Islam
Iman[tampilkan]
Ritual[tampilkan]
Denominasi[tampilkan]
Topik terkait[tampilkan]
Portal Islam
l
b
s
Ihsan (Arab: " ;احسانkesempurnaan" atau "terbaik") adalah seseorang yang menyembah Allah
seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka
orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya.
Ihsan adalah lawan dari isa'ah (berbuat kejelekan), yaitu seorang manusia mencurahkan
kebaikan dan menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain. Mencurahkan kebaikan
kepada hamba-hamba Allah dengan harta, ilmu, kedudukan dan badannya.[1]
Daftar isi
1 Redaksi haditsnya
2 Ruang lingkup
o 2.1 Ihsan di dalam beribadah kepada Allah
o 2.2 Ihsan kepada makhluk ciptaan Allah
3 Sebagai kata serapan
4 Lihat juga
5 Referensi
Redaksi haditsnya
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Hadits Jibril
Hadits yang berkenaan tentang ihsan dikeluarkan di dalam Shahih Muslim dari Umar bin
Khattab dan dua riwayat dari Abu Hurairah pada Shahihain. Bunyi teks berdasarkan hadist
riwayat Muslim dari Abu Hurairah adalah:
Dari Abu Hurairah, ia berkata: "Pada suatu hari, rasulullah muncul di antara kaum
muslimin. Lalu datang seseorang dan berkata: 'Wahai rasulullah, apakah Iman itu?'
Rasulullah bersabda: 'Yaitu engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-
Nya, pertemuan dengan-Nya, para utusan-Nya, dan beriman kepada Hari Kebangkitan akhir'.
Orang itu bertanya lagi: 'Wahai rasulullah, apakah Islam itu?' Rasulullah bersabda: 'Islam,
yaitu engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun,
mendirikan salat fardhu, memberikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Ramadhan'.
Orang itu kembali bertanya: 'Wahai rasulullah, apakah Ihsan itu?' Rasulullah bersabda:
'Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak
mampu melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia selalu melihatmu'.
Orang itu bertanya lagi: 'Wahai rasulullah, kapankah Hari Kiamat itu?' Rasulullah
bersabda: 'Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang menanya. Apabila ada budak
perempuan melahirkan majikannya, maka itulah satu di antara tandanya. Apabila ada orang
yang semula miskin menjadi pimpinan manusia, maka itu termasuk di antara tandanya.
Apabila orang-orang yang tadinya menggembalakan ternak saling berlomba memperindah
bangunan, maka itu termasuk di antara tandanya. Ada lima hal yang hanya diketahui oleh
Allah'.
Kemudian rasulullah membaca surat Luqman ayat 34: "Sesungguhnya Allah, hanya pada
sisi-Nya saja lah pengetahuan tentang Hari Kiamat dan Dia lah yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada di dalam rahim, dan tiada seorang pun dapat mengetahui (dengan
pasti) apa yang akan diusahakannya besok, dan tiada seorang pun dapat mengetahui di bumi
mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".
Kemudian orang itu berlalu. Lalu rasulullah bersabda: 'Panggillah orang itu kembali!'.
Para sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat sesuatu pun.
Maka rasulullah bersabda: 'Itu tadi adalah Jibril, yang datang untuk mengajarkan kepada
manusia tentang agama mereka'."
Ruang lingkup
Ihsan terbagi menjadi dua macam:
1. Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, ini adalah ibadah dari
seseorang yang mengharapkan rahmat dan ampunan-Nya. Nama lain dari perbuatan ini
disebut Maqam al-Musyahadah ()مقام المشاهدة.[3] Dan keadaan ini merupakan tingkatan ihsan
yang paling tinggi, karena dia berangkat dari sikap membutuhkan, harapan dan kerinduan.
Dia menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya. Sikap seperti ini membuat hatinya
terang-benderang dengan cahaya iman dan merefleksikan pengetahuan hati menjadi ilmu
pengetahuan, sehingga yang abstrak menjadi nyata. [3]
1. Jika kamu tidak mampu beribadah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka sesungguhnya
Dia melihatmu, dan ini ibadah dari seseorang yang lari dari adzab dan siksanya. Dan hal ini
lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, karena sikap ihsannya didorong
dari rasa diawasi, takut akan hukuman. Sehingga, dari sini, ulama salaf berpendapat bahwa,
"Barangsiaa yang beramal atas dasar melihat Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka dia seorang
yang arif, sedang siapapun yang bermal karena merasa diawasi Allah Subhanahu wa Ta'ala,
maka dia seorang yang ikhlas (mukhlis)."[3]
Maka suatu ibadah dibangun atas dua hal ini, puncak kecintaan dan kerendahan, maka
pelakunya akan menjadi orang yang ikhlas kepada Allah. Dengan ibadah yang seperti itu
seseorang tidak akan bermaksud supaya di lihat orang (riya'), di dengar orang (sum'ah)
maupun menginginkan pujian dari orang atas ibadahnya tersebut. Tidak peduli ibadahnya itu
tampak oleh orang maupun tidak diketahui orang, sama saja kualitas kebagusan ibadahnya.
Muhsinin (seseorang yang berbuat ihsan) akan selalu membaguskan ibadahnya disetiap
keadaan.
Ihsan kepada makhluk ciptaan Allah
Berbuat ihsan kepada makhluk ciptaan Allah dalam empat hal, yaitu[4]:
Harta
Yaitu dengan cara berinfak, bersedekah dan mengeluarkan zakat. Jenis perbuatan ihsan
dengan harta yang paling mulia adalah mengeluarkan zakat karena dia termasuk di dalam
Rukun Islam. Kemudian juga nafkah yang wajib diberikan kepada orang-orang yang menjadi
tanggung jawabnya seperti istri, anak, orang-tua, dll. Kemudian sedekah bagi orang miskin
dan orang yang membutuhkan lainnya.
Kedudukan
Manusia itu bertingkat-tingkat jabatannya. Sehingga apabila dia memiliki kedudukan yang
berwenang maka digunakannya untuk membantu orang lain dalam hal menolak bahaya
ataupun memberikan manfaat kepada orang lain dengan kekusaannya tersebut.
Ilmu
Yakni memberikan ilmu bermanfaat yang diketahuinya kepada orang lain, dengan cara
mengajarkannya.
Badan
Lihat juga
Etika Islam
Referensi
Catatan kaki
Bibliografi
AN-NAJAR, KHALID SA'AD (2014). "Berbuat Baik, Ibadahnya Orang-orang Shaleh". Qiblati.
Malang: CV Media Citra Qiblati. 9 (3): 40 – 44. ISSN 1907-0039.
Sunarto, Ahmad. Terjemah Hadits Shahih Muslim (Kitab Iman: Iman, Islam dan Ihsan).
Penerbit Husaini, Bandung, 2002.
Artikel bertopik Islam ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan
mengembangkannya.
Rukun Islam
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Rukun Islam (Arab: أركان اإلسالمarkān al-Islām; atau أركان الدينarkān al-dīn; "pilar-
pilar agama") adalah lima tindakan dasar dalam Islam, dianggap sebagai pondasi
wajib bagi orang-orang beriman dan merupakan dasar dari kehidupan Muslim.
Kesemua rukun-rukun itu terdapat pada hadits Jibril.[1]
Syahadat
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Syahadat
Rukun pertama : Bersaksi tidak ada ilah yang berhak disembah secara hak
melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
Yaitu; tidak ada yang berhak diibadahi secara haq di bumi maupun di langit
melainkan Allah semata. Dialah ilah yang haq sedang ilah (sesembahan) selain-
Nya adalah batil. Sedang Ilah maknanya ma’bud (yang diibadahi). Artinya secara
harfiah adalah: "Tiada Tuhan selain Allah"
Orang yang beribadah kepada selain Allah adalah kafir dan musyrik
terhadap Allah sekalipun yang dia sembah itu seorang nabi atau wali.
Sekalipun ia beralasan supaya bisa mendekatkan diri kepada Allah ta’ala
dan bertawasul kepadanya. Sebab orang-orang musyrik yang dulu
menyelisihi Rasul, mereka tidak menyembah para nabi dan wali dan orang
soleh melainkan dengan memakai alasan ini. Akan tetapi itu merupakan
alasan batil lagi tertolak. Sebab mendekatkan diri kepada Allah ta’ala dan
bertawasul kepada-Nya tidak boleh dengan cara menyelewengkan ibadah
kepada selain Allah. Melainkan hanya dengan menggunakan nama-nama dan
sifat-Nya, dengan perantaraan amal sholeh yang diperintahkan-Nya
seperti salat, shodaqah, zikir, puasa, jihad, haji, bakti kepada orang tua
serta lainnya, demikian pula dengan perantara doanya seorang mukmin yang
masih hidup dan hadir dihadapannya ketika mendoakan.
“
Berdoalah kepada-Ku, niscaya Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (yakni
berdoa kepada selain-Ku) akan masuk neraka dalam keadaan hina dina
(Al Mukmin : 60) ”
Allah ta’ala berfirman mengabarkan bahwa semua yang diseru selain Allah tidak
memiliki manfaat atau madhorot untuk seorangpun sekalipun yang diseru itu nabi-
nabi atau para wali.
“
Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami
”
memohon pertolongan (Al Fatihah:4)
“
Katakanlah: Aku berlindung kepada Robb Yang Menguasai Subuh, dari
”
kejahatan makhluk-Nya (Al Falaq:1-2)
Manusia tidak boleh bertawakal selain kepada Allah, tidak boleh berharap
selain kepada Allah, dan tidak boleh khusyu' melainkan kepada Allah
semata.
Bentuk menyekutukan Allah di antaranya berdoa kepada selain Allah baik
berupa orang-orang yang masih hidup lagi diagungkan atau kepada penghuni
kubur. Melakukan thowaf di kuburan mereka dan meminta dipenuhi
hajatnya kepada mereka. Ini merupakan bentuk peribadatan kepada selain
Allah di mana pelakunya bukan lagi disebut sebagai seorang muslim
sekalipun mengaku Islam, mengucapkan la ila illallah Muhammad rasulullah,
mengerjakan salat, berpuasa dan bahkan haji ke baitullah.
”
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah (Al Hasyr:7)
“
Maka demi Robbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati
mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuh hati (An Nisa’:65) ”
Makna kedua ayat :
“
Barangsiapa mengerjakan suatu amal yang tidak ada contohnya dari
”
urusan kami maka ia tertolak. Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya
Amalan yang dianggap termasuk agama namun tidak ada contohnya dari Rasul
dikenal dengan istilah bid'ah.
Shalat
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Shalat
Shalat lima waktu sehari semalam yang Allah syariatkan untuk menjadi sarana
interaksi antara Allah dengan seorang muslim di mana ia bermunajat dan berdoa
kepada-Nya. Juga untuk menjadi sarana pencegah bagi seorang muslim dari
perbuatan keji dan mungkar sehingga ia memperoleh kedamaian jiwa dan badan
yang dapat membahagiakannya di dunia dan akhirat.
Allah mensyariatkan dalam shalat, suci badan, pakaian, dan tempat yang
digunakan untuk shalat. Maka seorang muslim membersihkan diri dengan air suci
dari semua barang najis seperti air kecil dan besar dalam rangka menyucikan
badannya dari najis lahir dan hatinya dari najis batin.
Shalat merupakan tiang agama. Ia sebagai rukun terpenting Islam setelah dua
kalimat syahadat. Seorang muslim wajib memeliharanya semenjak usia baligh
(dewasa) hingga mati. Ia wajib memerintahkannya kepada keluarga dan anak-
anaknya semenjak usia tujuh tahun dalam rangka membiasakannya. Allah ta’ala
berfirman:
Shalat wajib bagi seorang muslim dalam kondisi apapun hingga pada kondisi
ketakutan dan sakit. Ia menjalankan Shalatsesuai kemampuannya baik dalam
keadaan berdiri, duduk maupun berbaring hingga sekalipun tidak mampu kecuali
sekedar dengan isyarat mata atau hatinya maka ia mengkhabarkan bahwa orang
yangboleh Shalatdengan isyarat. Rasul meninggalkan Shalatitu bukanlah
seorang muslim entah laki atau perempuan. Ia bersabda :
Shalat lima waktu itu adalah Shalat Shubuh, Shalat Dhuhur, Shalat Ashar,
Shalat Maghrib dan Shalat Isya’.
Waktu Shalat Shubuh dimulai dari munculnya mentari pagi di Timur dan berakhir
saat terbit matahari. Tidak boleh menunda sampai akhir waktunya. Waktu Shalat
Dhuhur dimulai dari condongnya matahari hingga sesuatu sepanjang bayang-
bayangnya. Waktu Shalat Ashar dimulai setelah habisnya waktu Shalat Dhuhur
hingga matahari menguning dan tidak boleh menundanya hingga akhir waktu. Akan
tetapi ditunaikan selama matahari masih putih cerah. Waktu Maghrib dimulai
setelah terbenamnya matahari dan berakhir dengan lenyapnya senja merah dan
tidak boleh ditunda hingga akhir waktunya. Sedang waktu ShalatIsya’ dimulai
setelah habisnya waktu maghrib hingga akhir malam dan tidak boleh ditunda
setelah itu.
Puasa pada bulan Ramadan yaitu bulan kesembilan dari bulan hijriyah.
Sifat puasa:
Zakat
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Zakat
Allah telah memerintahkan setiap muslim yang memilki harta mencapai nisab
untuk mengeluarkan zakat hartanya setiap tahun. Ia berikan kepada yang berhak
menerima dari kalangan fakir serta selain mereka yang zakat boleh diserahkan
kepada mereka sebagaimana telah diterangkan dalam Al Qur’an.
Nishab emas sebanyak 20 mitsqal. Nishab perak sebanyak 200 dirham atau mata
uang kertas yang senilai itu. Barang-barang dagangan dengan segala macam jika
nilainya telah mencapai nishab wajib pemiliknya mengeluarkan zakatnya manakala
telah berlalu setahun. Nishab biji-bijian dan buah-buahan 300 sha’. Rumah siap
jual dikeluarkan zakat nilainya. Sedang rumah siap sewa saja dikeluarkan zakat
upahnya. Kadar zakat pada emas, perak dan barang-barang dagangan 2,5 % setiap
tahunnya. Pada biji-bijian dan buah-buahan 10 % dari yang diairi tanpa kesulitan
seperti yang diairi dengan air sungai, mata air yang mengalir atau hujan. Sedang
5 % pada biji-bijian yang diairi dengan susah seperti yang diairi dengan alat
penimba air.
Haji
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Haji
Rukun Islam kelima adalah haji (ziarah) ke Baitullah Mekkah sekali seumur hidup.
Adapun lebihnya maka merupakan sunnah. Dalam ibadah haji terdapat manfaat
tak terhingga :
1. Pertama, haji merupakan bentuk ibadah kepada Allah ta’ala dengan ruh,
badan dan harta.
2. Kedua, ketika haji kaum muslimin dari segala penjuru dapat berkumpul dan
bertemu di satu tempat. Mereka mengenakan satu pakaian dan menyembah
satu Robb dalam satu waktu. Tidak ada perbedaan antara pemimpin dan
yang dipimpin, kaya maupun miskin, kulit putih maupun kulit hitam. Semua
merupakan makhluk dan hamba Allah. Sehingga kaum muslimin dapat
bertaaruf (saling kenal) dan taawun (saling tolong menolong). Mereka
sama-sama mengingat pada hari Allah membangkitkan mereka semuanya
dan mengumpulkan mereka dalam satu tempat untuk diadakan hisab
(penghitungan amal) sehingga mereka mengadakan persiapan untuk
kehidupan setelah mati dengan mengerjakan ketaatan kepada Allah ta’ala.
Bacaan lanjutan
Syarah Arba’in An Nawawiyah, Syaikh Shalih bin Abdil ‘Aziiz Alu Syaikh
Taisir Wushul Ilaa Nailil Ma’mul bi Syarhi Tsalatsatil Ushul, Syaikh
Nu’man bin Abdil Kariim Al Watr
Al Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil ‘Aziiz Syaikh Abdul ‘azhim Badawi
Syarah Aqidah al Wasithiyyah (Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin)