PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Tingginya angka merokok di Indonesia menyebabkan kanker paru-paru,
sebagai salah satu masalah kesehatan yang sangat serius. Data yang dibuat WHO
menunjukan bahwa kanker paru adalah jenis penyakit keganasan yang menjadi
penyebab kematian utama pada kelompok kematian akibat keganasan, bukan
hanya pada laki laki tetapi juga pada perempuan. Buruknya prognosis penyakit ini
mungkin berkaitan erat dengan jarangnya penderita datang ke dokter ketika
penyakitnya masih berada dalam stadium awal penyakit. Hasil penelitian pada
penderita kanker paru pascabedah menunjukkan bahwa, rerata angk tahan hidup 5
tahunan stage I sangat jauh berbeda dengan mereka yang dibedah setelah stage II,
apalagi jika dibandingkan dengan staging lanjut yang diobati adalah 9 bulan(1).
Di USA, sekitar 80-90% kanker paru yang terjadi pada pria, dan sekitar 70%
terjadi pada wanita disebabkan oleh kebiasaan merokok. Data menunjukkan
sekitar 87% kematian akibat kanker paru dan 82% kematian akibat PPOK terjadi
akibat kebiasaan merokok(2).
Kanker paru merupakan penyakit pertumbuhan sel jaringan paru yang tak
terkontrol. Pertumbuhan ini dapat bermetastase yang menyebar kejaringan
sekitarnya serta kejaringan paru yang bersebelahan. Sebahagian besar kanker paru
berupa karsinoma paru yang berasal dari sel epitel. Kanker paru merupakan
penyebab kematian paling banyak pada pria dan kedua pada wanita setelah kanker
payudara(3).
Penangganan kanker paru-paru ini memerlukan tindakan yang cepat dan
terarah. Beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kanker paru-paru
ini adalah operasi,radioterapi,dan kemoterapi. Operasi bisa dilakukan jika
stadium kanker paru-paru masih awal, sehingga akan sangat menguntungkan
pasien. Kemoterapi menjadi pilihan untuk semua stadium pada kanker paru-paru,
dikarenakan kemoterapi lebih memberikan efek yang menguntungkan
dibandingkan terapi yang lainnya (1).
2
PEMBAHASAN
I. Etiologi
Zat karsinogen pada rokok tembakau memegang peranan penting terhadap
kejadian kanker paru. Kurang lebih 85-90% penderita kanker paru adalah
perokok, namun demikian kanker paru dapat juga mengenai individu yang bukan
perokok. Dengan demikian pengaruh faktor lingkungan perokok tembakau, polusi
udara, paparan gas radon dan beberap virus dapat juga menyebabkan kanker paru.
Pertumbuhan kanker paru diperantarai oleh interaksi antara beberapa zat
karsinogen. Rokok sigaret mengandung campuran senyawa dimana telah 4000
senyawa teridentifikasi pada sebahagian besar rokok. Sejumlah penelitian telah
mengidentifikasi 60-70 karsinogen; polisiklik aromatic hidrokarbon, (PAHs),
heterosiklik hidrokarbon, Nnitrosamin, aromatik amine, N-heterosiklik amine,
aldehide, beberapa senyawa organic, senyawa anorganik seperti hydrazine logam
serta radikal bebas(4).
Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa gabungan zat karsinogenik PAH
dan tobacco-spesifik carcinogen NNK (4-(methylnirosoamino)-1-3(phyridyl)-1-
(butanone) memegang peranan penting dalam menginduksi kanker paru pada
perokok. kedua-duanya merupakan karsinogen yang sama kuatnya antara PAH
dan N-Nitrosamin namun demikian walaupun butadin, aldehid dan benzene suatu
potensial karsinogenik yang rendah, tetapi jumlahnya sangat banyak pada rokok
tembakau. PAH merupakan hasil pembakaran tak sempurna dari tembakau pada
saat merokok. PAH, terutama benzopyrin mencetuskan terjadinya tumor paru
pada hewan percobaan. Disamping itu dalam beberapa penelitian menunjukkan
bahwa jaringan paru manusia dapat memetabolisme PAH menjadi metabolit
reaktif yang berinteraksi dengan DNA membentuk gen DNA yang bermutasi.
DNA ini diduga merupakan pencetus terjadinya karsinogenesis dan mungkin juga
prediksi risiko kanker paru. Pada beberapa penelitian gabungan PAH-DNA telah
ditemukan pada sample paru manusia dan peningkatan kadar PAH-DNA pada
jaringan paru perokok dan bekas perokok dibandingkan dengan tidak perokok.
Paparan dari tempat kerja memegang peranan penting sebagai penyebab kanker
3
paru. Kejadian kanker paru dicetuskan oleh paparan lingkungan tempat kerja oleh
logam seperti beryllium, kromium, nikel dan arsenik telah ditemukan(5).
Paparan PAH yang tinggi dapat ditemukan pada beberapa pekerja seperti
produksi aluminium, batubara dan proses gasifikasi batubara, besi, pekerja besi
baja,supir bus (oleh karena menghirup gas buang mesin disel), pembuat atap serta
pekerja jalan aspal. Paru-paru merupakan target organ Polisiklik Aromatik
Hidrokarbon pada pekerja yang terpapar. Kristal silica yang terhirup juga
diklasifikasikan sebagai zat karsinogen paru. Perlu digaris bawahi ialah apabila
menilai etiologi kanker paru yang berhubungan dengan tempat kerja perlu
dipertimbangkan adanya riwayat merokok tembakau. Virus Onkogen mungkin
dapat dimasukkan kedalam etiologi kanker paru. Sejumlah temuan membuktikan
adanya keterlibatan sejumlah human papiloma virus, akan tetapi temuan virus
pada karsinoma bronchial sangat beragam. Virus Epstein-Barr, cytomegalovirus,
human herpes virus-8 dan simian virus 40 jarang ditemukan. Kerentanan genetik
berperan pada individu perokok tembakau. Sebagaimana fakta yang ditemukan
dimana hanya satu dari sepuluh perokok semasa hidupnya yang berkembang
menjadi kanker paru(4,5,6)
Para ilmuwan mendapatkan bahwa makanan-makanan tertentu adalah sumber
kanker. Makanan-makanan tersebut menjadi sumber kanker oleh sebab adanya
zat-zat kimia tertentu. Makanan yang dapat menyebabkan kanker
(www.susukolostrum.com) adalah :
1. Daging yang mengandung hormon sex buatan (DES or Diethylstilbestrol).
2. Bahan pemanis buatan seperti biang Gula dan saccharin.
3. Nitrosamines pada bahan-bahan pengawet buatan, dan bahan pewarna buatan,
yang umumnya dipakai dalam produk daging, yang telah diproses dan juga
banyak dalam produk makanan kaleng.
4. Zat pewarna yang ada dalam makanan, minuman, kosmetik, maupun obat
obatan.
5. Zat radioaktif yang sekarang ini terdapat hampir di seluruh\ bulatan bumi
sebagai akibat dari percobaan bom atom serta peledakan bom, yang masuk
dalam tubuh manusia melalui makanan, khususnya susu.
6. Kebanyakan makan garam.
4
untuk pemeriksaan sel kanker dengan cara bilasan, sikat, atau biopsi.
Bronkoskopi diperlukan untuk menilai apakah akan timbul kegawatan
misalnya sumbatan pada saluran napas akibat tumor dalam saluran napas
atau penekanan dari luar (11).
Gambar 1 : Bronkoskopi
d. Pemeriksaan lain, antara lain MRI toraks kurang bermanfaat untuk
menentukan staging kanker paru. Pemeriksaan lain lebih ditujuan untuk
melihat apakah telah terjadi penyebaran (metastasis) jauh :. CT scan/MRI
kepala untuk menilai metastasis di otak. Bone scan/MRI untuk menilai
metastasis di tulang. Pemeriksaan tambahan ini dilakukan jika ada
keluhan, atau pasien dengan staging awal dan akan dioperasi (11).
IV. Patofisiologi
Seperti penyakit kanker lainnya, kanker paru dimulai oleh aktivasi
onkogen dan inaktivasi gen supresor tumor. Onkogen merupakan suatu gen
yang diyakini sebagai penyebab seseorang cenderung terkena kanker. Proto-
onkogen berubah menjadi onkogen apabila terpapar karsinogen spesifik.
Mutasi yang terjadi pada proto-onkogen K-ras menyebabkan adenokarsinoma
paru sampai 10-30%. Epidermal growth factor reseptor (EFGR) mengatur
prolifersi sel, apoptosis, angiogenesis, serta invasi tumor. Mutasi serta
berkembangnya EFGR sering dijumpai pada kanker paru non-small sel
sehingga menjadikan dasar terapi menggunakan penghambat EFGR.
Kerusakan kromosom menyebabkan kehilangan sifat keberagaman
heterezigot, menyebabkan inaktivasi gen supresor tumor. Kerusakan
10
kromosom 3p, 5q, 13q dan 17p paling sering menyebabkan karsinoma paru
non-small sel. Gen p53 tumor supresor berada di kromosom 17p yang
didapatkan 60-75% dari kasus. Gen gen lainnya yang sering bermutasi dan
berkembang ialah c-Met, NKX2-1, LKB1, PIK3CA dan BRAF. Sejumlah
gen polimorfik berkaitan dengan kanker paru, termasuk gen polimorfik yang
mengkode interleukin-1, sitokrom P450, caspase-8 sebagai pencetus
apoptosis serta XRCC1 sebagai molekul DNA repair. Individu yang terdapat
gen polimorfik seperti ini lebih sering terkena kanker paru apabila terpapar
zat karsinogenik(4,3).
Patofisiologi kanker paru-paru yang terbaik digambarkan sebagai
peristiwa "multi-hit". Karsinogen, paling sering adalah dalam asap rokok
tetapi juga termasuk banyaknya paparan lingkungan yang berbeda, dapat
mengakibatkan kerusakan DNA atau mutasi. Efek kumulatif dari beberapa
"hit" dapat mengakibatkan efek ireversibel pada mekanisme biologis yang
mengontrol pertumbuhan, proliferasi, suplai pembuluh darah, dan kematian
sel normal. Mekanisme disregulasi kolektif ini dirasakan menyebabkan
kanker paru-paru(12).
Rokok mengandung lebih dari 1200 zat yang potensial karsinogen.
Mereka termasuk inisiator seperti benzo-pyrene α-epoksida diol (BPDE) dan
promoter seperti derivatif fenol. Karsinogen dari industri termasuk berbagai
bentuk radiasi, asbes, dan polusi atmosfer seperti radon. Akhirnya, eksposur
tersebut mengarah pada akumulasi perubahan genetic yang mengarah pada
fenotipe neoplastik. Umumnya 10-20 mutasi genetik terjadi pada saat tumor
menjadi klinis jelas. Mutasi onkogenik termasuk c-myc mutasi pada small
cell carcinomas dan K-ras mutations in adenocarcinomas.. Mutasi gen tumor
supresor termasuk pada p53 dan Rb. Urutan temporal inaktivasi gen ini tidak
didefinisikan dengan baik (dibandingkan dengan kanker kolorektal). Namun,
mutasi gen p53 terlihat di sebagian besar kanker paru-paru. BPDE (dari asap
rokok) telah terbukti menyebabkan kerusakan DNA melalui pembentukan
adisi pada kodon yang sama dari gen p53 yang merupakan hotspot mutasi
utama yang ditemukan pada kanker paru-paru klinis(13).
11
Gambar 2: Basis guanin dirusak oleh BPDE. Biasanya adisi besar ini
diperbaiki melalui perbaikan eksisi nukleotida, APM. Selama replikasi,
DNApolimerase menyisipkan basa adenin berlawanan dengan guanin yang
rusak karena hal ini mewakili "best guess" nya (panah di urutan kiri). Dalam
tahap-tahap replikasi berikutnya, tiamin ditambahkan berlawanan dengan
adenin baru (panah di urutan kanan).
Biasanya, paru-paru dilindungi dari materi partikulat melalui mekanisme
seperti reflek batuk, bersihan mukosiliar dan respon inflamasi (makrofag
alveolar). Semua mekanisme merupakan gangguan pada merokok yang
selanjutnya meningkatkan kerentanan individu pada karsinogen dalam
partikulat(13).
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa
batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin Wheezing unilateral dapat
terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka(14).
12
2. Small cell Lung Cancer, atau kanker paru jenis karsinoma sel kecil
(KPKSK) muncul di lokasi peribronchial dan menyusup ke
submukosa bronkus. Meluasnya metastasis terjadi pada awal
perjalanan penyakit, dengan penyebaran yang umum ke kelenjar
getah bening mediastinum, hati,tulang, kelenjar adrenal, dan otak.
Selain itu, produksi hormone peptida berbagai mengarah ke berbagai
sindrom paraneoplastik; yang paling umum dari syndrome of
inappropriate secretion of antidiuretic hormone (SIADH) dan
syndrome of ectopic adrenocorticotropic hormone (ACTH). Selain
itu, fenomena autoimun dapat menyebabkan sindrom neurologis yang
berbeda, seperti sindrom Eaton-Lambert(15).
Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Sel Kecil (SLCC)
Tahap terbatas, yaitu kanker yang hanya ditemukan pada satu
bagian paru-paru saja dan pada jaringan disekitarnya.
Tahap ekstensif, yaitu kanker yang ditemukan pada jaringan
dada di luar paru-paru tempat asalnya, atau kanker ditemukan
pada organ-organ tubuh yang jauh.
V. Terapi
Kanker paru-paru dibagi dalam 2 subtipe yaitu Kanker Paru jenis
Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) atau istilah lazimnya adalah Non
Small Cell Lung Cancer (NSCLC) dan Kanker Paru jenis Karsinoma Sel
Kecil (KPKSK) istilah lazimnya adalah Small Cell Lung Cancer (SCLC).
Beberapa terapi dapat digunakan untuk menyembuhkan, mengurangi gejala,
dan meningkatkan kualitas hidup pasian kanker, seperti dengan operasi,
radiasi, dan kemoterapi (11).
1. Operasi
Operasi menjadi pilihan terapi utama ketika tipe kanker yang
diderita adalah KPKBSK, terutama masih stage awal yaitu stage I dan II.
Penelitian menyebutkan 40%-50% pasien yang dioperasi dapat bertahan
hidup hingga 5 tahun(16). Operasi yang biasa dilakukan adalah
pneumonectomy dan lobectomy. Pneumonectomy adalah penggambilan
seluruh bagian dari paru-paru bisa paru-paru kanan maupun kiri
14
Untuk kanker tipe KPKSK operasi bukan menjadi pilihan utama karena
kanker jenis ini lebih sensitif terhadap radioterapi dan kemoterapi.
2. Radioterapi
Pengobatan menggunakan radioterapi biasa digunakan untuk terapi
pada kanker paru-paru tipe KPKSK . Pada kanker paru-paru tipe KPKSK
radioterapi biasa dikombinasikan dengan kemoterapi dan dapat digunakan
tunggal. Penggunaan radioterapi 2 kali sehari sebenarnya dapat mencegah
kekambuhan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien tetapi ini
jarang digunakan karena ketidaknyamanan dan kejadian terjadinya
esofagitis tinggi. Untuk Pasien ini kemoterapi digunkan untuk mencegah
metastasis otak (16).
Pada kanker paru-paru tipe KPKBSK penggunaan radioterapi tidak
menjadi pilihan utama. Sebuah Penalitian menyebutkan penggunaan
radioterapi meningkatkan resiko kematian pada pasien stage I dan II
15
2) Hair Loss
Tidak semua obat kemoterapi menyebabkan hair loss. Keluhan ini
biasanya timbul setelah 21 hari dari kemoterapi pertama kali.
Terbanyak hair loss pada scalp (kepala) tetapi dapat juga pada rambut
daerah badan, pubic hair bahkan alis dan kelopak mata. Salah satu
usaha mengurangi efek samping kemoterapi pada pertumbuhan rambut
adalah dengan scalp cooling. Pertumbuhan rambut kembali mungkin
dapat terjadi setelah 6-10 minggu pemberian kemoterapi terakhir.
Untuk mengatasi keluhan ini perlu dipertimbangkan memakai rambut
palsu atau penutup kepala. Tetapi kita harus membedakan antara
alopecia areata dengan hair loss (11).
3) Hiperurisemia
Efek samping ini tidak terlalu sering terjadi dimana ditandai
keadaan toksisiti ginjal disebabkan lisisnya massa tumor yang cepat
terutama pada germ cell tumour dan limfoma. Pencegahannya dapat
dilakukan dengan meminta banyak minum 24 jam sebelum kemoterapi
dan pemberian allupurinol (11).
4) Diare
Terapi cairan tetap merupakan pilihan terbaik pada pasien diare karena
kemoterapi. Kondisi ini ditandai dengan meningkatnya frekuensi BAB
> 4x/24 jam. Pada pasien yang mendapatkan intake cairan 3-4 liter/hari
dan antidiare biasanya sudah cukup. Tetapi perlu dipertimbangkan
keadaan neutropenia sepsis pada pasien demam, diare, right iliac fossa
pain atau severe mucositis (11).
5) Depresi sumsum tulang dan infeksi
Ini merupakan efek samping yang paling membahayakan. Di
Negara maju diperkirakan kematian karena efek samping ini sekitar
0,5% dari seluruh pasien yang mendapatkan kemoterapi. Kalau di
Indonesia belum ada data resmi tetapi mungkin jauh lebih tinggi
karena perawatan yang belum memadai, sterilisasi yang kurang dll.
Depresi sumsum tulang berada pada titik nadir pada 10 hari paska
22
VI. Evalusai
Evaluasi terutama dilakukan untuk pengobatan menggunakan kemoterapi.
Evaluasi ini bertujuan untuk kemoterapi bisa dilanjutkan atau tidak.
Penggantian terapi juga bisa dilakukan setelah dilakukan evaluasi ini,
misalnya terapi yang digunakan awal adalah radioterapi, kemudian setelah
dievaluasi kemudian diganti dengan kemoterapi. Evaluasi yang dilakukan
meliputi aspek evaluasi respon subjektif dan objektif, evaluasi efek samping
penggunaan obat, eveluasi angka tahan hidup(11).
a. Evalusai respon subjektif ini dilihat masih adakah gejala-gejala yang
dikeluhkan pasien, lalu bagaimana dengan penampakan fisik dari pasien.
Respon Objektif dilihat dapat dilihat dari ukuran tumor pada paru-paru,
apakah menghilang, adanya penggurangan ukuran tumor, atau ukuran
tumor masih dalam ukuran sama, atau ada pembesaran ukuran(11).
b. Evaluasi efek samping
Hampir semua obat sitotoksik memiliki efek samping dalam
penggunaanya, baik efek samping hematologi atau non hematologi. Semua
obat ada pengaruhnya pada depresi sumsum tulang belakang. Adriamisin
mempunyai efek samping pada miokard berupa miokardiopati, bila telah
tercapai dosis maksimal. Siklofosfamid dan ifosfamid dapat menimbulkan
sistitis, sedangkan sisplatin dan karboplatin mempunyai efek toksik pada
ginjal dan saraf. Paklitaksel dan dosetaksel mempunyai efek samping
hipersensitiviti serta gangguan susunan saraf pusat. Alopesia amat sering
ditemukan. Gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah disertai rasa
lemah dan anoreksia hampir selalu dirasakan sesudah pemberia
kemoterapi. Gemsitabin termasuk obat sitostatik yang kurang
23
PENUTUP
I. Kesimpulan
Kanker paru-paru merupakan penyakit serius yang perlu penangganan
khusus dalam terapinya. Penyebab utama terjadinya kanker paru-paru
adalah kebiasaan merokok. Polusi udara, dan zat-zat karsinogenik lainnya
juga berperan dalam terjadinya kanker paru-paru ini.Kanker paru-paru
dibedakan menjadi 2 tipe yaitu Kanker paru-paru jenis Karsinoma Sel
Kecil (KPKSK) dan Kanker Paru jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil
(KPKBSK). Diagnosis untuk kanker paru-paru dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti bronkoskopi, foto-toraks, CT-Scan, dan USG
Abdomen.Terapi yang digunakan untuk penanggananya adalah dengan
operasi, kemoterapi, dan radioterpi. Kemoterapi menjadi hal yang paling
umum dilakukan, karena mudah untuk dilakukan, dan efektifitas yang baik
dari terpi ini untuk mencegah pertumbuhan sel kanker.