Anda di halaman 1dari 14

LEX LIBRUM : JURNAL ILMU HUKUM

http://www.lexlibrum.id
p-issn: 2407-3849 e-issn: 2621-9867
available online at http://lexlibrum.id/index.php/lexlibrum/article/view/105/pdf
Volume 4 Nomor 2 Juni 2018 Page: 659 – 672
doi: http://doi.org/10.5281/zenodo.1257793

EKSISTENSI KEDAULATAN NEGARA DALAM PENERAPAN


YURISDIKSI MAHKAMAH PIDANA INTERNASIONAL
*)
Danel Aditia Situngkir
danel@stba-prayoga.ac.id

Abstrak
Negara merupakan subjek paling penting dalam hukum internasional. Kedaulatan
merupakan aspek terpenting dari negara. Secara sederhana kedaulatan diartikan sebagai
kemampuan untuk menerapkan hukum nasional dalam wilayah teritorialnya. Namun dalam
perkembangannya kedaulatan negara mengalami perubahan. Salah satu alasan perubahan
terhadap kedaulatan negara adalah perhatian terhadap masalah hak asasi manusia dalam
beberapa dekade terakhir. Sejarah kelam perang dunia pertama dan perang dunia kedua
membawa konsep bahwa kejahatan terhadap kemanusiaan harus dihukum dan tidak dapat
dibiarkan. Maka dari itu didirikanlah Mahkamah Pidana Internasional berdasarkan Statuta
Roma yang memiliki kewenangan terhadap kejahatan luar biasa seperti genosida, kejahatan
terhadap kemanusiaan, kejahatan perang dan kejahatan agresi. Pendirian Mahkamah
Pidana Internasional merupakan bagian terpenting dalam perlindungan hak asasi manusia.
Disisi lain perlindungan terhadap kedaulatan negara juga merupakan aspek terpenting
dalam hubungan internasional. Maka dari itu Negara disarankan untuk menyelesaikan
masalah domestik dan internasional secara damai dan melengkapi undang-undang nasional
yang mengatur dengan peraturan kejahatan yang paling serius.

Kata Kunci : Kedaulatan Negara, Hak Asasi Manusia, Mahkamah Pidana


Internasional
Abstract
State is one of the most important legal subject of international law. The most
important element of a country is sovereignty. Sovereignty can be defined as the ability to
apply the national law throughout the territory of the country. But the paradigm of this
country’s sovereignty has changed over the development. One of the reason is the attention
to human rights issues in recent decades. The dark history of the first and second world
war deliver the ideas that crimes against humanity outstanding will be punished and
should not be ignored. To overcome this problem International Criminal Court was
established by the Rome Statute that has the authority to extraordinary crime that is the
crime of genocide, crimes against humanity, war crimes, and crime of aggression. The
establishment of The International Criminal Court is an important part of the protection of
human rights. However, the protection of the sovereignty of the State is also an important
aspect of the international relations. Thus thestate is advised to solve the domestic and
international issues peacefully and complement national laws governing with regulation
the most serious crimes.
Keywords : State Sovereignty, Human Rights, International Criminal Court

A. Pendahuluan rut pandangan Lautherpacht, doktrin kaum


Negara merupakan subjek utama positivis telah secara eksplisit menegaskan
dalam Hukum Internasional, bahkan menu- bahwa hanya negara yang merupakan
subjek hukum internasional. Keberadaan
negara sebagai satu-satunya subjek hukum
*)
Dosen Sekolah Tinggi Bahasa Asing
Prayoga Padang

659
Jurnal Lex Librum, Vol. IV, No. 2, Juni 2018, hal. 659 - 672

internasional ini pada ke-nyataannya dalam 5


1 abadi dalam sejarah dunia. Grotius juga
praktek sulit untuk diper-tahankan. menyelidiki aspek eksternal dari kedaulatan
Konvensi Montevidio tahun 1933 tersebut yaitu hubungan dengan negara-
telah meletakkan dasar serta memberikan negara lain atau yang lebih umum dikenal
kualifikasi bagi suatu negara yakni dengan kemerdekaan dan persamaan
penduduk yang tetap, wilayah yang tetap, derajat.
pemerintah dan kemampuan untuk menjalin Dalam Pasal 2 ayat 1 Piagam PBB
2
hubungan dengan negara lain. Konvensi secara tegas dikatakan “The Organization is
Montevidio tahun 1933 yang lebih dikenal based on the principle of the sovereign
dengan istilah Pan America hanya dibentuk equality of all its Members”. Dampak dari
oleh negara-negara di kawasan Benua pengakuan persamaan kedaulatan tersebut
Amerika, namun keberadaan konvensi ini adalah setiap negara berhak menjalankan
telah memberikan dasar bagi kualifikasi yurisdiksinya masing-masing dan negara
negara-negara modern. lain wajib menghormati dan tidak campur
J.G Starke menyebut unsur terpenting tangan terhadap hal tersebut.
dari suatu negara adalah kedaulatan. Prinsip tanpa campur tangan tersebut
Kedaulatan merupakan hasil terjemahan tidaklah absolute, mengingat semakin
dari sovereignty (bahasa inggris), semakin besarnya perhatian masyarakat
sovereinete (bahasa prancis), sovranus internasional terhadap masalah hak asasi
(bahasa italia) yang mempunyai arti manusia pasca perang dunia II yang
kekuasaan tertinggi. Konsep kedaulatan berlangsung dari tahun 1939-1945 dan
sebagai konsep kekuasaan tertinggi perang ASIA TIMUR RAYA (bagian dari
menitikberatkan kepada Kekuasaan berupa Perang Dunia II) yang berlangsung dari
3
kedaulatan. tahun 1942-1945 telah menimbulkan
Pada abad ke-18 terjadi perubahan korban yang luar biasa banyak, baik berupa
pandangan mendasar mengenai sifat korban manusia maupun harta benda, baik
kedaulatan. Perjanjian Westphalia pada di pihak pemenang perang maupun pihak
tahun 1648 yang mengakhiri perang 30 yang kalah perang. Setelah perang berakhir,
tahun di Eropa. Perjanjian Westphalia telah muncul ide untuk meminta pertanggung-
meletakan suatu dasar hubungan di antara jawaban secara langsung kepada individu
4 yang dituduh melakukan pelanggaran
masyarakat internasional modern. Hugo
de Groot atau yang lebih dikenal dengan hukum internasional dengan mengajukan-
Grotius adalah tokoh pemikir Belanda nya kehadapan pengadilan internasional
kaliber internasional dengan segudang bahkan dorongan tersebut semakin menguat
karya monumental yang bukan saja menjadi dilihat dari dibentuknya pengadilan ad hoc
rujukan masyarakat internasional, tapi juga setelahnya. Nuremberg Tribunal, Tokyo
memberikan pengaruh mendalam dan relatif Tribunal, International Criminal Tribunal
for The Former Yugoslavia, International
Criminal Tribunal For Rwanda merupakan
upaya yang dilakukan untuk menyeret para
pelaku pelanggaran hukum internasional ke
6
1
Malcolm N. Shaw QC, International Law pengadilan. Pengadilan-pengadilan terse-
(Cambridge-England: Fifth: Cambridge University but merupakan pengadilan pidana
Press,2003), hlm. 177.
2
Article 1 Konvensi Montevidio 1933 5
3 https://www.researchgate.net/publication/3
Yudha Bhakti Ardhiwisastra, Imunitas Ke-
daulatan Negara di Forum Pengadilan Negeri Asing 19647793_Khazanah_Grotius diakses 28 Desember
(Bandung:Alumni, 1999), hlm. 41-42. 2017
4 6
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. I Wayan Parthiana, Hukum Pidana Inter-
Agoes, Pengantar Hukum Internasional (Bandung: nasional (Bandung:CV. Yrama Widya, 2006), hlm.
P.T. Alumni, 2003), hlm. 29-30. 181-182.

660
Eksistensi Kedaulatan Negara Dalam Penerapan ... Danel Aditia Situngkir

internasional ad hoc yang dibentuk segera Di sisi yang lain keberadaan


setelah konflik/perang terjadi. Pada tahun Mahkamah Pidana internasional bisa
1994 International Law Commision berhasil menjadi ancaman bagi kedaulatan negara,
menyelesaikan naskah statuta yang menjadi dimana jika Mahkamah Pidana Inter-
dasar pendirian Mahkamah Pidana nasional menerapkan yurisdiksinya terha-
7
Internasional , dan pada tanggal 17 Juli dap suatu peristiwa yang terjadi di suatu
1998 diadopsi Statuta Roma tentang negara akan berdampak dikesampingkan-
pembentukan Mahkamah Pidana Inter- nya yurisdiksi nasional negara tersebut. Hal
nasional pada Konferensi PBB Berkuasa ini menjadi sangat krusial jika dikaitkan
Penuh di Roma. Statuta Roma dinyatakan dengan eksistensi negara. Artinya Negara
berlaku pada 1 Juli 2002 setelah 60 negara tidak lagi mampu menerapkan yurisdiksi-
mendaftarkan ratifikasi Statuta Roma nya pada territorial Negara tersebut.
8
kepada Sekretaris Jenderal PBB. Berdasarkan uraian latar belakang
Mahkamah Pidana Internasional masalah diatas maka penulis menginden-
memiliki yurisdiksi terhadap 4 (empat) tifikasi kedalam 2 (dua) rumusan perma-
kejahatan serius yaitu : The crime of salahan yaitu : Eksistensi Kedaulatan
genocide, Crimes against humanity, War Negara dan Penerapan Yurisdiksi
9 Mahkamah Pidana Internasional.
crimes, The crime of aggression.
Keberadaan Mahkamah Pidana Intern-
asional merupakan langkah maju dalam B. Metode Penelitian
upaya perlindungan terhadap hak asasi Jenis Penelitian Hukum yang
manusia karena merupakan pengadilan digunakan adalah penelitian hukum
pidana internasional pertama yang bersifat normatif. Penelitian hukum normatif terdiri
permanen. Dalam perjalanan tentu kebera- dari penelitian terhadap asas-asas hukum,
daan Mahkamah ini masih harus diuji penelitian terhadap sistematika hukum,
efektifitasnya untuk mengakhiri kekebalan penelitian terhadap taraf sinkronisasi
hukum, penelitian sejarah hukum, dan
(impunity) dari pelaku/ orang yang harus 10
bertanggung jawab yang selama ini sulit penelitian perbandingan hukum.
dijerat melalui proses peradilan. Kesulitan Metode pengumpulan data yang
terbesar membawa para pelaku ke digunakan adalah Studi kepustakaan. Studi
pengadilan adalah karena pelaku pasti kepustakaan dilakukan dengan membaca
merupakan orang yang mempunyai dan mempelajari buku-buku atau literatur,
kekuasaan dan kekuatan di Negara tersebut hasil penelitian, berita di internet (website)
sehingga dapat melakukan kejahatan yang berkaitan dengan Eksistensi Ke-
tersebut. Bukan tidak mungkin juga akan daulatan Negara dalam Penerapan Yuris-
mendapatkan perlakuan khusus bahkan diksi Mahkamah Pidana Internasional.
perlindungan dari pemerintah yang Untuk menganalisis data yang
berkuasa, atau bisa saja justru pemerintah diperoleh, akan digunakan metode analisis
yang sedang berkuasa yang menjadi pelaku normatif, merupakan cara menginterpretasi-
lewat pejabat-pejabat yang berwenang kan dan mendiskusikan bahan hasil
seperti yang terjadi pada rezim Khadafi di penelitian berdasarkan pada pengertian
Libya. Jika dibawa ke Pengadilan, kesannya hukum, norma hukum, teori-teori hukum
hanya sebagai formalitas untuk meng- serta doktrin yang berkaitan dengan pokok
hindari tekanan masyarakat internasional. permasalahan yang dibahas.
Akibatnya peradilan yang dilaksanakan
jauh dari asas fair trail.
7 10
Ibid., hlm. 205. Bambang Sunggono, Metodologi Peneli-
8
Pasal 126 Statuta Roma tian Hukum, (Jakarta : PT RajaGrafindo, 2003), hlm.
9
Pasal 5 Statuta Roma 41-42.

661
Jurnal Lex Librum, Vol. IV, No. 2, Juni 2018, hal. 659 - 672

C. Hasil dan Pembahasan sekilas hal tersebut memang menimbulkan


I. Eksistensi Kedaulatan Negara kesan bertentangan dengan hukum
Kedaulatan Negara sering digunakan internasional, dimana hukum internasional
untuk merujuk kepada pengertian sebagai suatu sistim yang mengatur
kekuasaan tertinggi oleh pemerintah. hubungan antarnegara. Namun, Hukum
Kedaulatan juga diberi makna sebagai internasional tidak mungkin mengikat
kewenangan politik tertinggi yang dimiliki apabila negara-negara tidak mengakui
suatu negara untuk menentukan dan adanya suatu kekuasaan lain yang lebih
mengatur dirinya. Dalam dunia akademik tinggi lagi diatasnya. Paham kedaulatan
tidak ada konsep tunggal mengenai yang demikian akan menghambat perkem-
kedaulatan semua tergantung pendekatan bangan masyarakat internasional dan
yang dipakai untuk memaknai kedaulatan perkembangan hukum internasional itu
11
tersebut. sendiri.
Jean Bodin adalah orang pertama Terdapat beberapa pandangan yang
yang memberikan bentuk ilmiah pada teori membahas hubungan antara Hukum
kedaulatan. Persoalan mengenai kekuasaan Nasional dan Hukum Internasional.
tertinggi dalam negara itu telah dikenal Diantaranya teori monisme yang
sejak zaman Aristoteles dan sarjana-sarjana memandang hukum internasional dan
hukum romawi pada zaman dahulu. Bodin hukum nasional masing-masing merupakan
mengatakan bahwa kedaulatan merupakan 14
dua aspek dari satu sistim hukum.
hal pokok dari setiap kesatuan yang disebut Penganut teori ini menganggap hukum
12
negara. internasional lebih unggul dari hukum
Lebih jauh lagi Bodin menyatakan nasional dengan tujuan untuk menciptakan
bahwa tidak ada kekuasaan yang lebih nilai-nilai universal kemanusiaan sebagai
tinggi yang dapat membatasi kekuasaan landasan utama dalam norma-norma hukum
15
negara. Menurutnya kedaulatan merupakan internasional.
satu-satunya kekuasaan yang dalam Mengacu pada Teori dualisme,
kehidupan berbangsa memiliki sifat-sifat hukum internasional dan hukum nasional
13
berupa : merupakan 2 (dua) sistim hukum yang
16
a. Asli, artinya tidak diturunkan berbeda secara intrinsik. Hal ini karena
dari sesuatu kekuasaan lain. sifat dasarnya berbeda dimana hukum
b. Tertinggi, tidak ada internasional mengatur hubungan antar
kekuasaan lain yang lebih negara dan hukum nasional mengatur
tinggi yang dapat membatasi hubungan intra-negara dimana struktur
kekuasaannya. hukum yang berbeda diterapkan di satu sisi
c. Bersifat abadi atau kekal. oleh negara dan di sisi lain antara negara-
d. Tidak dapat dibagi-bagi negara, dimana ketentuan hukum nasional
karena hanya ada satu memungkinkan pelaksanaan aturan hukum
kekuasaan tertinggi saja. internasional.
e. Tidak dapat dipindahkan atau Sedangkan berdasarkan Teori
diserahkan kepada suatu koordinasi, hukum internasional memiliki
badan lain lapangan berbeda dengan hukum nasional,
Kedaulatan sebagai kekuasaan sehingga keduanya memiliki keutamaan di
tertinggi dimiliki oleh Negara, secara
14
Sugeng Istanto, Hukum Internasional
11 (Yogyakarta: Universitas Atmajaya ,2010), hlm. 7.
Sefriani, Pengantar Hukum Internasional,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 113-133 15
12 Jawahir Thontowi,Hukum International
Dewa Gede Atmadja, .Op.Cit, hlm. 86 Kontemporer (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006),
13
Yudha Bhakti Ardhwisastra. Imunitas…,. hlm.80.
16
hlm. 42. Sugeng Istanto, Hukum…, hlm.8.

662
Eksistensi Kedaulatan Negara Dalam Penerapan ... Danel Aditia Situngkir

lapangannya masing-masing. Oleh karena 8. Kewajiban untuk menjaga


itu tidak ada yang lebih tinggi ataupun lebih wilayahnya agar tidak mem-
17 bahayakan perdamaian dan
rendah satu dengan yang lain. Konsep
kedaulatan sendiri begitu melekat dengan keamanan internasional.
negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa 9. Kewajiban untuk menyelesai-
kedaulatan merupakan hal yang sangat kan sengketa secara damai.
penting dalam tertib hukum, baik hukum 10. Kewajiban untuk tidak meng-
nasional maupun hukum internasional. gunakan kekuatan dan an-
Kedaulatan negara merupakan salah satu caman senjata.
norma fundamental dalam sistim hukum 11. Kewajiban untuk tidak mem-
internasional. Konsekuensinya konsep bantu terlaksananya peng-
tentang negara yang berdaulat sebagai gunaan kekuatan dan anca-
kesatuan otoritas yang tidak tunduk pada man senjata.
pihak manapun merupakan penyangga 12. Kewajiban untuk tidak
sistim tata hukum internasional yang mengakui wilayah-wilayah
menjunjung tinggi prinsip kesetaraan, non yang diperoleh melalui cara-
intervensi dan kesepakatan negara. cara kekerasan.
Pada dasarnya walaupun setiap negara 13. Kewajiban untuk melaksana-
memiliki kedaulatan, namun negara juga kan kewajiban internasional
memiliki hak dan kewajiban dalam dengan itikad baik.
18
hubungan internasional yakni : 14. Kewajiban untuk mengada-
1. Hak atas kemerdekaan dan kan hubungan internasional
self determination dengan Negara-negara lain
2. Hak untuk melaksanakan sesuai hukum internasional.
yurisdiksi terhadap Doktrin persamaan kedaulatan negara-
wilayahnya, orang dan benda negara dicantumkan dalam pasal 2 ayat (1)
yang berada di dalam Piagam PBB secara eksplisit menyatakan
wilayahnya bahwa : “the organization is based on the
3. Hak untuk mendapatkan principle of the sovereign equality of all its
kedudukan hukum yang sama members” Meskipun suatu negara berdaulat,
4. Hak untuk menjalankan bukan berarti negara bebas dari tanggung
pertahanan diri sendiri sesuai jawab. Artinya bahwa dalam kedaulatan
atau kolektif (self defense). terkait didalamnya kewajiban
5. Kewajibanuntuktidak untuk tidak menyalahgunakan kedaulatan
19
melakukanintervensi itu.
terhadap masalah-masalah Lebih lanjut Phillip Allot
yang terjadi di Negara lain. mengemukakan bahwa sovereignity is not a
6. Kewajiban untuk tidak meng- fact but a theory. Artinya kedaulatan adalah
gerakkan pergolakan sipil di konsep yang samar sehingga bisa saja
Negara lain. tumbuh dari waktu ke waktu dikarenakan
7. Kewajiban untuk memper- perubahan konstelasi politik inter
20
lakukan semua orang yang nasional. Sehingga kedaulatan dan harga
berada di wilayahnya dengan diri suatu bangsa (the pride of nations)
memperhatikan HAM. tergantung pada perkembangan suatu

19
17 Huala Adolf, Apsek – Aspek negara dalam
Jawahir Thontowi, Hukum…, hlm.81. Hukum Internasional (Bandung: Kini Media, 2014),
18
Sefriani, Pengantar Hukum Internasional hlm. 214.
20
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001)hlm. 113- Phillip Allof, New Order For a New World
133. (Oxford: Oxford University Press, 2001), hlm. 57

663
Jurnal Lex Librum, Vol. IV, No. 2, Juni 2018, hal. 659 - 672

negara. Perkembangan teknologi perang, sengketa yang terjadi dalam masyarakat


interdependensi dalam kehidupan antar- internasional. Dalam ketentuan pasal 38
negara, dan menguatnya globalisasi ayat 1 Statuta International Court of Justice
membawa berbagai implikasi yang men- (ICJ) disebutkan: the court, whose function
jadikan kedaulatan negara semakin rawan is to decide in accordance with inter-
21
untuk dipertahankan. Sehingga semakin national law such disputes as are submitted
baik suatu Negara menjalankan dan to it, shall apply :
mempertahankan kedaulatanya maka sema- a. International convention, whether
kin tinggilah harga diri negara tersebut. general or particular, estha-
Sekurang-kurangnya ada 2 (dua) blishing rules expressly recog-
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam nized by contesting state
hal menemukan makna baru tentang b. International custom, as evidence
kedaulatan dalam sistim hukum inter- of general practile practice
nasional kontemporer. Pertama perkem- accepted as law
bangan dan penyebaran nilai-nilai kemanu- c. The general pinciple of law
siaan dan implementasinya dan yang kedua recognazed by civiled nations
proses globalisasi dan liberalisasi ekonomi d. Subject to the provision of article
dan perdagangan internasional yang makin 59, judicial decision and the
22
marak. teachings of the most highly
Dikaitkan dengan eksistensi negara qulified publicists of the various
dalam hukum internasioanal kedaulatan nation, as subsidiary means for
memiliki makna ganda yaitu kedaulatan the determinations of rule of law
dalam (interne souvereiniteit) dan Keempat sumber hukum internasional
kedaulatan keluar (externe souvereiniteit). tersebut baik perjanjian internasional,
Kedaulatan kedalam adalah bahwa kebiasaan internasional, prinsip hukum
kekuasaan negara itu ditaati dan dapat umum yang diakui bangsa beradab dan
memaksakan untuk ditaati oleh rakyatnya doktrin. Dewasa ini baik negara maupun
dan kedaulatan keluar adalah bahwa Negara subjek hukum internasional yang lain
mampu mengadakan hubungan luar negeri cenderung untuk mengadakan hubungan
dan mampu mempertahankan diri terhadap dengan perjanjian internasional. Pengaturan
serangan yang datang dari luar. Dilihat dari secara umum mengenai perjanjian
sumber legitimasi kedaulatan tersebut dapat internasional terdapat dalam Konvensi
diartikan kedaulatan kedalam bersumber Wina 1969 tentang hukum perjanjian
dari hukum nasional negara sementara internasional.
kedaulatan keluar juga bersumber dari Secara fungsional perjanjian inter-
hukum nasional ditambah dengan tertib nasional dilihat dari sumber hukum, maka
hukum internasional yang diakui dalam perjanjian internasional dibedakan dalam
hukum Internasional. dua golongan, yaitu: treaty contracts dan
Sumber hukum internasional law making treaties. Treaty contract adalah
menempati kedudukan yang sangat penting perjanjian seperti suatu kontrak atau
dan merupakan faktor yang menentukan perjanjian dalam hukum perdata yang
dalam hubungan serta penyelesaian mengakibatkan hak dan kewajiban antara
pihak-pihak yang mengadakan perjanjian
itu saja, contoh perjanjian perbatasan dan
21
Mirza Satria Buana, Hukum Internasional perjanjian perdagangan. Law making
Teori dan Praktek Bandung: Nusamedia, 2007), treaties adalah perjanjian internasional yang
hlm. 33.
22
Sigit Riyanto, “Re-interpretasi kedaulatan meletakkan ketentuan-ketentuan atau
Negara dalam hukum Internasional”, http://repos kaidah-kaidah hukum bagi masyarakat
itoryugm2.azureedge.net, diakses Hari Sabtu internasional secara keseluruhan, misalnya
Tanggal 18 Maret Tahun 2017 Pukul 23.11 Wib

664
Eksistensi Kedaulatan Negara Dalam Penerapan ... Danel Aditia Situngkir

Konvensi Wina 1969 tentang Hukum The International Criminal Tribunal For
Perjanjian Internasional dan Konvensi The Former Yugoslavia dan Statute of the
23
Hukum Laut 1982. International Tribunal for Rwanda.
Jika dikaitkan dengan faktor yang Grotius mengatakan bahwa diantara
mempengaruhi kedaulatan diatas yaitu asas-asas hukum alam yang melandasi
dalam kaitan nilai-nilai kemanusiaan, sistem hukum internasional, pacta sunt
kehadiran Liga Bangsa-Bangsa setalah servanda merupakan asas paling
perang dunia I adalah upaya negara-negara fundamental. Pacta sunt servanda yang
untuk menghindari perang karena mulai merupakan bagian dari hukum kodrat yang
memperhatikan perlidungan terhadap hak menjadi dasar bagi konsensus. Anzilotti
asasi manusia. Meskipun pada akhirnya penganut aliran dualisme berkebangsaan
Liga Bangsa-Bangsa tidak dapat mencegah Italia menguatkan pandangan Grotius dan
pecahnya perang dunia II. Namun sudah meletakan dasar daya ikat hukum inter-
terlihat upaya penyebarluasan norma-norma 25
nasional pada asas pacta sunt servanda.
hak asasi manusia secara universal. Dalam perjanjian internasional, negara
Regulasi dan penegakan hak asasi dapat berperan sebagai negara pihak atau
manusia yang dilembagakan masyarakat Negara bukan pihak. Pengertian negara
internasional mencerminkan komitemen pihak (party) dapat dilihat dalam Pasal 2 (g)
dan kepeduluan terhadap nilai dan perlin- Konvensi Wina 1969 : “Party means a
dungan hak asasi manusia. Bahkan muncul State which has consented to be bound by
paradigma baru dalam masyarakat inter- the treaty and for which the treaty is in
nasional bahwa hak asasi manusia lebih force. Melihat dari pengertian diatas, maka
utama dari pada kedaulatan. Hal ini Negara pihak adalah Negara yang
diteguhkan dengan munculnya pengadilan- menyatakan terikat pada ketentuan yang
pengadilan adhoc maupun permanen yang diatur dalam perjanjian internasional.
mengadili para pelaku kejahatan terhadap Bentuk tindakan yang menyatakan suatu
hak asasi manusia ini tanpa memandang negara terikat pada perjanjian internasional,
status kewarganegaraannya. Salah satu hal yaitu Penandatanganan (Signatured), Pertu
yang mendorong hal tersebut adalah karan instrument-instrument (exchange of
kegagalan otoritas nasional dalam meng- instruments constituting a treaty) dan
elola dinamika politik dan melindungi hak Ratification, acceptance or approval.
asasi warganya seperti yang terjadi di Pengertian negara bukan pihak (third state)
berbagai negara. dapat dilihat dalam Pasal 2 (h) Konvensi
Pengadilan ad hoc yang dibentuk Wina 1969 :“third state” means a State not
sebelum Mahkamah Pidana Internasional a party to the treaty. Negara bukan peserta
dibentuk berdasarkan statuta/perjanjian merupakan negara yang tidak terlibat dalam
internasional. Nuremberg Tribunal dan perjanjian internasional, maka dari itu
Tokyo Tribunal dibentuk berdasarkan sebuah perjanjian tidak menciptakan baik
24
London Agreement , International Cri- kewajiban atau hak untuk negara ketiga
minal Tribunal for the Former Yugoslavia tanpa persetujuan. Ketika perjanjian
dan International Criminal Tribunal for menjadi mengikat negara-negara ketiga
Rwanda dibentuk berdasarkan Bab VII melalui mekanisme hukum kebiasaan
Piagam PBB dengan membentuk Statute of 26
internasional sesuai dengan pasal 38.

23
Yudha Bhakti Ardhiwisastra, Hukum Inter- 25
nasional (Bandung: PT. Alumni , 2003), hlm. 107- Yudha Bhakti Ardhiwisastra, Hukum…, hlm. 72.
108. 26
Malgosia Fitzmaurice, 2002, Third Parties
24
http://www.cininas.lt/wpcontent/uploads/2015/06/1 and the Law of Treaties, Max Planck Yearbook,
949_UN_ILC_N_statuto_koment.pdf diakses 18 Volume 6, Kluwer Law International, Netherlands,
Agustus 2017 hlm. 57

665
Jurnal Lex Librum, Vol. IV, No. 2, Juni 2018, hal. 659 - 672

Pertalian dengan permasalahan II. Penerapan Yurisdiksi Mahkamah


kedaulatan jika menilik asas pacta sunt Pidana Internasional
servanda ini maka apabila negara yang Yurisdiksi berasal dari kata bahasa
warga negara yang diadili tersebut inggris jurisdiction. Kata tersebut
merupakan negara pihak dalam perjanjian merupakan kata yang diadopsi dari bahasa
atau sekurang-kurangnya menyatakan latin jurisdictio. Dalam Black’s Law
28
penerimaan/ menundukkan diri secara Dictionary, jurisdiction
sukarela terhadap ketentuan statuta yang a. The word is a term of
menjadi dasar pembentukan pengadilan large and comprehensive
tersebut, maka tidak akan mempengaruhi import, and embraces
kedaulatan negara karena dapat dipahami every kind of judicial
sebagai keinginan negara untuk menyerah- action;
kan tunduk pada ketentuan statuta/ b. it is the authority by which
perjanjian internasioanl dengan menyerah- courts and judicial officers
kan para pelaku untuk diadili oleh take cognizance of and
pengadilian diluar yurisdiksi negaranya. decide cases;
Namun pada kenyataannya tidak satupun c. the legal right by which
negara tersebut yang menyatakan penun- judges exercise their
dukan diri terhadap isi statuta pembentukan authority;
pengadilan tersebut. d. it exists when courts has
Apakah negara-negara yang warga- cognizances of class of
negaranya diadili oleh lembaga peradilan cases involved, proper
tersebut dikatakan negara tidak berdaulat? parties are present, and
Dalam kerangka hubungan internasional point to be decided is
negara berhak tanpa paksaan dari pihak within powers of court;
manapun untuk berhubungan dengan subjek e. the right of power of a
hukum internasional lain atau yang sebe- courttoadjudicate
lumnya dibahas disebut kedaulatan keluar. concerning the subject
Dalam kerangka penghormatan terhadap matter in a given case.
hak asasi manusia merupakan obligation Menurut Huala Adolf, yurisdiksi
erga omnes bagi setiap negara, kon- adalah kekuasaan atau kewenangan hukum
sekuensinya jika terjadi pelanggaran hak negara terhadap orang, benda, atau peris-
29
asasi manusia dimanapun setiap negara tiwa hukum. Lalu apakah Mahkamah
berhak mempertanyakan peristiwa tersebut. Pidana Internasional memiliki yurisdiksi?
Kewajiban hukum yang timbul dari Bersumber darimanakah yurisdiksi Mahka-
status yang lebih tinggi dari kejahatan mah Pidana Internasional tersebut?
tersebut termasuk kewajiban untuk Sebagaimana pengadilan-pengadilan
menuntut atau mengekstradisi, tidak dite- terdahulu Mahkamah Pidana Internasional
rapkannya pembatasan untuk kejahatan- memiliki yurisdiksi yang dituangkan dalam
kejahatan tersebut, termasuk kekebalan Statuta Roma. Adapun yurisdiksi Mahka-
Kepala Negara, tidak diterapkannya ke-
taatan kepada perintah atasan, baik dalam
waktu damai atau perang dan tidak dapat
dikurangi dalam keadaan darurat, dan Law and Contempory Problems, Vol.59 No.4, hlm.
pemberlakuan yursdiksi universal atas 1.
27 28
Henry Campbell Black, M.A., Black's Law
pelaku kejahatan tersebut. Dictionary, Definitions of the Terms and Phrases of
American and English Jurisprudence, Ancient and
Modern, St. Paul, Minn. West Publishing Co,
27
Cherif Bassiouni, 1997, “International Revised Fourth Edition, 1968, hlm. 991
29
Crimes Jus Cogens and Obligatio Erga Omnes”, Huala Adolf, Aspek-Aspek...,hlm.183.

666
Eksistensi Kedaulatan Negara Dalam Penerapan ... Danel Aditia Situngkir

mah ini dapat diklasifikasikan ke dalam 4 Internasional hanya dapat menggantikan


30
(empat) bagian, yakni : yurisdiksi pengadilan nasional jika
1. Yurdiksi Personal adalah terhadap pengadilan nasional telah memenuhi
orang-orang atau individu- kriteria prinsip admissibility. Prinsip
individu yang harus bertanggung admissibility ini harus memenuhi 2 (dua)
jawab atas kejahatan yang dilaku- kriteria yaitu : Ketidakinginan (unwilling-
kannya nes), Ketidakmampuan (inability). Kriteria
2. Yurisdiksi Kriminal adalah empat ini dipakai untuk menilai apakah terhadap
jenis kejahatan yang dinyatakan suatu situasi dapat diterapkan yurisdiksi
dalam statuta yaitu kejahatan ge- mahkamah pidana internasional ini.
nosida, kejahatan terhadap kema- Jika dihubungkan dengan kedaulatan
nusiaan, kejahatan perang dan negara, penerapan Mahkamah Pidana Inter-
kejahatan agresi nasional ini tentunya harus sangat diper-
3. Yurisdiksi Temporal adalah hatikan dengan seksama. Mengingat di
jangka waktu mulai berlakunya setiap negara juga memiliki hukum sendiri
statuta ini, yakni sejak 60 negara dan pengadilan nasional sendiri. Meskipun
menyerahkan instrumen ratifikasi, dalam hukum pidana internasonal kesatuan
penerimaan kepada Majelis pandangan dari ahli hukum pidana
Umum Perserikatan Bangsa- internasional tentang siapa yang menjadi
Bangsa yakni 1 Juli 2002. Artinya subjek hukum pidana internasional/ pelaku
kejahatan yang terjadi setelah itu dari kejahatan internasional, namun dalam
yang masuk kedalam yurisdiksi ketentuan Statuta subjek yang harus mem-
kriminal Mahkamah dapat diadili. pertanggung jawabakan kejahatan yang
31
Yurisdiksi temporal ini juga tidak dilakukan adalah individu. Dengan de-
mengenal istilah “daluarsa” bagi mikian akan mempengaruhi kedaulatan
penuntutan terhadap suatu negara, karena individu yang menjadi
kejahatan. pelaku dari kejahatan tersebut pasti
4. Yurisdiksi Teritorial adalah memiliki kewarganegaraan.
tempat terjadi suatu kejahatan. Sejak berdirinya Mahkamah Pidana
Tidak ada disebutkan secara Internasional ini sudah mulai menjalankan
ekspilit secara jelas dalam statuta fungsinya sebagaimana yang diamanatkan
mengenai teritorial berlakunya dalam Statuta Roma tersebut. Dalam men-
kewenangan Mahkamah. Hal ini jalankan fungsinya dalam penegakan hu-
dapat dipahami karena pendirian kum terhadap kejahatan yang menjadi
mahkamah ini bertujuan untuk yurisdiksinya Mahkamah Pidana Inter-
mengakhiri impunitas (kekebalan) nasional ini sudah melakukan beberapa hal
terhadap pelaku kejahatan luar terhadap situasi/ peristiwa dengan tahapan
biasa terhadap hak asasi manusia. sebagai berikut :
Penerapan yurisdiksi Mahkamah 1. Investigasi awal terhadap situasi di
Pidana Internasional ini tidaklah 9 (sembilan) negara yaitu :
mutlak/absolut, namun hanya bersifat Afghanistan (Menjadi Negara Pe-
komplementaris. Hal ini ditegaskan dalam serta sejak 10 February 2003),
pasal 17 Statuta Roma yang memuat Burundi(Menjadi Negara Peserta
ketentuan tentang persyaratan dari suatu sejak 21 September 2004), Kolom-
peristiwa yang bisa diterapkan yurisdiksi bia (Menjadi Negara Peserta sejak
mahkamah pidana internasional. Artinya
pemberlakuan yurisdiksi Mahkamah Pidana 31
Lihat Preamble Statuta Roma …..Deter-
mined to put an end to impunity for the perpetrators
30
of these crimes and thus to contribute to the
I Wayan Parthiana, Hukum...,hlm. 207-210 prevention of such crimes,

667
Jurnal Lex Librum, Vol. IV, No. 2, Juni 2018, hal. 659 - 672

5 Augustus 2002), Guinea (Men- Peserta), Al Bashir (Darfur-


jadi Negara Peserta sejak14 Juli Sudan, Negara bukan Peserta),
2003), Irak (Negara Bukan Harun and Kushayb (Darfur-
Peserta) dengan dugaan kejahatan Sudan, Negara bukan Peserta).
yang dilakukan oleh Inggris b. Persidangan terhadap 6 (enam)
(Menjadi Negara Peserta 4 Okto- Individu/ Pelaku yaitu : Gbagbo
ber 2001),Nigeria (Menjadi Negara and Blé Goudé (Côte d'Ivoire,
Peserta sejak 27 September 2001), menjadi Negara Peserta sejak
Palestina (Menjadi Negara Peserta 15 Februari 2013), Bemba et al.
sejak 2 Januari 2015), Comoros (Central African Republic,
(Menjadi Negara Peserta1 sejak menjadi Negara Peserta sejak 3
November 2006), Ukraine (Negara Oktober 2001), Ntaganda
32
Bukan Peserta). (Democratic Republic of the
2. Penyelidikan terhadap situasi di 9 Congo, menjadi Negara Peserta
(sembilan) negara yaitu : Georgia sejak 11 April 2002), Al Mahdi
(Menjadi Negara Peserta sejak 5 (Mali, menjadi Negara Peserta
September 2003), Central African sejak 16 Agustus 2000), Banda
Republic II (Menjadi Negara (Darfur-Sudan, Negara bukan
Peserta sejak 3 Oktober 2001), Peserta), Ongwen (Uganda,
Mali (Menjadi Negara Peserta menjadi Negara Peserta sejak
sejak 16 Augustus 2000), Côte 14 Juni 2002)
d'Ivoire/ Pantai Gading (Menjadi c. Banding, tidak ada yang sedang
Negara Peserta sejak 15 Februari diperiksa di tahap banding ini.
2013), Libya (Negara Bukan d. Tahap Pemulihan/ Ganti rugi
Peserta), Kenya (Menjadi Negara terhadap 2 (dua) individu/
Peserta sejak 15 Maret 2015), pelaku yakni Germain Katanga
Darfur, Sudan (Negara bukan dan Lubangga (Democratic
Peserta), Central African Republic Republic of the Congo, menjadi
(Menjadi Negara Peserta sejak 3 Negara Peserta sejak 11 April
Oktober 2001), Uganda (Menjadi 2002).
Negara Peserta sejak 14 Juni e. Penutupan Perkara terhadap
2002), Democratic Republic of the individu yakni : Kenyatta
Congo (Menjadi Negara Peserta (Kenya, menjadi Negara Peserta
33
sejak 11 April 2002). sejak 15 Maret 2015), Ruto and
3. Persidangan dengan tahapan Sang (, menjadi Negara Peserta
34
sebagai berikut : sejak 15 Maret 2015), Abu
a. Pre-Trial/ Sidang Pendahuluan Garda (Darfur-Sudan, Negara
terhadap 4 (empat ) individu/ bukan Peserta), Ngudjolo Chui
pelaku sebagai berikut : Barasa (Democratic Republic of the
(Kenya, menjadi Negara Peserta Congo, menjadi Negara Peserta
sejak 15 Maret 2015), Hussein sejak 11 April 2002), Mbarus-
(Darfur-Sudan, Negara bukan himana (Democratic Republic
of the Congo, menjadi Negara
32
Situation and Case, Preliminary exami- Peserta sejak 11 April 2002).
nation. http://www.icc-cpi.int diakses 5 Agustus Mahkamah Pidana Internasional
2017
33 dapat memberlakukan yurisdiksinya dengan
Situation and Case, Situation under
investtigation. http://www.icc-cpi.int diakses 5 mekanisme pasal 13 huruf b Statuta Roma
Agustus 2017 yakni ketika Dewan Keamanan PBB
34
Situation and Case, http://www.icc-cpi.int mengajukan suatu situasi kepada Jaksa
diakses 5 Agustus 2017

668
Eksistensi Kedaulatan Negara Dalam Penerapan ... Danel Aditia Situngkir

36
Mahkamah dengan bertindak berdasarkan 2. Libya
BAB VII Piagam PBB. Mahkamah Pidana Diawali oleh demonstrasi massa
Internasional baru dapat memberlakukan di Libya pada bulan Februari
yurisdiksinya ketika negara bukan peserta 2011, dimana demonstran me-
terbukti tidak ingin atau tidak mampu untuk nyerukan reformasi demokratis
menuntut, mengadili secara efektif pelaku dan penggulingan rezim Qadhafi
kejahatan tersebut. yang berkuas. pemerintah Libya
Melihat perjalanan dari Mahkamah menggunakan kekuatan yang
Pidana Internasional tersebut bisa dilihat berlebihan terhadap demonstran
bahwa penerapan yurisdiksi mahkamah menyebabkan perang sipil pada
pidana internasional terhadap situasi-situasi akhir februari yang terjadi di
dan warga negara baik negara peserta dan Libya. Konflik ini berkembang
negara bukan peserta statuta roma. Hal antara pasukan oposisi bersenjata
tersebut jika dihubungkan dengan kedau- dan pasukan pemerintah.
37
latan negara secara umum akan berbenturan 3. Irak
dengan kedaulatan territorial negara dan Pemeriksaan pendahuluan ber-
kedaulatan negara terhadap warga Negara- fokus pada dugaan kejahatan yang
nya, karena di setiap ada negara pasti ada dilakukan oleh Pasukan Inggris
hukum yang berlaku di Negara tersebut dalam konflik Irak pada tahun
yang diterapkan diseluruh teritorial negara 2003 sampai 2008 sepeti pem-
dan terhadap seluruh warga negaranya. bunuhan, penyiksaan, dan lain-
Dari uraian diatas ada beberapa lain. Irak bukan negara peserta
negara bukan peserta dari Statuta roma dalam statuta namun inggris
namun peristiwa yang terjadi baik di negara merupakan negara peserta yang
tersebut atau pelaku berasal dari Negara mendaftarkan ratifikasinya pada
tersebut sedang dalam proses baik tanggal 4 Oktober 2001. Ini
pemeriksaan awal atau pun persidangan di merupakan bukti bias yurisdiksi
Mahkamah Pidana Internasional yaitu : teritorialnya Mahkamah Pidana
1. Darfur, Sudan Internasional.
Peristiwa pertempuran antara 2 Pemberlakuan yurisdiksi Mahkamah
(dua) kelompok pemberontak Pidana Internasional terhadap peristiwa di
dengan Pemerintah dan Kelompok Darfur-Sudan dan Libya disebabkan oleh
Janjaweed di sisi lain yang diajukannya situasi di kedua Negara
direkrut pemerintah untuk mela- tersebut kepada Mahkamah Pidana Inter-
wan pemberontak. Unsur yang nasional oleh Dewan Keamanan PBB.
paling penting dari konflik di Setelah dilaksanakan pemerikasaan, pem-
Darfur ini adalah telah menjadi berlakuan yurisdiksi Mahkamah untuk
serangan terhadap warga sipil, Darfur-Sudan disebabkan tidak ada kebi-
yang telah menyebabkan kehan- jakan genosida yang telah dilakukan oleh
curan dan pembakaran seluruh otoritas yang berwenang dan konflik
desa, dan perpindahan dari bersenjata terus terjadi sampai tahun 2008.
35 Peristiwa di Libya, walaupun peme-
sebagian besar penduduk sipil.
rintah Libya telah memulai melaksanakan
penyelidikan terhadap para pelaku, namun
Mahkamah menilai penyelidikan dilakukan
35 dengan segala keterbatasan dari pemerintah
Report of the International Commission
of Inquiry on Darfur to the United Nations
36
Secretary-General, Hal. 59, http://www.un.org/ https://www.icc-cpi.int/libya diakses 5
news/dh/sudan/com_inq_darfur.pdf diakses 5 Agus- Agustus 2017
37
tus 2017 Ibid.

669
Jurnal Lex Librum, Vol. IV, No. 2, Juni 2018, hal. 659 - 672

Libya. Artinya pasca konflik domestik, terjadi kejahatan yang menjadi yurisdiksi
Mahkamah Pidana Internasional mengang- mahkamah untuk mengadili para pelaku
gap pemerintah tidak memiliki kemampuan kejahatan tersebut.
untuk menyeleng-garakan proses penyelidi- Jika disandingkan dengan kedaulatan
kan dan penun-tutan yang relevan. Maka negara dengan melihat kedaulatan kedalam
dari itu sesuai prinsip komplementaris, dan kedaulatan keluar pemberlakuan
Mahkamah Pidana Internasional member- yurisdiksi mahkamah pidana internasional
lakukan yurisdiksinya untuk kedua situasi ini tetap bisa menjadi perdebatan. Jika
ini, untuk memastikan para pelaku keja- hanya berpegang kepada asas pacta sunt
hatan harus dituntut dengan proses peradi- servanda, maka seharusnya mahkamah
lan yang relevan. pidana tidak boleh menerapkan yurisdiksi-
Sementara untuk situasi di Irak yang nya terhadap negara bukan pihak dalam
bukan negara peserta, sebenarnya Jaksa statuta roma. Namun tentunya akan menjadi
pada 2006 telah menutup investigasi awal perhatian apabila kejahatan luar biasa
untuk konflik yang terjadi di Irak, namun tersebut terjadi dan tidak dihukum. Karena
pada tahun 2014 investigasi ini dibuka dalam hubungan internasional modern
kembali karena ada informasi baru dari dewasa ini penghargaan terhadap hak asasi
European Center for Constitutional and manusia merupakan obligation erga omnes
Human Rights (ECCHR)dan Public Interest yang harus dipatuhi semua negara.
Lawyers (PIL)bahwa ada dugaan telah Karena jika dimaknai kembali
terjadi kejahatan/ kekerasaan/penyiksaan kedaulatan tersebut khususnya kedaulatan
terhadap pada tawanan di Irak pada tahun kedalam, dengan diberlakukannya yuris-
2003 sampai tahun 2008, maka untuk itu diksi pengadilan diluar pengadilan nasional
pejabat Inggris harus bertanggung jawab negaranya sesungguhnya negara tersebut
terhadap hal tersebut. Dasar Mahkamah juga telah kehilangan kedaulatannya ke
Pidana Internasional ini memberlakukan dalam karena tidak dapat atau tidak mau
yurisdiksinya terhadap peristiwa yang menerapkan hukum nasionalnya sendiri.
terjadi di Irak ini adalah karena yang diduga Maka dari itu konsep kedaulatan negara
pelaku adalah warga negara Inggris yang dewasa ini tidak kaku namun lebih fleksibel
merupakan negara pihak Statuta Roma. seiring meningkatnya perhatian masyarakat
Dengan melihat beberapa peristiwa di internasional terhadap masalah hak asasi
negara bukan peserta statuta roma tersebut manusia.
dapat dilihat bahwa pemberlakuan yuris-
diksi Mahkamah Pidana Internasional D. Kesimpulan
terhadap Negara peserta Statuta baru dapat Kedaulatan Negara merupakan hal
dilakukan apabila Negara bukan peserta terpenting sebagai penyokong dalam
tersebut tidak memiliki keinginan dan hubungan internasional. Negara berdaulat
kemampuan untuk mengadili suatu tindak adalah negara yang bebas menentukan
kejahatan yang termasuk dalam yurisdiksi sendiri tanpa intervensi dari pihak
Mahkamah Pidana Internasional. Hal ter- manapun. Dalam melihat konsep kedau-
sebut dikarenakan sifat dari Mahkamah latan dalam kerangka teori dan praktek
Pidana Internasional hanya untuk adalah hal yang berbeda. Dalam konteks
melengkapi pengadilan nasional bukan hubungan internasional tentunya konsep
untuk menggantikan peran pengadilan kedaulatan tidak dapat diterapkan secara
nasional. Hal ini dilihat dari kasus Darfur kaku, karena akan menghambat dari
Sudan dan Libya. Sementara untuk perkembangan hubungan internasional
peristiwa di Irak, yurisdiksi mahkamah sendiri. Eksistensi negara dalam hubungan
diterapkan karena ketidakmampuan negara internasional dipengaruhi oleh kemampuan
tempat terjadinya peristiwa dimana diduga negara untuk melaksanakan hak dan

670
Eksistensi Kedaulatan Negara Dalam Penerapan ... Danel Aditia Situngkir

kewajibannya dalam hubungan inter- kepada negara bukan pihan statuta, ini
nasional. Penghargaan terhadap hak asasi dimaksudkan agar tidak ada lagi kekebalan
manusia merupakan obligation erga omnes dengan alasan apapun dan pelaku kejahatan
semua negara modern. Upaya-upaya terus terhadap kemanusian harus dihukum. Hal
dilakukan negara maupun organisasi- yang paling fundamental untuk dilakukan
organisasi internasional untuk melindungi adalah mendorong negara-negara untuk
hak asasi manusia secara universal. menyele-saikan permasalahan baik domes-
Pendirian Mahkamah Pidana Internasional tik maupun permasalahan internasional
adalah langkah maju untuk mengadili para dengan cara damai serta tetap menjaga
pelaku kejahatan luar biasa terhadap perdamaian dan keamanan internasional.
kemanusian yang selama ini mungkin lepas Disamping itu setiap Negara juga harus
dari jerat hukuman karena kendala-kendala melengkapi piranti hukum nasionalnya
tertentu, misalnya kekosongan hukum, untuk mengadili pelaku-pelaku kejahatan
ketidakmampuan lembaga penegak hukum paling serius yang menjadi perhatian
negara, ketidakinginan negara untuk masyarakat internasional dan menjalankan
mengadili, batas teritorial negara dan proses peradilan yang independen dan tidak
sebagainya. Penerapan yurisdiksi mahka- memihak terhadap para pelaku kejahatan
mah tidak absolut hanya sebagai pelengkap serius tersebut, sesuai dengan prinsip-
dan tidak untuk menggantikan pengadilan prinsip hukum umum dalam hukum
nasional negara-negara. Penerapan yuris- internasional. Maka dengan demikian setiap
diksi mahkamah tidak terbatas kepada Negara akan melindungi kedaulatan
negara pihak saja tetapi juga bisa diterapkan negaranya.

Daftar Pustaka

Buku-Buku
Adolf, Huala. 2011.Aspek-Aspek negara dalam Hukum Internasional. Bandung: Kini
Media
Bhakti Ardhiwisastra, Yudha. 1999. Imunitas Kedaulatan Negara di Forum Pengadilan
Negeri Asing. Bandung: Alumni
---------. 2003. Hukum Internasional. Bandung: PT. Alumni
Campbell Black, Henry, M.A. 1968.Black's Law Dictionary, Definitions of the Terms and
Phrases of American and English Jurisprudence, Ancient and Modern, St. Paul,
Minn. West Publishing Co, Revised Fourth Edition
Gede Atmadja,Dewa. 2012. Ilmu Negara Sejarah Konsep Kenegaraan. Malang: Setara
Pers
Istanto, Sugeng. 2010.Hukum Internasional. Yogyakarta: Universitas Atmajaya
Yogyakarta

Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty R. Agoes. 2003. Pengantar Hukum Internasional.


Bandung: PT. Alumni

Mahmud Marzuki, Peter. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta: Prenada Media Grup
N. Shaw, Malcolm QC. 2003. International Law, Fifth Edition, Cambridge-England:
Cambridge University Press
Parthiana, I Wayan. 2006. Hukum Pidana Internasional. Bandung: CV. Yrama Widya,
Cetakan I
Satria Buana, Mirza. 2007.Hukum Internasional Teori dan Praktek. Badung: Nusamedia
Sefriani. 2010. Pengantar Hukum Internasional. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

671
Jurnal Lex Librum, Vol. IV, No. 2, Juni 2018, hal. 659 - 672

Sunggono, Bambang Sunggono. 2003. Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : PT


RajaGrafindo
Thontowi, Jawahir. 2006. Hukum International Kontemporer. Bandung:PT. Refika
Aditama

Sumber lain
Allof, Phillip.New Order For a New World , Oxford University Press, Oxford, 2001
Bassiouni, Cherrif. International Crimes Jus Cogens and Obligatio Erga Omnes, Law and
Contempory Problems, Vol.59 No.4, 1997
Fitzmaurice, Malgosia. Third Parties and the Law of Treaties, Max Planck Yearbook,
Volume 6, Kluwer Law International, Netherlands, 2002
Konvensi Montividio 1933
Riyanto, Sigit. Re-interpretasi kedaulatan Negara dalam hukum Internasional, disampaikan
dalam pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Universitas Gajah Mada diakses
melalui http://repositoryugm2.azureedge.net
Situation and Case, http://www.icc-cpi.int
Statuta Roma 1998 tentang Pendirian Mahkamah Pidana Internasional
The Charter and Judgment of the Nürnberg Tribunal-History and Analysis:Memorandum
submitted by the Secretary-General, 1949,United Nations-General Assembly International
Law Commission Lake Success, New York,http://www.cininas.lt/wp-
content/uploads/2015/06/1949_UN_ILC_N_statuto_koment.pdf

672

Anda mungkin juga menyukai