Anda di halaman 1dari 5

PAPER KIMIA FARMASI ANALISIS 2

TUGAS PERTEMUAN MINGGU KE-9


VALIDASI METODE SPEKTROFOTOMETRI

Dosen Pengampu :
Ashfar Kurnia, M. Farm.

Disusun oleh :
Yega Segara M (27718416)

Kelas :
2FA01

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2020
PEMBAHASAN

1. Spektrofotometer
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur energi secara
relative jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, dan diemisikan sebagai fungsi
dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang di absorbsi (Khopkar, 2010)
a. Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara
radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang
sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektrofotometri ultraviolet,
cahaya tampak, infra merah dan serapan atom. Jangkauan panjang gelombang
untuk daerah ultraviolet adalah 190-380 nm, daerah cahaya tampak 380-780 nm,
daerah infra merah dekat 780-3000 nm, dan daerah infra merah 2,5-40 µm atau
4000-250 cm-1 (Ditjen POM, 2014).
Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorpsi oleh molekul organic
aromatic, molekul yang mengandung electron-π terkonjugasi dan atau atom yang
mengandung electron-n, menyebabkan transisi electron di orbital terluarnya dari
tingkat energi electron dasar ke tingkat energi electron tereksitasi lebih tinggi.
Besarnya serapan radiasi tersebut sebanding dengan banyaknya molekul analit
yang mengabsorpsi sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif
(Satiadarma, 2004).
Gugus fungsi yang menyerap radiasi di daerah ultraviolet dekat dan daerah
tampak disebut khromofor dan hamper semua khromofor mempunyai ikatan tak
jenuh.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri
ultraviolet adalah :
1) Pemilihan Panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk memperoleh
panjang gelombang serapan maksimum, dilakukan dengan membuat kurva
hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan
baku pada konsentrasi tertentu.
2) Pembuatan Kurva Kalibrasi
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai
konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi
diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi
dengan konsentrasi. Bila hokum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva kalibrasi
berupa garis lurus.
3) Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2
sampai 0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai
absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal
(Gandjar dan Rohman, 2007).

b. Validasi Metode Spektrofotometri


1) Uji Linearitas (Linearity)
Hubungan linier antara konsentrasi suatu obat (contoh : afloksasin) dengan
absorbansi ditentukan dengan membuat suatu seri pengenceran alkoaksasin
dengan 5 konsentrasi, kemudian diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer UV pada panjang gelombang maksimum.
2) Uji Ketelitian (Precision)
Penentuan nilai presisi yang dilakukan merupakan kategori keterulangan,
yaitu dengan mengamati absorbansi larutan afloksasin dengan dapar fosfat pH
3,0; 7,4; dan 12,0 pada konsentrasi yang berbeda.
Ketelitian (presisi) ditentukan berdasarkan nilai simpangan baku (SD) atau
koefisien variasi (KV).
3) Uji Ketepatan (Accuracy)
Uji ketepatan digunakan untuk menunjukkan kedekatan hasil analisis
dengan kadar analit yang sebenarnya. Uji akurasi dilakukan dengan metode
akurasi baku. Pengujian akurasi dilanjutkan dengan menggunakan sampel
afloaksasin pada konsentrasi tinggi, sedang, dan rendah sehingga dapat
diketahui ketepatan metode spektrofotometri UV pada kadar yang berbeda.
Akurasi dinyatakan sebagai persentasi perolehan kembali (% recovery).
4) Uji batas deteksi dan batas antitasi (LOD dan LOQ)
Batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) diperoleh dengan
membuat lima konsentrasi di bawah konsentrasi terkecil pada uji linearitas.
REFERENSI

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Farmakope Indonesia Edisi V. Departemen
kesehatan Republik Indonesia: Jakarta. 2014

Gandjar, I. G. dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Khopkar, S. M. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press 2010.

Sutiadarma. Analisis Struktur Organik secara Spektroskopi. Yogyakarta: UGM Press. 2004

Anda mungkin juga menyukai