D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan saya
kesempatan dalam menyelesaikan tugas ini ,sehingga “ REKASAYA IDE “ ini dapat diselesai
kan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Terimah kasih kami ucapkan kepada ibu dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan
Komunitas yang telah membimbing kami . Dalam rekayasa ide ini saya membahas tentang
“Aspek Pelindungan Hukum pada Bidan Komunitas”
Selaku manusia biasa, saya menyadari bahwa dalam hasil makalah ini masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan yang tidak disengaja.Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan
kerik dan saran. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTARA PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Bidan adalah salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan
muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan.
Peran dan posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat
mulia, memberi semangat, membesarkan hati, mendampingi, serta menolong ibu yang
melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik.
Sejak zaman pra sejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari Mesir yang berani
ambil resiko membela keselamatan bayi-bayi laki-laki bangsa Yahudi yang diperintahkan oleh
Firaun untuk di bunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa
kepada Tuhan dalam membela orang-orang yang berada dalam posisi yang lemah, yang pada
zaman modern ini, kita sebut peran advokasi. Bidan sebagai pekerja profesional dalam
menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut,
keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.
Pada pertemuan pengelola program Safe Mother Hood dari negara-negara di wilayah Asia
Tenggara pada tahun 1995, disepakati bahwa kualitas pelayanan kebidanan diupayakan agar
dapat memenuhi standar tertentu agar aman dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya WHO
mengembangkan Standar Pelayanan Kebidanan. Standar ini kemudian diadaptasikan untuk
pemakaian di Indonesia, khususnya untuk tingkat pelayanan dasar, sebagai acuan pelayanan di
tingkat masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
2. Apa yang dimaksud dengan standar pelayanan kebidanan, mengapa bidan memiliki
standar dalam memberikan pelayanan kebidanan, apa isi standar pelayanan kebidanan
serta bagaimana tujuan, pernyataan dan hasil yang harus dicapai dari masing-masing
standar?
3. Apa yang dimaksud dengan kode etik bidan dan tujuan diberlakukannya kode etik bidan?
4. Apa pengertian dan macam-macam hukum?
5. Apa saja perundang-undangan yang melandasi hukum kesehatan?
6. Bagaimana sanksi bagi bidan dalam pelanggaran hukum?
7. Apa yang dimaksud dengan registrasi praktik bidan dan apa saja syaratnya?
Adapun manfaat penulisan makalah rekayasa ide ini ialah supaya penulis dapat
menyumbangkan pemikirannya terhadap permasalahan yang diangkat dan juga menambah
pengetahuan tentang Aspek Perlindungan Hukum pada Bidan Komunitas, serta dapat memiliki
sifat yang profesional dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Profesi memiliki arti sebagai ukuran. Untuk profesi medik, bidan dan profesi lain didalam
pekerjaanya senantiasa bersinggungan dengan nyawa/jiwa manusia, sehingga diperlukan kehati-
hatian yang tinggi dan bersifat mandiri, oleh karena itu SPK diberlakukan dalam kebidanan.
Ruang lingkup standar kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokkan sebagai berikut :
a) Tujuan
Memberikan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat
dan terencana serta menjadi orang tua yang bertanggung jawab.
b) Pernyataan standar
Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan yang sehat. Ibu,
keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya tentang fungsi alat-alat reproduksi dan
bahaya kehamilan pada usia muda serta mengetahui tanda-tanda bahaya pada kehamilan.
d) Persyaratan
1. Bidan bekerjasama dengan kader kesehatan dan sektor terkait sesuai dengan kebutuhan.
a. Penyuluhan kesehatan.
a) Tujuan
b) Pernyataan standar
Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya dengan seksama yaitu,
pencatatan semua ibu hamil di wilayah kerja, rincian peayanan yang telah diberikan sendiri oleh
bidan kepada seluruh ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir semua kunjungan rumah dan
penyuluhan kepada masyarakat. Bidan juga harus mengikutsertakan kader untuk mencatat semua
ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu hamil, ibu dalam proses
melahirkan, ibu dalam masa nifas, dan bayi baru lahir. Bidan meninjau secara teratur catatan
tersebut untuk menilai kinerja dan menyusun rencana kegiatan pribadi untuk meningkatkan
pelayanan.
1. Adanya kebijakan nasional/setempat untuk mencatat semua kelahiran dan kematian ibu
dan bayi.
2. Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan bayi dilaksanakan
sesuai ketentuan nasional atau setempat.
3. Bidan bekerja sama dengan kader/tokoh masyarakat dan memahami masalah kesehatan
setempat.
4. Register kohort ibu dan bayi, kartu ibu, KMS Ibu Hamil, Buku KIA, dan PWS KIA,
partograf digunakan untuk pencatatan dan pelaporan pelayanan. Bidan memiliki
persediaan yang cukup untuk semua dokumen yang diperlukan.
5. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format pencatatan tersebut diatas.
6. Pemetaan ibu hamil.
7. Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat jumlah kasus dan
jadwal kerjanya setiap hari.
1. Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting bagi bidan untuk mempelajari
hasil kerjanya.
2. Pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada saat pelaksanaan pelayanan.
3. Menunda pencatatan akan meningkatkan resiko tidak tercatatnya informasi penting dalam
pelaporan.
4. Pencatatan dan pelaporan harus mudah dibaca, cermat dan memuat tanggal, waktu dan
paraf.
a) Tujuan
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala
untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar
mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk menemukan ibu hamil dan
memastikan bahwa semua ibu hamil telah memeriksakan kandungan secara dini dan teratur.
a) Tujuan
b) Pernyataan standar
a) Tujuan
b) Pernyataan standar
c) Hasilnya :
3. Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta merujuknya sesuai dengan
kebutuhan.
d) Persyaratannya :
a) Tujuan
Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak lanjut yang
memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung.
b) Pernyataan standar
6. Obat cacing.
Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan pada minggu ke-28.
HB dibawah 11 gr% pada kehamilan termasuk anemia , dibawah 8 gr% adalah anemia berat.
Dan jika anemia berat terjadi, misalnya wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan, kelopak
mata sangat pucat, segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan selanjutnya.
Sarankan ibu hamil dengan anemia untuk tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah
persalinan.
a) Tujuan
Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan
tindakan yang diperlukan.
b) Pernyataan standar
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengenal tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan
merujuknya.
c) Hasilnya
1. Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu.
d) Persyaratannya
1. Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur dan pengukuran tekanan darah.
2. Bidan mampu :
c. Mendeteksi hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindak lanjut sesuai dengan ketentuan.
a) Pernyataan standar
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada
trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta
suasana yang menyenangkan akan di rencanakan dengan baik.
b) Persyaratan:
1. Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada trimester terakhir
kehamilan.
2. Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang indikasi persalinan yang
harus dirujuk dan berlangsung di rumah sakit.
3. Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan persalinan yang aman dan
bersih.
4. Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal tersedia.
5. Perlengkapan penting yang di perlukan untuk melakukan pertolongan persalinan yang
bersih dan aman tersedia dalam keadaan DTT/steril.
6. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan cepat jika terjadi
kegawatdaruratan ibu dan janin.
7. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA kartu ibu dan partograf.
8. Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami komplikasi selama
kehamilan.
3. Standar Pertolongan Persalinan (4 standar)
a) Tujuan
b) Pernyataan standar
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah di mulai, kemudian memberikan
asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses
persalinan berlangsung.
c) Hasilnya:
1. Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan tepat waktu bila
diperlukan.
2. Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong tenaga
kesehatan terlatih.
3. Berkurangnya kematian/kesakitan ibu atau bayi akibat partus lama.
a) Tujuan
Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi
b) Pernyataan standar
c) Persyaratan
2. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan secara bersih dan aman.
a) Tujuan
Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk
mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendek kala 3, mencegah atonia uteri
dan retensio plasenta.
b) Pernyataan standar
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran
plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
a) Tujuan
Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-tanda gawat janin
pada saat kepala janin meregangkan perineum.
b) Pernyataan standar
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera
melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan
perineum.
a) Tujuan
Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah
hipotermi, hipokglikemia dan infeksi.
b) Pernyataan standar
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan
mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk
sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah dan menangani hipotermia.
STANDAR 14 : PENANGANAN PADA DUA JAM PERTAMA SETELAH PERSALINAN
a) Tujuan
Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama kala 4 untuk
memulihkan kesehatan bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu dan sayang bayi, memulai
pemberian IMD.
b) Pernyataan standar
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua
jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang di perlukan.
a) Tujuan
Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan
penyuluhan ASI ekslusif.
b) Pernyataan standar
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari
ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses
pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan
atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan
tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru
lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.
a) Tujuan
Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam trimester 3
kehamilan.
b) Pernyataan standar
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan, serta
melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
STANDAR 17 : PENANGANAN KEGAWATAN PADA EKLAMPSI
a) Tujuan
Mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala preeklamsi berat dan memberikan
perawatan yang tepat dan segera dalam penanganan kegawatdaruratan bila ekslampsia terjadi.
b) Pernyataan standar
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia mengancam, serta merujuk dan
atau memberikan pertolongan pertama.
a) Tujuan
Mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan kegawatdaruratan pada
partus lama/macet.
b) Pernyataan standar
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama serta melakukan penanganan
yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya.
a) Tujuan
b) Pernyataan standar
Bidan mengenali kapan di perlukan ekstraksi vakum, melakukannya secara benar dalam
memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanannya bagi ibu dan janin /
bayinya.
STANDAR 20 : PENANGANAN RETENSIO PLASENTA
a) Tujuan
Mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta
total/parsial.
b) Pernyataan standar
a) Tujuan
Mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan yang tepat pada ibu
yang mengalami perdarahan postpartum primer/atonia uteri.
b) Pernyataan standar
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah
persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama untuk
mengendalikan perdarahan.
a) Tujuan
b) Pernyataan standar
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan post partum
sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, atau merujuknya.
STANDAR 23 : PENANGAN SEPSIS PEURPERALIS
a) Tujuan
b) Pernyataan standar
Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis, serta
melakukan pertolongan pertama atau merujuknya.
a) Tujuan
Mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum, mengambil tindakan
yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang mengalami
asfiksia neonatorum.
b) Pernyataan standar
Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan
resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis yang di perlukan dan memberikan
perawatan lanjutan.
Kode etik merupakan ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal
dari suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan
tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian kepada profesinya baik yang
berhubungan dengan klien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya sendiri.
Secara umum tujuan menciptakan suatu kode etik adalah untuk menjunjung tinggi
martabat dan citra profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota, serta
meningkatkan mutu profesi. Kode etik bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986
yang disahkan dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia X, petunjuk pelaksanaannya
disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan
disahkan dalam Kongres Nasional IBI XII pada tahun 1998.
Secara umum kode etik tersebut berisi tujuh bab yang dapat dibedakan menjadi tujuh bagian,
yaitu :
a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya
dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
e. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya
secara optimal.
a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.
c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan/atau dipercayakan
kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan
kepentingan klien.
3. Kewajiban bidan terhadap rekan sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2butir)
a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi.
b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)
a. Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi dengan
menampilkan kepribadian yang bermartabat dan memberikan pelayanan yang bermutu
kepada masyarakat.
b. Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya
yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
a. Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya
dengan baik.
b. Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.
6. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir)
7. Penutup (1 butir).
Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan, kode etik
merupakan pedoman dalam tata cara keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan
profesional.
2.3. Pengertian Hukum dan Macam-macam Hukum
1. Pengertian hukum
Pengertian hukum dapat dilihat dari dua segi yaitu secara etimologis dan dari para ahli.
Secara etimologis hukum dapat di bagi menjadi empat yaitu hukum, recht, lexdan ius.
a) Hukum berasal dari bahasa Arab dalam bentuk tunggal, jamaknya dari istilahAlkas yang
diambil alih dalam bahasa Indonesia menjadi hukum.
b) Recht berasal dari bahasa Latin yaitu Rechtum yang mempunyai arti tuntunan, bimbingan,
pemerintahan yamg selalu didukung oleh kewibawaan. Menimbulkan istilah bahasa Belanda
Gerechtigdheid dan Gerechtigkeit dari bahasa Jerman yang berarti keadilan.
c) Lex berasal dari bahasa Latin berasal dari kata Lesere artinya mengumpulkan orang-orang
yang diberi perintah.
d) Ius berasal dari bahasa Latin yang berarti hukum. Dari kata Lubere yang berarti mengatur /
memerintah. Secara etimologis disimpulkan ius yang berarti hukum bertalian erat dengan
keadilan yang mempunyai 3 unsur yaitu wibawa, keadilan, dan tata kedamaian.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hukum bertalian erat dengan keadilan, kewibawaan, ketataan dan
peraturan (yang berisi norma).
Sedangkan menurut para ahli :
1. Prof. Dr. P. Borst
Hukum adalah keseluruhan peraturan bagi kelakuan atau perbuatan manusia di dalam
masyarakat yang pelaksanaanya dapat dipaksakan dan bertujuan mendapatkan tata atau keadilan
dan kedamaian.
Hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi
kepentingan manusia di dalam masyarakat.
Hukum adalah keseluruhan peraturan-peraturan hidup yang bersifat memaksa dan dibuat
oleh yang berwenang berisikan suatu perintah/larangan/izin untuk berbuat sesuatu serta dengan
maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan masyarakat.
4. M.H. Tirtaanardjaja, S.H
Hukum adalah semua aturan atau norma yang harus ditaati dalam tingkah laku, tindakan-
tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman harus mengganti kerugian jika melangggar
aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri/harta.
2. Macam-macam Hukum :
1. Hukum pidana
Mencakup keseluruhan ketentuan hukum yang mengandung perintah dan larangan dengan
disertai sanksi pidana bagi pelanggarnya.
1. Pengguguran kandungan.
2. Hukum perdata
Mencakup ketentuan hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang lain,
yang menitik beratkan pada kepentingan perorangan.
3. Gugatan ganti rugi karena pelanggaran hukum yang dilakukan tenaga kesehatan, dalam
pelayanan kesehatan.
1. Wanprestasi
Yaitu pertanggungjawaban hukum atas kerugian yang disebabkan karenahasil tidak sesuai.
Secara aspek hukum, contoh pekerjaan wanprestasi adalah:
a. Tidak melakukan yang disanggupi akan dilakukan.
c. Melaksanakan apa yang dilakukan, tetapi tidak sesuai dengan yang dijanjikan.
1. Setiap tindakan yang menimbulkan kerugian atas diri orang lain berarti orang yang
melakukanya harus membayar kompensasi kerugian (pasal 1365 BW ).
2. Seseorang harus bertanggungjawab tidak hanya karena kerugian yang dilakukanya dengan
sengaja, tetapi juga karena kelalaian atau kurang berhati-hati (pasal 366BW).
4. Tuntutan perdata pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh kompensasi atas kerugian
yang diderita, oleh karena itu sebagai dasar dalam menuntut seorang tenaga kesehatan termasuk
bidan dalam menjalankan profesinya adalah adanya wanprestasi atau adanya perbuatan melawan
hukum, seperti terurai diatas.
5. Dalam aspek hukum, wanprestasi adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak memenuhi
kewajibanya yang didasarkan adanya perikatan atau perjanjian/kontrak kerja.Perbuatan Melawan
Hukum (orechtmatige daad) berbeda dengan tututan ganti rugi wanprestasi, tututan ganti rugi
PMH berdasarkantanggungjawab perdata dapat diajukan berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata,
karena dalam PMH tidak harus ditemui adanya perikatan/perjanjian, akan tetapi ada prinsip dasar
yang dapat dijadikan tuntutan adanya PMH tersebut yaitu :
1. Ada perbuatan melawan hukum.
2. Ada kerugian.
4. Ada kesalahan.
Pemerintah dalam hal ini lebih berperan untuk memusatkan perhatian, pengawasan,
upaya pembinaan, serta pengaturan, agar tercipta pemerataan pelayanan kesehatan serta tercipta
suatu kondisi yang serasi, seimbang, adil,harmonis antara sesama pelayan kesehatan, sehingga
tidak ragu dalam melaksanakan profesi karena akan terlindung dari sanksi hukum.
Praktik bidan selain bertujuan menjalani profesi sebagai bidan, namun senantiasa wajib
merahasiakan keadaan penyakit klien yang ditangani, bukan saja sebagai kewajiban moral akan
tetapi melekat sebagai kewajiban hukum.
Bagaimanapun keadaan klien kita tidak boleh meremehkan dan lupa akan norma
kesusilaan yang berlaku pada saat tersebut di masyarakat, atas dasar tersebut norma susila yang
telah ada lebih dikuatkan dengan undang-undang, apabila apa yang telah dilakukan bidan diduga
ada kesalahan atau mengakibatkan cacat, maka terkena sanksi hukum baik perdata maupun
pidana.
“Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang ia wajib menyimpanya oleh karena
jabatan atau pekerjaanya, baik sekarang maupun dulu, dihukum dengan hukuman penjara
selama-selamanya 6 bulan atau denda 600 juta rupiah”
3. Orang-orang yang ditetapkan oleh peraturan Menteri Kesehatan, misalnya tata usaha pegawai
laboratorium, yang mengurus/pegawai rekam medik.
Bidan tidak terkena sanksi hukum dalam pembocoran kerahasiaan , jika pasien telah
memberi izin kepada bidan, apabila suatu keadaan ada yang bertanya tentang keadaanya.
Bukan merupakan informed concern, manakala bidan diluar ruang praktek sedang
membicarakan akibat pemerkosaan, abortus.
Perlu diketahui bahwa pasien/klien mempunyai hak untuk menyampaikan
persetujuan/informed concern, terhadap setiap tindakan yang akan dilakukan oleh bidan.
Secara hukum hak persetujuan tersebut, tertuang pada penjabaran dari hak asasi manusia,
dan dijamin oleh undang-undang kesehatan no. 23/1992. Akan tetapi dalam keadaan gawat
darurat atau kritis, seorang yang berpacu dengan nyawa, seorang tenaga kesehatan tidak ada
waktu untuk menjelaskan kepada keluarga klien, maka dibenarkan untuk melakukan sesuatu
demi keselamatan yang mendasar dari klien tersebut.
Azaz perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, dimana dalam
melaksanakan kegiatan kita tidak membeda-bedakan golongan, kepentingan, agama dan bangsa.
1. Azas manfaat, harus dapat memberikan manfaat yang sebenarnya sesuai dengan tujuan
kita menolong adalah ikhtiar, tidak untuk menipu atau menggandakan tujuan bagi
masyarakat.
2. Azaz usaha bersama dan kekeluargaan.
3. Azas adil dan merata.
4. Azas perikemanusiaan dalam keseimbangan.
5. Azas kepercayaan dan kemampuan diri sendiri, menguatkan potensi diri maupun potensi
nasional.
1. Setiap orang yang meminta pertolongan pada umumnya berada dalam posisi
ketergantungan, artinya ada tujuan tertentu. Misal, jika sakit datang ke tenaga kesehatan,
melakukan tuntutan hukum datang ke advokat, membuat wasiat/surat tanah datang ke
notaris.
2. Setiap orang yang meminta pertolongan pada seorang profesi kesehatanbersifat rahasia,
termasuk hubungan antara pasien dengan tenagakesehatannya.
3. Setiap orang yang menjalani profesi kesehatan bersifat rahasia, bebas dan otonomi
profesi.
4. Sifat pekerjaan kesehatan bukan harga mati, tapi berupa ikhtiar, harus melalukan yang
terbaik sesuai kompetensi dapat dipertanggungjawabkan baik secara hukum kesehatan.
Dari sudut pandang hukum perdata, hubungan antara health care providerdan health care
receiver merupakan hubungan perikatan/kontraktual, diantara kedua belah pihak, sehingga dari
masing-masing pihak akan muncul antara hak dan kewajiban.
Health care provider wajib memberikan prestasinya dalam bentuk layanan medik yang
layak berdasarkan keilmuan yang telah teruji. Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan
wajib memperhatikan hak-hak lain dari pasien, baik yang timbul dari perundang-undangan yang
berlaku maupun dari kebiasaan dan kepatutan.
a. Pasal 1 ayat (3) UU Kesehatan No.23/92 tentang Tenaga Kesehatan,adalah setiap orang yang
mengabdikan dirinya dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan atau keterampilan
melalui pendidikan yang untuk bidang tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
pelayanan kesehatan.
Yang termasuk Tenakes sesuai UU 23/92 dan PP 32/96 adalah tenaga medis, tenaga
keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga terapi fisik
dan tenaga teknis medis.
b. Pasal 53 UU 23/92 tentang Hak-hak Pasien, diantaranya adalah hak atas informasi dan hak
untuk mendapatkan persetujuan tindakan medik yang akan dilakukan terhadapnya, persetujuan
selanjutnya di sebut Informent Concern.
Jika tindakan medik tanpa persetujuan, termasuk pelanggaran hukum, berikutnya dapat digugat
bahkan sampai pengadilan.
c. Pasal 1239 KUHPerdata, jika seseorang tidak dapat melakukan dan tidak dapat memenuhi
kewajibanya yang didasari adanya perjanjian (perikatan antara tenaga kesehatan dengan pasien,
dan perikatan ini terikat dengan asas iktiar), jika tidak terpenuhi ini dianggap tindakan
wanprestasi (ingkar janji) dan ini termasuk perbuatan melawan hukum (PMH), apabila kemudian
menimbulkan kerugian baik materil maupun moril selanjutnya dapat digugat sebagai tindakan
malpraktik.
d. Pasal 1365 ayat (1) KUHP tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian, maka
wajib bertanggung jawab mengganti kerugian/timbulnya gugutan. Ayat (3), begitu pula jika
kerugian pasien yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibawah pengawasanya, perawat, asisten
bidan, bidan, dalam hal ini tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan kompetensi yang
bertanggung jawab.
Kurang kehati-hatian atau kesalahan dalam melaksanakan tindakan medik yang terjadi,
menunjukan adanya perilaku tenaga kesahatan yang tidak sesuai dengan standar profesi yang
telah di atur dalam perundang-undangan.
Kesalahan tersebut diatas dapat dianggap sebagai PMH (perbuatan melawan hukum), dan ini
yang dapat dijadikan bahan gugatan oleh keluarga klien atau pihak lain.
Syarat adanya dugaan kesalahan tindakan apabila :
a. Ada kerugian.
1. Tanggung Gugat
a. Dalam pasal 1367 ayat (3) KUHPerdata, seorang tenaga kesehatan harus memberikan
pertanggung jawaban tidak hanya atas kerugian yang ditimbulkan dari tindakan diri sendiri, akan
tetapi juga apabila terjadi kesalahan yang dilakukan oleh bawahannya, atau perawat, bidan yang
diberi delegasi, melakukanya, sementara ia masih dibawah pengawasanya, dan apabila keadaan
tersebut dijadikan suatu gugatan maka selain bidan/tenaga kesehatan yang pertama melakukan
tindakan, kemudian ada perawat yang juga melakukan perawatan, ini akan terkena sanksi hukum
tangung renteng, tanggung gugat.
b. Begitu juga apabila bidan mempunyai Klinik Bersalin, dimana sebagai penanggung jawab
adalah seorang dokter kandungan, akan tetapi ia tidak sebagai dokter tetap.
Registrasi adalah sebuah proses dimana seseorang tenaga profesi harus mendaftarkan
dirinya pada suatu badan tertentu secara periodik guna mendapatkan kewenangan dan hak untuk
melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan
oleh badan tersebut.
Surat Tanda Regristrasi adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah
kepadatenaga kesehatan yang memiliki sertifikat kompetensi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan (KEPMENKES RI Nomor HK.02.02/MENKES/149/I/2010 tentang Izin
Dan Penyelengaraan Praktik Bidan)
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yg berkembang pesat.
2. Meningkatkan mekanisme yg obyektif dan komprehensif dalam penyelesaian kasus mal
praktik.
3. Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik
Seperti tercantum dalam UU. No 23/92 Tentang Kesehatan dan adanya UUPK No29/2004
Tentang Praktik Kedokteran. Ini menjadi bagian tanggung jawab tenaga kesehatan, dan adalah
kewajiban bidan untuk melaksanakannya antara lain :
Mengikuti pendidikan dan pelatihan, ini tercantum dalam pasal 28 ayat (1) dan
pasal 52e, yang diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga lain yang
terakreditasi.
Kewajiban mengurus STR, dengan mengisi formulir permohonan, diajukan ke kepala
dinas kesehatan kesehatan provinsi untuk diterbitkannya STR.
a. Syarat-syarat Registrasi
1. Memiliki ijasah.
4. Memiliki sertifikat kompetensi (surat ini dikeluarkan oleh kolegium yang bersangkutan).
Masa berlaku Surat Tanda Registrasi adalah maksimal 5 tahun dan kemudian di ulang tiap 5
tahun berikutnya, pada saat membuat registrasi ulang seorang bidan harus menyertakan surat
sehat jasmani dan mental (surat keterangan tersebut harus ditandatangi oleh dokter yang
memiliki SIP).
Merupakan bukti tertulis yang wajib dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan yang berprofesi. Yang
berhak mengeluarkan adalah pejabat yang berwenang di Provinsi dimana sesuai tempat praktik
bidan (SIPB). Praktik bidan juga telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan
No.900/MenKes/SK/VII/2002, yang merupakan revisi dari Permenkes
No.572/MenKes/per/VI/1996. Dan dapat dikaji dalam melaksanakan praktik bidan sesuai :
3. UU Kesehatan 23/92.
5. UU 13/2003 Ketenagakerjaan.
Masa bakti bidan dilaksanakan ssuai dengan ketentuan yang berlaku. Perizinan bidan yaitu:
Pelayanan ibu diantaranya pada masa pranikah, prahamil, masa kehamilan, masa nifas, masa
menyusui dapat eksklusif sampai 6 bulan.
b. Untuk anak, masa baru lahir, masa bayi, masa balita dan masa prasekolah.
Pasal 17, dalam praktik bidan, perlu diwaspadai apabila dalam keadaan pelayanan kadang
klien ingin langsung dengan pengobatan, akan tetapi sebagai tenaga kesehatan profesional,
sebaiknya pemberian obat-obatan dapat diberikan oleh yang memiliki kewenangan (dalam hal
penulisan resep,maupun pemberian obat, ada tenaga medis/dokter/dokter spesialis) kecuali
diwilayah tersebut tidak ada dokter.
5. Pembinaan dan Pengawasan
Pada papan nama bidan, mencantumkan praktik dari jam 17:00 WIB-19:00 WIB, akan
tetapi setiap pasien datang bidan tersebut tidak tersedia pada jam 18:00 WIB, ini pelanggaran
karena tidak sesuai dengan apa yg dijanjikan.
Bentuk Perbuatan Melawan Hukum oleh bidan adalah akibat asuhan kebidanan yang
dilakukan menimbulkan cacat tubuh, luka berat, adanya kerugian materi yang berlebih, timbul
rasa sakit yang terus menerus, sampai tidak dapat melakukan aktfitas klien sebagai ibu rumah
tangga atau tidak dapat bekerja, merusak kepercayaan dan keagamaan , bahkan sampai klien
meninggal dunia. Dalam buku KUHPidana , pasal 183,184, hakim harus memiliki alat bukti
yang syah dari gugatan pidana dengan syarat bahwa alat bukti tersebut terpenuhi : adanya
keterangan saksi, keterangan ahli, surat yg dibuat menurut ketentuan perundang-undangan oleh
pejabat, untuk pembuktian dari suatu keadaan, adanya petunjuk sesuai kebijakan hakim,
keterangan terdakwa dapat menerangkan akan Rekam Medik (sebagai alat bukti di persidangan).
3. Ketentuan Peralihan
Dengan telah terbitnya ketentuan Registrasi dan Surat izin Bidan , diatur melalui
Keputusan MenKes Nomor.900/MenKes/SK/VII/2002, maka Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 572/MenKes/VI/1996, tentang registrasi dan praktek bidan sudah tidak berlaku lagi.
Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik Bidan berlaku selama 5 tahun dan apabila telah
habis masa berlakunya dapat diperbaharui sesuai ketentuan yang berlaku.
Pengambilan tindakan atas sanksi hukum terhadap bidan yang diduga telah melakukan
kesalahan, baik suatu wanprestasi, maupun perbuatan melawan hukum, dapat teguran lisan,
tertulis, denda, maupun penjara sesuai ketentuan perundangan yg berlaku.
1. Adanya kelalaian.
2. Adanya wujud perbuatan.
3. Adanya luka berat, cacat.
4. Adanya hubungan kausal antara kelalaian dengan wujud perbuatan sepertiterjadi
kematian orang/klien.
Tiga prinsip umum dalam melakukan profesi tenaga kesehatan:
3. Ketelitian yang umum (berkaitan dengan knowledge, skill, profesional attitude/prilaku baik).
Dalam rangka terselenggaranya praktik medik yang sesuai dengan peraturan, maka perlu
pengawasan dilakukan oleh organisasi profesi keehatan,pembinaan dilakukan oleh Konsil pusat
bekerja sama dengan organisasi profesi di tempat bertugas.
2. Sehat.
3. Berkelakuan baik.
6. Memiliki STR.
8. Dedikasi tinggi.
2. Gugatan dapat juga dikirimkan ke polisi, untuk menempuh jalur pengadilan dan ada proses
hukum baik perdata, pidana.
Pengaduan ke MKDP dapat dilanjutkan kepada organisasi profesi, untuk menjatuhkan keputusan
: dapat dinyatakan tidak bersalah atau ada kesalahn etik sehingga terkena sanksi disiplin:
peringatan tertulis, pencabutan SIPB, wajib mengikuti pendidikan.
Fungsi MKDP :
TURUNAN IDE
Di Desa Simandulang Tepatnya Di Dusun Pintu Air, Bidan L yang membuka BPS itu
kedatangan Seorang pasien bernama Ny. U dengan keluhan mulas diperutnya setelah itu bidan
mempersilahkan masuk dan menyuruh ibu untuk berbaring ditempat tidur, tak lama kemudian
saat bidan tersebut mencoba untuk menolong persalinan ternyata bayi ibu mengalami distosia
bahu, Bidan pun mengalami kesulitan saat menolong persalinan. Tetapi bidan itu menuruti
Egonya sendiri dengan menolong persalinan sendiri saedangkan bidan tersebut sudah tua dan
akan berakibat membahayakan bayi Ny. U. Setelah beberapa menit kemudian Ego bidan tersebut
mengakibatkan Bayi Ny. U meninggal Dunia dan masyarakat mengetahui tentang kejadian ini
maka tersampaikanlah kasus ini kepada IBI dan IBI pun memanggil Bidan tersebut kemudian
IBI mencabut Izin Praktek Bidan L.
- Isu Etik : Terlalu mengikuti Ego Bidan tersebut menjadikan bayi tersebut
meninggal
- Dilema : Bidan L bingung memilih untuk menolong persalinan tersebut dengan
resiko bayi tersebut meninggal atau memilih untuk dirujuk
- Penyelesaian : Sebaiknya Bidan tersebut harus meminta persetujuan terlebih dahulu dari
pasien atau pihak keluarga untyk dapoat bisa mengatasi masalah pada
persalinan Ny. U.
Dokumentasi Bidan :
“ Bidan Harus Pintar dan Bertanggung Jawab”
Sebagai seorang Bidan kita hrus pintar dalm menyikapi segala masalah, mengrtahui segla
atindakan yang akan dilakukan, pintar dalam berkomunikasi, memiliki wawasan yang luas
denagn mengenbangkan kepercayaandalam diri dan niatkaan profesi maka segala sesuatu yang
akan dilakukan akan berjalan degan lancer, bahkan sekarang bidan harus menyelesaikan
pedidikan prosfesi baru diizinkan untuk membuka klionik dikarena kan agar bidan mejadi
professional dan siap menerima tanggung jawab dan melakasanakn tanggung jawab yang telah
diberikan. Bidia juga harus dibimbung dan diberi pelatihan agar tidak tertinggal atas kemajuan
4.0 industri dibidang kesehatan.
Disinilah peran bidan sebagai agen promotif, preventif akan kesehatan dituntut tanggap
dan inovatif dalam menghadapi situasi. Profesionalisme penanganan sangat dituntut dalam
mengahadapi masalah, inovatif dalam profesi bidan memiliki jiwa dalam berwirausaha atau yang
sering dikenal dengan bahasa kerennya adalah menjadi Enterpreneurship.
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Standar profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesinya dengan baik dan benar.
Kode etik merupakan ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal
dari suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan
tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian kepada profesinya baik yang
berhubungan dengan klien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya sendiri.
Secara umum tujuan menciptakan suatu kode etik adalah untuk menjunjung tinggi
martabat dan citra profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota, serta
meningkatkan mutu profesi.
Ilmu hukum mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum.
Demikian luasnya masalah–masalah yang dicakup oleh ilmu hukum, sehingga banyak pendapat
yang mengatakan bahwa hukum batas-batasnya tidak jelas, yang salah bisa benar, yang benar
bisa salah. Seorang Pakar hukum menyebut ilmu hukum adalah “ Jurisprudence”. Karena
luasnya ilmu hukum, maka kita batasi dengan bidang kesehatan,segala sesuatu yang menjadi
daftar masalah/isu yang berkembang, sehingga ilmu hukum masuk kedalam bidang kesehatan
yang kita pelajari sekarang tentang hukum Kesehatan/Perundang-undangan kesehatan.
3.2. Saran
1. Bagi Pemerintah
Pemerintah diharapkan terus berupaya mendukung profesi bidan dengan cara meningkatkan
kualitas SDM bidan melalui penyediaan fasilitas pendidikan bagi bidan.
Organisasi diharapkan agar terus berupaya mengembangkan pelayanan dan pengetahuan bagi
semua bidan secara adil dan merata.
3. Bagi Profesi Bidan
Bidan sebagai tenaga profesional diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif dalam organisasi
dan mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan etika profesi.
Mahasiswa diharapkan mampu memahami SPK dan kode etik kebidanan agar dapat
diaplikasikan dengan baik dan benar dalam memberikan pelayanan kebidanan pada profesi di
masa yang akan datang.
5. Bagi Pendidikan
Diharapkan menambah literatur menganai SPK, kode etik, dan hukum kesehatan untuk
menambah pengetahuan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA