Anda di halaman 1dari 17

RESPONSI KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID

HALAMAN JUDUL

Oleh :

Omprakash Nanda Kumar

1802612002

Pembimbing :
dr. I Gusti Rai Putra Wiguna, Sp.KJ

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI BAGIAN/SMF PSIKIATRI
RSUP SANGLAH/ FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya Kami dapat menyelesaikan Responsi
Kasus ini dengan judul “Skizofrenia Paranoid” tepat pada waktunya.

Laporan ini dibuat sebagai prasyarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik


Madya (KKM) di BAG/SMF Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar.
Dalam penyusunan laporan kali ini, Penulis memperoleh banyak bimbingan,
petunjuk dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Ni Ketut Putri Ariani, Sp.KJ selaku ketua Bagian/SMF Psikiatri FK


UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar.
2. Dr. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp.KJ selaku koordinator
pendidikan Bagian/SMF Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar.
3. dr. I Gusti Rai Wiguna, M, Sp.KJ selaku pembimbing dalam penyusunan
laporan Responsi Kasus ini.
4. Residen di BAG/SMF Psikiatri FK UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar yang
turut membantu dalam penyelesaian Responsi Kasus ini di RSUD
Wangaya.
5. Semua pihak yang telah membantu pembuatan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat kekurangan,


diharapkan adanya saran demi penyempurnaan karya ini. Semoga bisa
memberikan sumbangan ilmiah bagi dunia kedokteran dan manfaat bagi
masyarakat. Terima kasih.

Denpasar, 27 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
I. IDENTITAS PASIEN..................................................................................... 1
II. ANAMNESIS................................................................................................ 1
III. PEMERIKSAAN FISIK .............................................................................. 8
IV. RESUME ..................................................................................................... 10
V. DIAGNOSIS BANDING .............................................................................. 11
VI. DIAGNOSIS KERJA................................................................................... 11
VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL .................................................................. 11
VIII. USULAN TERAPI.................................................................................... 11
IX. PROGNOSIS ............................................................................................... 12
X. ANALISIS PSIKODINAMIKA ................................................................... 12
XI. DOKUMENTASI ........................................................................................ 14

iii
RESPONSI KASUS
SMF/BAGIAN PSIKIATRI DI RSUD WANGAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
PERIODE: 4 November – 15 Desember 2019

Pembimbing : dr. I Gusti Rai Putra Wiguna, Sp.KJ


Nama : Omprakash Nanda Kumar
NIM 1802612002

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : NDPYAL
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 31 tahun
Status : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan :
Agama : Islam
Suku/Kebangsaan : Jawa Barat/Indonesia
Alamat : Perumahan Taman Wahana Asri, Jalan Gajah
Watra IX, no. 13A, Peguyangan, Denpasar Utara
Tanggal Pemeriksaan : 27 November 2019

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : (Autoanamnesis) : Melihat bayangan
(Heteroanamnesis) : Curiga berlebihan
Autoanamnesis
Sebelum melakukan wawancara, saya telah meminta izin dan membuat
perjanjian ke pasien dan keluarga pasien untuk dilakukan kunjungan ke rumah
pasien pada hari Rabu, 27 November 2019, pukul 15.30 WITA. Pemeriksa
diterima oleh pasien. Pasien sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah
Wangaya sejak tahun 2018, pasien sebelumnya pernah dirawat di

1
2

Rumah Sakit Jiwa Bangli. Pasien dirawat selama 6 hari di RSJ Bangli pada tahun
2017 untuk dilakukan observasi dan pemberian obat dan diperbolehkan pulang
dengan perawatan rawat jalan.
Pasien diwawancara di dalam rumahnya yaitu di ruang tamu dalam posisi
duduk diatas kursi dan pemeriksa berada di samping pasien dengan posisi pasien
dan pemeriksa saling berhadapan. Pasien mengenakan kaos lengan pendek
bergaris berwarna hitam putih dan celana panjang berwarna abu-abu. Penampilan
pasien tampak bersih dan terawat dengan rambut pasien tebal dan terikat rapi,
roman wajah sesuai usia dan tampak tenang. Tidak tercium bau tidak sedap dari
tubuh pasien. Pasien berperawakan tidak terlalu tinggi, gemuk, dan kulit berwarna
sawo matang. Pasien diwawancara menggunakan bahasa Indonesia. Pasien dapat
menatap mata pemeriksa ketika ditanya kemudian pasien menjawab sambil
sesekali melihat ke depan atau lain arah dan pasien menjawab setiap pertanyaan
yang diberikan pemeriksa dengan intonasi bicara dan suara yang baik dan dapat
dimengerti.
Pemeriksa memulai wawancara dengan memperkenalkan diri kemudian
menanyakan nama pasien. Selama wawancara, pasien dapat menjawab namanya
dengan benar serta mengetahui dirinya saat ini sedang ada dimana dan waktu
wawancara adalah sore hari. Pasien dapat mengenali suami dan anaknya. Saat
ditanyakan kembali nama pemeriksa yang sudah disebutkan sebelumnya, pasien
dapat menyebutkan dengan benar. Pasien mengatakan bahwa ia sudah makan dan
dapat menyebutkan makanan yang dimakan pada pagi hari yaitu nasi campur. Saat
ditanya dulu bekerja sebagai apa dan dimana, pasien dapat menjawab bahwa
dirinya bekerja sebagai pegawai swasta di perusahaan IA Finansial. Pasien
mampu menjawab menjawab “Joko Widodo” dan “Soekarno” ketika ditanya
siapakah presiden Indonesia saat ini dan presiden Indonesia pertama. Saat pasien
diminta berhitung pengurangan 100 dengan 7, pasien dapat menjawab hingga
pengurangan sebanyak dua kali, sisanya pasien menjawab salah. Pasien dapat
menjawab perbedaan bola tenis dan buah jeruk, yaitu “Bola tenis dan buah jeruk
sama-sama bulat tapi buah jeruk dapat dimakan sedangkan bola tenis tidak.”
Pasien dapat melanjutkan peribahasa “berakit-rakit ke hulu” dengan menjawab
3

“berenang-renang ke tepian” serta mampu menyebutkan artinya yakni “bersakit-


sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”.
Pasien menceritakan awalnya pasien sempat beberapa kali melihat hal yang
tidak dapat dilihat oleh orang lain di rumah lamanya, yaitu di daerah Kampiang,
yang dimulai pada tahun 2011 saat istri pasien sedang mengandung anak
keduanya. Pasien menceritakan bahwa dirinya pernah melihat rangda yang sedang
menari dan juga kanjeng ratu yang masuk kedalam rumah lamanya. Hal tersebut
membuat pasien menjadi sangat cemas dan takut. Selain melihat hal tersebut,
pasien juga mengatakan bahwa dulu sesekali ia pernah mencium bau yang tidak
dapat dicium oleh orang lain, yaitu bau formalin, dan juga mendengar suara yang
tidak dapat didengar oleh orang lain, yaitu suara orang bernyanyi dari kamar
mandi, meskipun disana tidak sebenarnya tidak ada siapa-siapa.
Keluhan lain yang diceritakan pasien adalah dulu sering merasa curiga
istrinya berbuat hal buruk, dan takut ada hal buruk yang akan terjadi pada istrinya
dan anak-anaknya ketika berada diluar rumah. Sampai sampai pasien mengatakan
sering menghabisan banyak waktunya untuk menemani dan melihat keadaan
anaknya di sekolah. Pasien dulu juga mengeluh susah tidur pada malam hari,
karena sering terbangun di sela-sela tidurnya dan tidak dapat tidur kembali, yang
membuat pasien masih merasa lelah dan mengantuk di pagi hari. Pasien juga
menjadi pribadi yang penyendiri, kurang bersosialisasi, tidak bertenaga, sulit
konsentrasi, murung, dan cepat tersinggung dengan orang-orang disekitarnya.
Semua keluhan tersebut dimulai pada tahun 2011, menetap selama
beberapa tahun, dan menjadi semakin parah hingga menganggu aktivitas sehari-
hari pasien. Pada saat itu pasien telah berobat di psikiater di daerah Penebel yang
pasien lupa nama dokternya, rawat jalan selama kurang lebih 6 tahun. Pasien rutin
berobat ke psikiater tersebut kontrol setiap 1-3 bulan sekali, namun tidak merasa
adanya perubahan yang berarti dengan sakitnya, sampai suatu saat pasien
memutuskan untuk putus obat. Hal tersebut membuat keluhan pasien menjadi
semakin parah, dan karena itu pasien dibawa ke RSJ Bangli oleh suaminya pada
tahun 2017. Di RSJ Bangli pasien dirawat dan dilakukan observasi selama 6 hari,
lalu diperbolehkan untuk pulang dan diberikan obat untuk rawat jalan.
4

Setelah melakukan rawat jalan sekitar 3 bulan, pasien mendapat saran dari
adik iparnya yang merupakan seorang dokter umum untuk melanjutkan
pengobatannya di RSUD Wangaya Denpasar. Pada awal tahun 2018 pasien mulai
berobat ke RSUD Wangaya dan merasa cocok dengan obat yang diberikan, karena
keluhan yang dirasakannya semakin berkurang. Pasien rutin kontrol setiap 1-2
bulan sekali di RSUD Wangaya sampai sekarang, dengan dosis obat yang
diberikan semakin diturunkan karena gejala yang dirasakan pasien semakin
membaik. Selain berobat di bidang medis, pasien juga mengatakan sering
mencoba pengobatan di bidang non-medis seperti melukad, dan lebih banyak
sembahyang, yang membuat perasaan pasien lebih baik juga lebih optimis dapat
sembuh dari sakitnya.
Saat ini kondisi pasien sudah jauh lebih baik, tidak cepat tersinggung,
sudah dapat tidur dengan cukup, lebih bertenaga dan segar, namun terkadang
masih sesekali muncul perasaan curiga pada suaminya dan khawatir dengan anak-
anaknya, walaupun tidak terlalu berat dan pasien mengatakan masih dapat
mengontrolnya. Dulu pasien sempat bekerja di perusahaan swasta, pasien
mengatakan dulu bekerja dengan baik tanpa adanya keluhan, dan mulai berhenti
bekerja saat mengandung anaknya yang kedua tahun 2011. Saat ini pasien belum
ada keinginan untuk mulai bekerja lagi, karena ingin istirahat terlebih dahulu agar
tidak terlalu lelah, dan sibuk mengurus anaknya, juga menjadi ibu rumah tangga
seperti memasak, menyapu, dan mencuci pakaian. Saat ini aktivitas sosial pasien
juga menjadi lebih aktif, bersosialisasi dengan tetangga disekitar rumahnya, dan
juga lebih sering melakukan aktivitas diluar rumah.
Ketika ditanya mengenai ide bunuh diri pasien mengatakan "tidak pernah
memiliki ide bunuh diri", kemudian saya bertanya apakah pernah muncul pikiran
untuk melukai diri, pasien mengatakan tidak pernah. Ketika ditanya apakah pasien
merasa memiliki kekuatan yang tidak dimiliki manusia biasa seperti terbang atau
menyembuhkan orang, pasien menjawab tidak ada. Pasien tidak pernah merasa
pikirannya disisipi, ditarik keluar, dikendalikan atau tersiar. Pasien juga tidak
pernah merasa pikiriannya dipengaruhi atau merasa tidak berdaya karena
dikontrol orang lain.
5

Saat ini juga pasien tidak pernah melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat
oleh orang lain, mendengar suara yang tidak dapat didengar oleh orang lain,
maupun mencium bau yang tidak dapat dicium oleh orang lain lagi. Ketika
ditanya apakah pasien pernah salah melihat suatu benda dan
menginterpretasikannya sebagai benda lain seperti melihat kabel menjadi ular,
pasien menjawab tidak pernah. Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
sendiri tanpa bantuan seperti mandi dan makan namun pasien masih tanpa perlu
diingatkan oleh suaminya. Nafsu makan pasien dikatakan bagus, sehari pasien
makan 3 kali sehari, riwayat mengamuk tidak ada.
Selama wawancara pasien tampak tenang dan kooperatif terhadap
pemeriksa, pasien dalam keadaan duduk dengan tenang. Pasien menjawab setiap
pertanyaan dengan lancar, intonasi naik turun dan suara jelas. Pasien dapat
bercerita mengenai perjalanan penyakitnya, dengan baik dan runtut dengan kontak
visual dan verbal yang cukup dengan pemeriksa. Saat ini pasien sudah mengetahui
penyakitnya dan berusaha untuk menjalani pengobatan dengan baik, termasuk
kontrol teratur ke poli psikiatri RSUD Wangaya. Pasien juga mulai membuka diri
dengan orang tua dan kakak-kakak pasien apabila ada masalah dan perasaan
mengganjal, pasien berusaha untuk bercerita ke suaminya.

Heteroanamnesis (Istri Pasien)


Heteroanamnesis didapatkan dari Istri pasien yang ada di rumah saat
kunjungan. Istri pasien mengatakan bahwa memang benar semua keluhan yang
dikeluhkan oleh pasien dahulu dari melihat hal yang tidak dapat dilihat oleh orang
lain, mendengar suara yang tidak dapat didengar oleh orang lain, maupun
mencium bau yang tidak dapat dicium oleh orang lain. Suami pasien juga
mengatakan dulu istrinya sering curiga kepadanya, mudah tersinggung, lebih
banyak menghabiskan waktu untuk tidur di kamar setiap hari, jarang beraktivitas
dan bersosialisasi.
Istri pasien mengatakan bahwa suaminya adalah tipe orang yang pendiam
dan tertutup, tapi sesekali masih bisa bergaul dan mempunyai sedikit teman.
Ketika memiliki masalah pasien dikatakan cendurung memendamnya dan jarang
6

mengatakan pada dirinya maupun orang tuanya, kecuali jika masalah yang
dirasakan pasien sangat besar.
Untuk sekarang, istri pasien mengatakan kondisi suaminya sudah jauh
lebih baik, sejak memulai pengobatan di RSUD Wangaya. Pasien dikatakan
wajahnya lebih ceria, dapat beraktivitas dengan baik, lebih sering bersosialisasi,
tidak pernah mengeluh melihat, mendengar, atau mencium hal yang tidak dapat
dirasakan oleh orang lain, juga dapat tidur lebih baik dan lebih bertenaga. Saat ini
pasien hanya menkonsumsi 1 jenis obat dari poli psikiatri RSUD Wangaya yang
diminum 1 kali sehari, yaitu stelosi 5 (trifluoperazine).

Riwayat Penyakit Sebelumnya dan Riwayat Pengobatan


Awalnya pada tahun 2011, pasien memulai berobat di praktek psikiater di daerah
Penebel yang pasien lupa nama dokter dan obatnya. Pasien berobat disana kurang
lebih selama 5 tahun, dan rutin kontrol setiap 1-3 bulan sekali. Karena tidak
dirasakan adanya perubahan, pasien sempat putus obat, dan akhirnya dibawa ke
RSJ Bangli pada tahun 2017. Disana dilakukan observasi selama 6 hari, lalu
pasien diberikan obat, dan diperbolehkan untuk rawat jalan. Pada awal tahun 2018
pasien mulai menlanjutkan pengobatannya di RSUD Wangaya karena saran dari
adik iparnya yang berprofesi sebagai dokter umum. Untuk sekarang pasien masih
tetap rutin berobat ke RSUD Wangaya setiap 1-2 bulan sekali, dan keluhan yang
dirasakannya sudah semakin membaik. Pasien juga memiliki riwayat hipertensi
sejak 3 bulan yang lalu, telah berobat ke dokter umum, dan mengkonsumsi obat
anti hipertensi secara teratur sampai sekarang.

Riwayat Penggunaan NAPZA


Riwayat merokok tidak ada, alkohol tidak ada, kopi tidak ada, dan riwayat
pemakaian NAPZA juga tidak ada.
7

Riwayat Penyakit di Keluarga


Pasien dan orang tua pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
memiliki penyakit kejiwaan. Pasien mengatakan hampir semua anggota
keluarganya memiliki riwayat hipertensi. Riwayat penyakit sistemik lain dalam
keluarga seperti diabetes melitus, dan penyakit jantung disangkal oleh pasien.

Riwayat Sosial
Pasien merupakan anak ke-9 dari Sembilan orang bersaudara, ayah pasien dan ibu
pasien sudah pensiun dan tidak bekerja. Pasien mengatakan dulu sewaktu kecil
keluarganya rukun dan tidak memiliki masalah. Pasien memiliki rumah sendiri,
dan tinggal bersama suami dan 2 orang anaknya. Anak pertama pasien seorang
laki-laki berusia 19 tahun, saat ini sedang kuliah di jurusan ekonomi sambil
bekerja, sedangkan anak kedua pasien seorang perempuan berusia 7 tahun sudah
sekolah kelas 1 SD. Pasien sempat bekerja di perusahaan swasta IA Finance
sebagai karyawan, dan memutuskan untuk tidak bekerja lagi sejak tahun 2011
karena sedang mengandung anak keduanya. Pasien hanya memiliki beberapa
teman dan pasien mengatakan tidak memiliki banyak teman dekat sekarang.
Pasien merupakan orang yang pendiam, bersosialisasi ke masyarakat atau
tetangga hanya secukupnya saja.

Faktor Pencetus/Penyebab
Faktor Keluarga : tidak
Fungsi Kerja/Sosial : tidak ada
Riwayat NAPZA : merokok tidak ada, riwayat konsumsi alkohol dan kopi tidak
ada, pemakaian NAPZA tidak ada
Faktor Premorbid : ciri kepribadian skizoid
Faktor Organik : tidak ada
8

III. PEMERIKSAAN FISIK


STATUS INTERNA
Status Present:
Tekanan Darah : 150/100 mmHg
Denyut Nadi : 80x/mnt
Laju Respirasi : 20x/mnt
Temperatur Axilla : 36.5oC
Berat Badan : 95 kg
Tinggi Badan : 160 cm

Status General :
Kepala : normocephali
Mata : anemia (-/-), ikterus (-/-), reflek pupil (+/+) isokor
THT : kesan tenang
Leher : pembesaran kelenjar (-), kaku kuduk (-)
Thorak : Cor : S1 S2 normal, regular, murmur (-)
Pulmo : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan
epigastrium (-)
Ekstremitas : edema (-), hangat (+) pada ke empat ekstremitas

STATUS NEUROLOGI
- GCS E4V5M6
- Meningeal sign (kaku kuduk) : Negatif
- Tenaga : 555 555
555 555
- Tonus : N N
N N
- Tropik : N N
N N
- Reflek fisiologis : + +
+ +
9

- Reflek patologis : - -
- -
- Gerakan Involunter : Negatif

STATUS LOKALIS
Tidak ada

STATUS PSIKIATRI
- Kesan Umum : Penampilan pasien wajar, kontak verbal dan visual
dengan pemeriksa cukup
- Kesadaran : Jernih
- Sensorium dan Kognisi
 Orientasi : Baik terhadap waktu, tempat, orang
 Daya ingat : Baik
 Konsentrasi/ perhatian : Baik
 Berpikir abstrak : Baik
 Intelegensi : Sesuai tingkat pendidikan
- Mood/Afek : Eutimid/Luas - appropriate
- Proses Pikir
 Bentuk Pikir : Logis Realis (riwayat non logis-non realis)
 Arus Pikir : Koheren
 Isi Pikir : waham tidak ada, ide aneh tidak ada
(riwayat waham curiga)
- Persepsi
 Halusinasi : tidak ada (riwayat halusinasi visual,
audiotorik, dan olfactory)
 Ilusi : tidak ada
 Depersonalisasi : tidak ada
 Derealisasi : tidak ada
10

- Dorongan Instingtual
 Insomnia : tidak ada (riwayat insomnia tipe campuran)
 Hipobulia : tidak ada
 Raptus : tidak ada
- Psikomotor : Tenang
- Tilikan 6

IV. RESUME
Pasien NDPYAL, Laki-laki , 31 tahun, sudah menikah, agama Islam, suku
Jawa bangsa Indonesia, pekerjaan terakhir swasta, dan pendidikan terakhir SMA.
Berpenampilan wajar dan kontak verbal/visual dengan pemeriksa cukup. Dari
autoanamnesis, didapatkan awalnya pada tahun 2011 saat istrinya mengandung
anaknya yang kedua, pasien mulai dapat melihat hal yang tidak dapat dilihat oleh
orang lain, mendengar suara yang tidak dapat didengar oleh orang lain, maupun
mencium bau yang tidak dapat dicium oleh orang lain. Pasien juga merasa sering
merasa curiga pada istrinya, khawatir akan hal buruk terjadi pada istrinya atau
anak-anaknya, mudah tersinggung, cepat lelah, sulit tidur, dan juga kurang
bersosialisasi. Keluhan ini menetap selama beberapa tahun, dan membuat
aktivitas sehari-hari pasien terganggu.
Saat itu pasien rutin berobat ke praktik psikiatri di daerah Penebel, namun
tidak dirasakan adanya perubahan, sampa akhirnya sempat putus obat. Oleh
karena itu pasien sempat dibawa ke RSJ Bangli oleh suaminya pada tahun 2017,
disana dilakukan observasi selama 6 hari lalu pasien diperbolehkan untuk rawat
jalan. Keluhan pasien masih belum membaik, karena itu pada awal tahun 2018
pasien mulai berobat di RSUD Wangaya dan merasa cocok dengan obat yang
diberikan, keluhan pasien pun lama kelamaan semakin membaik. Saat ini pasien
masih rutin kontrol ke RSUD Wangaya setiap 1-2 bulan sekali. Perasaan pasien
saat ini dikatakan sudah jauh lebih baik, keluhannya sudah tidak ada, namum
sesekali masih muncul rasa khawatir dan curiga pada istri dan anak-anaknya
walaupun masih tidak terlalu besar, dan masih dapat dikontrol oleh pasien.
11

Dari status psikiatri didapatkan penampilan wajar, kontak verbal dan


visual cukup, kesadaran jernih, orientasi baik, konsentrasi/perhatian baik,
mood/afek eutimid/luas appropriate, bentuk pikir logis realis, arus pikir koheren,
waham tidak ada, ide aneh tidak ada, tidak terdapat halusinasi, ilusi,
depersonalisasi, atau derealisasi, insomnia raptus dan hipobulia tidak ada,
psikomotor tenang saat pemeriksaan, dan tilikan derajat 6. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan status interna dan neurologi dalam batas normal.

V. DIAGNOSIS BANDING

 Skizofrenia paranoid, remisi tak sempurna (F20.0.4)


 Gangguan waham menetap (F22.0)
 Episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3)

VI. DIAGNOSIS KERJA


Skizofrenia paranoid, remisi tak sempurna (F20.0.4)

VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Aksis I : Skizofrenia paranoid, remisi tak sempurna (F20.0.4)
Aksis II : Ciri kepribadian skizoid
Aksis III : Hipertensi
Aksis IV : Stressor belum jelas
Aksis V : GAF saat ini 90-81
GAF terbaik satu tahun terakhir 60-51

VIII. USULAN TERAPI


Non Farmakologi
- Psikoterapi supportif kepada pasien (ventilasi, persuasi dan edukasi
sleep hygiene)
- Psikoedukasi keluarga pasien
Farmakologi
- Stelosi 5 (trifluoperazine) 1 x 5 mg
12

IX. PROGNOSIS
1. Diagnosis : Skizofrenia paranoid, remisi tak sempurna
(F.20.0.4)
2. Onset : Dewasa Baik
3. Riwayat Keluarga : Tidak ada Baik
4. Dukungan Keluarga : Ada Baik
5. Perjalanan Penyakit : Tak berulang Baik
6. Ciri Kepribadian : Skizoid Buruk
7. Sosial Ekonomi : Cukup Baik
8. Status Pernikahan : Sudah menikah Baik
9. Penyakit Organik : Ada Buruk
10. Tilikan : Derajat 6 Baik
11. Respon Terhadap Terapi : Baik Baik
12. Genetik : Tidak ada Baik
13. Kepatuhan : Baik Baik

Berdasarkan beberapa kriteria tersebut di atas, pada kasus ini prognosis


penderita adalah dubius ad bonam (cenderung baik).

X. ANALISIS PSIKODINAMIKA
Genetik
Pasien mengatakan bahwa pasien dilahirkan secara normal di bidan dan
selama dalam kandungan tidak terdapat masalah. Di keluarga pasien tidak ada
yang memiliki riwayat gangguan jiwa atau gejala yang sama seperti pasien.
Riwayat hipertensi pada hampir semua anggota keluarga, riwayat penyakit
asma, diabetes mellitus, dan penyakit jantung dalam keluarga disangkal.

Pola Asuh
Pasien merupakan anak ke-9 dari 9 bersaudara, menurut pengakuan pasien
pola asuhnya sewaktu kecil tidak ada masalah. Pasien mengatakan hidup
dalam keluarga yang rukun dengan ekonomi yang cukup.
13

Ciri Kepribadian
Sejak kecil pasien merupakan anak yang pendiam, sehingga tidak banyak
mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab. Pasien merupakan
pribadi yang pendiam, dan jarang bercerita kepada orang lain termasuk kepada
suami dan keluarga jika ada masalah.

Stressor Psikososial
Stressor masih belum jelas. Pasien mengatakan keluhan halusinasi dan
perasaan curiganya tersebut muncul tiba-tiba saja tanpa ada pengaruh apapun
dari luar.

Mekanisme Pembelaan Ego


Mekanisme pembelaan ego pasien adalah represi karena pasien berusaha
sebisa mungkin memendam jika memiliki masalah ataupun bila marah.
Kecuali jika masalah tersebut terbilang besar barulah pasien akan mulai
menceritakannya pada suami pasien.
14

XI. DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai