh kebiasaan merokok. Data menunjukkan
sekitar 87% kematian akibat kanker paru dan 82% kematian akibat PPOK terjadi
akibat kebiasaan merokok(2).
Kanker paru merupakan penyakit pertumbuhan sel jaringan paru yang tak
terkontrol. Pertumbuhan ini dapat bermetastase yang menyebar kejaringan
sekitarnya serta kejaringan paru yang bersebelahan. Sebahagian besar kanker paru
berupa karsinoma paru yang berasal dari sel epitel. Kanker paru merupakan
penyebab kematian paling banyak pada pria dan kedua pada wanita setelah kanker
payudara(3).
Penangganan kanker paru-paru ini memerlukan tindakan yang cepat dan
terarah. Beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kanker paru-paru
ini adalah operasi,radioterapi,dan kemoterapi. Operasi bisa dilakukan jika
stadium kanker paru-paru masih awal, sehingga akan sangat menguntungkan
pasien. Kemoterapi menjadi pilihan untuk semua stadium pada kanker paru-paru,
dikarenakan kemoterapi lebih memberikan efek yang menguntungkan
dibandingkan terapi yang lainnya (1).
2

PEMBAHASAN

I. Etiologi
Zat karsinogen pada rokok tembakau memegang peranan penting terhadap
kejadian kanker paru. Kurang lebih 85-90% penderita kanker paru adalah
perokok, namun demikian kanker paru dapat juga mengenai individu yang bukan
perokok. Dengan demikian pengaruh faktor lingkungan perokok tembakau, polusi
udara, paparan gas radon dan beberap virus dapat juga menyebabkan kanker paru.
Pertumbuhan kanker paru diperantarai oleh interaksi antara beberapa zat
karsinogen. Rokok sigaret mengandung campuran senyawa dimana telah 4000
senyawa teridentifikasi pada sebahagian besar rokok. Sejumlah penelitian telah
mengidentifikasi 60-70 karsinogen; polisiklik aromatic hidrokarbon, (PAHs),
heterosiklik hidrokarbon, Nnitrosamin, aromatik amine, N-heterosiklik amine,
aldehide, beberapa senyawa organic, senyawa anorganik seperti hydrazine logam
serta radikal bebas(4).
Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa gabungan zat karsinogenik PAH
dan tobacco-spesifik carcinogen NNK (4-(methylnirosoamino)-1-3(phyridyl)-1-
(butanone) memegang peranan penting dalam menginduksi kanker paru pada
perokok. kedua-duanya merupakan karsinogen yang sama kuatnya antara PAH
dan N-Nitrosamin namun demikian walaupun butadin, aldehid dan benzene suatu
potensial karsinogenik yang rendah, tetapi jumlahnya sangat banyak pada rokok
tembakau. PAH merupakan hasil pembakaran tak sempurna dari tembakau pada
saat merokok. PAH, terutama benzopyrin mencetuskan terjadinya tumor paru
pada hewan percobaan. Disamping itu dalam beberapa penelitian menunjukkan
bahwa jaringan paru manusia dapat memetabolisme PAH menjadi metabolit
reaktif yang berinteraksi dengan DNA membentuk gen DNA yang bermutasi.
DNA ini diduga merupakan pencetus terjadinya karsinogenesis dan mungkin juga
prediksi risiko kanker paru. Pada beberapa penelitian gabungan PAH-DNA telah
ditemukan pada sample paru manusia dan peningkatan kadar PAH-DNA pada
jaringan paru perokok dan bekas perokok dibandingkan dengan tidak perokok.
Paparan dari tempat kerja memegang peranan penting sebagai penyebab kanker
3

paru. Kejadian kanker paru dicetuskan oleh paparan lingkungan tempat kerja oleh
logam seperti beryllium, kromium, nikel dan arsenik telah ditemukan(5).
Paparan PAH yang tinggi dapat ditemukan pada beberapa pekerja seperti
produksi aluminium, batubara dan proses gasifikasi batubara, besi, pekerja besi
baja,supir bus (oleh karena menghirup gas buang mesin disel), pembuat atap serta
pekerja jalan aspal. Paru-paru merupakan target organ Polisiklik Aromatik
Hidrokarbon pada pekerja yang terpapar. Kristal silica yang terhirup juga
diklasifikasikan sebagai zat karsinogen paru. Perlu digaris bawahi ialah apabila
menilai etiologi kanker paru yang berhubungan dengan tempat kerja perlu
dipertimbangkan adanya riwayat merokok tembakau. Virus Onkogen mungkin
dapat dimasukkan kedalam etiologi kanker paru. Sejumlah temuan membuktikan
adanya keterlibatan sejumlah human papiloma virus, akan tetapi temuan virus
pada karsinoma bronchial sangat beragam. Virus Epstein-Barr, cytomegalovirus,
human herpes virus-8 dan simian virus 40 jarang ditemukan. Kerentanan genetik
berperan pada individu perokok tembakau. Sebagaimana fakta yang ditemukan
dimana hanya satu dari sepuluh perokok semasa hidupnya yang berkembang
menjadi kanker paru(4,5,6)
Para ilmuwan mendapatkan bahwa makanan-makanan tertentu adalah sumber
kanker. Makanan-makanan tersebut menjadi sumber kanker oleh sebab adanya
zat-zat kimia tertentu. Makanan yang dapat menyebabkan kanker
(www.susukolostrum.com) adalah :
1. Daging yang mengandung hormon sex buatan (DES or Diethylstilbestrol).
2. Bahan pemanis buatan seperti biang Gula dan saccharin.
3. Nitrosamines pada bahan-bahan pengawet buatan, dan bahan pewarna buatan,
yang umumnya dipakai dalam produk daging, yang telah diproses dan juga
banyak dalam produk makanan kaleng.
4. Zat pewarna yang ada dalam makanan, minuman, kosmetik, maupun obat
obatan.
5. Zat radioaktif yang sekarang ini terdapat hampir di seluruh\ bulatan bumi
sebagai akibat dari percobaan bom atom serta peledakan bom, yang masuk
dalam tubuh manusia melalui makanan, khususnya susu.
6. Kebanyakan makan garam.
4

7. Makanan yang sudah menjadi Tengik.


Etiologi kanker paru-paru menurut Akper Pemkab Tapteng ialah :
1. Merokok
2. Iradiasi
3. Zat-zat yang terhirup ditempat kerja
4. Polusi udara
5. Genetik
Penyebab terbesar adalah merokok, Sedangkan lainnya adalah disebabkan
adanya kontaminasi udara sekitar oleh zat asbes, polusi udara oleh asap kendaraan
ataupun pembakaran termasuk asap rokok. Ada beberapa kasus penyakit yang
memicu terjadinya penyakit kanker paru-paru ini, yaitu penyakit TBC dan
Pneumonia. Kedua penyakit ini dapat menimbulkan perlukaan pada jaringan sel
organ paru sehingga mensupport terjadinya pertumbuhan sel abnormal didalam
rongga tersebut. Biasanya kanker paru yang berkembang dari kasus ini adalah
jenis adenocarcinoma (adenoma)(7).
Selain itu ada pula penyebab seperti :
1. Pajanan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik,
seperti rokok, asbestos, radiasi ion, radon, arsen, kromium, nikel, dll.
2. Polusi udara.
3. Genetik dimana terjadi mutasi beberapa gen seperti protoonkogen, tumor
supressor gene, gene encoding enzyme.

II. Gejala Klinis


Sekitar 25% kanker paru adalah asimptomatik dan ditemukan dengan
tidak sengaja melalui foto toraks. Tanda dan gejala yang timbul dapat berasal
dari progresifitas tumor local, penyebaran ke daerah regional atau metastase
jauh. Sindrom paraneoplastik dapat terjadi pada semua stage penyakit. Akan
tetapi gejala ini tidak spesifik untuk mengklasifikasi dan histologi kanker.
Tumor dapat mengakibatkan batuk dan terkadang sesak napas yang disertai
obstruksi jalan napas, post obstruksi atelektasis dan penyebaran kekelenjar
limfe. Demam dapat terjadi pada pneumonia post obstruktif, sebahagian
penderita dilaporkan mengalami nyeri dada yang tak jelas atau nyeri yang
5

terlokalisir. Hemoptisis jarang ditemukan, kehilangan darah hanya sedikit


kecuali pada kasus yang dimana tumor mengiritasi pembuluh arteri yang
mengakibatkan perdarahan masif bahkan kematian. Bekles dkk (2003)
mendapati 65% -75% pasien kanker paru menderita batuk, bahkan lebih dari
25% dengan batuk produktif. Hemoptisis didapati 6% -35% pasien, kurang
lebih 20%-30% pasien akan mengalami hemoptisis dan 3% akan mengalami
hemoptisis yang menyebabkan kematian. Penyebaran regional tumor
menyebabkan nyeri dada pleuritik ataupun sesak napas akibat terjadinya efusi
plura, suara serak yang disebabkan oleh tumor yang mendesak nervus
laringius, sesak dan hipoksia akibat paralysis diafragma karena keterlibatan
nervus phrenikus. Knop dkk (2005) mendapati sesak napas sekitar 60% dari
pasien, penyebab sesak napas disebabkan akibat penyumbatan jalan napas
pada bronkus atau parenkim paru,pleural efusi, pneumonia dan komplikasi
akibat kemoterapi atau radioterapi seperti pneumonitis. Sindroma vena cava
superior diakibatkan oleh penekanan dan invasi ke vena cava superior yang
dapat menyebabkan sakit kepala dan perasaan penuh dikepala, pembengkakan
di wajah dan ekstremitas atas, sesak napas apabila berbaring dan flushing.
Tanda tanda fisik sindroma vena cava superior meliputi edema pada wajah
dan ekstremitas, pembengkakan leher dan vena subcutan pada wajah dan
badan bagian atas. Gift dkk (2004) mendapatkan kurang lebih 50% pasien
mengalami rasa tak enak didada ataupun nyeri pada dinding dada. Bekles dkk
(2004) rasa tak enak dan nyeri dada yang hilang timbul serta nyeri pleuritik
akibat penyebaran tumor ke pleura dapat dialami penderita kanker paru.
Tumor apical, biasanya NSCLC menyerang pleksus brakhialis, pleura, tulang
iga sehingga mengakibatkan nyeri bahu dan ekstremitas bagian atas yang
disertai kelemahan atau atropi tangan ipsilateral (tumor pancoast ). Sindroma
Horner (ptosis, miosis, enopthalmos dan anhidrosis) dapat timbul apabila
saraf simpatik paravertebra atau ganglion stellata cervical terkena.
Penyebaran tumor ke pericardium dapat terjadi tanpa gejala atau
menimbulkan kontriktif perikarditis bahkan tamponade jantung. Disfagia
dapat terjadi akibat penekanan namun sangat jarang. Metastasis pada hati
menyebabkan nyeri, gejala gastrointestinal yang akhirnya menyebabkan
6

kegagalan hati. Metastasis ke otak mengakibatkan perubahan tingkah laku


kebingungan, afasia, kejang, paresis atau paralysis, mual dan muntah bahkan
koma dan kematian. Metastasis ke tulang menyebabkan nyeri hebat dan
fraktur, jarang terjadi insufisiensi kelenjar adarenal walaupun umumnya
kanker paru bermetastasis ke kelenjar adrenal. Gejala Sindroma
Paraneoplastik terjadi pada tempat yang jauh dari tumornya ataupun
metastasisnya. Sindroma paraneoplastik meliputi hiperkalsemia (pada
penderita dengan squamous sell karsinoma, disebabkan oleh karena tumor
menghasilkan hormon paratiroid), sindrom inappropriate antidiuretik
hormon(SIADH), clubbing finger dengan atau tanpa hipertropik
osteoartropathy paru, myasthenia(sindrom Eaton-Lambert) serta beberapa
sindroma neurologist, termasuk neuropathi, encephalopathy,encephalitis,
mielophati serta penyakit serebral. Mekanisme ini melibatkan autoantigen
tumor yang menghasilkan autoantibody, namun demikian sebahagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Van Cleave dan Cooley (2004) juga mendapati
Sindrome paraneoplastik yang mungkin disertai dengan Sindrom Cushing,
Hiperkalsemia, SIADH, Hipertropik Osteoartropati paru, Sindrom
nerologis(8,9,10) .
Menurut Nucleus Precise News Letter Edisi 73 tanggal 15 Maret 2011,
tanda dan gejala kanker paru membutuhkan waktu bertahun‐tahun untuk
dapat diketahui dan seringkali dikacaukan dengan gejala dari kondisi yang
kurang serius. Tanda dan gejala mungkin tidak kelihatan sampai penyakit
telah mencapai tahap lanjut. Adapun tanda‐tanda tersebut dapat berupa :
1. Batuk pada perokok yang terus menerus atau menjadi hebat
2. Batuk pada bukan perokok yang menetap sampai dengan lebih dari dua
minggu
3. Dada, bahu atau nyeri punggung yang tidak berhubungan terhadap nyeri
akibat batuk yang terus menerus
4. Perubahan warna pada dahak
5. Meningkatnya jumlah dahak
6. Dahak berdarah
7. Bunyi mengi saat bernafas pada bukan penderita asma
7

8. Radang yang kambuh


9. Sulit bernafas
10. Nafas pendek
11. Serak
12. Suara kasar saat bernafas
Sedangkan gejala kanker paru-paru menurut Akper Pemkab Tapteng ialah :
1. Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat
2. Dahak berdarah berubah warna dan makin banyak
3. Nafas sesak ( pendek )
4. Sakit kepala , nyeri dada , bahu dan bagian punggung
5. Kelelahan yang parah
Tanda dan gejala kanker paru ini hanya akan muncul saat perkembangan
abnormal sel ini semakin parah kearah stadium yang lebih lanjut, dan ini
memerlukan waktu bertahun tahun sejak awal perkembangannya. Bahkan ada
kemungkinan tidak menampakkan adanya tanda dan gejala khusus, melainkan
hanya tampak jika dilakukan X-ray. Namun jika beberapa tanda dan gejala
dibawah ini apabila dirasakan, sebaiknya segeralah periksa ke dokter :
1. Batuk-batuk yang lama pada orang merokok
2. Kesulitan bernafas (nafas pendek)
3. Batuk mengeluarkan darah (meskipun jumlah sedikit)
4. Sering mengalami infeksi paru (pneumonia atau bronchitis)
5. Adanya nyeri dada, bahu dan bagian punggung
6. Suara yang berubah dari biasanya
7. Batuk lebih dari 2 minggu pada orang yang tidak merokok
8. Lainnya seperti susah menelan, leher dan wajah tampak membengkak,
nafsu makan berkurang, hilangnya berat badan, cepat lelah atau lemah(11).
Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari
penyakit paru lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari
anamnesis akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor–
faktor lain yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama
dapat berupa : batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga
purulen), Batuk darah, Sesak napas, Suara serak, Sakit dada, Sulit / sakit
8

menelan, Benjolan di pangkal leher, Sembab muka dan leher, kadang-kadang


disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat. Tidak jarang yang
pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru,
seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran
hepar atau patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :
berat badan berkurang, nafsu makan hilang, demam hilang timbul, sindrom
paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary osteoartheopathy",
trombosis vena(10).
III. Diagnosis
Diagnosis untuk kanker paru-paru dapat dilakukan dengan berbagai tehnik
seperti CT-Scan, Foto Toraks, Bronkoskopi, USG Abdomen, MRI, Foto
toraks menjadi deteksi yang paling umum dilakukan untuk melihat adanya
tumor di paru-paru.
a. Foto Toraks
Foto toraks merupakan pemeriksaan paling umum dilakukan.
Pemerikasaan foto toraks ini dapat melihat masa tumor dengan ukuran
tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi
yang ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada foto
tumor juga dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura,
efusi perikar dan metastasis intrapulmoner(1).
b. CT- Scan Toraks
Imaging (foto) ini lebih informatif karena dapat melihat
karakteristik tumor lebih jelas termasuk menentukan ukuran, lokasi dan
apakah sudah terjadi keterlibatan kelenjar getah bening di dada serta ada
tidaknya penyebaran di paru. Untuk kanker paru pada kondisi tertentu
dokter akan melakukan CT – Scan ulang jika pasien membawa CT – Scan
lama yang telah dilakukan > 1 bulan(1).
c. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah tehnik pemeriksaan khusus yang menggunakan alat
bronkoskop yang dimasukkan ke dalam saluran napas sehingga dapat
menilai keadaan saluran napas, dan sekaligus dapat mengambil spesimen
9

untuk pemeriksaan sel kanker dengan cara bilasan, sikat, atau biopsi.
Bronkoskopi diperlukan untuk menilai apakah akan timbul kegawatan
misalnya sumbatan pada saluran napas akibat tumor dalam saluran napas
atau penekanan dari luar (11).

Gambar 1 : Bronkoskopi
d. Pemeriksaan lain, antara lain MRI toraks kurang bermanfaat untuk
menentukan staging kanker paru. Pemeriksaan lain lebih ditujuan untuk
melihat apakah telah terjadi penyebaran (metastasis) jauh :. CT scan/MRI
kepala untuk menilai metastasis di otak. Bone scan/MRI untuk menilai
metastasis di tulang. Pemeriksaan tambahan ini dilakukan jika ada
keluhan, atau pasien dengan staging awal dan akan dioperasi (11).

IV. Patofisiologi
Seperti penyakit kanker lainnya, kanker paru dimulai oleh aktivasi
onkogen dan inaktivasi gen supresor tumor. Onkogen merupakan suatu gen
yang diyakini sebagai penyebab seseorang cenderung terkena kanker. Proto-
onkogen berubah menjadi onkogen apabila terpapar karsinogen spesifik.
Mutasi yang terjadi pada proto-onkogen K-ras menyebabkan adenokarsinoma
paru sampai 10-30%. Epidermal growth factor reseptor (EFGR) mengatur
prolifersi sel, apoptosis, angiogenesis, serta invasi tumor. Mutasi serta
berkembangnya EFGR sering dijumpai pada kanker paru non-small sel
sehingga menjadikan dasar terapi menggunakan penghambat EFGR.
Kerusakan kromosom menyebabkan kehilangan sifat keberagaman
heterezigot, menyebabkan inaktivasi gen supresor tumor. Kerusakan
10

kromosom 3p, 5q, 13q dan 17p paling sering menyebabkan karsinoma paru
non-small sel. Gen p53 tumor supresor berada di kromosom 17p yang
didapatkan 60-75% dari kasus. Gen gen lainnya yang sering bermutasi dan
berkembang ialah c-Met, NKX2-1, LKB1, PIK3CA dan BRAF. Sejumlah
gen polimorfik berkaitan dengan kanker paru, termasuk gen polimorfik yang
mengkode interleukin-1, sitokrom P450, caspase-8 sebagai pencetus
apoptosis serta XRCC1 sebagai molekul DNA repair. Individu yang terdapat
gen polimorfik seperti ini lebih sering terkena kanker paru apabila terpapar
zat karsinogenik(4,3).
Patofisiologi kanker paru-paru yang terbaik digambarkan sebagai
peristiwa "multi-hit". Karsinogen, paling sering adalah dalam asap rokok
tetapi juga termasuk banyaknya paparan lingkungan yang berbeda, dapat
mengakibatkan kerusakan DNA atau mutasi. Efek kumulatif dari beberapa
"hit" dapat mengakibatkan efek ireversibel pada mekanisme biologis yang
mengontrol pertumbuhan, proliferasi, suplai pembuluh darah, dan kematian
sel normal. Mekanisme disregulasi kolektif ini dirasakan menyebabkan
kanker paru-paru(12).
Rokok mengandung lebih dari 1200 zat yang potensial karsinogen.
Mereka termasuk inisiator seperti benzo-pyrene α-epoksida diol (BPDE) dan
promoter seperti derivatif fenol. Karsinogen dari industri termasuk berbagai
bentuk radiasi, asbes, dan polusi atmosfer seperti radon. Akhirnya, eksposur
tersebut mengarah pada akumulasi perubahan genetic yang mengarah pada
fenotipe neoplastik. Umumnya 10-20 mutasi genetik terjadi pada saat tumor
menjadi klinis jelas. Mutasi onkogenik termasuk c-myc mutasi pada small
cell carcinomas dan K-ras mutations in adenocarcinomas.. Mutasi gen tumor
supresor termasuk pada p53 dan Rb. Urutan temporal inaktivasi gen ini tidak
didefinisikan dengan baik (dibandingkan dengan kanker kolorektal). Namun,
mutasi gen p53 terlihat di sebagian besar kanker paru-paru. BPDE (dari asap
rokok) telah terbukti menyebabkan kerusakan DNA melalui pembentukan
adisi pada kodon yang sama dari gen p53 yang merupakan hotspot mutasi
utama yang ditemukan pada kanker paru-paru klinis(13).
11

Gambar 2: Basis guanin dirusak oleh BPDE. Biasanya adisi besar ini
diperbaiki melalui perbaikan eksisi nukleotida, APM. Selama replikasi,
DNApolimerase menyisipkan basa adenin berlawanan dengan guanin yang
rusak karena hal ini mewakili "best guess" nya (panah di urutan kiri). Dalam
tahap-tahap replikasi berikutnya, tiamin ditambahkan berlawanan dengan
adenin baru (panah di urutan kanan).
Biasanya, paru-paru dilindungi dari materi partikulat melalui mekanisme
seperti reflek batuk, bersihan mukosiliar dan respon inflamasi (makrofag
alveolar). Semua mekanisme merupakan gangguan pada merokok yang
selanjutnya meningkatkan kerentanan individu pada karsinogen dalam
partikulat(13).
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka(14).
12

Jenis kanker secara garis besar dibagi menjadi 2 kelompok:


1. Non Small Cell Lung Cancer, atau Kanker paru jenis Karsinoma
Bukan Sel Kecil (KPKBSK). KPKBSK dibedakan dalam beberapa
stage berdasarkan besar kecilnya tumor (T), keterlibatan kelenjar
getah bening (N), dan penyebarannya (M). Beberapa pemeriksaan
yang dapat dilakukan untuk melihat tumor adalah bronkoskopi dan
radiografi paru. Sedangkan untuk melihat keterlibatan kelenjar getah
bening menggunakan mediastinoskopi. Untuk melihat adanya
metastase ke berbagai jaringan perlu dilakukan CT-Scan(11).
Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC)
 Tahap tersembunyi, merupakan tahap ditemukannya sel
kanker pada dahak (sputum) pasien di dalam sampel air saat
bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor di paru-paru.
 Stadium 0, merupakan tahap ditemukannya sel-sel kanker
hanya pada lapisan terdalam paru-paru dan tidak bersifat
invasif.
 Stadium I, merupakan tahap kanker yang hanya ditemukan
pada paru-paru dan belum menyebar ke kelenjar getah bening
sekitarnya.
 Stadium II, merupakan tahap kanker yang ditemukan pada
paru-paru dan getah bening didekatnya
 Stadium III, merupakan tahap kanker yang telah menyebar ke
daerah di sekitarnya, seperti dinding dada, diafragma,
pembuluh besar atau kelenjar getah bening di sisi yang sama
atau pun sisi berlawanan dari tumor tersebut.
 Stadium IV, merupakan tahap kanker yang ditemukan lebih
dari satu lobus paru-paru yang sama, atau di paru-paru yang
lain. Sel-sel kanker telah menyebar juga ke organ tubuh
lainnya, misalnya ke otak, kelenjar adrenalin, hati, dan tulang
(11)
.
13

2. Small cell Lung Cancer, atau kanker paru jenis karsinoma sel kecil
(KPKSK) muncul di lokasi peribronchial dan menyusup ke
submukosa bronkus. Meluasnya metastasis terjadi pada awal
perjalanan penyakit, dengan penyebaran yang umum ke kelenjar
getah bening mediastinum, hati,tulang, kelenjar adrenal, dan otak.
Selain itu, produksi hormone peptida berbagai mengarah ke berbagai
sindrom paraneoplastik; yang paling umum dari syndrome of
inappropriate secretion of antidiuretic hormone (SIADH) dan
syndrome of ectopic adrenocorticotropic hormone (ACTH). Selain
itu, fenomena autoimun dapat menyebabkan sindrom neurologis yang
berbeda, seperti sindrom Eaton-Lambert(15).
Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Sel Kecil (SLCC)
 Tahap terbatas, yaitu kanker yang hanya ditemukan pada satu
bagian paru-paru saja dan pada jaringan disekitarnya.
 Tahap ekstensif, yaitu kanker yang ditemukan pada jaringan
dada di luar paru-paru tempat asalnya, atau kanker ditemukan
pada organ-organ tubuh yang jauh.
V. Terapi
Kanker paru-paru dibagi dalam 2 subtipe yaitu Kanker Paru jenis
Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) atau istilah lazimnya adalah Non
Small Cell Lung Cancer (NSCLC) dan Kanker Paru jenis Karsinoma Sel
Kecil (KPKSK) istilah lazimnya adalah Small Cell Lung Cancer (SCLC).
Beberapa terapi dapat digunakan untuk menyembuhkan, mengurangi gejala,
dan meningkatkan kualitas hidup pasian kanker, seperti dengan operasi,
radiasi, dan kemoterapi (11).
1. Operasi
Operasi menjadi pilihan terapi utama ketika tipe kanker yang
diderita adalah KPKBSK, terutama masih stage awal yaitu stage I dan II.
Penelitian menyebutkan 40%-50% pasien yang dioperasi dapat bertahan
hidup hingga 5 tahun(16). Operasi yang biasa dilakukan adalah
pneumonectomy dan lobectomy. Pneumonectomy adalah penggambilan
seluruh bagian dari paru-paru bisa paru-paru kanan maupun kiri
14

sedangkan lobectomy adalah penghilangan lobus yang ada dalam paru-


paru (11).

Gambar 3 : Ilustrasi Pembedahan paru-paru (11)

Untuk kanker tipe KPKSK operasi bukan menjadi pilihan utama karena
kanker jenis ini lebih sensitif terhadap radioterapi dan kemoterapi.
2. Radioterapi
Pengobatan menggunakan radioterapi biasa digunakan untuk terapi
pada kanker paru-paru tipe KPKSK . Pada kanker paru-paru tipe KPKSK
radioterapi biasa dikombinasikan dengan kemoterapi dan dapat digunakan
tunggal. Penggunaan radioterapi 2 kali sehari sebenarnya dapat mencegah
kekambuhan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien tetapi ini
jarang digunakan karena ketidaknyamanan dan kejadian terjadinya
esofagitis tinggi. Untuk Pasien ini kemoterapi digunkan untuk mencegah
metastasis otak (16).
Pada kanker paru-paru tipe KPKBSK penggunaan radioterapi tidak
menjadi pilihan utama. Sebuah Penalitian menyebutkan penggunaan
radioterapi meningkatkan resiko kematian pada pasien stage I dan II
15

dengan N0 atau N1, oleh karena itu penggunaan radioterapi hanya


(16)
digunakan pada kondisi-kondisi khusus . Pada Stage IIIA dan IIIB
penggunaan radioterapi secara tunggal tanpa kemoterapi tidak dapat
meningkatkan kulitas hidup pasien karena kanker sudah berkembang
secara sistemik(16).
3. Kemoterapi
a. Definisi kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan obat atau zat
berkhasiat untuk menghambat pertumbuhan sel kanker. Kemoterapi
menjadi pengobatan lini pertama untuk tipe KPKSK dan untuk
KPKSBK yang stage lanjut (Stage IV). Obat –obat yang digunakan
adalah golongan sitostatika dan sitotoksik. Beberapa contoh obat
sitostatik yang digunkan adalah golongan alkylating agent, antibiotic
antineoplastic, antimetabolites, dan antineoplastic alter hormone
balance. Semua obat sitostatik ini bekerja dengan merusak DNA /RNA
yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan sel kanker. Contohnya
untuk golongan alkylating agent akan bekerja dengan membentuk
ikatan silang dengan guanin dan adenin(17).
b. Indikasi Kemoterapi
Pemberiaan kemoterapi diindikasikan pada pasien penderita
kanker karsinoma sel kecil dengan atau tanpa gejala. Kemoterapi juga
diberikan pada penderita Kanker karsinoma bukan sel kecil stage IIIB
dan IV dan dapat dikombinasikan dengan radioterapi. Kemoterapi
adjuvan diberikan pada penderita kanker paru jenis karsinoma bukan sel
kecil (KPKBSK) stage I, II dan III yang telah dibedah. Kemoterapi
neoadjuvan yaitu kemoterapi pada penderita stage IIIA dan beberapa
kasus stage IIIB yang akan menjalani pembedahan (11).
c. Pemeriksaan yang dilakukan sebelum kemoterapi
Pemerikasaan sel darah menjadi hal utama yang harus dilakukan
sebelum melakukan kemoterapi. Kadar leukosit yang diharapkan
sebelum kemoterapi adalah > 4000/mm3, kemudian untuk trombosit >
100.000/mm3 dan terakhir untuk hemoglobin ≥ 10 g%. Pemeriksaan
16

ini dilakukan pada pemberiaan siklus pertama, apabila pada siklus


berikutnya nilai-niali ini dibawah standar,yang perlu dilakukan hanya
penyesuaian dosis obat (17).
Selain pemeriksaan darah pemariksaan tentang fungsi fisiologis
tubuh juga perlu dilakukan, seperti melihat fungsi dari hati dan ginjal.
Contohnya untuk pemberiaan sisplatin klirens kreatinin ginjal harus
>70 ml/menit, apabila kurang dari ini diberikan karboplatin(17).
e. Pemilihan obat
Pemilihan obat untuk kemoterapi harus mempertimbangkan
beberapa hal seperti efikasi dari obat tersebut, efek samping yang
mungkin terjadi, dan yang utama pemilihan obatnya tergntung dari
histologi sel kanker. Pengobatan menggunakan kemoterapi, pada dosis
subterapi tidak akan menimbulkan efek, tetapi pada dosis yang terlalu
tinggi akan menimbulkan efek toksik oleh karena itu harus ditentukan
dosis optimalnya. Pengobatan yang menggunakan lebih dari 1 obat juga
perlu dipertimbangkan. Lama pengobatan juga harus dipertimbangkan
dalam pengobatan menggunkana kemoterapi. Sekali kemoterapi
dimulai, maka perlu diberikan kesempatan yang cukup kepada obat-
obat itu untuk bekerja. Karena itu pengobatan perlu diberikan
setidaktidaknya dua kali siklus, sebelum ditentukan lebih lanjut berapa
lama keseluruhan pengobatan akan berlangsung. Evaluasi dilakukan
setelah 2 – 3 siklus kemoterapi. Pada umumnya kemoterapi dapat
diberikan berturut-turut selama 4 – 6 siklus dengan masa tenggang
antara satu siklus ke siklus berikutnya 21 – 28 hari ( 3 – 4 minggu)
tergantung pada jenis obat yang digunakan. Perlu diperhatikan, apabila
dosis maksimal untuksetiap obat telah tercapai pengobatan harus
dihentikan. Demikian pula bila penyakit menjadi progresif atau
performance status menjadi amat berkurang dan tidak kembali (17).
f. Terapi Kemoterapi
1) Kanker Paru jenis Karsinoma sel Kecil (KPKSK)
Kemoterapi yang umum digunakan untuk kanker jenis ini
adalah cisplatin, carboplatin, etoposid (intravena dan oral ),
17

topotecan, paclitaxel, docetaxel, dan gemcitabine. Kombinasi


kemoterapi unggul untuk single-agen therapy namun kejadian
toksisitas akut, demam neutropenia, dan kematian beracun di
paliatif (penyakit metastatik, noncurable) lebih tinggi sehingga
pengobatan harus dipertimbangkan (16).
Sedangkan yang digunakan untuk pasien yang baru
didiagnosa adalah: PE (atau EP): cisplatin (P) + etoposid (E); EC
(CE): etoposid (E) + carboplatin (C); dan CP: irinotecan (CPT-11,
C) + cisplatin (P) . Menurut NCCN kemoterapi dengan radiasi
bersamaan dianjurkan untuk pasien dengan penyakit SCLC
terbatas dan status kinerja yang baik (berdasarkan bukti tingkat
tinggi) dan juga status kinerja yang buruk, dengan kelas bukti lebih
rendah. Rejimen yang mengandung cisplatin memiliki respons
yang lebih tinggi tingkat kelangsungan hidup, secara keseluruhan
membaik, lebih rendah insiden yang mengancam jiwa
myelosupresi, dan tidak ada peningkatan risiko kematian terkait
pengobatan versus non-rejimen yang mengandung cisplatin.
Carboplatin sering menggantikan cisplatin pada SCLC dan terbukti
memiliki kemanjuran yang serupa dengan efek toksisitas yang
berkuran terutama untuk pasien dengan ginjal yang sudah ada
disfungsi atau neuropathy parah(16).
2) Kanker paru jenis Karsinoma Bukan sel Kecil (KPKBSK)
Berbagai obat dianggap aktif untuk kanker jenis ini, dengan
respons objektif >15% diantaranya adriamisin, sisplatin,
karboplatin, mitomisin-C, ifosfamid, paklitaksel, dosetaksel,
gemsitabin dan lain-lain. Dengan paduan beberapa obat diharapkan
hasil lebih memuaskan, berupa respons objektif yang lebih baik,
bahkan mungkin tercapai respons komplet (CR). Pada saat ini,
paduan obat berbasis platinum (platinum based therapy) amat
dianjurkan. Paduan obat yang menggunakan obat-obat baru seperti
paklitaksel, gemsitabin, dosetaksel, dll menunjukkan respons yang
cukup baik serta perbaikan masa tahan hidup yang berarti. Jenis
18

obat yang mudah didapat di Indonesia, antara lain sisplatin,


karboplatin, etoposid, siklofosfamid, mitomisin-C, metotreksat,
adriamisin, doksorubisin paklitaksel, dosetaksel dan gemsitabin.

Gambar 4 : Algoritma terapi KPKBSK (1).


19

Gambar algoritma diatas menunjukkan cara-cara yang harus


dilakukan dalam penangganan kanker paru jenis ini. Kemudian tabel
dibawahnya menunjukkan pilihan obat yang digunakan beserta dosisnya.
Terapi lain selain kemoterapi yang dapat diberikan adalah Erlotinib
(Tarceva). Sel-sel kanker ditutupi oleh protein yang disebut EGF
(Epidermal Growth Factor Receptor) yang membantu sel-sel kanker untuk
20

membelah. Tarceva bekerja dengan tidak mengizinkan EGFR untuk


menginstruksikan sel-sel kanker untuk tumbuh. Tarceva dapat diberikan
pada pasien KPKBSK untuk memperpanjang harapan hidupnya. Tarceva
bekerja lebih baik pada pasien bukan perokok atau wanita usia lebih muda
(sebelum menopause). Dan mudah dikonsumsi setiap hari karena
berbentuk pil. Bevacizumab (Avastin) Bevacizumad merupakan antibodi
yang ditujukan untuk melawan protein untuk membantu sel tumor
membentuk pembuluh darah baru. Obat ini mampu memperpanjang
kelangsungan hidup pasien NSCLC stadium lanjut, dan biasanya diberikan
sebagai kombinasi dengan kemoterapi kombinasi carboplatin & paclitaxel.
Bevacizumab biasa diberikan melalui intravena infus dan umumnya dapat
memiliki efek samping berupa perdarahan pada paru-paru(11).
g. Efek samping Kemoterapi
1) Mual dan Muntah
Keadaan ini paling banyak dikeluhkan pasien yang mendapatkan
kemoterapi. Bukan tidak mungkin mual dan muntah yang tidak
terkontrol akan menjadikan pasien menolak pemberian kemoterapi
lanjutan Ada beberapa tips yang perlu dipertimbangkan untuk
mengurangi keluhan tersebut seperti
 Pemberian anti emetik. Mulai dari jenis metoklopramide
atau domperidone biasanya diberikan pada pasien dengan low
risk. Perlu dipertimbangkan efek samping jangka
panjang dari antiemetic tersebut.
 Usahakan mencegah keluhan tersebut sedini mungkin, jangan
menunggu keluhan berat dulu.
 Banyak pasien mengurangi keluhan dengan mengurangi
makan beberapa saat sebelum dan sesudah
kemoterapi.Mungkin 2-3 jam sebelum dan sesudah
kemoterapi. Dapat juga mengkonsumsi makanan rendah
lemak, daging, gorengan serta banyak minum (sedikit minum
tapi sering) (11).
21

2) Hair Loss
Tidak semua obat kemoterapi menyebabkan hair loss. Keluhan ini
biasanya timbul setelah 21 hari dari kemoterapi pertama kali.
Terbanyak hair loss pada scalp (kepala) tetapi dapat juga pada rambut
daerah badan, pubic hair bahkan alis dan kelopak mata. Salah satu
usaha mengurangi efek samping kemoterapi pada pertumbuhan rambut
adalah dengan scalp cooling. Pertumbuhan rambut kembali mungkin
dapat terjadi setelah 6-10 minggu pemberian kemoterapi terakhir.
Untuk mengatasi keluhan ini perlu dipertimbangkan memakai rambut
palsu atau penutup kepala. Tetapi kita harus membedakan antara
alopecia areata dengan hair loss (11).
3) Hiperurisemia
Efek samping ini tidak terlalu sering terjadi dimana ditandai
keadaan toksisiti ginjal disebabkan lisisnya massa tumor yang cepat
terutama pada germ cell tumour dan limfoma. Pencegahannya dapat
dilakukan dengan meminta banyak minum 24 jam sebelum kemoterapi
dan pemberian allupurinol (11).
4) Diare
Terapi cairan tetap merupakan pilihan terbaik pada pasien diare karena
kemoterapi. Kondisi ini ditandai dengan meningkatnya frekuensi BAB
> 4x/24 jam. Pada pasien yang mendapatkan intake cairan 3-4 liter/hari
dan antidiare biasanya sudah cukup. Tetapi perlu dipertimbangkan
keadaan neutropenia sepsis pada pasien demam, diare, right iliac fossa
pain atau severe mucositis (11).
5) Depresi sumsum tulang dan infeksi
Ini merupakan efek samping yang paling membahayakan. Di
Negara maju diperkirakan kematian karena efek samping ini sekitar
0,5% dari seluruh pasien yang mendapatkan kemoterapi. Kalau di
Indonesia belum ada data resmi tetapi mungkin jauh lebih tinggi
karena perawatan yang belum memadai, sterilisasi yang kurang dll.
Depresi sumsum tulang berada pada titik nadir pada 10 hari paska
22

kemoterapi (umumnya). Penurunan ini dapat dikurangi dengan


memberikan Growth Factor seperti granulocyte colony stimulating
factor dan granulocyte macrophage colony stimulating factor. Maka
dipikirkan pula tentang keadaan neutropenia sepsis bila pasien paska
kemoterapi merasa tidak enak (baik merasa demam atau tidak).

VI. Evalusai
Evaluasi terutama dilakukan untuk pengobatan menggunakan kemoterapi.
Evaluasi ini bertujuan untuk kemoterapi bisa dilanjutkan atau tidak.
Penggantian terapi juga bisa dilakukan setelah dilakukan evaluasi ini,
misalnya terapi yang digunakan awal adalah radioterapi, kemudian setelah
dievaluasi kemudian diganti dengan kemoterapi. Evaluasi yang dilakukan
meliputi aspek evaluasi respon subjektif dan objektif, evaluasi efek samping
penggunaan obat, eveluasi angka tahan hidup(11).
a. Evalusai respon subjektif ini dilihat masih adakah gejala-gejala yang
dikeluhkan pasien, lalu bagaimana dengan penampakan fisik dari pasien.
Respon Objektif dilihat dapat dilihat dari ukuran tumor pada paru-paru,
apakah menghilang, adanya penggurangan ukuran tumor, atau ukuran
tumor masih dalam ukuran sama, atau ada pembesaran ukuran(11).
b. Evaluasi efek samping
Hampir semua obat sitotoksik memiliki efek samping dalam
penggunaanya, baik efek samping hematologi atau non hematologi. Semua
obat ada pengaruhnya pada depresi sumsum tulang belakang. Adriamisin
mempunyai efek samping pada miokard berupa miokardiopati, bila telah
tercapai dosis maksimal. Siklofosfamid dan ifosfamid dapat menimbulkan
sistitis, sedangkan sisplatin dan karboplatin mempunyai efek toksik pada
ginjal dan saraf. Paklitaksel dan dosetaksel mempunyai efek samping
hipersensitiviti serta gangguan susunan saraf pusat. Alopesia amat sering
ditemukan. Gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah disertai rasa
lemah dan anoreksia hampir selalu dirasakan sesudah pemberia
kemoterapi. Gemsitabin termasuk obat sitostatik yang kurang
23

menimbulkan gejala gastrointestinal dan alopesia, walaupun masih


menunjukkan depresi sumsum tulang(11).
c. Evalusai angka tahan hidup.
Angka tahan hidup menjadi tanda berhasil tidaknya suatu terapi. Angka
tahan hidup ini adalah menunjukkan presentase pasien yang masih hidup
setelah melakukan pengobatan. Biasanya dihitung angka tahan hidup
adalah 1 tahun, 2 tahun sampai 5 tahun(11).

PENUTUP
I. Kesimpulan
Kanker paru-paru merupakan penyakit serius yang perlu penangganan
khusus dalam terapinya. Penyebab utama terjadinya kanker paru-paru
adalah kebiasaan merokok. Polusi udara, dan zat-zat karsinogenik lainnya
juga berperan dalam terjadinya kanker paru-paru ini.Kanker paru-paru
dibedakan menjadi 2 tipe yaitu Kanker paru-paru jenis Karsinoma Sel
Kecil (KPKSK) dan Kanker Paru jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil
(KPKBSK). Diagnosis untuk kanker paru-paru dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti bronkoskopi, foto-toraks, CT-Scan, dan USG
Abdomen.Terapi yang digunakan untuk penanggananya adalah dengan
operasi, kemoterapi, dan radioterpi. Kemoterapi menjadi hal yang paling
umum dilakukan, karena mudah untuk dilakukan, dan efektifitas yang baik
dari terpi ini untuk mencegah pertumbuhan sel kanker.

Anda mungkin juga menyukai