Anda di halaman 1dari 14

REVISI

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I


Topik : Topik 2 : Setting Time Bahan Cetak Alginat
Berdasarkan Variasi Suhu Air
Kelompok : C8
Tanggal Praktikum : 15 Maret 2018
Pembimbing : Titien Hary Agustantina, drg., MKes.

Penyusun :
No Nama NIM
1. DistiAyulita 021711133142
2. Rindu Damayanti 021711133143
3. Aditya Anugrah 021711133144

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
REVISI

I. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan praktikum “Setting Time
Berdasarkan Variasi Suhu Air” adalah mahasiswa mampu melakukan
manipulasi terhadap material cetak alginat serta membedakan pengaruh
suhu air terhadap setting time dengan tepat.

II. CARA KERJA


2.1 Bahan :
a. Air (suhu 15°C, 20°C, dan 28,9°C)
b. Bubuk Alginat (Merk Tulip yang diproduksi oleh Pabrik Cavex di
Belanda)

A. B.
Gambar 1. Bahan Praktikum. A. Air. B. Bubuk Alginat

2.2 Alat :
a. Mangkuk karet / bowl
b. Spatula
c. Gelas ukur 25 ml
d. Stopwatch
e. Timbangan digital
f. Cetakan bentuk cincin dari paralon diameter dalam 3 cm dan tinggi
16 mm
g. Alat uji setting time berupa batang akrilik diameter 6 mm, Panjang
10 cm
REVISI

h. Lempeng kaca
i. Termometer digital
j. Wadah untuk menimbang alginat
k. Sendok kecil (warna hijau) dan sendok bebek (warna putih)
l. Gelas ukur cavex (dari pabrik)
m. Sendok cavex (dari pabrik)
n. Kain putih 60 cm x 40 cm

A. B. C.

D. E. F.

G. H. I.

J. K. L.

2
REVISI

M. N.
Gambar 2. Alat Praktikum. A. Mangkuk karet. B. Spatula. C. Gelas
ukur 25ml. D. Stopwatch. E. Timbangan digital. F.
Cetakan berbentuk cincin. G. Batang akrilik. H. Lempeng
kaca. I. Termometer digital. J. Wadah untuk tempat
alginate. K. Sendok kecil dan sendok bebek. L. Sendok
takar (cavex). M. Gelas ukur (cavex). N. Kain putih
2.3 Cara Kerja
a. Kain putih dibentangkan diatas meja praktikum.
b. Alat dan bahan untuk praktikum disiapkan di atas kain putih.
c. Cetakan alginat berbentuk cincin dari paralon diletakkan diatas
lempeng kaca.
d. Timbangan digital disiapkan dengan melihat secara tegak lurus
terhadap indikator. Apabila gelembung udara pada indikator tepat
berada di tengah lingkarang berwarna merah maka timbangan telah
dalam keadaan yang seimbang.
e. Wadah untuk tempat bubuk alginat diletakkan di atas timbangan
dan dipastikan bahwa timbangan berada dalam keadaan 0 gram.
f. Bubuk alginat yang berada di dalam container dikocok dahulu
sebelum digunakan agar bubuk alginate tidak menggumpal.
g. Bubuk alginat diambil menggunakan sendok cavex secara ringan,
kemudian diratakan menggunakan bagian punggung spatula
(bagian yang lurus) dalam keadaan spatula tegak.
h. Wadah untuk tempat bubuk alginat diambil, lalu bubuk alginat
yang telah diambil dituangkan pada wadah.
REVISI

i. Wadah diletakkan kembali di atas timbangan, kemudian bubuk


alginat ditimbang sebanyak 7,03 gram (sesuai aturan pabrik).
j. Air dengan suhu 28,9°C dituangkan pada gelas ukur cavex
sebanyak 1 level / 1 bidang air, kemudian air diukur dengan
menggunakan gelas ukur 25 ml agar jumlah air akurat sebanyak
15,3 ml (sesuai aturan pabrik).
k. Air yang telah dukur dituangkan pada mangkuk karet, dilanjutkan
dengan bubuk alginat dituang. Perhitungan setting time dengan
stopwatch dimulai saat bubuk telah dimasukkan pada mangkuk
karet yang berisi air.
l. Air dan bubuk alginat dicampur dengan menggunakan spatula.
Pengadukan dilakukan menyerupai angka (figure-8-motion)
membentuk putaran 180° intermitten. Pengadukan alginat tersebut
dilakukan sambil menekan adonan alginat pada dinding mangkuk
karet sampai halus dan homogen selama 30 detik.
m. Adonan alginat yang telah halus dan homogen dimasukkan pada
cetakan berbentuk cincin yang telah disiapkan diatas lempeng kaca.
Adonan alginat dipadatkan dan diratakan menggunakan spatula.
n. Sisa adonan alginat yang masih di mangkuk karet digunakan untuk
menguji adonan alginat tersebut hampir setting sebelum menguji
adonan alginat yang berada di cetakan berbentuk cincin dengan
cara menekan ujung batang akrilik pada adonan sisa. Ujung alat uji
tersebut dibersihkan dengan usapan kain tissue jika masih ada
adonan alginate yang melekat pada batang akrilik. Apabila
pengujian adonan alginat sisa pada mangkuk karet dengan batang
akrilik tidak terlalu meninggalkan bekas (hampir mendekati
setting), maka pengujian berpindah dari sisa adonan alginat pada
mangkuk karet ke adonan alginat pada cetakan berbentuk cincin.
o. Ujung alat uji setting time disentuhkan pada permukaan adonan
alginat pada cetakan berbentuk cincin, kemudian diangkat dengan
cepat. Tahap ini diulang dalam interval 5 detik hingga tidak tampak

4
REVISI

bekas tekanan dari ujung alat uji. Penekanan tersebut tidak boleh
dilakukan pada tempat yang sama.
p. Stopwatch dihentikan saat sudah tidak ada bekas tekanan pada hasil
cetakan alginat
q. Waktu setting time dicatat
r. Tahap pengerjaan praktikum ini diulang dengan menggunakan air
yang memiliki suhu kamar 20°C dan suhu hangat 15°C

III. HASIL PRAKTIKUM

Gambar 3. Hasil Cetakan Alginat

Tabel 1. Setting time bubuk alginat yang dimanipulasi oleh suhu air lebih
hangat (28,9oC)

Percobaan ke- Bubuk Air Setting time


1 7,03 gram 15,3 mL 2 menit 15 detik
2 7,03 gram 15,3 mL 2 menit 10 detik
Rata-rata 2 menit 12,5 detik

Tabel 2. Setting time bubuk alginat yang dimanipulasi oleh suhu air standar
pabrik (20oC)
REVISI

Percobaan ke- Bubuk Air Setting time


1 7,03 gram 15,3 mL 3 menit 45 detik
2 7,03 gram 15,3 mL 3 menit 15 detik
Rata-rata 3 menit 30detik

Tabel 3. Setting time bubuk alginat yang dimanipulasi oleh suhu air lebih
dingin (15oC)
Percobaan ke- Bubuk Air Setting time
1 7,03 gram 15,3 mL 3 menit 50 detik
2 7,03 gram 15,3 mL 4 menit 30 detik
Rata-rata 4 menit 10 detik

IV. TINJAUAN PUSTAKA


4.1 Material Cetak
Material cetak dapat digolongkan berdasarkan komposisi,
mekanisme pengerasan, sifat mekanis, dan aplikasinya. Material dibagi
menjadi material cetak elastis dan non elastis (Anusavice, Shen, &
Rawls, 2013). Sebelum material cetak setting yang biasa digunakan
untuk membagi karakteristik dari material cetak adalah viskositas
(McCabe dan Walls, 2008).
Material cetak terbagi menjadi dua yaitu material cetak elastis dan
non-elastis dengan mempunyai mekanisme setting material cetak
terbagi menjadi dua: reversible dan irreversible. Irreversible berarti
reaksi kimia dari material cetak tidak dapat kembali pada bentuk
sebelum setting. Sebaliknya, material reversible dapat kembali ke
bentuk asal seperti sebelum setting dengan mekanisme melunak ketika
dipanaskan dan mengeras ketika didinginkan (Anusavice et al, 2013).

4.2 Alginat

6
REVISI

Material cetak elastis terbagi menjadi dua, yaitu hidrokoloid dan


elastomer. Alginat termasuk kedalam material cetak elastis hidrokoloid
dengan kemampuan mekanisme setting irreversible karena substansi
dasarnya berupa koloid yang direaksikan dengan air sebagai medium
pendispersi, serta tidak dapat kembali menjadi wujud semula ketika
sudah setting. Material cetak alginat bersifat viskositas rendah karena
material cetak ini mampu menyerap air dan dapat mengalir dengan
baik dalam rongga mulut (Sakaguchi and Powers, 2012).

4.3 Komposisi Bahan Cetak Alginat


Bahan cetak alginat diekstrak dari rumput laut coklat yang
merupakan kopolimer linier dari asam β-D-mannuronic dan α-L-
guluronic acid. Alginat memiliki struktur blok yang bervariasi secara
signifikan. Alginat yang memiliki kadar asam guluronat yang lebih
tinggi menunjukkan interaksi yang lebih kuat dengan kalsium, sehingga
menghasilkan kekuatan gel yang lebih besar (Anusavice et al, 2013).

Tabel 1. Komposisi bubuk material cetak alginat (Mc. Cabe dan Walls, 2008).

Material Jumlah (%) Fungsi


Komponen reaktif utama,
Garam sodium atau
membentuk sol dengan air
potassium dari 11-16
dan menjadi berikatan
asam alginat
silang membentuk gel
Sumber ion Ca2+ yang
CaSO4.2H2O
11-17 menyebabkan ikatan
(gipsum)
silang dalam rantai alginat
Na3PO4 1-3 Mengontrol waktu kerja
Material pengisi yang
lemah – misalnya Memberikan “body” dan
65-75
diatomaceous mempermudah manipulasi
earth
REVISI

Memberikan perubahan warna


Indikator reaksi (pada
pada saat terjadi
beberapa produk)
pengerasan sempurna

4.4 Proses Gelasi


Reaksi perubahaan dari sol menjadi gel dapat dideskripsikan
sebagai reaksi alginate dengan ion kalsium dari kalsium sulfat dan
kalsium alginate yang tidak larut air. Dilihat dari strukturnya, ion
kalsium menggantikan ion kalium atau natrium yang berdekatan untuk
membuat molekul yang lebih kompleks. Ini membuat ion kalsium
bereaksi dengan ion fosfat sebelum bereaksi dengan alginate sehingga
working time bisa bertambah Panjang. Jumlah retarder disesuaikan
untuk medapatkan working time yang tepat. Reaksi dari pembuatan
kalsium alginate sangat cepat sehingga working time nya pendek.
Maka ditambahkan garam fosfat seperti trisodium fosfat sebagai
retarder untuk menambah working time (Anusavice et al, 2013).

4.5 Manipulasi
Sesuai dengan standar pabrik. bubuk alginat diambil dan
dikeluarkan menggunakan sendok takar dari pabrik (cavex). Gelas
ukur digunakan untuk mengukur volume air yang dibutuhkan sesuai
dengan rasio bubuk:air yang yang dianjurkan oleh pabrik (cavex).
Saat manipulasi alginat, rasio bubuk dan air yang digunakan sangat
penting. Bubuk yang telah ditakar dimasukkan perlahan-lahan kedalam
bowl bersih yang telah terisi air. Bubuk dan air yang telah tercampur
diaduk menggunakan spatula metal atau plastic yang fleksibel yang
dapat menyentuh dinding bowl dengan baik. Jika bubuk alginate
dimasukkan ke dalam bowl terlebih dahulu, penetrasi air ke bagian
bawah bowl akan terganggu dan menyebabkan mixing time lebih lama
dan harus lebih memperhatikan adonan agar dapat homogen. Dalam
mencampur bubuk alginate dan air harus sangat diperhatikan agar

8
REVISI

tidak ada udara yang terjebak dalam adonan. Teknik pengadukan


menyerupai angka delapan adalah teknik yang paling baik dalam
mengaduk alginate. Gerakan yang ditekan ke sisi bowl membuat tidak
adanya udara yang terjebak dalam adonan. Seluruh bubuk yang telah
ditakar harus dimasukkan semua ke dalam air (Anusavice et al, 2013).
Pada umumnya waktu yang diperlukan untuk mengaduk hingga
halus dan homogen adalah 45 detik sampai satu menit bukanlah hal
yang pasti namun tergantung dari merk dan tipe dari alginat (fast
setting atau regular setting). Intruksi dari pabrik yang dicantumkan
pada kemasan alginat harus dibaca dengan baik dan proses manipulasi
dilakukan secara sesuai mixing time, working time, dan setting time
yang tercantum. Pengadukan juga bisa dilakukan dengan mesin yang
sesuai untuk alginat antara lain rotating mixing bowl, mechanical
mixer dengan timer, vacuum mixer, dan dynamic mixer. Keuntungan
menggunakan mesin pengaduk adalah kenyamanan, kecepatan, dan
mengurangi kesalahan yang dilakukan oleh orang yang mengaduk
adonan alginate (Anusavice et al, 2013).
Pengadukan menggunakan spatula dengan cepat diperlukan untuk
membuat adonan yang menyeluruh agar halus dan homogen. Adonan
alginat ini digunakan dalam sendok cetak (tray) atau individual tray
lalu dicetakkan ke mulut pasien untuk mencetak bentuk mukosa mulut
pasien dan menghasilkan cetakan negatif dari mulut pasien. (Mc. Cabe
dan Walls, 2008).

4.6 Sifat Alginat


Material cetak alginat memiliki viskositas atau tingkat kekentalan
yang rendah, namun hal ini tergantung pada material pada bubuk
alginat bersifat kuat atau lemah sesuai dengan pabrik yang
memproduksi. Viskositas yang rendah menjadikan material cetak
alginat dikategorikan sebagai material cetak mukostatik (pencetakan
REVISI

tanpa tekanan). Namun dalam proses pencetakan, viskositas redah


bersifat tidak menguntungkan, misalnya pada saat mencoba mencetak
kedalaman sulkus lingual. Viskositas yang lebih tinggi dibutuhkan
untuk menggeser jaringan lunak lingual supaya seluruh kedalaman
dapat tercetak. Dari deskripsi reaksi setting dapat terlihat bahwa
material alginat ini mengalami periode induksi setelah pencampuran,
selama viskositas material tidak berubah. Keadaan ini diikuti dengan
setting yang cepat. Karateristik setting dari alginat ini, bersifat
mendekati persyaratan ideal masa kerja yang sesuai, yang mempunyai
setting time yang cepat. Karateristik setting kemudian dapat ditentukan
oleh operator dengan menetapkan suhu air yang digunakan.
Penggunaan air dengan suhu lebih hangat dapat menurunkan
working time dan setting time dengan cara meningkatkan kecepatan
penggunaan sodium fosfat serta dengan meningkatkan kecepatan
reaksi ikatan silang. Penggunaan air dingin menimbulkan efek
sebaliknya. Gel alginat mempunyai sifat mekanikal buruk dan mudah
robek pada penglepasan yang melalui area dengan undercut dalam,
terutama di area interproksimal dan sub gingival (Mc. Cabe dan
Walls, 2008).

4.7 Teori Tumbukan


Pada teori tumbukan, apabila suhu zat dinaikkan, maka energi
kinetik partikel-partikel akan bertambah sehingga tumbukan
antarpartikel akan mempunyai energi yang cukup untuk melampaui
energi pengaktifan. Hal ini akan menyebabkan lebih banyak terjadi
tumbukan yang efektif dan menghasilkan laju reaksi yang lebih cepat
(Premono et al., 2009).

10
REVISI

Gambar 4. (a) tumbukan antar partikel pada suhu rendah, (b) tumbukan antarpartikel pada
suhu tinggi

V. PEMBAHASAN
Bahan cetak alginat memiliki setting time yang berbeda, hal ini
tergantung pada pabrik yang memproduksi bahan cetak alginat tersebut.
Pada praktikum ini menggunakan bahan cetak alginat dengan tipe regular
set yang memiliki setting time 3 menit. Dalam kemasan bahan cetak
alginat, tertera bahwa dalam melakukan praktikum jumlah takaran air dan
bubuk alginat yang digunakan adalah sebesar 50 ml air dan 23 gram bubuk
alginate. Namun dalam praktikum yang kami lakukan, jumlah takaran air
dan bubuk yang digunakan adalah sebesar 15,3 ml air dan 7,03 gram
bubuk alginat. Alginat dapat dimanipulasi dengan dua cara yaitu cara
pengadukan dan variasi suhu air. Dalam praktikum ini, cara pengadukan
alginat yang kami gunakan adalah figure-8-motion atau cara pengadukan
menyerupai angka 8 dengan 180° intermitten.
Percobaan pertama dilakukan manipulasi bubuk alginat dengan air
bersuhu lebih hangat yaitu 28,9°C, percobaan kedua bubuk alginat
dimanipulasi dengan air bersuhu normal (sesuai aturan pabrik) yaitu 20°C,
dan percobaan ketiga bubuk alginat dimanipulasi dengan air bersuhu lebih
dingin yaitu 15°C. Bubuk alginat yang dimanipulasi dengan air bersuhu
lebih hangat memiliki setting time yang lebih cepat dibandingan setting
time bubuk alginat yang dimanipulasi dengan air bersuhu normal (sesuai
aturan pabrik). Hal ini dikarenakan dengan air bersuhu yang lebih hangat,
maka akan ada energi yang menyebabkan molekul bergerak dan
REVISI

bertumbukkan lebih cepat sehingga laju reaksi menjadi lebih cepat. Namun
apabila bubuk alginat dimanipulasi dengan air bersuhu lebih dingin
memiliki setting time yang lebih lambat dibandingkan setting time bubuk
alginat yang dimanipulasi dengan air bersuhu normal (sesuai aturan
pabrik). Hal ini dikarenakan dengan air bersuhu lebih dingin, maka tidak
ada energi yang yang bertambah pada molekul sehingga pergerakkan
molekul menjadi lebih lambat yang mengakibatkan laju reaksi menjadi
lebih lambat.
Dari praktikum ini, terdapat selisih setting time meskipun bubuk
alginat dimanipulasi dengan air yang bersuhu sama. Misalnya pada
percobaan pertama dan percobaan kedua proses manipulasi bubuk alginat
dan air bersuhu lebih dingin, dalam praktikum ini terdapat selisih setting
time sebesar 40 detik. Perbedaan selisih ini dapat terjadi karena
keterampilan orang yang mengaduk berbeda satu dengan yang lainnya
sehingga hasil adonan alginat berbeda (kurang halus dan homogen) akibat
kurang rata dan luas bidang penekanan alginat oleh spatula pada dinding
mangkuk karet. Faktor lainnya adalah kekuatan penekanan yang berbeda
dalam pengujian batang akrilik pada alginate. Selain itu, perbedaan
pengamatan hilangnya bekas batang akrilik pada alginate karena setiap
orang memiliki batas pandangan yang berbeda.

VI. SIMPULAN
Material cetak alginat dimanipulasi dengan air bersuhu hangat
(28,9°C) membuat setting time lebih cepat dibandingkan dengan
material cetak alginat yang dimanipulasi dengan air bersuhu yang
dianjurkan pabrik (20°C). Jika material cetak alginat dimanipulasi
dengan air bersuhu dingin (15°C) membuat setting time lebih lambat
dibandingkan dengan material cetak alginat yang dimanipulasi dengan
air bersuhu yang dianjurkan pabrik (20°C).

VII. DAFTAR PUSTAKA

12
REVISI

Anusavice, KJ, Shen, C & Rawls.HR. 2013.Phillip’s science of dental


material.12th edn. Saunders Elsevier, Missouri. pp. 172-173.
McCabe, JF, & Walls, AWG. 2008. Applied dental materials, 9thed,
Blackwell Publishing, p.170.
Premono S, Wardani A, & Hidayati N. 2009. Kimia SMA/MA Kelas
XI. Jakarta Pusat : Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional,
p. 77-82

Anda mungkin juga menyukai