Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang di butuhkan oleh manusia
dalam mempertahanankan keseimbangan fisiologi maupun psikologi. Salah satunya
adalah kebutuhan oksigen. Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali
bernapas. (Wartonah Tarwanto, 2006)
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam
tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh. Kekurangan
oksigan bisa menyebabkan hal yangat berarti bagi tubuh, salah satunya adalah kematian.
Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk mejamin pemenuhan kebutuhan
oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanannya pemenuhan
kebutuhan oksigen merupakan tugas perawat tersendiri, oleh karena itu setiap perawat
harus paham dengan manisfestasi tingkat pemenuhan oksigen pada klienya serta mampu
mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan tesebut. Oleh
karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital
bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan
secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari
terhadap pentingnya oksigen. Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-
biasa saja. Banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan.  Pada
kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana definisi dari oksigenasi ?
2. Bagaimana cara memposisikan Fowler?
3. Bagaimana cara memberikan oksigen simple mask ?
4. Bagaimana cara melatih nafas dalam ?
1
5. Bagaimana cara melatih batuk efektif ?
6. Bagaimana cara postural drainage ?
7. Bagaimana cara melakukan pengisapan lendir ?
8. Bagaimana memasang dan memonitor oksigen ?
9. Bagaimana memberikan obat sesuai program ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana definisi dari oksigenasi
2. Untuk mengetahui bagaimana cara memposisikan Fowler
3. Untuk mengetahui bagaimana cara memberikan oksigen simple mask
4. Untuk mngetahui bagaimana cara melatih nafas dalam
5. Untuk mngetahui bagaimana cara melatih batuk efektif
6. Untuk mengetahui agaimana cara postural drainage
7. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan pengisapan lendir
8. Untuk mengetahui bagaimana memasang dan memonitor oksigen
9. Untuk mengetahui bagaimana memberikan obat sesuai program

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian oksigenasi

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh
(Tarwoto dan Wartonah, 2006). Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan, dan aktivitas berbagai
organ atau sel ( Carpenito, Lynda Juall 2012). Kebutuhan oksigenasi merupakan
kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Seseorang biasanya
mengalami masalah oksigenasi disebabkan oleh:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas adalah Suatu keadaan ketika seorang individu
mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan
sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif.( Carpenito,Lynda
Juall 2012).
2. Ketidakefektifan Pola Pernapasan adalah keadaan ketika seorang individu mengalami
kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang berhubungan dengan perubahan
pola pernapasan. (Carpenito, Lynda Juall 2012).
3. Gangguan Pertukaran Gas adalah keadaan ketika seorang individu mengalami
penurunan jalannya gas (oksigen dan karbondioksida ) yang aktual (atau dapat
mengalami potensial) antara alveoli paru – paru dan sistem vaskular. (Carpenito,
Lynda Juall 2012).

2.2. Memposisikan Fowler

Posisi Fowler

Fowler

3
a. Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan
kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

b. Tujuan
1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
2. Meningkatkan rasa nyaman
3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada
dan ventilasi paru
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
c. Alat dan bahan :
1.      Tempat tidur
2.      Bantal kecil
3.      Gulungan handuk
4.      Bantalan kaki
5.      Sarung tangan (bila diperlukan)

d. Prosedur Pelaksanaan
 Fase Pra-Interaksi
1. Periksa catatan perawatan dan catatan medis pasien
2. Kaji kebutuhan pasien
3. Siapkan peralatan
4. Kaji inspirasi dan validasi serta eksplorasi perasaan pasien
 Fase Orientasi
1. Beri salam dan panggil pasien dengan nama yang ia suka
2. Banya keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada pasien
3. Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur dan tujuan tindakan
yang akan dilakukan
4. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya sebelum
tindakan dimulai

 Tahap Kerja
1. Cuci tangan dan pakai APD.
4
2. Tinggikan kepala tempat tidur 45-60
3. Topangkan kepala diatas tempat atau batal kecil.
4. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan bla pasien tidak dapat
mengontrolnya secara sadar atau tidak dapat menggunakan tangan dan lengan.
5. Tempatkan bantal tipis dipunggung bawah.
6. Tempatkan bantal kecil atay gulungan dibawah lutut.
7. Tempat bantal kecil atau gulungan dibawah pergelangan kaki.
8. Tempatkan papan kaki dasar telapak kaki pasien.
9. Turunkan tempat tidur.
 Tahap Terminasi
1. Rapikan peralatan
2. Observasi respon pasien setelah tindakan
3. Cuci tangan
4. Dokumentasikan hasil dan tindakan yang dilakukan

2.3 Memberikan Oksigen Simple Mask


Simple mask (sungkup muka sederhana) digunakan untuk konsentrasi oksigen
rendah sampai sedang.Merupakan alat pemberian oksigen jangka pendek, kontinyu atau
selang seling. Aliran 5 – 8 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 – 60%. Masker ini
kontra indikasi pada pasien dengan retensi karbondioksida karena akan memperburuk
retensi.

5
Aliran O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit untuk mendorong CO2 keluar dari
masker.FiO2 estimation Flows FiO2
· 5-6 Liter/min : 40 %
· 6-7 Liter/min : 50 %
· 7-8 Liter/min : 60 %

a. Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal,
sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlubang
besar,dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
b. Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.Menyekap, tidak memungkinkan
untuk makan dan batuk.Bisa terjadi aspirasi bila pasien mntah. Perlu pengikat wajah,
dan apabila terlalu ketat menekan kulit dapat menyebabkan rasa pobia ruang tertutup,
pita elastik yang dapat disesuaikan tersedia untuk menjamin keamanan dan
kenyamanan.
c. Persiapan alat
1. Masker oksigen
2. Selang oksigen
3. Sumber oksigen dengan flowmeter
4. Cairan steril
5. Humidifier
6. Bengkok, kasa pembersih
d. Prosedur Pelaksanaan
 Fase pra-interaksi
1. Periksa catatan perawatan dan catatan medis pasien
2. Kaji kebutuhan pasien
3. Siapkan peralatan
 Fase orientasi
1. Ucapkan salam dan panggil pasien dengan nama yang ia suka
2. Banya keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada pasien
3. Jelaskan kepada pasien mengenai prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilakukan
6
4. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya sebelum tindakan dimulai
 Tahap kerja
1. Verifikasi identitas klien dan jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi dengan semi-fowler
4. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, (umumnya 6 –
10 liter/menit ). Kemudian observasi humidifier pada tabung air yang
menunjukan adanya gelembung .
5. Tempatkan masker oksigen di atas mulut dan hidung pasien dan atur
pengikat
untuk kenyamanan pasien
6. Periksa kecepatan aliran tiap 6 – 8 jam , catat kecepatan aliran oksigen ,rute
pemberian dan respon klien.
7. Cuci tangan setelah prosedur di lakukan .
 Tahap terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Mencuci tangan
4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

2.4 Melatih Nafas Dalam


Melatih nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas
dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002)
Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang
mengalami nyeri kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan
konsumsi oksigen, frekuensi  pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot,
yang menghentikan siklus nyeri-ansietas-ketegangan otot (McCaffery, 1998)
Relaksasi merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien
yang mengalami nyeri kronis. Relaksasi sempurna dapat mengurangi ketegangan otot,

7
rasa jenuh dan kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri. (Ns.Eni
Kusyati,S,Kep,Dkk hal 198, 2006)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa relaksasi merupakan metode
efektif untuk menurunkan nyeri yang merupakan pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan dengan mekanismenya yang menghentikan siklus nyeri
a. Tujuan
1.  Meningkatkan kapasitas paru 
2.  Mencegah atelektasis 
b. Prosedur Pelaksanaan
 Tahap Pra Interaksi 
1.  Mengecek program terapi 
2.  Mencuci tangan 
 Tahap Orientasi 
1.  Memberikan salam dan menyapa nama pasien 
2.  Menjelaskan tujuan  dan prosedur pelaksanaan 
3.  Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
 Tahap Kerja 
1.  Menjaga privacy pasien 
2.  Mempersiapkan pasien 
3.  Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan
satu tangan di abdomen 
4.  Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam    melalui
hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup) 
5.  Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung
pada punggung) 
6.  Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan 
7.  Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut,
bibir seperti meniup) 
8.  Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari otot 
9.  Merapikan pasien 
 Tahap Terminasi 
1.  Melakukan evaluasi tindakan 
2.  Berpamitan dengan klien 
3.  Mencuci tangan 
8
4.  Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan  

2.5. Melatih Batuk Efektif

a. Pengertian
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien
dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak
secara maksimal.
b. Tujuan  
1.    Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret
2.    Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laborat
3.    Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret

c. Persiapan alat
1.    Kertas tissue
2.    Bengkok
3.    Perlak/alas
4.    Sputum pot berisi desinfektan
5.    Air minum hangat
d. Prosedur Pelaksanaan  
 Tahap PraInteraksi
1.    Mengecek program terapi
2.    Mencuci tangan
3.    Menyiapkan alat
 Tahap Orientasi
1.    Memberikan salam dan sapa nama pasien
2.    Menjelaskan tujuan  dan prosedur pelaksanaan
3.    Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
 Tahap Kerja
1.    Menjaga privacy pasien
2.    Mempersiapkan pasien
3.    Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen
4.    Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidung
hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)

9
5.    Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung pada
punggung)
6.    Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
7.    Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut,
bibir seperti meniup)
8.    Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari otot
9.    Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di
dekat mulut bila tidur miring)
10. Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi,
tahan nafas dan batukkan dengan kuat
11. Menampung lender dalam sputum pot
12. Merapikan pasien
 Tahap Terminasi
1.    Melakukan evaluasi tindakan
2.    Berpamitan dengan klien
3.    Mencuci tangan
4.    Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

2.6. Postural Drainage

Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari
berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.. Mengingat
kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka PD dilakukan pada berbagai
posisi disesuaikan dengan kelainan parunya. Waktu yang terbaik untuk melakukan PD
yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelumtidur pada malam
hari.
Postural drainage (PD) dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam
saluran nafas tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi
atelektasis. Pada penderita dengan produksi sputum yang banyak PD lebih efektif bila
disertai dengan clapping dan vibrating.
Postural darinase (PD) merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru
dengan mempergunakan gaya berat dan sekret itu sendiri. PD dapat dilakukan untuk
mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran nafas tetapi mempercepat pengeluaran
sekret sehingga tidak terjadi ateletaksis. Pada penderita dengan produksi sputum yang
banyak PD, lebih efektif bila disertai dengan perkusi dan vibrasi dada.

10
a. Tujuan
1. Untuk mencegah terkumpulnya secret dalam saluran nafas
2. Meningkatkan efisiensi pola pernafasan
3. Membersihkan jalan nafas
4. Untuk mengeluarkan secret pada jalan nafas
5. Untuk menurunkan akumulasi secret pada klien tidak sadar atau lemah
6. klien akan berventilasi dengan jalan nafas bersih, yang dibuktikan dengan
frekuensi pernafasan klien dalam batas normal dan bunyi nafas pada semua lobus
bronkus
b. Persiapan alat
1.    Bantal
2.    Ranjang yang dapat mengatur posisi klien
3.    Tisue
4.    Handscon bersih
5.    Segelas air hangat
6.    Pot sputum dengan desinfektan
c. Prosedur pelaksanaan
 Pra Interaksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
 Fase Orientasi

1.     Mengucapkan salam


2.     Menyebut/menanyakan nama pasien
3.     Mengenalkan diri dan instansi
4.     Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
5.     Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum melakukan tindakan
6.     Membawa dan meletakkan alat di dekat pasien.
 Cara kerja
1. Mencuci tangan
2.  Memasang masker dan sarung tangan bersih

11
3. Pilih area tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian semua
bidang paru, data klinis dan gambar photo dada
4.  Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat. Bantu
klien untuk memilih posisi sesuai kebutuhan dan ajarkan klien memposisikan
postur lengan dan posisi kaki yang tepat. Letakan bantal untuk menyangga dan
kenyamanan. Minta klien mempertahankan posisi selama 10-15 menit
5.   Selama posisi lakukan perkusi dan vibrasi dada di area yang didrainage
6.   Berikan tisue untuk membersihkan sputum yang keluar
7.  Setelah posisi pertama, minta klien duduk napas dalam dan batuk effektif.
Tampung sekret dalam pot sputum
8.  Minta klien untuk istirahat sebentar dan minum sedikit
9.  Ulangi langkah 6-12. Setiap tindakan tidak lebih dari 20-30 menit pada
bidang paru lain yang terjadi bendungan
 Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Mencuci tangan
4. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

2.7. Melakukan Pengisapan Lendir

Penghisapan lendir (Suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada


klien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lendir secara mandiri dengan
menggunakan alat penghisap

a. Tujuan
1. Membersihkan jalan nafas
2. Memenuhi kebutuhan oksigenasi

b. Persiapan alat
1. Bak instrument berisi: pinset anatomi 2, kasa secukupnya
2. NaCl atau air matang
3. Canule section
4. Perlak dan pengalas
5. Mesin suction

12
6. Kertas tissue 

c. Prosedur Pelaksanaan
 Tahap PraInteraksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat

 Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan  dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien 

 Tahap Kerja
1. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien kepala sedikit Ekstensi
2. Memberikan Oksigen 2 – 5  menit
3. Meletakkan pengalas di bawah dagu pasien
4. Memakai sarung tangan
5. Menghidupkan mesin, mengecek tekanan dan botol penampung
6. Memasukkan kanul section dengan hati-hati (hidung ± 5 cm, mulut ±10 cm)
7. Menghisap lendir dengan menutup lubang kanul, menarik keluar perlahan
sambil memutar (+ 5 detik untuk anak, + 10 detik untuk dewasa)
8. Membilas kanul dengan NaCl, berikan kesempatan pasien bernafas
9. Mengulangi prosedur tersebut 3-5 kali suctioning
10. Mengobservasi keadaan umum pasien dan status pernafasannya
11. Mengobservasi secret tentang warna, bau dan volumenya

 Tahap Terminasi
1.  Mengevaluasi tindakan yang baru dilakukan 
2.  Merapikan pasien dan lingkungan
3.  Berpamitan dengan pasien
4.  Membereskan dan kembalikan alat ketempat semula 
5.  Mencuci tangan 

13
6.  Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan  

2.8 Memasang dan Memonitor Oksigenasi


Terdapat tiga metode yang direkomendasikan untuk pemberian oksigen yaitu dengan
menggunakan nasal prongs, kateter nasal dan kateter nasofaring. Nasal prongs atau
kateter nasal lebih sering dipakai dalam banyak situasi. Nasal prongs merupakan metode
terbaik dalam pemberian oksigen pada bayi muda dan anak dengan croup yang berat atau
pertusis.Penggunaan kateter nasofaring membutuhkan pemantauan ketat dan reaksi cepat
apabila kateter masuk ke esofagus atau timbul komplikasi lainnya. Penggunaan sungkup
wajah atau headbox tidak direkomendasikan. 
a. Nasal prongs. Nasal prongs adalah pipa pendek yang dimasukkan ke dalam cuping
hidung. Letakkan nasal prongs tepat ke dalam cuping hidung dan rekatkan dengan
plester di kedua pipi dekat hidung (lihat gambar). Jaga agar cuping
hidung anak bersih dari kotoran hidung/lendir, yang dapat menutup aliran oksigen.

 Pasang aliran oksigen sebanyak 1–2 liter/menit (0.5 liter/menit pada bayi muda)
untuk memberikan kadar-oksigen-inspirasi 30–35%. Tidak perlu pelembapan.

b. Kateter Nasal. Kateter berukuran 6 atau 8 FG yang dimasukkan ke dalam lubang


hidung hingga melewati
bagian belakang rongga hidung. Tempatkan kateter dengan jarak dari sisi cuping
hidung hingga ke bagian tepi dalam dari alis anak.

 Pasang aliran oksigen 1–2 liter/menit. Tidak perlu pelembapan.

c. Kateter Nasofaring. Kateter dengan ukuran 6 atau 8 FG dimasukkan ke dalam faring


tepat di bawah uvula. Letakkan kateter pada jarak dari sisi cuping hidung hingga ke
arah telinga (lihat gambar B). Jika alat ini diletakkan terlalu ke bawah, anak dapat
tersedak, muntah dan kadang-kadang dapat timbul distensi lambung.

 Beri aliran sebanyak 1–2 liter/menit, yang memberikan kadar-oksigen inspirasi 45-
60%. Perlu diperhatikan kecepatan aliran tidak berlebih karena dapat menimbulkan
risiko distensi lambung. Perlu dilakukan pelembapan.

14
Pemantauan

Latih perawat untuk memasang dan mengeratkan nasal prongs atau kateter dengan tepat.
Periksa secara teratur bahwa semua alat berfungsi dengan semestinya dan lepaskan serta
bersihkan prongs atau kateter sedikitnya dua kali sehari.

Pantau anak sedikitnya setiap 3 jam untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang
terjadi, meliputi:

 Nilai SaO2 menggunakan pulse oxymetry


 Kateter nasal atau prongs yang bergeser
 Kebocoran sistem aliran oksigen
 Kecepatan aliran oksigen tidak tepat
 Jalan napas anak tersumbat oleh lendir/kotoran hidung (bersihkan hidung dengan
ujung kain yang lembap atau sedot perlahan).
 Distensi lambung (periksa posisi kateter dan perbaiki, jika diperlukan).

2.9 Memberikan Obat Sesuai Program (Nebulizer)


Terapi nebulizer adalah terapi pemberian obat dengan cara menghirup larutan obat
yang sudah diubah menjadi gas yang berbentuk seperti kabut dengan bantuan alat yang
disebut nebulizer. Pada saat terapi ini diberikan, klien dapat bernafas seperti biasa.
Umumnya prosedur ini tidak lama hanya bersikar 5-10
Tujuan :
1. Melebarkan saluran pernafasan (karena efek obat bronkodilator)
2. Menekan proses peradangan

15
3. Mengencerkan dan memudahkan pengeluaran sekret (karena efek obat mukolitik dan
ekspetoran ).
Persiapan alat
1. Nebulizer atau sumber oksigen
2. Selang penghubung ke nebulizer
3. Masker sungkup nebulizer (masker yang terdapat tabung kecil untuk menampung obat
nebulizer )
4. Spuit 5cc dalam bak spuit
5. Cairan NaCL 0,9%
6. Obat obat nebulizer
7. Sarung tangan bersih
8. Bengkok
Persiapan lingkungan :
1. Jaga privacy klien
2. Persiapan klien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
4. Beri klien posisi fowler ditempat tidur atau posisi duduk di kursi
Cara kerja :
1. Cuci tangan
2. Pasang sarung tangan bersih
3. Latih klien teknik nafas dalam yang benar
4. Sambungkan nebulizer pada selangnya
5. Sambungkan selang nebulizer pada masker sungkup
6. Masukan obat pada tabung nebulizer
7. Tambahkan larutan Nacl 0,9% dalam nebulizer sesuai dengan kebutuhan
8. Sambungkan selang nebulizer pada sumber oksigen atau mesin nebulizer
9. Atur aliran pelan pelan atau hidupkan mesin nebulizer
10. Berikan klien masker sungkup
11. Anjurkan klien untuk menghirup obat dalam nebulizer
12. Observasi keadaan klien selama terapi
13. Beri tahu klien jika tindakan telah selesai dan evaluasi hasil pemberian nebulizer
14. Rapikan alat dan pasien
15. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
16. Dokumentasi
16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara
fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan  tubuh secara fungsional
mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena
itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital
bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan
secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi,
maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan bagi para
pembaca mengenai gangguan kebutuhan oksigenasi . Diharapkan kritik dan
saran dari para pembaca untuk membuat makalah ini lebih baik lagi dalam
penulisan makalah berikutnya

17
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2012. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Nurachmah Elly,Ratna Sudarsono. 2000. Buku Prosedur Keperawatan Bedah. Jakarta : EGC
Lusianah,dkk. 2012. Prosedur Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media
Aryani Ratna,dkk. 2011. Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : Trans Info Media
Wahit Iqbal Mubarak,dkk. 2015. Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta : Salemba Medika

18

Anda mungkin juga menyukai