Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Besi beton merupakan besi yang digunakan untuk penulangan konstruksi
beton atau yang lebih dikenal sebagai beton bertulang. Beton bertulang yang
mengandung batang tulangan dan direncanakan berdasarkan anggapan bahwa
bahan tersebut bekerja sama dalam memikul gaya-gaya. Beton bertulang bersifat
unik dimana dua jenis bahan yaitu besi tulangan dan beton dipakai secara
bersamaan. Tulangan menyediakan gaya tarik yang tidak dimiliki beton dan
mampu menahan gaya tekan.
Secara umum besi beton tulangan mengacu pada dua bentuk yaitu besi polos
(plain bar) dan besi ulir (deformed bar/BJTD). Besi polos adalah besi yang
memiliki penampang bundar dengan permukaan licin atau tidak bersirip. Besi ulir
atau besi tulangan beton sirip adalah batang besi dengan bentuk permukaan
khusus berbentuk sirip melintang (puntir/sirip ikan) atau rusuk memanjang (sirip
teratur/bambu) dengan pola tertentu, atau batang tulangan yang dipilin pada
proses produksinya.

Gambar 2.1 Besi beton polos


(Sumber: learningcenter.wika.co.id/.../eureka)

4
Tulangan ulir, yang diberi ulir melalui proses rol pada permukaannya
(polanya berbeda tergantung dari pabrik pembuatnya).

Gambar 2.2 Besi beton ulir/deform


(Sumber: learningcenter.wika.co.id/.../eureka)

2.1.1 Fungsi Besi Beton


Khusus untuk bangunan gedung bertingkat tinggi, besi beton digunakan
untuk struktur kolom, balok, dinding, pelat, besi poer dan sloof. Sukses beton
bertulang sebagai bahan konstruksi yang universal karena banyaknya kelebihan
yang dimilikinya. Kelebihan tersebut antara lain :
1. Memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan kebanyakan
bahan lain.
2. Memiliki ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, bahkan memiliki
struktur terbaik untuk bangunan yang banyak bersentuhan dengan air.
Pada peristiwa kebakaran dengan intensitas rata-rata, batang-batang
struktur dengan ketebalan penutup beton yang memadai sebagai
pelindung tulangan hanya mengalami kerusakan pada permukaannya
saja tanpa mengalami keruntuhan.
3. Struktur beton bertulang sangat kokoh.
4. Tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.

5
5. Dibandingkan dengan bahan lain, memiliki usia yang sangat panjang.
Dalam kondisi-kondisi normal, struktur beton bertulang dapat digunakan
sampai kapanpun tanpa kehilangan kemampuannya untuk menahan
beban. Ini dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kekuatannya tidak
berkurang dengan berjalannya waktu bahkan semakin lama semakin
bertambah dalam hitungan tahun, karena lamanya proses pemadatan
semen.
6. Merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis untuk pondasi tapak,
dinding basement, tiang tumpuan jembatan, dan bangunan-bangunan
semacam itu.
7. Dapat dirakit menjadi bentuk yang sangat beragam mulai dari pelat, balok
dan kolom yang sederhana sampai menjadi atap kubah dan cangkang
besar.
8. Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton
bertulang lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti baja
struktur.

Untuk menjaga retak lebih lanjut serta pecahnya balok tersebut, diperlukan
pemasangan tulangan-tulangan baja pada daerah yang tertarik dan daerah dimana
beton akan mengalami retak-retak. Alasan menggunakan tulangan baja ialah
karena baja sangat baik dan mampu menerima gaya tarik.
Pada beton bertulang, kita memanfaatkan sifat-sifat baik beton dalam
menerima tekanan serta memakai tulangan pada daerah-daerah yang menerima
gaya tarik.
Jadi tulangan pada konstruksi beton sangat diperlukan untuk menahan gaya
tarik yang terjadi, maka dari itu diperlukan luasan tulangan minimum pada
penampang beton bruto. Dengan mengetahui d tulangan minimum yang harus
terpasang, maka konstruksi relatif aman untuk dilaksanakan.

6
Gambar 2.3 Pekerjaan penulangan
(Sumber: dokumentasi lapangan)

Gambar 2.4 Gaya tarik pada beton


(Sumber: learningcenter.wika.co.id/.../eureka)

Perlu diketahui bahwa pada beton bertulang, tulangan-tulangan baja


tersebut tidak mencegah retakan-retakan pada daerah beton bertulang yang
menerima tarikan tetapi hanya mencegahnya dari retakan-retakan yang lebih
besar (yang dapat terlihat jelas dengan kaca pembesar atau mikroskop) sehingga
mencegah elemen beton dari kehancuran.
Sebenarnya ada beberapa penyebab keretakan pada besi beton namun sangat
kecil sehingga dapat diabaikan.

7
Dengan mengingat hal ini, kita sekarang mempunyai sebuah kriteria untuk
menilai serta memeriksa apakah penempatan tulangan utama pada bagian
kerangka mendatar (balok ataupun pelat) sudah benar.

Gambar 2.5 Penempatan tulangan utama pada kerangka mendatar balok (pelat)
(Sumber: learningcenter.wika.co.id/.../eureka)

Karena pelat dapat dibayangkan seperti terbuat dari sambungan balok-balok


yang mempunyai perubahan bentuk yang sama pada titik silangnya.
Maka anggapan yang dapat diterapkan sambungan-sambungan balok
tersebut pada tiap-tiap arah.

Gambar 2.6 Perubahan bentuk pada sambungan-sambungan balok pelat yang


diberi tulangan
(Sumber: learningcenter.wika.co.id/.../eureka)

8
2.1.2 Penyimpanan Besi Beton
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tahap penyimpanan :
 Tumpukan besi jangan sampai bersentuhan dengan tanah. Oleh karena itu
harus diganjal dengan balok beton.
 Besi harus berjarak minimal 5 cm dari logam yang lain.
 Besi harus terlindung dari kotoran, karat, benturan dan, minyak.
Cara pelaksanaan dalam tahap penyimpanan ;
 Setiap bandel besi harus terdiri dari satu jenis besi (bentuk dan diameter)
 Maksimum berat tiap bandel disesuaikan dengan kapasitas crane.
 Di dalam tabel ditulis panjang, tipe, nomer referensi, dan kode besi.

2.1.3 Pemotongan dan Pembengkokan Besi Beton


Cara pemotongan dan pembengkokkan besi tulangan adalah sebagai berikut :
 Gunakanlah meja yang kuat dan rata
 Siapkanlah gambar acuan
 Cek diameter basi
 Cek kembali besi-besi yang telah dibengkokkan
 Cek ukuran mandrel benar-benar pas. Dalam Radius > 2d untuk besi.
Kekuatan rendah, 3d untuk besi kekuatan tinggi
 Jika besi yang susah dibengkokkan maka boleh dipanaskan dengan
persetujuan engineer.
 Ikuti perubahan schedule pembesian dan dapatkan dokumen terbaru.

2.1.4 Pemasangan besi beton


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan besi tulangan adalah sebagai
berikut:
 Besi harus bersih (dari kotoran, minyak).
 Peletakan tulangan pembesian harus diatur sehingga ada ruang tersedia
untuk proses pemadatan beton.

9
 Jika ada besi yang perlu disambung maka harus ada overlapping yang
sesuai perhitungan atau spesifikasi teknis.
 Suatu ketika mungkin perlu merakit tulangan dahulu di luar bekisting baru
kemudian meletakkan sesuai posisinya.
 Alur proses penyimpanan hingga pemasangan harus direncanakan paling
efektif dan efisien.
Cara pelaksanaan pemasangan besi tulangan pada pelat dan balok lantai:
 Pembesian pada pelat lantai harus berada diatas dudukan berupa beton
(biasanya disebut beton tahu).
 Ketinggian bantalan pembesian pelat lantai tergantung dari ketebalan
selimut beton yang direncanakan.

2.2 Pelat Beton Bertulang


Pelat beton bertulang merupakan bagian struktur bangunan yang menahan
beban permukaan (beban vertikal), biasanya mempunyai arah horisontal, dengan
permukaan atas dan bawahnya sejajar. Pelat dapat ditumpu balok beton bertulang,
dinding pasangan batu atau dinding beton bertulang, batang-batang struktur baja
dapat ditumpu secara langsung oleh kolom, atau tertumpu secara menerus oleh
tanah. Pelat dapat ditumpu biasanya pada dua sisi yang berlawanan saja, yang
biasanya disebut pelat satu arah (one way). Pelat juga dapat ditumpu pada
keempat sisinya yang biasanya disebut pelat dua arah (two way). Pada kondisi ini
beban lantai dipikul dalam kedua arah oleh keempat balok pendukung sekeliling
panel. Apabila perbandingan panjang terhadap lebar sebuah panel pelat lebih
besar atau sama dengan 2, maka sebagian besar beban akan ditahan oleh pelat
dalam arah pendek terhadap balok-balok penunjang dan sebagai akibatnya akan
diperoleh aksi pelat satu arah, walaupun keempat sisinya diberi tumpuan.

2.3 Pekerjaan Pembesian Pelat


Pekerjaan pembesian merupakan pekerjaan dari pekerjaan struktur.
Pekerjaan ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan
mengingat fungsi besi tulangan yang penting dalam kekuatan struktur gedung.

10
Berikut adalah metode pelaksanaan pekerjaan pembesian mulai dari tahap
penyimpanan hingga pemasangan tulangan.

2.3.1 Penulangan Pelat Lantai


Bersama balok dan kolom, pelat melengkapi ketiga elemen dasar dari
bangunan pada umumnya. Pelat dapat terdiri atas unit pra cetak atau sebagian
beton yang dicor setempat sedapat mungkin monolit (menjadi satu) dengan balok
pendukungnya. Di sini akan dibahas tentang elemen terakhir yaitu pelat. Sifat
pelat di bawah suatu pembebanan, dalam kaitannya dengan keadaan dukungan
ujung dan dukungan antara adalah mirip dengan balok. Tergantung pada bentuk
panel pelat yang ditinjau, yaitu perbandingan antara panjang pada lebarnya, desain
mungkin dilakukan sebagai penegangan satu arah saja, atau dalam dua arah yang
biasanya tegak lurus satu dengan yang lain. Di dalam praktek, suatu pelat yang
yang direncanakan membentang satu arah saja, menurut beberapa tingkat
kemampuannya untuk menegang pada arah lain mengikat sifat alamiah konstruksi
sebagai satu kesatuan. Oleh karena itu, tulangan yang jumlahnya minimum
dipasang pada arah tegak lurus terhadap tulangan utama. Peletakan tulangan atas
dan tulangan bawah pelat adalah serupa dengan peletakannya pada balok.
Pelat dapat diberi tulangan yang berbentuk anyaman yang sudah dilas dari
pabrik (tulangan wiremesh). Pada umumnya disediakan dalam bentuk lembaran
atau rol, atau dengan memakai batang tulangan.

Beberapa syarat yang harus diperhatikan untuk penulangan pelat menurut PBI
1971
1. Tebal pelat lantai tidak boleh diambil kurang dari 7 cm untuk pelat atap
dan 12 cm untuk pelat lantai.
2. Jarak tulangan tidak boleh lebih dari 20 cm atau 2 kali tebal pelat.
Sedangkan tulangan bagi tidak boleh lebih dari 25 cm. Maka luas
tulangan ini harus diambil minimum 0.25% dari luas beton.

11
3. Pada pelat - pelat dimana tulangan pokoknya berjalan hanya satu arah
saja, maka tegak lurus pada tulangan pokok tersebut harus dipasang
tulangan pembagi, minimum 20% dari luas tulangan pokoknya.
4. Pada pelat - pelat dicor setempat, diameter dari batang tulangan pokok
minimal 8 mm dan untuk tulangan pembagi minimum 6 mm. Pada
penggunakan tulangan dari baja keras, diameter dari batang tulangan
pokok diambil minimum 5mm dan dari tulangan pembagi minimum 4
mm.
5. Pelat-pelat yang memikul beban vertikal ke bawah, walaupun menurut
perhitungan teoritis oleh pengaruh pembebanan bentang-bentang pelat
yang berbatas hanya memikul momen negatif, tetapi juga harus diberi
tulangan bawah. Jumlah tulangan bewah ini harus diambil minimum sama
dengan tulangan yang diperlukan oleh pelat tersebut untuk memikul
momen negatif, tetapi juga harus diberi tulangan yang diperlukan oleh
pelat tersebut untuk memikul beban vertikal yang sama, tetapi dengan
tepi-tepinya terjepit penuh. Ketentuan ini tidak berlaku untuk pelat
kantilever.
6. Pelat-pelat yang lebih tebal dari 25 cm senantiasa harus dipasang tulangan
atas dan tulangan bawah di setiap tempat, dengan memperhatikan poin 2,
3 dan, 4. Ketentuan ini tidak berlaku untuk pondasi telapak.

Gambar 2.7 Tulangan pelat lantai


(Sumber: learningcenter.wika.co.id/.../eureka)

12
Syarat-syarat menentukan tulangan pelat lantai
a. Luas tulangan pokok ≥ 1,5% (Hr.X)
b. Luas tulangan pembagi ≥ 0,1% (Hr.Y)
c. Jarak maksimum penulangan utama (X) :
 1,2 Hr
 250 mm
d. Jarak maksimum penulangan bagi (Y) :
 Hr
 250 mm

2.3.2 Pelat Dengan Besi Konvensional


Definisi Pelat Satu Arah dan Pelat Dua Arah
Sistem perencanaan tulangan pelat beton pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam
yaitu :
1. Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok satu arah (selanjutnya
disebut : pelat satu arah/ one way slab).
2. Sistem perencanaan pelat dengan tulangan pokok dua arah (disebut pelat
dua arah/two way slab).
Apabila Lx >= 0,4 Ly seperti gambar dibawah pelat dianggap sebagai
menumpu pada balok B1, B2, B3, B4 yang lazimnya disebut sebagai pelat yang
menumpu keempat sisinya disebut sebagai pelat yang menumpu keempat sisinya.
Dengan demikian pelat tersebut dipandang sebagai pelat dua arah (arah x dan arah
y), tulangan pelat dipasang pada kedua arah yang besarnya sebanding dengan
momen-momen setiap arah yang timbul.

13
Gambar 2.8 Model penulangan
(Sumber: http://platlantai.blogspot.com)

Apabila Lx < 0,4 Ly Seperti pada gambar di atas pelat tersebut dapat
dianggap sebagai pelat menumpu balok B1 dan B3, sedangkan balok B2 dan B4
hanya kecil didalam memikul beban pelat. Dengan demikian pelat dapat
dipandang sebagai pelat satu arah (arah x), tulangan utama dipasang pada arah x
dan pada arah y hanya sebagai tulangan pembagi.
1) Penulangan pelat satu arah
a. Konstruksi pelat satu arah. Pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan
dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa
momen lentur pada bentang satu arah saja. Contoh pelat satu arah adalah
pelat kantilever (luifel) dan pelat yang ditumpu oleh 2 tumpuan.
Karena momen lentur hanya bekerja pada 1 arah saja, yaitu searah bentang
L (lihat gambar di bawah), maka tulangan pokok juga dipasang 1 arah
yang searah bentang L tersebut. Untuk menjaga agar kedudukan tulangan

14
pokok (pada saat pengecoran beton) tidak berubah dari tempat semula
maka dipasang pula tulangan tambahan yang arahnya tegak lurus tulangan
pokok. Tulangan tambahan ini lazim disebut : tulangan bagi. (seperti
terlihat pada gambar di bawah).
Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak
lurus, tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton, sedangkan
tulangan bagi dipasang di bagian dalamnya dan menempel pada tulangan
pokok. Tepat pada lokasi persilangan tersebut, kedua tulangan diikat kuat
dengan kawat binddraad. Fungsi tulangan bagi, selain memperkuat
kedudukan tulangan pokok, juga sebagai tulangan untuk penahan retak
beton akibat susut dan perbedaan suhu beton.

Gambar 2.9.a Pelat dengan tulangan pokok 1 arah


(sumber: http://sanggapramana.wordpress.com/?s=Sistem+penulangan
+pelat)

15
Gambar 2.9.b pelat dengan tulangan pokok 1 arah
(sumber: http://sanggapramana.wordpress.com/?s=Sistem+penulangan
+pelat)

b. Simbol gambar penulangan. Pada pelat kantilever, karena momennya


negatif, maka tulangan pokok (dan tulangan bagi) dipasang di atas. Jika
dilihat gambar penulangan tampak depan (gambar a), maka tampak jelas
bahwa tulangan pokok dipasang paling atas (dekat dengan tepi luar
beton), sedangkan tulangan bagi menempel di bawahnya. Tetapi jika
dilihat pada gambar tampak atas (gambar a), pada garis tersebut hanya
tampak tulangan horizontal dan vertikal bersilangan, sehingga sulit
dipahami tulangan mana yang seharusnya dipasang di atas atau
menempel di bawahnya. Untuk mengatasi kesulitan ini, perlu aturan
penggambaran dan simbol-simbol sbb :
1. Aturan umum dalam penggambaran, yaitu harus dapat
dlihat/dibaca dari bawah dan/atau sebelah kanan diputar kebawah.

16
2. Tulangan yang dipasang diatas diberi tanda berupa segitiga dengan
bagian lancip dibawah, disebut : symbol mendukung ( ).
Sesuatu yang didukung pasti berada diatas.
3. Tulangan yang dipasang diatas diberi tanda berupa segitiga dengan
bagian lancip diatas, disebut : symbol menginjak ( ) sesuatu
yang diinjak,pasti berada dibawah.
4. Pada gambar (a) Tampak depan, baik tulangan pokok maupun
tulangan bagi semuanya dipasang diatas. Tulangan pokok terletak
paling atas (pada urutan ke-1 dari atas), dan tulangan bagi
menempel dibawahnya ( urutan ke-2 dari atas).
5. Jadi pada Gambar (a) Tampak atas, tulangan pokok jika dilihat dari
atas tampak sebagai garis horisontal (dilihat dari bawah), dan
diberi symbol dengan : mendukung berjumlah 1 Buah ( ),
artinya tulangan didukung (dipasang dari kanan), dan pada urutan
ke-1.Untuk tulangan bagi jika dilihat dari tampak sebagai garis
vertikal (dilihat dari kanan), dan diberi symbol dengan mendukung
berjumlah 2 buah ( ), artinya tulangan didukung (dipasang
diatas) dan pada urutan ke-2.
6. Dengan memperhatikan dan mencermati item 1 sampai 5 diatas,
maka dapat dipahami bahwa gambar (b) tampak atas, tulangan bagi
didaerah tumpuan diberi tanda 2 buah segitiga dengan lancip
kesebelah kanan,karena tulangannya dipasang diatas dan pada
urutan ke-2 dari atas. Sedangkan tulangan bagi di daerah lapangan
diberi tanda 2 buah segitiga dengan bagian lancip kesebelah
kiri,karena tulangannya dibawah dan pada urutan ke-2.

2) Penulangan pelat 2 arah


tumpuan hanya bekerja momen lentur 1 arah saja, sehingga untuk daerah
tumpuan ini tetap dipasang tulangan pokok dan bagi, seperti terlihat pada gambar
dibawah. Bentang (ly) selalu dipilih > atau = (lx), tetapi momennya Mly selalu <
atau = Mlx, sehingga tulangan arah (lx) (momen yang besar) dipasang di dekat

17
tepi luar (urutan ke-1) konstruksi pelat 2 arah. Pelat dengan tulangan pokok 2 arah
ini akan dijumpai jika pelat beton menahan beban yang berupa momen lentur pada
bentang 2 arah. Contoh pelat 2 arah adalah pelat yang ditumpu oleh 4 sisi yang
saling sejajar.
Karena momen lentur bekerja pada 2 arah, yaitu searah dengan bentang (lx)
dan bentang (ly), maka tulangan pokok juga dipasang pada 2 arah yang saling
tegak lurus (bersilangan), sehingga tidak perlu tulangan lagi.

Gambar 2.10 Pelat dengan tulangan pokok 2 arah


(Sumber: http://sanggapramana.wordpress.com/?s=Sistem+penulangan
+pelat)

18
Prosedur Perencanaan Pelat
Di dalam perencanaan, prosedur perhitungannya dapat mengikuti langkah berikut:
1. Tentukan ketebalan pelat dengan rumus sesuai dengan ketentuan
SKSNI T-15-1991 pasal 3-2-5

Ln0,8  fy1500
h
36  5     m  0,121  1
 

Ln0,8  fy1500
h min 
36  9   

Ln0,8  fy

h max  1500

36

dimana :

Ln = Panjang bersih (L netto) balok

ly
 = (rasio bentang panjang dan pendek)
lx

m<2 tebal minimum pelat lantai 120 mm

m  2 tebal minimum pelat atap 90 mm

2. Tentukan mutu beton (fc’), mutu baja (fy) serta beban-beban yang bekerja
baik itu beban mati (qd), beban hidup (ql)
3. Hitung beban berfaktor menurut menurut SK SNI 3.2.2.
4. Hitung perbandingan antara bentang terpanjang dengan bentang
terpendek.
ly
1. Jika  3 , berarti pelat dihitung berdasarkan aksi satu arah.
lx
ly
2. Jika  3 , berarti pelat dihitung berdasarkan aksi dua arah.
lx
5. Hitung besarnya momen berfaktor dari pembebanan di atas

19
6. Hitung besarnya kekuatan nominal
Mu
Rn 
 bd

fy
m
  fc '

Hitung besarnya rasio tulangan tarik dan tekan

1,4
 min 
fy

  fc '   600 
 max  0,750,85   1      
  fy   600  fy 

1  2  m  Rn 
perlu   1  1  

m  fy 

Kontrol  min <  perlu <  max

7. Hitung luasan yang diperlukan


As =   b  d

As’ = 0,002  b  d (untuk fy = 240)

As’ = 0,0018  b  d (untuk fy = 400)

8. Pilih diameter tulangan.


9. Gambar sketsa rancangan penulangan.

20
2.3.3 Pelat Dengan Wiremesh

Gambar 2.11 Tulangan wiremesh


(sumber : http://wiremesh-brc.blogspot.com/p/penjelasan.html)

Wiremesh atau Jaring Kawat Baja Las BRC (JKBL BRC) adalah suatu
bahan penulangan dari baja berbentuk PREFAB untuk digunakan di dalam beton
bertulang. Tersedia dalam berbagai ukuran, sebagai lembaran atau gulungan.

Gambar 2.12 Mesin las otomatis


(sumber : http://wiremesh-brc.blogspot.com/p/penjelasan.html)

Wiremesh terbuat dari kawat baja bulat rata atau ulir dan keras. Kawat-
kawat itu dilas bersama-sama dengan mesin las otomatis, yang menjamin jarak
antar kawat seragam dan luas penampang-lintang yang konsisten. Dengan proses
ini, kekuatan kawat tidak menyusut selama dilas dan semua kawat tetap berada
pada kedudukan masing-masing yang tepat.

21
SIFAT-SIFAT
Peraturan Beton bertulang indonesia 1971, mensyaratkan bahwa bahan yang
mempunyai tegangan leleh karakteristik sebesar 4.800 kg/cm2 digolongkan ke
dalam klas U-48. maka berdasar keterangan diatas, JKBL BRC yang mempunyai
tegangan batas 5.000 kg/cm2 dapat digolongkan ke dalam klas U-50. Untuk
menambah keamanan, kawat yang digunakan untuk JKBL BRC mempunyai
tegangan putus paling sedikit 10 persen lebih tinggi dari tegangan leleh
karakteristik sebagai jaminan peringatan terhadap bahaya keruntuhan.
Untuk menjamin agar standar-standar yang tinggi ini dipertahankan terus
menerus, kawat diuji secara teratur di pabrik.
Setiap persilangan kawat dilas, untuk memungkinkan agar jaringan yang
bersangkutan terjangkar baik-baik di dalam beton. Tegangan geser setiap kampuh
las adalah sedikit-sedikitnya 2.500 kg/cm2 untuk menjamin agar penjangkaran
yang dihubungkan dapat diperoleh.
Dengan didukung oleh kecanggihan mesin dan peralatan yang dimiliki,
Wiremesh dapat diproduksi ukuran JKBL lebih bervariasi, lebih kuat dalam
pengelasan dan jauh lebih cepat.

Kemampuan dalam memproduksi JKBL ukuran khusus antara lain:


a. Diameter maksimum 12mm.
b. Jarak spasi kawat utama mulai dari 50mm; 7Smm; 100mm; 150mm;
200mm.
c. Juntaian kawat utama tidak terbatas.
d. Juntaian kawat utama tidak terbatas 250mm; dan 300mm. Juntaian kawat
utama tidak terbatas.
e. Variasi jarak spasi kawat melintang sampai mencapai 99 variasi (tidak
terbatas).
f. Jika digunakan ukuran khusus, dapat ditentukan desain penulangan yang
baik dan efisien.

22
Jika digunakan ukuran khusus, Dapat ditentukan desain penulangan yang baik
dan efisien. (sumber: http://tokobesibaja.com/index.php/wiremesh)

• Spesifikasi
Diameter JKBL Union : 4mm sampai 12mm
Tegangan Leleh Karakteristik : 5OOOkg/cm2 ; U - 50
Tegangan Geser Kampuh Las : 2500 kg/cm2
Kemampuan Tekuk : 0 - 135°
Bentuk Permukaan Kawat : - Polos
-Ulir
Spasi Standard : l50mm X l50mm
(Type M)
100mm X 200mm (Type B)
Ukuran Standard : - Lembar : 5,4m X 2,1m
-Roll : 54m X 2,1m

Gambar 2.13 Spesifikasi wiremesh


(Sumber : PT. UNION METAL)

23
Spesifikasi Berat Per Sheet
Tabel 2.1 Berat Wiremesh

(Sumber : UNTARCONSTRUCTION.COM 2008)

Perencanan dan Design


Perhitungan Konversi untuk Mengganti Tulangan Biasa (U-24) dengan JKBL
Union (U-50) yaitu :

24
Tabel 2.2 Luas Penampang

Cara pemasangan dan konstruksi dalam WIREMESH


Pemasangan dan penyambungan ware mesh tidaklah susah, tetapi perlu
diperhatikan beberapa hal sehingga didapati hasil yang optimal dan benar yaitu:

A. Penjalasan Tumpangan (overlap)


1. Tumpangan sekuat tegangan leleh
Suatu tumpangan akan setara tegangan leleh penuh kalau lembaran itu
berhimpitan (overlap) sejauh satu kotak spasi (dua kampuh las), ditambah
minimal 2,5 cm.
2. Tumpangan separuh tegangan leleh
Suatu tumpangan akan setara dengan separuh tegangan leleh, kalau
lembaran itu berhimpitan (overlap) sejauh satu kampuh las ditambah
minimal 2,5 cm.

25
B. Perletakan Wiremesh

Gambar 2.14 Lantai Pelat Bangunan Tingkat


(Sumber : PT. UNION METAL)

Gambar 2.15 Tumpangan dengan Tegangan Leleh Penuh (5000 Kg/cm2)


(Sumber : PT. UNION METAL)

26
Gambar 2.16 Tumpangan dengan Setengah Tegangan Leleh (2500 Kg/cm2)
(Sumber : PT. UNION METAL)

Catatan:

Tambahan sebesar 2,5 cm adalah jarak minimal agregat beton yang


diizinkan oleh Peraturan Beton Indonesia (PBI 8.16.1), membantu agar
beton tersebut dapat padat di sekitar kawat tersebut. persyaratan tumpangan
separuh tegangan leleh kadang-kadang diizinkan untuk tumpangan di tepi
pelat satu arah (one way slab), tetapi sebaiknya tumpangan tersebut
ditentukan oleh insinyur bangunan. Sebaiknya tumpangan digunakan
sekuat tegangan leleh dan ditempatkan di titik-titik yang bertegangan tarik
tidak maksimum.

2.4 Mutu Beton Serta Penggunaannya

 Mutu tinggi
fc'35 – fc'65 MPa setara K400 – K800 kg/cm2
Umumnya digunakan untuk beton prategang seperti tiang pancang beton
prategang, gelagar beton prategang, pelat beton prategang dan sejenisnya.
 Mutu sedang
fc'20 – fc'35 MPa setara K250 – K400 ( kg/cm2 )
Umumnya digunakan untuk beton bertulang seperti pelat lantai jembatan,
gelagar beton bertulang, diafragma, beton pracetak, gorong-gorong beton
bertulang, bangunan bawah jembatan.

27
 Mutu rendah
fc'15 – fc'20 MPa setara K175 – K250 kg/cm2
Umumya digunakan untuk struktur beton tanpa tulangan seperti beton siklop,
trotoar dan pasangan batu kosong yang diisi adukan, pasangan batu.
 Mutu rendah
fc'10 – fc'15 MPa setara K125 – K175 kg/cm2
Di gunakan sebagai lantai kerja, penimbunan kembali dengan beton

Sumber : Mengenal mutu beton dan beton bertulang serta penggunaannya ~ Home
Design Ideas http://kibagus-homedesign.blogspot.com/2010/05/mengenal-mutu-beton-
dan-beton-bertulang.html#ixzz1wF7IlxPw

Tabel 2.3 komposisi dan pencampuran beton


Kerikil
Mutu Beton f'c
Semen (kg) Pasir (kg) (kg) air (liter)
w/c

K 100 7.4 Mpa 247 869 999 215 0.87

K 125 9.8 Mpa 276 828 1012 215 0.78

K 150 12.2 Mpa 29 799 1017 215 0.72

K 175 14.5 Mpa 326 760 1029 215 0.66

K 200 16.9 Mpa 352 731 1031 215 0.61

K 225 19.3 Mpa 371 698 1047 215 0.58

K 250 21.7 Mpa 384 692 1039 215 0.56

K 275 24 Mpa 406 684 10226 215 0.53

K 300 26.4 Mpa 413 681 1021 215 0.52

K 325 28.8 Mpa 439 670 1006 215 0.49

K 350 31.2 Mpa 448 667 1000 215 0.48


Sumber: http://kampuzsipil.blogspot.com/2011/11/komposisi-dan-pencampuran-
beton.html

2.5 Bekisting
Bekisting merupakan struktur sementara yang berfungsi sebagai alat bantu
dalam membentuk beton dimana perkembangannya sejalan dengan perkembangan
beton itu sendiri. Bekisting berfungsi sebagai acuan untuk mendapatkan bentuk
profil yang diinginkan serta sebagai penampung dan penumpu sementara beton

28
basah selama proses pengeringan. Dengan adanya inovasi teknologi dalam bidang
bekisting, saat ini produksi dilakukan oleh pabrik dengan disain sedemikian rupa
sehingga bekisting mudah dibongkar, dipasang serta memungkinkan untuk
dimanfaatkan lebih dari satu kali.
Proses pengeringan beton saat ini relatif lebih cepat dibandingkan pada
masa lalu. Hal ini disebabkan karena telah ditemukannya zat tambah yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatur kecepatan mengerasnya beton. Proses
pembongkaran bekisting bergantung pada kecepatan mengerasnya beton dan baru
dibongkar setelah dinyatakan aman. Pembuatan dan pemasangan bekisting
tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhi yaitu bahan yang tersedia atau
yang diperlukan, cara dan pengadaan tenaga kerja, tuntutan akan hasil pengerjaan
yang dibutuhkan terutama dalam hal akurasi dan kerapian serta biaya alat-alat
yang digunakan.
Dalam pembuatan bekisting harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Kualitas material bekisting yang digunakan harus dapat menghasilkan
permukaan beton yang baik.
2. Cukup kuat karena bekisting akan menampung beton basah disamping
beban- beban lain saat pengecoran. Dengan begitu diharapkan tidak terjadi
lendutan atau lenturan ketika beton dituang.
3. Sedikit pembuangan agar bisa dipakai untuk keperluan pembekistingan
yang lainnya.
4. Dapat dipasang dengan mudah dan cepat.
5. Mudah dibongkar tanpa mengadakan sentakan sehingga tidak
menimbulkan kerusakan pada struktur beton saat dilakukan pembongkaran
bekisting.
6. Memperhatikan faktor ekonomis dari bekisting agar mampu mereduksi
biaya.
Pelekatan beton pada bekisting dapat dihindari dengan melumasi
penampang bekisting yang bersentuhan itu dengan minyak bekisting. Namun,
pemakaian minyak bekisting tidak boleh terlalu banyak karena dapat mengubah
warna permukaan beton. Apabila papan (kayu) bekisting dikerjakan dengan

29
sederhana, maka papan itu dapat digunakan sekitar 3 sampai 5 kali. Sedangkan
untuk balok persegi dan bulat dapat dipakai sekitar 7 sampai 10 kali. Bekisting
hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan lagi pada
kesempatan lain.

Bekisting Balok dan Pelat


Pada umumnya struktur pelat lantai beton dan balok menjadi satu kesatuan
yang monolit sehingga sistem bekisting yang dipergunakan disesuaikan dengan
sistem bekisting pelat lantai beton. Maka bekisting balok atau sistem balok-balok
biasanya terdiri dari balok induk dan balok balok anak atau balok garis menjadi
satu kesatuan dengan bekisting pelat lantai.
Dengan kedaan yang demikian, rancangan bekisting balok tidak terlepas
dari sistem pelat lantai yang dipilih. Bekisting balok-balok terdiri dari komponen-
komponen bidang alas dan dua sisi bidang tegak samping ditambah dengan
pengikat - pengikat dan penyokong yang diperlukan. Biasanya komponen bidang
alas dibuat dengan lebar yang tepat sesuai dengan lebar balok dan akan tertumpu
langsung pada perancah penyangga. Komponen sisi tegak samping berhubungan
tegak lurus dengan bidang alas secara overlap dan kedua bidang ini bertumpu
pada perancah penyangga.
Untuk balok tepi yang berfungsi sebagai spandrel beam diperlukan
bekisting yang baik dan kuat. Hal ini disebabkan lokasi terletak pada tepi luar
dari bangunan sehingga harus menghasilkan penampilan yang baik, meskipun
sering digunakan bahan finishing untuk menutup bahan betonnya. Detail dari
bagian-bagian bekisting balok sangat bervariasi tergantung bahan yang
digunakan, lokasi atau letak bekisting dan beban yang diperhitungkan. Seperti
yang telah dikemukakan sebelumnya, bekisting balok dan pelat lantai beton
menjadi satu kesatuan dan bersama-sama ditumpu oleh tiang-tiang penyangga
yang berbentuk struktur rangka perancah penyangga dibawah bekisting balok dan
pelat lantai tersebut. Jarak antar tiang penyangga tersebut dibatasi oleh kekuatan
terhadap momen lentur, lendutan ijin, maupun kapasitas dari masing-masing tiang
penyangga.

30
2.6 Perancah
Konstruksi bekisting untuk struktur yang mendukung bebas terdiri dari
suatu konstruksi penyangga dari perancah kayu atau perancah baja bersekrup
(scaffolding). Perancah kayu umumnya diletakkan di bagian atas gelagar balok
yang cukup panjang dan lebarnya, untuk mencegah bekisting melesak. Perancah
kayu dapat disetel tingginya dengan pertolongan dua baji kayu yang dapat digeser.
Perancah ini termasuk tipe penyangga tradisional.
Perancah baja bersekrup (scaffolding) terdapat dipasaran dengan bermacam-
macam panjang dan besarnya. Perancah baja semakin banyak digunakan karena
selain pemasangannya yang mudah dan cepat, perancah ini juga mampu
menyangga beban sampai dengan 5–20 kN (500-2000 kg). Perancah baja
bersekrup terdiri dari dua pipa baja yang disambung dengan selubung sekrup atau
mur penyetel. Penggunaan perancah baja bersekrup membutuhkan pengawasan
serta ketelitian dalam pemasangannya. Jika perancah ini dirawat dengan baik,
maka dapat dipakai bertahun-tahun.
Penyetelan dari perancah kayu atau perancah baja bersekrup (scaffolding)
memerlukan persyaratan seperti di bawah ini :
1. Perancah harus berdiri tegak lurus. Hal ini berguna untuk mencegah
perubahan bekisting akibat dari gaya-gaya horisontal. Penyetelan dalam
arah tegak lurus harus dengan waterpass.
2. Bila beberapa lantai bertingkat akan dicor berurutan, maka lendutan akibat
dari lantai yang telah mengeras harus dihindarkan dengan menempatkan
perancah diperpanjangannya sebaik mungkin.
3. Tempat dari perancah perlu dipilih sedemikian rupa sehingga beban-beban
dapat terbagi serata mungkin. Hal ini berguna untuk mencegah perubahan
bentuk yang berbeda-beda akibat dari perpendekan elastis perancah yang
timbul karena pembebanan dan perbedaan penurunan tanah.

2.7 Peralatan
Peralatan yang akan dipakai haruslah dipilih dengan tepat karena merupakan
salah satu faktor penting untuk menunjang keberhasilan suatu proyek konstruksi.

31
Pada pengerjaan pelat lantai, biasanya digunakan concrete pump dan vibrator pada
saat proses pengecoran. Concrete pump berfungsi untuk mengalirkan beton cor
ready mix ke pelat lantai yang siap di cor. Biasanya concrete pump digunakan
untuk lantai yang sulit dijangkau serta untuk mempercepat proses pengecoran.
Sedangkan vibrator berfungsi untuk menghasilkan getaran yang cukup untuk
memaksa adukan beton bergeser mengisi rongga-rongga kosong, sehingga beton
mengalir dan memadat.

2.8 Perkiraan biaya


Perkiraan Biaya adalah memperkirakan kemungkinan jumlah biaya yang
diperlukan untuk sesuatu kegiatan yang didasarkan atas informasi uang tersedia
(Soeharto,1997). Perkiraan biaya memegang perkiraan penting dalam
penyelenggaraan proyek. Selanjutnya, perkiraan biaya memiliki fungsi dengan
spektrum yang amat luas yaitu merencanakan dan mengendalikan sumber daya
seperti material, tenaga kerja, pelayanan, maupun waktu. Meskipun kegunaannya
sama, namun penekanannya berbeda-beda untuk masing-masing organisasi
peserta proyek. Bagi pemilik, angka yang menunjukkan jumlah perkiraan biaya
akan menjadi salah satu patokan untuk menentukan kelayakan investasi. Bagi
kontraktor, keuntungan finansial yang akan diperoleh tergantung pada seberapa
jauh kecakapan membuat perkiraan biaya. Bila penawaran harga yang diajukan di
dalam proses lelang terlalu tinggi, kemungkinan besar kontraktor yang
bersangkutan akan mengalami kekalahan. Sebaliknya bila memenangkan lelang
dengan harga terlalu rendah, kontraktor akan mengalami kesulitan di kemudian
hari. Sedangkan bagi konsultan, angka tersebut diajukan kepada pemilik sebagai
usulan jumlah biaya terbaik untuk berbagai kegunaan sesuai perkembangan
proyek.

2.9 Biaya Langsung dan Tak Langsung


Biaya langsung adalah semua biaya yang berhubungan langsung dengan
pekerjaan konstruksi di lapangan. Biaya langsung dapat diperoleh dengan
mengalikan volume/kuantitas suatu pekerjaan dengan harga satuan (unit cost)

32
pekerjaan tersebut. Harga satuan pekerjaan ini terdiri atas harga bahan, upah
buruh dan biaya peralatan.
Biaya-biaya yang dikelompokkan dalam jenis ini yaitu :
1. Biaya Bahan
Biaya bahan terdiri dari biaya pembelian material, biaya transportasi,
biaya penyimpanan material dan kerugian akibat kehilangan atau
kerusakan material.

2. Biaya Pekerja/Upah (Labour/Man Power)


Biaya pekerja ini dibedakan atas :
a. Upah harian
b. Upah borongan
c. Upah berdasarkan produktivitas

3. Biaya Peralatan
Beberapa unsur yang terdapat dalam biaya peralatan ini antara lain
adalah sewa (bila menyewa), biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya
operator, biaya mobilisasi, dan lain-lain yang terkait dengan peralatan.

Biaya tidak langsung adalah semua biaya proyek yang secara tidak langsung
berhubungan dengan konstruksi di lapangan tetapi harus ada dan tidak dapat
dilepaskan dari proyek tersebut. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tidak
langsung adalah biaya overhead dan biaya tak terduga.
2.10 Koefisien analisa harga satuan bangunan
Koefisien analisa harga satuan adalah angka-angka jumlah kebutuhan bahan
maupun tenaga yang diperlukan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dalam satu
satuan tertentu.
Koefisien analisa harga satuan berfungsi sebagai pedoman awal perhitungan
rencana angagaran biaya bangunan, kondisi tersebut membuat koefisien analisa
harga satuan menjadi kunci menghitung dengan tepat perkiraan anggaran biaya
bangunan.

33
2.10.1. Contoh koefisien analisa harga satuan bangunan
Misalnya untuk 1m3 pekerjaan pelat lantai koefisien analisa harga satuannya
adalah sebagai berikut: Analisa untuk 1m3 pekerjaan pelat beton bertulang adalah:
Koefisien analisa Bahan
 0,240 m3 Kayu kelas III
 3,200 kg Paku 5 cm – 12 cm
 1,600 Liter Minyak bekisting
 157,500 kg Besi beton polos
 2,250 kg Kawat beton
 336,000 kg semen
 0,540 m3 pasir beton
 0,810 m3 kerikil
 0,160 m3 Kayu kelas II balok
 2,800 Lembar Plywood 9 mm
 Dolken kayu galam,
 24,000φ Batang (8-10) cm, panjang 4 m

Koefisien analisaTenaga kerja


 5,300 hari Pekerja
 0,275 hari Tukang batu
 1,400 hari Tukang kayu
 1,050 hari Tukang besi
 0,262 hari Kepala tukang
 0,265 hari Mandor

Angka-angka diatas merupakan koefisien analisa harga satuan yang


dibutuhkan untuk menyeleseikan 1 m3 pekerjaan pelat membutuhkan 336 kg
semen, sehingga jika kita mengerjakan 10 m3 pekerjaan pelat maka kita harus
membeli atau menyediakan semen sebanyak 336 x 10 =3360 kg.
Begitu juga dengan kebutuhan tenaga sesuai koefisien analisa harga satuan
diatas untuk menyeleseikan 1 m3 pekerjaan pelat beton bertulang diperlukan 1,3

34
hari tukang kayu, maka untuk menyeleseikan 10 m3 pelat beton dibutuhkan 1,4 x
10 = 14 hari kerja untuk satu tukang, dan jika ingin menyeleseikan pekerjaan pelat
beton tersebut dalam waktu 7 hari maka diperlukan tukang kayu sebanyak 14 hari
: 7 = 2 tukang kayu.

2.10.2. Mencari koefisien analisa harga satuan RAB bangunan


Untuk mencari koefisien analisa harga satuan di Indonesia bisa dilakukan dengan
berbagai macam cara, diantaranya adalah :
 Melihat buku Analisa BOW
Koefisien harga satuan Bow ini berasal dari penelitian zaman Belanda
dahulu. Untuk sekarang ini sudah jarang digunakan karena adanya
pembengkakkan biaya pada koefisien tenaga.
 Melihat Standar Nasional Indonesia ( SNI )
Standar nasional (SNI) ini dikeluarkan resmi oleh badan standarisasi
nasional, dikeluarkan secara berkala sehingga SNI tahun terbaru
merupakan revisi edisi SNI sebelumnya. Untuk memudahkan mengetahui
edisi terbaru, SNI ini diberi nama sesuai tahun terbitnya misal : SNI 1998,
SNI 2002,SNI 2007.
 Melihat standar perusahaan
Pada perusahaan tertentu menerbitkan koefisien analisa harga satuan
tersendiri sebagai pedoman kerja karyawan, koefisien analisa harga satuan
perusahaan ini biasanya merupakan rahasia perusahaan.
 Pengamatan dan penelitian langsung dilapangan
Cara ini cukup merepotkan dan membutuhkan cukup banyak waktu, tapi
hasilnya akan mendekati ketepatan karena diambil langsung dari
pengalaman kita dilapangan, caranya dengan meneliti kebutuhan bahan,
waktu dan tenaga pada suatu pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
 Melihat standar Harga satuan
Harga satuan ini dikeluarkan per wilayah oleh pemerintah Indonesia
maupun standar perusahaan masing-masing, jika kita menggunakan satuan
ini maka kita tidak memerlukan koefisien analisa harga satuan karena

35
untuk menghitung rencana anggaran biaya kita hanya perlu mengalikan
volume pekerjaan dengan harga satuan.

2.11 Rencana Anggaran Biaya


Menurut Bachtiar Ibrahim dalam bukunya Rencana dan Estimate Real of
Cost, 1993, yang dimaksud rencana anggaran biaya (begrooting) suatu bangunan
atau proyek adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan
dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan
atau proyek tersebut.
Adapun menurut John W. Niron dalam bukunya Pedoman Praktis
Anggaran dan Borongan Rencana Anggaran Biaya Bangunan, 1992, rencana
anggaran biaya mempunyai pengertian sebagai berikut :
Rencana : Himpunan planning termasuk detail dan tata cara pelaksanaan
pembuatan sebuah bangunan.
Angaran : Perhitungan biaya berdasarkan gambar bestek (gambar
rencana) pada suatu bangunan.
Biaya : Besarnya pengeluaran yang ada hubungannya dengan
borongan yang tercantum dalam persyaratan yang ada.
Anggaran biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung dengan
teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama
akan berbeda-beda di masing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga
bahan dan upah tenaga kerja .
Biaya (anggaran) adalah jumlah dari masing-masing hasil perkiraan volume
dengan harga satuan pekerjaan yang bersangkutan.
Secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut :

RAB = Σ (Volume) x Harga Satuan Pekerjaan

36
Tahap-tahap penyusunan RAB
Dalam penyusunan RAB proyek terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :

1. Bill of Quantity (BQ)


2. Analisa biaya konstruksi (SNI)
3. Harga Satuan Pekerjaan (HSP)
4. Rencana Anggaran Biaya (RAB)
5. Rekapitulasi

Daftar Harga Satuan Bahan Daftar Harga Satuan Upah

Daftar Harga Satuan Baha


Daftar Harga Satuan Upa
Daftar Harga Satuan Bahan dan Upah

Daftar Harga Satuan Bahan dan Upa


Daftar Volume dan Harga Satuan Pekerjaan

Daftar Volume dan Harga Satuan Pekerjaa

Rekapitulasi

Rekapitulasi
Gambar 2.17 Tahapan Penyusunan RAB
(Sumber: Ibrahim (2001)

2.11.1 Volume / Kubikasi Pekerjaan


Menurut Bachtiar Ibrahim, dalam buku Rencana dan Estimate Real of Cost,
cetakan keempat, Jakarta, 2007, yang dimaksud dengan volume suatu pekerjaan
ialah menghitung jumlah banyaknya volume pekerjaan dalam satu satuan. Volume
juga disebut sebagai kubikasi pekerjaan. Jadi volume (kubikasi) suatu pekerjaan,
bukanlah merupakan volume (isi sesungguhnya), melainkan jumlah volume
bagian pekerjaan dalam satu kesatuan.

37
2.11.2 Harga Satuan Pekerjaan
Harga satuan pekerjaan ialah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja
berdasarkan perhitungan analisis. Harga bahan didapat di pasaran, dikumpulkan
dalam satu daftar yang dinamakan daftar harga satuan bahan. Setiap bahan atau
material mempunyai jenis dan kualitas tersendiri. Hal ini menjadi harga material
tersebut beragam. Untuk itu sebagai patokan harga biasanya didasarkan pada
lokasi daerah bahan tersebut berasal dan sesuai dengan harga patokan dari
pemerintah. Misalnya untuk harga semen harus berdasarkan kepada harga patokan
semen yang ditetapkan.

2.11.3 Analisa Harga Satuan


Analisa harga satuan pekerjaan merupakan analisa material, upah tenaga
kerja, dan peralatan untuk membuat satu-satuan pekerjaan tertentu yang diatur
dalam pasal-pasal analisa BOW maupun SNI, dari hasilnya ditetapkan koefisien
pengali untuk material, upah tenaga kerja dan peralatan segala jenis pekerjaan.
Sedangkan analisis Lapangan ditetapkan berdasarkan perhitungan kontraktor
pelaksana.
Sedangkan untuk pekerjaan pelat ini menggunakan analisa harga satuan
pekerjaan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan daftar harga satuan
bahan bangunan, upah kerja dan Analisa Biaya Konstruksi (ABK) yang
dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum.

2.12 Penjadwalan
Penjadwalan adalah suatu proses yang mengurutkan tugas / jenis-jenis
pekerjaan pada suatu rangkaian pekerjaan yang akan dilaksanakan. Penentuan
jadwal dimulai dari mulainya pekerjaan, durasi pekerjaan dan tanggal
penyelesaian dari suatu kegiatan.
Precendence Diagram Method (PDM)
Diagram precedence merupakan salah satu cara penjadwalan proyek yang
menunjukkan visualisasi dari suatu rencana kegiatan proyek yang digambarkan
dalam bentuk segi empat sebagai suatu kegiatan, panah sebagai ketergantungan.

38
1
2

4
5

Gambar 2.18 Diagram Precedence


( Sumber: Soeharto (1999))
Keterangan :
1. Waktu paling awal untuk memulai suatu kegiatan (Earliest start)
2. Waktu paling akhir untuk memulai suatu kegiatan (Latest start)
3. Nama kegiatan
4. Nomor kegiatan
5. Waktu

Untuk mempercepat suatu rangkaian kegiatan proyek perlu melihat metode


penjadwalan yang digunakan. Apabila menggunakan metode precedence diagram
maka langkah-langkah untuk mempercepat rangkaian kegiatan proyek adalah
sebagai berikut:
1. Menetapkan banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk percepatan dengan
mempertimbangkan :
 Kemampuan percepatan untuk masing-masing pekerjaan, khususnya
pekerjaan yang terletak pada lintasan kritis.
 Waktu penyelesaian pekerjaan disesuaikan dengan kemampuan
pelaksanaannya sekaligus penetapan besarnya percepatan yang diijinkan
2. Meninjau jalur kritis dan mempercepat secara maksimum sesuai dengan
batasan yang diperkenankan.
3. Meninjau dan mengontrol pada setiap percabangan yang terkena pengaruh
khususnya EET nya.
4. Mengontrol pada setiap pertemuan antara jalur kritis dengan yang tidak kritis

39
5. Kontrol kembali semua rangkaian yang sudah dipercepat dan jumlahkan
biaya percepatan maka kita akan dapat melihat besarnya biaya percepatan
yang paling murah/optimal dengan cara membandingkan dibeberapa
alternatif.

40

Anda mungkin juga menyukai