diklasifikasi ke dalam dua kelompok besar, yaitu hukum yang berkaitan dengan persoalan ibadah dan hukum yang berkaitan dengan persoalan kemasyarakatan. Hal ini akan diuraikan sebagai berikut. 1. Ibadah Ibadah adalah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT (ritual) yang terdiri atas : a. Rukun Islam yaitu mengucapkan syahadatin, mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat, melaksanakan puasa di bulan Ramadhan dan menunaikan haji bila mempunyai kemampuan (mampu fisik dan nonfisik). b. Ibadah yang berhubungan dengan rukun islam dan ibadah lainnya, yaitu badani dan mali. Badani (bersifat fisik), yaitu bersuci, azan, iqamat, itikad, doa, shalawat, umrah dan lain-lain. Mali (bersifat harta) yaitu zakat, infak, sedekah, kurban dan lain-lain. 2.Hukum Kemasyarakatan Yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya yang memuat: a. Muamalah b. Munakahat c. Ukubat atau Jinayat maka susunan hukum muamalah dalam arti luas adalah sebagai berikut: 1. Hukum Perdata Islam a. Munakahat b. Warisah c. Muamalah 2. Hukum publik (Islam) a. Jinâyah b. Ahkam As-Sulthaniyah c. Siyar 2. Sifat dan Karakteristik Hukum Islam 1. Sempurna 2. Universal 3. Elastis, Dinamis, Fleksibel dan Tidak Kaku 4. Sistematis 5. Berangsur-angsur 6. Ta'abbudi dan Ta'aquli
3. Ciri-ciri Hukum Islam
Ciri-ciri hukum Islam yang membedakannya dengan hukum lain, antara lain sebagai berikut : 1. Hukum Islam berdasar atas wahyu Allah AWT, yang terdapat dalam Alquran dan dijelaskan oleh sunnah Rasul-Nya. 2. Hukum Islam dibangun berdasarkan prinsip akidah (iman dan tauhid) dan akhlak (moral). 3. Hukum Islam bersifat universal (alami), dan diciptakan untuk kepentingan seluruh umat manusia (rahmatan lil 'alamin). 4. Hukum Islam memberikan sanksi di dunia dan sanksi di akhirat (kelak). 5. Hukum Islam mengarah kepada jama'iyah (kebersamaan) yang seimbang antara kepentingan individu dan masyarakat. 6. Hukum Islam dinamis dalam menghadapi perkembangan sesuai dengan tuntutan waktu dan tempat. 7. Hukum Islam bertujuan menciptakan kesejahteraan di dunia dan kesejahteraan di akhirat
4. Tujuan Hukum Islam
1. Dari segi pembuat hukum Islam itu sendiri, yakni Allah dan Rasul-Nya. Tujuan hukum Islam adalah : • Untuk memenuhi keperluan hidup manusia yang bersifat primer, sekunder, dan tersier yang dalam kepustakaan hukum Islam disebut dengan istilah daruriyyat, hajjiyat, dan tahsiniyyat. • Untuk mentaati dan dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari • Supaya dapat ditaati dan dilaksanakan dengan baik dan benar, manusia wajib meningkatkan kemampuannya untuk memahami hukum Islam dengan mempelajari usul al fiqh yakni dasar pembentukan dan pemahaman hukum Islam sebagai metodologinya. 2. Dari segi manusia yang menjadi pelaku dan pelaksana hukum Islam tersebut. Tujuan hukum Islam adalah untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan mempertahankan kehidupan itu. Umat manusia sebagai pelaku dan pelaksana hukum Tuhan berkewajiban mentaati dan melaksanakan ·dalam kehidupan sehari-hari.
a. Keterkaitan dengan hukum privat
Hukum privat adalah hukum yang mengatur hubungan antara sesama manusia, antar satu orang dengan orang yang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan perorangan. Hukum privat merupakan hukum yang mengatur tentang hubungan antara individu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga, bila dikaitkan dengan hukum privat, tujuan hukum Islam adalah untuk pembatasan perilaku sesama manusia dan perilaku peribadatan kepada Allah SWT. Dengan menjalankan hukum Islam sebagai pembatas perilaku, maka akan tercapai kehidupan yang sejahtera sebagai manusia dan mencapai kehidupan yang diridhai Allah SWT. b. Keterkaitan dengan hukum publik Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara dengan warganegaranya. Sehingga, bila dikaitkan dengan hukum publik, tujuan hukum Islam adalah pengaturan sistem penyelesaian masalah hubungan negara dengan alat perlengkapannya dan warganegaranya yang menyangkut multifaktor (ada unsur keagamaan). Dalam hal penyelesaian masalah ini, tidak dapat dibebankan pada pemuka agama saja namun bekerja sama dengan pakar hukum.