FARMAKOTERAPI 4;
PROBLEM REPRODUKSI WANITA
DAN TERAPINYA
Diuraikan oleh;
Suci Hanifah
Jurusan Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Islam Indonesia
2011
PENGANTAR
FUNGSI ESTROGEN
• Pengembangan pubertas dan karakterististik seksual
– Perkembangan mamae dll, pengaturan siklus ovulasi,
menstruasi, dan penebalan endometrium, meningkatkan
lubrikasi dan menebalkan vagina
• Mempengaruhi pertumbuhan/perkembangan
– Menekan perkembangan tubuh ke atas
– Menurunkan massa otot
– Meningkatkan metabolisme
– Meningkatkan pembentukan tulang
– Meningkatkan osteoblast dan mengurangi osteoklast melalui
– Mencegah hiperkeratinasi di gigi dan gusi
• Mempengaruhi sistem koagulasi
– Meningkatkan permeabilitas kapiler
– Meningkatkan faktor koagulasi ii, vii, ix, dan x, plasminogen
– Menurunkan antitrombin iii
• Mempengaruhi metabolisme
– Meningkatkan HDL, menurunkan LDL
– Meningkatkan kesepatan metabolism lemak. Meningkatkan
sekresi kolesterol dan menurunkan sekresi asam empedu
– Estrogen meningkatkan level globulin yang terikat kortisol,
tiroksin, dan hormon sex
– Meningkatkan total protein
• Menjaga keseimbangan cairan dan elastisitas di kulit,
vaskularisasi kulit, reabsorbsi Na
• Mempengaruhi sistem kardiovaskuler
– Penggunaan jangka panjang menyebabkan penurunan
renin, angiotensin, endotelin, dan antitrombin
– Meningkatkan produksi nitric oxide memalui pelibatan
aktivasi protein kinase b
– Meningkatkan produksi prostasiklin
– Estrogen meningkatkan perkembangan sel endotel dan
menghambat proliferasi dinding sel pembuluh darah
FUNGSI PROGESTERON
• Mempengaruhi ovulasi dan siklus menstruasi
• Menurunkan proliferasi endometrium yang dilakukan estrogen,
dan menyebabkan perkembangan endometrium sekretori
• Mempertahankan kehamilan
• Perkembangan kelenjar mamae
• Meningkatkan respon ventilatori dan menurunkan pCo2 alveoli
dan arterial pada fase luteal dan kehamilan
• Mempeengaruhi system syaraf pusat melalui mekanisme unknown
(mengaktivasi reseptor gaba, drowsiness)
• Progesteron menstimulasi aktivitas lipoprotein lipase dan disposisi
lemak
• Meningkatkan LDL, menurunkan HDL
• Progesteron mengurangsi efek aldosteron di renal dan
menurunkan reabsorbsi natrium yang meningkatkan sekresi
mineralokortikoid dari kortek adrenal
PROBLEMATIKA MENSTRUASI
Fisiologi Mentruasi
Menstruasi dapat terjadi melalui proses fisiologis selama satu siklus
yang terbagi dalam 2 fase, yaitu fase folikuler dan fase luteal.
Fase folikuler
Pada awal mulanya, folikel (calon sel telur) yang dihasilkan oleh ovarium
akan mengalami proses pematangan. Proses pematangan ini dipacu oleh
adanya hormon-hormon hipotalamus-hipofisis. Hipotalamus
menghasilkan GnRH yang menyebabkan hipofisis terangsang untuk
menghasilkan FSH. FSH inilah kemudian yang memacu perkembangan
folikel sehingga akan membesar. Pembesaran folikel ini akan
menghasilkan banyak sel-sel granulosa yang dapat mensekresikan
estrogen. Tingginya estrogen ini akan memacu pengeluaran LH oleh
hipofisis dan menyebabkan folikel semakin besar. Pembesaran ini, akan
menyebabkan dihasilkannya progesteron, yang akan semakin
mempercepat pematangan folikel. Peningkatan Estrogen dan Progesteron
inilah yang kemudian justru memberikan umpan balik negatif terhadap
hipotalamus dan hipofisis sehingga GnRH dan FSH/LH justru rendah.
Akibatnya, pematangan folikel akan berakhir sehingga lepaslah ovum
(sel telur) dan korpus luteum (ibarat cangkang telur). Keluarnya sel telur
ini memberikan peluang untuk bertemu dengan sperma dan terjadi
kehamilan.
Fase luteal
Fase luteal diawali dari lepasnya ovum dan korpus luteum. Disebut fase
luteal karena korpus luteum ini tinggal mengalami fase degenerasi.
Korpus luteum yang sebenarnya mengandung banyak progesteron
menyebabkan tingginya kadar hormon ini selama fase luteal.
Peningkatan jumlah hormon progesteron menyebabkan penebalan
dinding endometrium yang sebenarnya bertujuan untuk menyediakan
tempat perkembangan janin jika terjadi pertemuan ovum dengan
sperma. Namun jika ovum tidak bertemu dengan sperma, maka kadar
hormon progesteron ini akan semakin turun seiring dengan degenerasi
dari korpus luteum. Penurunan kadar progesteron sampai mencapai
titik yang sangat rendah berakibat ketiadaan senyawa yang menjaga
endometrium, sehingga terjadilah peluruhan dinding endometrium yang
berupa perdarahan mestruasi.
Problematika Mestruasi
Menjelang menstruasi hingga saat menstruasi terjadi, umumnya
wanita akan mengalami berbagai macam keluhan. Keluhan ini sangat
beragam, sehingga sering dinyatakan, jika kau dapati seribu wanita
menstruasi, maka akan kau dapati pula seribu keluhan. Keluhan-
keluhan ini pada umumnya dapat diklasifikasikan ke dalam 2 macam
yaitu :
1. Keluhan nyeri fisik, sering disebut dismenorhe.
Keluhan ini bisa berupa nyeri abdomen (perut), sakit kepala,
badan terasa pegal-pegal, sakit punggung dan lain sebagainya.
Keluhan ini dapat terjadi akibat peluruhan dinding endometrium
yang menyebabkan dilepaskannya senyawa asam arakhidonat dan
menimbulkan serangkaian proses sintesis (pembentukan)
prostaglandin yaitu senyawa yang memberi pesan nyeri dan
inflamasi atau peradangan). Akibatnya wanita menstruasi
merasakan nyeri, sakit, dan semacamnya yang bersifat fisik.
Keluhan psikis dan perilaku, sering disebut premenstrual
syndrome (PMS) yang bisa berupa premenstrual disphoric
disorder (PMDD) atau Dismenorhe. Berdasarkan laporan, PMS
terjadi pada 20-50% wanita dengan pengalaman PMS moderate, 3-
5% diantaranya memiliki berbagai macam simptom (gejala) yang
severe (parah)
2.
PMS adalah perubahan mood (selama phase uteal) yang
merupakan kombinasi dari fisik, psikis dan kebisaaan yang
menyebabkan disfungsi atau mempengaruhi aktivitas normal,
yang terjadi pada wanita yang menyertai menstruasi
PMDD: adalah gangguan premenstruasi yang umumnya ditandai
dengan gangguan psikis hingga perilaku antara lain sensitif,
gelisah, depresi, perubahan mood, perasaan sedih, ingin marah,
ingin menangis, dan semacamnya.
Keluhan ini terjadi akibat rendahnya kadar estrogen-progesteron
yang menyebabkan kegagalan sintesis serotonin yaitu salah satu
senyawa yang membawa pesan dalam sistem syaraf.
Dismenorhe adalah gangguan-gangguan fisik yang menyertai
menstruasi bisanya berupa nyeri perut atau badan terasa pegal-
pegal, sakit kepala, dan lain sebagainya. Keluhan ini terjadi
karena pada saat terjadi peluruhan dinding endometrium, banyak
dilepaskan senyawa-senyawa asam arakhidonat yang
menyebabkan dilepaskannya prostaglandin, yaitu suatu mediator
yang menimbulkan rasa nyeri dan inflamasi (peradangan).
Nyeri Nyeri
Antiprostaglandin
Fisiologi Kehamilan
Fase reproduksi terpenting bagi wanita adalah kehamilan. Karena
serangkaian perubahan dan perkembangan organ reproduksi wanita
adalah bertujuan untuk dapat dilakukannya fungsi reproduksi. Proses
kehamilan sendiri secara medis sebenarnya fisiologis (normal), meskipun
dalam perjalanannya sering menimbulkan keluhan-keluhan yang
menimbulkan konsekuensi medis.
Mekanisme terjadinya kehamilan adalah saat masuknya sperma
ke dalam rahim wanita kemudian bertemu dengan sel telur di saluran
telur. Pertemuan ini dapat berlanjut menjadi proses pembuahan yaitu
penyatuan sperma yang membawa 22 kromosom dengan sel telur yang
membawa 22 kromosom, sehingga dihasilkanlah zigot (benih janin).
Zigot ini kemduian menagalami serangakain proses perkembangan
berupa embriogenesis, organogenesis, dan perkembangan ukuran. Pada
fase embriogenesis, zigot berkembang membentuk plasenta, kantong
janin, dan amnion. Berlanjut dengan fase organogenesis yang
merupakan fase pembentukan organ-organ. Setelah masa organogenesis
maka janin akan tumbuh membesar sampai akhirnya siap untuk
dilahirkan. Selama proses kehamilan ini, plasenta banyak menghasilakn
hormon-hormon kehamilan berupa HCG. Hormon inilah yang menjadi
parameter kehamilan dan dapat dideteksi melalui tes pack. Jika kadar
HCG tinggi, hasil tes pack positif, yang berarti kemungkinan besar ada
kehamilan. Pada hamil anggur, HCG sangat tinggi, sehingga terdeteksi
positif hamil, meskipun sebenarnya buka kehamilan yang sebnarnya.
Problematika Kehamilan
Hormon HGC inilah yang memicu timbulnya mual muntah selama
kehamilan, meskipun hormon ini pula lah yang menyebabkan penebalan
rahim selama kehamilan. Sehingga semakin tinggi HCG, semakin mual-
muntah, semakin kuat pula cengkeraman janin dalam rahim. Hormon
HCG ini memacu produksi hormon estrogen dan progesteron yang
senantiasa meningkat selama kehamilan. Hal ini dikarenakan kedua
hormon inilah yang menyebabkan terjadinya penebalan rahim.
Penebalan rahim ini diperlukan selama kehamilan untuk menopang
perkembangan janin. Tingginya hormon estrogen dan progesteron ini
sering memberikan konsekuensi munculnya berbagai macam keluhan
selama kehamilan.
Berbagi keluhan selama kehamilan dapat diklasifikasikan ke dalam ;
• Gangguan terkait Ketidakcukupan nutrisi
• Gangguan terkait Ketidaknormalan fisiologis (hormonal)
• Gangguan terkait dengan penyebab idiopatik (tidak
diketahui)
• Gangguan terkait Ketidaknormalan perkembangan janin
• Gangguan terkait Ketidaknormalan lama/waktu hamil
Pada wanita hamil dengan hipertensi, pilihan obat yang paling aman
adalah metildopa dan hidralazin. Pada preeklamsia sendiri
klasifikasinya adalah:
a. Preeklamsia ringan
Pada preeklamsia ringan, terapi terbaik adalah istirahat dengan
bedrest. Pemberian antioksidan seperti vitamin C, vitamin B
komplek, Vitamin E, asetilsalisilat, dll disinyalir dapat
memberikan perbaikan dan mencegah preeklamsia menjadi
preeklamsia berat.
b. Preeklamsia sedang-berat
Pada preeklamsia berat sudah ada minimal 3 tanda atau gejala
berupa hipertensi, edema, proteinurea, atau ada HELLP syndrome.
Terapi pada level ini adalah antihipertensi dan antikonvulsan.
Tujuannya adalah mencegah terjadinya kejang dan menjaga janin
hingga saat kelahiran.
Keterangan:
Reversibel artinya: pengembalian kesuburan setelah kontrasepsi
dihentikan
Efektif artinya: kemampuan mencegah terjadinya kehamilan
Mekanisme fisiologis;
Kontrasepsi adalah upaya mencegah terjadinya kehamilan. Kehamilan
dapat terjadi jika ada ovum, sperma, dan dilanjutkan proses pertemuan
dan pembuahan. Sehingga mencegah kehamilan dapat dilakukan
dengan cara
1. Mencegah adanya ovum
Seperti penjelasan sebelumnya, ovum itu berasal dari
perkembangan folikel yang dirangsang oleh FSH/LH.
Perkembangan folikel dapat dilakukan dengan cara menghambat
rangsangan FSH/LH. Caranya dapat dilakukan dengan
memberikan senyawa hormone berupa estrogen dan atau
progesterone. Estrogen dan progesterone yang tinggi dapat
menyebabkan umpan balik negative kepada hipotalamus sehingga
dihasilkan GnIH yang beraksi menghambat hipofisis untuk
menghasilkan FSH/LH. Alhasil FSH/LH rendah, sehingga tidak
bisa melakukan proses perkembangan folikel. Folikel yang tidak
berkembang tidak bisa mematangkan ovum, sehingga tidak
mungkin terjadi kehamilan.
a. Pil kontrasepsi kombinasi (berisi estrogen dan progesterone). Pil
kontrasepsi ini terdiri dari 28 pil, 21 pil berisi hormone, 7 yang
lain berisi placebo (vitamin)
Pil ini ada dua jenis yaitu:
1. Monofasik
Monofasik artinya hanya ada satu kekuatan dosis selama
siklus. Pil ini tidak memungkinkan terjadinya penurunan
kadar estrogen-progesteron yang signifikan sehingga sering
tidak menimbulkan menstruasi.
2. Trifasik
Trifasik artinya ada 3 macam kategri dosis, sehingga profil
kadar estrogen-progesteronnya menyerupai profil kadar
fisiologis di dalam tubuh, sehingga umumny wanita yang
menggunakan pil trifasik ini lebih nyaman dan tetap
mengalami menstruasi setiap bulan sekali.
b. Minipill kontrasepsi (berisi porgesteron)
Minipill kontrasepsi hanya berisi progesterone saja, sehingga
ukuran pilnya mini/kecil. Pemberian kontrasepsi ini
diindikasikan bagi seseorang yang kontraindikasi dengan
estrogen misalnya pada wanita yang sedang menyusui.
c. Kontrasepsi injeksi (progesterone)/ Kontrasepsi susuk (implant)
Kontrasepsi injeksi diberikan setiap 1-3 bulan sekali. Obat ini
memungkinkan progesterone dapat lepas secara lambat di
dalam tubuh.
2. Mencegah adanya sperma
Mencegah sperma dapat dilakukan dengan memberikan senyawa
estrogen. Senyawa ini menyebabkan umpan balik negative kepada
FSH/LH sehingga FSH rendah dan tidka terjadi spermatogenesis.
Metode kontraspesi ini sangat jarang digunakan.
Risiko dari kontrasepsi hormonal estrogen-progesteron adalah
munculnya efek samping. Penggunaan kombinasi bertujuan untuk
mengurangi dosis masing-masing obat, sehingga butuh dosis yang
lebih kecul, dan efek samping dapat diminimalkan.
3. Mencegah pertemuan ovum-sperma
Mencegah pertemuan ovum dengan sperma dapat dilakukan
dengan kontrasepsi alat. Misalnya kondom, diafragma, atau
AKDR. Pada umumnya, alat-alat kontrasepsi ini tidka hanya
bekerja menghambat sperma secara fisik, namun juga dilengkapi
dengan spermisida yang dapat mematikan sperma. Risiko
penggunaan kontrasepsi alat ini adalah:penggunaannya yang lebih
rumit, ada kemungkinan alergi, atau terjadinya iritasi atau infeksi
jika pemasangannya tidak tepat, dan terjdainya kehamilan
ektopik. Selain alat, mencegah pertemuan juga bisa dilakukan
dengan kontrasepsi pantang berkala. Prinsip metode ini adalah
ovum dapat bertahan hidup 24-72 jam, sementara sperma
bertahan hidup 24 jam. Artinya kehamilan dapat dicegah jika
tidak tidak terjadi pertemuan ovum-sperma sepanjang waktu 3
hari sebelum ovulasi hingga 1 hari setelah ovulasi.
4. Mencegah pembuahan
Mencegah pembuahan dapat dilakukan dengan pil emergensi. Pil
ini berisi estrogen dosis tinggi (sekitat 3 kali dosis kontrasepsi
oral). Estrogen dosis tinggi diketahui dapat meningkatkan pH,
merubah kekentalan cairan rahim, sehingga menghambat proses
pertemuan, pembuahan, sekaligus implantasi.
Efek samping yang akan muncul akibat penggunaan KOK bias terjadi
karena pasien sensitive estrogen, progesterone, atau androgen. Jika
pasien sensitive dengan estrogen efek samping yang sering muncul
adalah Migraine, cramp, nausea parah. Pada pasein seperti ini, maka
dosis estrogen perlu diturunkan. Namun, jika pasien lebih sensitif
terhadap progestin maka akan muncul efek samping excessive weight
gain, tiredness, variqose vein, toxemia sehingga dosis progesterone
perlu diturunkan. Selain itu, bias juga pasien mengalami sensitive
androgen sehingga muncul efek samping kulit berminyak, hirsutism,
dan jerawat. Efek samping androgenic ini umumnya timbul akibat
progesterone.
KONTRASEPSI EMERGENCY
Pemberian kontrasepsi emergensi dapat mencegah kehamilan setelah
koitus/bersenggama. FDA mengajukan formula yang isinya 100 mg
etinil estradiol + 1 mg norgestrel/0.5 mg levonorgestrel. Mekanisme
pastinya belum jelas, namun prediksinya dapat mengubah suasana
endometrium, mencegah implantasi serta fertilisasi sel telur,
menghambat transport sperma atau sel telur. Pada kasus emergency
penggunaan progesterone lebih baik karena fungsi estrogen hanya pada
proliferasi sementara progesterone berfungsi pada penyiapan implantasi
pada dinding endometrium. Penggunaan kontrasepsi emergency (post
coital morning after-fill). Penggunaan kontrasepsi ini paling lambat
digunakan dua hari setelah senggama atau dalam 72 jam pasca
senggama.
PROGESTIN/MINIPILL
Kontrasepsi ini mengandung progesterone saja. Jenis progesterone yang
digunakan adalah Medroxi progesterone. Efektivitas kontrasepsi ini
rendah, dan lebih banyak efek samping. Penggunaannya
direkomendasikan pada wanita yang dikontraindikasikan dengan
penggunaan estrogen. Saat ini sudah tidak banyak digunakan.
MENOPOSE
TERAPI
1. Terapi fitoestrogen. Fitoterapi biasnaya lebih dipilih karena
rendahnya efek samping. Mengingat menopose itu kejadian yang
lama, sehingga terapinya pada umumny juga lama. Komponen
tanaman yang memiliki aktivitas estrogen sehingga dapat
berikatan dengan reseptor estrogen adalah senyawa flavon dan
isoflavon.
2. Terapi farmakologi menopause. Berdasarkan penelitian, terapi
farmakologi dengan hormon
a. Estrogen
Contohnya adalah 17 estradiol. Target efek terapinya
adalah kulit, adrenal, kardiovaskuler, sistem syaraf pusat,
dan, tulang
b. Progestin
Biasanya selama 10-12 hari dikombinasikan dengan
estrogen, digunakan untuk mengurangi factor resiko
pendarahan dan untuk mengatasi hiperplasia endometrium
Efek samping estrogen dan progesterone
Progesterone; jerawatan, urtikaria, retensi cairan, gejala EI, gang,
siklus haid, perubahan libido, haid tidak teratur, gejala
prahaid, depresi pireksia, insomnia, alopesia dan hirsotima.
Peringatan: DM, menyusui, hipertensi, pen. Jantung, hati
atau ginjal
Estrogen; Mual, muntah, BB, payudara besar dan nyeri, gejala mirip
premens, retensi cairan, perubahan fungsi hati, terus
kolestatik, ruam kulit, depresi, sakit kepala, iritasi dari
lensa kontak. Peringatan; pengurangan estrogen jangka
lama tanpa diimbangi progesterone, menaikkan resiko
kanker endometrium pada wanita yang uterusnya utuh.
Migraine, riwyt fibrocystic payudara, fibroik uterus dapat
membesar
3. Terapi androgen. Androgen berikatan dengan reseptor sebagai
prekursor pembuatan estrogen di ovarium, sehingga digunakan
untuk terapi
Terapi
Terapi pada masing-masing komplikasi
1. Vasomotor instability
Paling baik dipilih bentuk Conjugated equine estrogen 0,3-0,625
mg/d p.o selama 25 hari siklus. Selain itu juga bias menggunakan
micronized estrodiol p.o, Ethynil estradiol p.o, Esterified estrodiol p.o.
Atau menggunakan estrogen dosis rendah yang dikombinasikan
dengan progestin 10-12 hari dari siklus. Pada umumny pasien
merasakan gejala hilang selama beberapa hari terapi. Tapi, meskipun
gejala hilang, terapi harus tetap dilanjutkan selama minimal 1
minggu terapi.
2. Urogenital atropi.
Terapi paling baika adalah estrogen dalam bentuk vaginal
cream/transdermal. Estradiol cream 0,1 mg estrodiol/hari 1-2
minggu dienestrol, atau conjugated estrogen
3. Osteoporosis.
Terapi osteoporosis akan efektif jika pemberiaannya sejak
perimenopose (sebelum menopose). Terapi hormone ini lebih efektif
untuk profilaksis. Terapi yang terbaik adalah estrogen
dikombinasikan dengan suplemen kalsium dan vitamin D. Sediaan
yang disarankan adalah Estrogen 0,625 mg/hari atau estrogen 0,312
mg/hari + Ca 1500 mg/hari
4. Kardiovaskuler.
Terapi pada kardiovaskuler juga paling baik diberikan pada
perimenopose. Sediaan yang disarankan adalah estrogen p.o dengan
dosis sama seperti pada osteoporosis. Jika sudah menopose dan
terjadi penyakit kardiovaskuler, pemberian hormon estrogen maupun
progesteron sudah tidak lagi efektif. Terapi yang dapat diberikan
adalah terapi untuk kardiovaskulernya.