Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1-2000
Daftar isi
i
SNI 19-6471.1-2000
Prakata
Standar ini adalah revisi dari SNI 19-6471.1-2000, Tata cara pengerukan muara sungai dan
pantai, Bagian 1 : Survei lokasi dan investigasi. Standar ini mengacu pada standar BS 6349-
1991 : Part 5 Code of practice for maritime structures: part 5-1991 section 1.
SNI ini direvisi karena sudah berumur lebih dari lima tahun dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya pada peralatan yang digunakan dalam pengukuran di
pantai. SNI ini disusun sesuai dengan ketentuan yang diberikan dalam Pedoman
Standardisasi Nasional (PSN) 08 : 2007.
Standar ini disusun oleh Panitia Teknis 91.01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa
Sipil, 91-01-S1 Bidang Sumber Daya Air dan dibahas pada rapat teknis dan rapat konsensus
dengan melibatkan wakil dari pemerintah, produsen, konsumen, pakar akademis dan peneliti
serta instansi teknis terkait lainnya.
ii
SNI 19-6471.1-2000
Pendahuluan
Pengerukan adalah pengambilan tanah atau material dari lokasi di dasar air, biasanya
perairan dangkal seperti danau, sungai, muara ataupun laut dangkal, dan memindahkan
atau membuangnya ke lokasi lain. Pengerukan dilakukan untuk berbagai tujuan, diantaranya
adalah keperluan navigasi, penambangan material, aktivitas konstruksi, atau membersihkan
sedimen yang tercemar.
Standar ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaksana di lapangan dalam pekerjaan
pengerukan yang dilakukan di muara dan pantai.
iii
SNI 19-6471.1-2000
1 Ruang Lingkup
Tata cara ini meliputi ketentuan-ketentuan survei dan investigasi untuk keperluan kegiatan
pengerukan muara sungai dan pantai yang dilakukan dengan bantuan wahana apung.
2 Acuan normatif
SNI 6471.2, Tata cara pengerukan muara sungai dan pantai, Bagian 2 : Pertimbangan-
pertimbangan yang mempengaruhi pekerjaan pengerukan.
SNI 6471.3, Tata cara pengerukan muara sungai dan pantai, Bagian 3 : Pemilihan
peralatan.
SNI 6471.4, Tata cara pengerukan muara sungai dan pantai, Bagian 4 : pelaksanaan dan
pengawasan.
Istilah dan definisi yang berkaitan dengan standar ini adalah sebagai berikut.
3.1
pengerukan
pemindahan tanah, batuan atau debris dari bawah air dan diangkat melalui air ke atas
3.2
alat keruk
peralatan mekanik, hidraulik atau listrik yang digunakan untuk pengerukan
3.3
faktor penambahan
faktor yang menunjukkan penambahan volume material hasil kerukan relatif dibandingkan
dengan volume material sebelum dikeruk
3.4
penutupan
penggunaan suatu material keruk yang bersih sebagai penutup material keruk tercemar
yang dibuang ke dalam perairan bebas untuk menghambat material tercemar dari
lingkungan kelautan
3.5
alat penyebar
alat yang dipasang di bagian luar pipa pembuang untuk mengurangi kecepatan aliran
keluar dan turbulensi
1 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
3.6
sekat kapal
jarak vertikal dari garis air ke titik terdalam lunak kapal
3.7
bongkar muatan kapal
pemindahan muatan dari kapal ke tempat pembuangan
3.8
kapasitas ember
volume maksimum cairan yang dapat dimuat oleh ember bila diisi pada elevasi ujung
pemotongan
3.10
kapasitas hopper
kapasitas total maksimum hopper baik dari kapal keruk hopper atau tongkang
3.11
rapat massa lapangan
rapat massa material dasar laut dalam keadaan tak terganggu
3.12
reklamasi lahan
peninggian elevasi daerah-daerah yang semula terendam atau hampir tergenang dengan
material hasil kerukan dari dasar laut atau muara sungai
3.13
pengerukan pemeliharaan
pengerukan untuk memperbaiki atau menjaga kedalaman semula yang telah mengalami
pendangkalan karena endapan
3.14
pengerukan berlebih
pengerukan material yang melebihi dari tempat yang ditentukan
3.15
dasar laut
tanah dasar di bawah massa air laut
3.16
pelumpuran
proses pengendapan sedimen dalam air
3.17
tiang jangkar
tiang untuk menahan kapal keruk stationer agar tetap di tempat yang diinginkan pada saat
akan memutar
2 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
4.1 Umum
Kinerja setiap alat keruk secara langsung berkaitan dengan karakteristik tanah atau batuan
yang akan dikeruk dan lingkungan dimana pekerjaan dilakukan. Dengan pengetahuan
yang cukup mengenai karakteristik tanah atau batuan, dapat dipilih alat keruk yang paling
sesuai sehingga laju produksi serta durasi pekerjaan dapat diperkirakan.
Hal tersebut diatas diterapkan pada semua jenis pengerukan, termasuk pengerukan
pemeliharaan. Pengetahuan yang cukup mengenai kondisi lokasi merupakan suatu
prasyarat untuk setiap pengerukan atau pekerjaan reklamasi. Beberapa informasi mungkin
ada, sebagai hasil dari pekerjaan terdahulu pada atau di sekitar lokasi, dan jika memang
ada, hasil tersebut harus dievaluasi terlebih dahulu. Jika informasi yang cukup tidak
tersedia, maka perlu dilakukan investigasi ke lokasi.
Disamping persyaratan yang lebih lengkap dan jelas untuk menentukan kondisi batimetri
dan tanah, hal lain yang harus diteliti meliputi pengujian sebagai berikut.
a) sisa reruntuhan yang berlebihan (excessive debris) atau benda-benda asing;
b) fasilitas umum;
c) amunisi;
d) struktur-struktur sensitif atau instalasi lain;
e) air dangkal yang mungkin terjadi atau pembatas lebar pada pengerukan atau alat-alat
bantu pengerukan
4.2.1 Umum
Tujuan survei hidrografi dalam hubungannya dengan pekerjaan pengerukan adalah untuk
mengetahui elevasi dasar secara detail. Elevasi dasar laut harus diketahui sebelum
melakukan pengerukan sehingga dapat diperkirakan rencana kedalaman dan kuantitas
pengerukan yang akan dilaksanakan. Pemilihan alat keruk, waktu kerja dan keamanan
pelayaran, semuanya dipengaruhi oleh keadaan elevasi dasar laut. Survei hidrografi dapat
pula meliputi pengukuran arus, gelombang, sifat-sifat air, karakteristik dasar laut, dll.
Dalam sub bab ini, hanya dibahas mengenai penentuan elevasi dasar laut pada lokasi
khusus.
Gambaran umum laut diberikan dalam peta laut yang diterbitkan oleh Dinas Hidro
oseanografi TNI AL. Informasi yang lebih menyeluruh dapat diperoleh dari ahli hidrografi
yang juga dapat memberikan informasi tambahan misalnya kapal karam dan lain-lain. Peta
dasar laut banyak digunakan dalam pelayaran daripada dalam pekerjaan teknik. Informasi
detail mengenai keadaan pantai sangat jarang dan informasi survei yang ada mungkin
sudah tidak terpakai. Untuk tujuan teknik, harus dilakukan survei yang lebih baik.
3 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
dengan menggunakan side scan sonar. Survei dengan kerapatan rendah (kurang detail)
tidak dianjurkan untuk tujuan pengukuran.
Secara praktis, jalur survei harus diusahakan tegak lurus terhadap kontur dasar laut, kanal,
atau kemiringannya.
4 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
CATATAN 4. Semua pengaruh tersebut dan yang lainnya dapat berakumulasi sehingga menghasilkan kesalahan lebih
besar dari ada hasil yang diperlihatkan
Beberapa echo sounder dengan frekuensinya diberikan pada Tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2 Frekuensi dan penetrasi echo sounder
Frekuensi Penetrasi
(kHz) Lumpur (m) Pasir (m)
10 2,0 sampai 5,0 0,5 sampai 1,5
15 1,0 sampai 3,0 0,5 sampai 1,0
50 0,5 sampai 2,0 0,1 sampai 0,5
100 0,1 sampai 1,0 0,0 sampai 0,5
200 0,0 sampai 0,2 0,0 sampai 0,1
Alat perum gema dapat mencatat kedalaman hasil pengukuran dalam bentuk grafik
sebagai rekaman menerus pada suatu diagram dalam bentuk analog atau dalam bentuk
digital pada pita magnetik atau piringan magnetik. Jika digunakan hasil rekaman analog,
maka skala vertikal pada diagram harus memakai untuk melakukan penginterpretasian
yang baik. Skala 1 : 100 cukup baik untuk diinterpretasi. Jika digunakan rekaman digitasi,
maka harus dilakukan beberapa pemilihan data. Proses pemilihan mungkin akan
mempengaruhi hasilnya. Proses pemilihan harus dilakukan dengan baik dan setiap
praduga yang bertentangan dengan tujuan survei harus dihilangkan.
5 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Kalibrasi ulang yang berkala harus dilakukan terhadap echo sounder dengan suatu bar
check. Kalibrasi harus dilakukan pada awal dan akhir setiap perode periode survei dan jika
perlu pada interval diantaranya.
Berikut ini daftar pengecekan di lapangan yang harus dilakukan jika menggunakan echo
sounder:
a) Kecocokan dan kestabilan sumber listrik dengan alat.
b) Kedalaman transduser dibawah permukaan air (mungkin bervariasi terhadap
perpindahan kapal atau kecepatan).
c) Perpindahan horizontal posisi transduser relatif terhadap sistem posisi tetap (position
fixing).
d) Letak kertas diagram analog.
e) Kalibrasi echo sounder (bar check).
f) Karakteristik dasar laut.
g) Frekuensi sinyal.
h) Kecepatan kertas rekaman.
i) Arah jalur pelayaran.
j) Muka air di daerah survei.
6 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Alat duga digunakan untuk mengukur kedalaman secara manual. Karena itu dalam
pelaksanaannya memerlukan waktu dan banyak pekerja terutama jika kedalaman perairan
bertambah. Keadaan dasar dapat ditentukan berdasarkan pengalaman, misalnya lunak,
sangat lunak, agak keras atau keras, tetapi perlu ketelitian dalam melakukan evaluasi
terhadap hasil yang diperoleh.
Alat duga tidak biasa digunakan sebagai alat survei pada kedalaman perairan lebih dari
10 m atau pada lokasi survei dengan arus sedang atau kuat. Kecepatan kapal survei harus
diusahakan selambat mungkin. Alat duga mungkin berguna pada situasi berikut.
a) sepanjang struktur, dimana sinyal yang dipantulkan mungkin akan memberikan
pengaruh yang berlawanan terhadap echosounder;
b) untuk mengecek echosounder; terutama jika dasar laut berupa tanah lunak;
c) untuk menentukan kedalaman yang dapat dilayari, dengan asumsi bahwa kedalaman
yang dicapai oleh alat duga adalah kedalaman yang dapat dilayari;
d) pada suatu daerah yang kecil dan dangkal, echosounder tidak terlalu diperlukan
Alat duga, terutama yang terbuat dari rangkaian rantai mungkin bisa putus dan bisa
disambung kembali sehingga panjangnya berkurang. Oleh karena itu dianjurkan bahwa
panjang keseluruhan dan posisi tanda-tanda pembagi harus diperiksa lagi sebelum
digunakan dengan pita ukur baja berkualitas baik.
7 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
termasuk analisis ukuran butiran dan kandungan organik dengan analisis pengambilan
contoh secara konvensional dan analisis laboratorium. Sistem ini juga dapat digunakan
dari posisi yang telah ditentukan untuk menghasilkan profil kerapatan terhadap kedalaman.
Pada sistem tersebut yang mampu melakukan pengukuran densitas yang berkelanjutan,
penarikan alat pemberat yang berbentuk ikan-ikanan secara otomatis dinaikkan dan
diturunkan melalui lapisan lumpur cair, kemudian mencatat variasi kerapatan terhadap
kedalaman. Analisis berikutnya dapat memberikan informasi mengenai elevasi dengan
kerapatan tertentu sepanjang area yang disurvei.
GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang
dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan
kecepatan tiga diemensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia
tanpa tergantung waktu dan cuaca, kepada banyak orang secara simultan.
Dalam kaitannya dengan aktivitas pemetaan laut, metode penentuan posisi yang
digunakan umumnya adalah :
1. Metode survey GPS statik : Untuk penentuan posisi titik-titik control di pantai.
2. Metode DGPS : untuk aplikasi yang menuntut informasi secara instan (real time)
dengan aplikasi berketelitian menengah (1 meter smpai dengan 4 meter)
3. Metode RTK : untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut informasi secara real time untuk
aplikasi berketelitian tingggi (1 cm sampai dengan 10 cm)
Metode survey GPS pada dasarnya bertumpu pada metode penentuan posisi statik secara
diferensial dengan menggunakan data fase. Dalam hal ini, pengamatan satelit GPS
umumnya dilakukan baseline per baseline selama selang waktu tertentu (beberapa menit
sampai beberapa jam tergantung ketelitian yang diinginkan), dalam suatu jaring (kerangka)
dari titik-titik yang akan ditentukan posisinya, seperti contoh yang ditunjukan pada Gambar
2.
8 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Seandainya ada lebih dari dua receiver GPS yang digunakan, maka pada satu sesi
pengamatan (observing season) dapat diamati lebih dari satu baseline sekaligus. Dalam
pelaksanaan survey GPS, selain dengan moda jaring yang ditunjukan pada gambar
diatas, penentuan posisi titik-titik juga dapat dilakukan dalam moda radial sesuai dengan
keperluan.
Proses penentuan koordinat dari titik-titik dalam suatu jaringan dalam survey GPS, terdiri
atas tiga tahap yaitu : Pengolahan data dari setiap baseline dalam jaringan, perataan
jaringan yang melibatkan semua baseline untuk menentukan koordinat dari titik-titk dalam
jaringan dan transformasi koordinat titik-titik tersebut dari datum WGS84 ke datum yang
diinginkan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada SNI 6724, Jaring Kontrol Horizontal.
DGPS adalah akronim yang sudah umum digunakan untuk sistem penentuan posisi real-
time secara diferensial menggunakan data pseudorange. Sistem ini umumnya digunakan
untuk penentuan posisi objek-objek yang bergerak. Untuk merealisasikan tuntukan real-
time-nya, maka monitor station harus mengirimkan koreksi diferensial ke pengguna secara
real-time menggunakan sisitem komunikasi data tertentu, seperti yang diilustrasikan pada
Gambar 3.
9 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Koreksi diferensial ini dapat berupa koreksi pseudorange maupun koreksi koordinat. Dalam
hal ini, yang umum digunakan adalah koreksi pseudorange. Koreksi kooordinat jarang
digunakan, karena koreksi ini menuntut bahwa stasiun referensi pengirim koreksi serta
pengamat mengamati set satelit yang sama, dimana hal ini umumnya tidak dapat selalu
direalisir di lapangan. Ketelitian tipikal posisi yang diberikan pada sistem DGPS ini adalah
berkisar antara 1 meter sampai dengan 3 meter atau lebih baik. Dengan ketelitian setingkat
itu, sisitem DGPS ini umum digunakan pada survei-survei kelautan. Tergantung pada luas
wilayah cakupan koreksinya, system DGPS umumnya dibedakan atas Local Area DGPS
(LADGPS) dan Wide Area DGPS (WADGPS).
Sistem RTK (Real-Time Kinematic) adalah suatu akronim yang sudah umum digunakan
untuk sistem penentuan posisi real-time secara diferensial menggunakan data fase. Untuk
merealisasikan tuntutan real-timenya, stasiun referensi harus mengirimkan data fase dan
pseudorange-nya ke pengguna secara real-time menggunkan sistem komunikasi data
tertentu (umumnya radio), seperti diilustrasikan pada Gambar 4.
10 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Ketelitian posisi yang diberikan oleh sistem RTK adalah sekitar 1 cm sampai dengan 5 cm.
Sistem RTK dapat pula digunakan untuk penentuan posisi objek-objek yang diam maupun
bergerak, sehingga sistem RTK ini tidak hanya merealisasikan survei GPS real-time, tapi
juga navigasi berketelitian tinggi.
11 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Kebanyakan sistem jarak-jarak membutuhkan garis pandang yang jelas antara stasiun
pantai dan sistem utama diatas kapal survei, untuk ini stasiun pantai harus ditempatkan
dengan tepat. Akurasi jarak masing-masing titik tetap dapat dipengaruhi oleh kondisi
atmosfir, cuaca, refleksi dari permukaan kasar dan keras, seperti kapal dan gedung serta
gangguan alat pemancar seperti radar.
Posisi semua titik tetap di pantai harus ditentukan koordinatnya dan disesuaikan dengan
grid nasional atau lokal. Pada awal dan setiap periode survei, posisi kapal survei harus
diketahui koordinatnya dan jarak yang diperkirakan harus dibandingkan dengan jarak hasil
perhitungan. Sebagai alternatif lain, pengukuran jarak dapat dilakukan dengan pengukur
jarak elektronik (electronic distance measurer – EDM). Alat ini dapat digunakan untuk
mengecek jarak. Untuk area survei yang kecil dan biasa (regular), pengecekan pada dua
titik biasanya cukup untuk menunjukkan apakah sistem tersebut dikalibrasi dengan baik
dan bebas dari gangguan atau tidak. Pengecekan lebih lanjut dapat dilakukan ketika
melalui jalur poligon yang telah diketahui.
12 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
4.2.5.6 Laser
Laser memberikan indikasi visual mengenai posisi yang dibutuhkan dan dengan beberapa
sistem dapat juga mengukur jarak dari stasiun pantai serta menunjukkannya pada monitor
di kapal. Sistem yang lebih sederhana menggunakan titik tetap tunggal yang dibangun
pada arah yang tetap dimana pengerukan dilaksanakan. Walaupun begitu, beberapa
sistem dibuat untuk mengukur jarak dan azimuth secara bersamaan. Kinerja alat
tergantung pada jarak pandang yang bebas.
Alat ini lebih sering digunakan pada pekerjaan pengerukan (khususnya pengerukan pada
paritan untuk pipa dan pembuang). Laser dapat digunakan secara efektif untuk mengontrol
tinggi dari urugan dalam pekerjaan reklamasi.
13 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
14 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Penggunaan grafik
Tentukan resolusi dasar laut yang diinginkan dan ikuti grafik untuk mengetahui jarak yang berhubungan.
Sebagai alternatif, tentukan kisaran jarak garis dan lihat jika resolusi yang diperoleh dapat diterima. Jika kedua
nilai telah diperoleh, ambil perpotongan vertikal dengan sumbu untuk mendapatkan frekuensi optimum bagi
operasi sonar alat pemberat yang berbentuk ikan. Grafik ini hanya berlaku jika arah panah diikuti.
Catatan 1. Resolusi dasar laut berdasarkan pada lebar kertas, biasanya 127 mm per channel.
Catatan 2. Frekuensi tertinggi akan memberikan resolusi sinyal yang lebih besar, tetapi sinyal akan lebih cepat
berkurang dengan pertambahan kedalaman.
Catatan 3. Grafik mencakup penggunaan “alat pemberat” yang berbentuk ikan-ikanan secara umum. Jika hasil
yang dibutuhkan pekerjaan tidak diperoleh, perlu alat sonar, alat pemberat yang berbentuk ikan yang lebih
khusus dan/atau alat perekam lain dan hal ini dianjurkan untuk berkonsultasi dengan ahli geofisika atau
surveyor hidrografi.
15 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Kekurangan utama dari metode sonar adalah ketidakpastian posisi alat pemberat yang
berbentuk ikan terhadap kapal survei. Jika objek yang akan diteliti telah diidentifikasi,
goyangan ke samping alat pemberat yang berbentuk ikan dapat dikoreksi dengan metode
"busur obyek". Dalam praktek baik melakukan scanning pada keempat sisi dari objek
yang diamati untuk memperbaiki hasil indentifikasi posisi diteliti. Kompas dan
transponder dapat ditambahkan pada alat pemberat yang berbentuk ikan untuk
memberikan orientasi dan posisi yang aktual.
Dengan kemajuan elektronika modern tingkat otomatisasi yang sangat tinggi dapat
dilakukan. Untuk area survei kecil, kemajuan tersebut tidak biasa dilakukan tetapi untuk
survei berulang pada area yang luas akan didapat manfaat yang positif. Sistem otomatis
penuh sangat berguna untuk otoritas pelabuhan yang bertanggung jawab untuk
mempertahankan kedalaman dengan cara pengerukan di area pelabuhan yang luas atau
daerah di sekitarnya dan untuk kontraktor yang melaksanakan pekerjaan pengerukan skala
besar. Walaupun begitu, kehati-hatian sangat diperlukan ketika sistem otomatis digunakan.
Dalam perangkat lunak yang menginterpretasikan dan mengolah data tersebut
penyesuaian mungkin dilakukan sehingga mempengaruhi hasil akhir. Sebagai contoh,
suatu program yang didesain untuk pengukuran kedalaman yang aman untuk pelayaran
cenderung memberikan kedalaman minimum yang tercatat dan oleh karena itu perlunya
volume endapan yang lebih besar tidak terpercaya. Beberapa tingkat ketelitian atau
penyimpangan dapat muncul selama digitisasi pengukuran kedalaman dengan echo-
sounder.
Pengecekan penyimpangan yang terjadi pada pengukuran kedalaman dapat dilakukan
dengan interpretasi dan plotting manual dari rekaman analog echo-sounder dan dari
koreksi pasang untuk suatu area survei secara acak.
Keadaan dasar laut yang alami merupakan hal yang penting untuk pekerjaan desain yang
meliputi pengerukan dan pemilihan alat keruk.
Beberapa karekteristik kondisi dasar laut dapat diukur secara langsung menggunakan alat
seperti scan-sonar dan echo-sounder. Karateristik lainnya tidak membutuhkan penyelidikan
secara visual oleh para penyelam.
Tekstur dasar laut dapat diperlihatkan oleh side-scan sonar. Alat ini juga mengindikasikan
adanya singkapan batuan, pembentukan beting, di dasar laut jaringan pipa, bangkai kapal
karam, sampah atau debris umum.
Pemetaan terumbu karang, rumput laut dan lain-lain dapat dilakukan dengan
menggunakan citra satelit. Teknik ini menganalisis pantulan sinar matahari dari dasar laut
pada kedalaman 3 m hingga 25 m, tergantung pada kejernihan air.
Pada umumnya, bentuk permukaan dasar laut yang lebih rinci perlu dipastikan oleh
penyelam atau kamera bawah laut.
Penentuan kecepatan dan arah arus perlu dilakukan untuk mengetahui kemungkinan
distribusi sedimen tersuspensi, kinerja alat keruk dan stabilitas dasar laut. Variasi
kecepatan dan arah arus terjadi dari dasar ke permukaan laut pada keadaan pasang yang
berbeda yang dipengaruhi oleh fluktuasi debit sungai dan pada musim yang berbeda
dalam setahun.
16 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Current meter dapat digantung dari kapal atau dapat dipasang pada pelampung berjangkar
dan ditinggalkan untuk merekam secara otomatis. Rekaman yang meliputi pasang
purnama dan perbani harus diperoleh selama satu periode setidaknya 2 minggu untuk
mendapatkan petunjuk mengenai kecepatan dan arah arus. Kecepatan arus paling besar
kebanyakan terjadi ketika tunggang pasang tertinggi. Pengukuran arus dapat dilakukan
dengan metode lain, seperti float tracking.
Mengingat kebanyakan pekerjaan pengerukan berlokasi dalam perairan dekat pantai yang
termasuk perairan dangkal dan sempit, maka variasi muka laut yang dihasilkan dari
fluktuasi pasang surut merupakan hal yang sangat penting. Untuk pelabuhan standar,
catatan data pasang surut telah tersedia dan peramalan pasang surut telah dipublikasikan
dalam bentuk tabel. Koreksi terhadap ramalan pasang surut untuk pelabuhan utama dapat
dilakukan menggunakan metode dasar sehingga menghasilkan perkiraan pasang surut di
pelabuhan sekunder.
Jika tidak ada hasil pencatatan atau peramalan, maka muka pasut harus diamati selama
beberapa siklus pasut untuk menunjukan hubungan sebenarnya antara kondisi lokal dan
kondisi pelabuhan standar terdeka. Pengamatan minimum pasut dapat dilakukan pada
periode pasut perbani selama minimal 24 jam kemudian pada periode pasut purnama
selama 24 jam juga. Secara ideal, observasi pasang kontinu harus dibuat untuk periode
setidaknya 15 hari dan lebih baik 29 hari. Catatan pasang surut dapat diperoleh dengan
pemasangan AWLR, periskal sederhana yang dipasang di pantai atau alat ukur pasang
surut pneumatik yang diikatkan ke suatu bidang datum yang telah ditentukan.
Di daerah tropis pengaruh temperatur air yang tinggi dan salinitas yang tinggi relatif
penting dalam hubungannya dengan pekerjaan di lokasi pengerukan.
Temperatur dan salinitas air juga mempengaruhi kerapatan dan kedalaman air serta
kinerja alat survei kedalaman seperti echo sounder.
Investigasi lokasi untuk proyek dalam daerah tropis atau daerah dengan temperatur tinggi
harus meliputi pengukuran secara teratur dari temperatur dan kadar garam; khususnya
selama fase musim yang lebih ekstrim.
17 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Selain angkutan sedimen dalam bentuk suspensi, ada angkutan yang signifikan di atau
dekat dasar laut. Hal ini terutama terjadi untuk sedimen butiran yang berada di daerah
pecah gelombang atau dalam daerah yang dipengaruhi gelombang.
Angkutan sedimen di dasar laut biasanya tidak mempengaruhi alat keruk. Walaupun
begitu, hal tersebut berpengaruh besar pada kelayakan pemeliharaan kanal dan area yang
dikeruk lainnya. Masalah khusus dapat timbul di daerah dekat pantai dimana angkutan
sejajar pantai dilintasi oleh alur pelayaran atau bangunan pelabuhan. Jika laju angkutan
tinggi, akan menjadi mahal dan mungkin tidak praktis untuk mempertahankan kedalaman
kanal yang memadai. Masalah lebih jauh dapat timbul jika aktivitas pengerukan yang
diperlukan untuk memelihara kedalaman kanal menyebabkan "downdrift shore-line" tidak
mendapakan material urugan sehingga terjadi regresi garis pantai dengan menghilangkan
downdrift shore-line dari material renourishment dengan regresi subsekzient shore-line.
4.11.1 Umum
Sifat-sifat geoteknik tanah yang akan dikeruk pada dasarnya akan mempengaruhi kinerja
alat keruk.
Pada banyak pengerukan, kedalaman tanah yang harus dipindahkan terbatas hanya
beberapa meter. Metode penyelidikan tanah yang relatif sederhana mungkin cukup, seperti
metode vibrocorirag. Sebaliknya, jika yang harus dikeruk berupa material sulit seperti
batuan, maka tak ada alternatif lain yaitu harus mendapatkan contoh dengan cara
pemboran dari bangunan terapung.
Penyelidikan harus dilakukan dalam daerah yang direncanakan akan dikeruk. Kita tidak
dapat menggantungkan pada penyelidikan lain di luar daerah yang diusulkan, meskipun
hasil dari penyelidikan tersebut harus diperiksa dan digunakan bila perlu.
Profil geologi batas pantai hampir selalu kompleks. Penyelidikan tanah yang kurang baik
akan meningkatkan biaya dari pekerjaan tambahan karena kondisi tanah yang tidak
diketahui lebih dulu. Petunjuk awal dapat dilihat pada Tabel 4.
18 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
19 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Sinyal echo sounder tidak akan menembus jauh ke dasar laut yang dapat diukur, kecuali
lumpur halus. Suatu sinyal pinger akan menembus pasir tetapi energinya yang rendah
akan terserap dengan cepat dan hanya memberikan penetrasi beberapa meter meskipun
resolusi dan akurasi yang dihasilkan cukup tinggi. Sinyal dari sebuah boomer akan
menembus pasir sampai kedalaman beberapa puluh meter dengan resolusi dan akurasi
yang cukup baik. Metode ini merupakan gabungan terbaik antara biaya, massa dan kinerja
untuk sebagian besar penyelidikan lokasi dan pekerjaan survei. Sebuah sparker dapat
memberikan kekuatan yang lebih besar dibandingkan boomer dan mampu melakukan
penetrasi lebih jauh meskipun solusinya rendah. Karena satu sistem memberikan
interpretasi lengkap, maka sebaiknya digunakan dua cara atau lebih sekaligus. Kombinasi
yang biasa digunakan untuk penetrasi yang lebih dalam adalah echo sounder, boomer dan
sparker sedangkan untuk penetrasi dangkal adalah echo sounder, pinger dan boomer.
Percobaan yang dilakukan di laut selama beberapa jam perlu dilakukan untuk menentukan
kecepatan kapal, perputaran baling-baling dan penyusunan instrumen sehingga dihasilkan
rekaman data seismik sejelas mungkin. Kondisi laut, terutama gelombang akan
memberikan pengaruh terhadap kualitas rekaman. Pekerjaan tidak dapat dilaksanakan
dengan baik jika keadaan laut melebihi 3 pada skala Beaufort. Jika transduser diletakan
dibawah permukaan, maka pengaruh gelombang dapat dikurangi tetapi ketidakstabilan
kapal survei akan mengurangi kualitas rekaman. Dalam hal ini dapat digunakan
kompensator swell untuk memperluas kemungkinan kerja jika digunakan peralatan yang
diletakan di permukaan. Lubang bor untuk korelasi harus dibuat posisi terpilih untuk
membuktikan kondisi geofisiknya.
20 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
1) Biasanya ukuran inti maksimum (atau mendekati) yang diutmakan untuk batuan masif adalah 55 mm dan minimum 70 mm biasanya dianjurkan untuk batuan yang lemah dan
mudah hancur. Meskipun demikian, untuk hasil yang lebih baik dianjurkan pengutamaan batu berukuran 100 mm sampai 150 mm.
2) Perhatian lebih perlu diberikan dalam penelitian dan pengambilan contoh. Jika memungkinan, contoh batuan harus dipertahankan dalam kondisi hampir sama dengan kondisi
semula. Contoh tanah yang terganggu/tak terganggu, terutama contoh inti material kohesif harus dilindungi dari kehilangan kelembaban alaminya. Jangan lupa memberi nama
pada setiap contoh mm.
21 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Komentar terhadap Tabel 4 menggunakan penyelam atau menggunakan remote control dari
Komentar umum permukaan. Perhatian perlu ditujukan pada vibrocores dan
gravitasi contoh sebagai metode pengambilan contoh untuk
lapisan atas bersedimen halus. Saat ini, contoh khusus dari
Pada umumnya, penyelidikan lokasi harus dilakukan oleh bawah air telah dikembangkan untuk investigasi pengerukan. Alat
orang yang benar-benar ahli, mulai dari peneliti pemerintah tersebut meliputi remote control untuk melakukan uji penetrasi
sebagai organisasi sampai ahli geoteknik dari pihak kontraktor. atau mengambil contoh tanah dan batuan dengan coring
Siapapun yang melakukan pekerjaan, hal yang utama adalah (pemboran) atau penetrasi.
bahwa pekerjaan diawasi dengan baik dan pekerjaan ditangani
oleh kru yang terlatih serta peralatan yang terawat dengan Self-elevating platforms
baik.
Sebagian besar penyelidikan lokasi untuk pekerjaan pengerukan
Penyelidikan untuk pekerjaan pengerukan biasanya meliputi dilakukan dari pontoon atau kapal laut. Meskipun demikian
pekerjaan di atas air dan perlu diperhatikan bahwa ahli dan penggunaan self-elevating platforrns merupakan cara yang
pekerja yang biasa bekerja dengan peralatan di darat, belum hampir sama dengan penyelidikan dengan alat-alat di darat (land-
tentu dapat bekerja dengan alat terapung. base) dan menimbulkan mutu informasi yang diperoleh.
Dianjurkan untuk mencari informasi sebanyak mungkin
mengenai elevasi dari konfigurasi endapan dan asalnya. Percobaan pengerukan
Endapan dari struktur yang kompleks memerlukan
penyelidikan yang lebih detail daripada endapan yang memiliki Mungkin ada beberapa pekerjaan dengan kondisi geologi yang
profil dan struktur umum. Jumlah penyelidikan juga bergantung rumit atau keadaan khusus lainnya sehingga diperlukan
pada luas daerah kajian yang akan dikeruk. pengujian pengerukan. Pada kasus lain, hasil pengerukan
terdahulu mungkin berguna. Pada semua kasus, harus diketahui
Uji pengeboran harus mencapai jarak tertentu di bawah kondisi yang relevan secara detail, meliputi informasi limbah
kedalaman yang akan dikeruk; hal ini mempertimbangkan pengerukan/buangan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif,
pengerukan ulang atau penambahan kedalaman yang dan pendekatan mana yang akan digunakan. Perlu perhatian
mungkin diperlukan dikemudian hari. Pada daerah berpasir lebih untuk para pekerja dalam menggunakan informasi yang ada
(misalnya untuk tujuan reklamasi), pengeboran harus dan bagi kontraktor dalam menginterpretasi informasi ini.
menembus sampai kedalaman yang cukup.
Direksi/pemberi kerja harus memberikan informasi yang keran
Prosedur investigasi dan kontraktor harus berhati-hati dalam menginterpretasikan
informasi yang diterimanya.
Sebagian besar prosedur pengambilan contoh dan investigasi
telah diturunkan berdasarkan teknik yang berlaku di darat.
Beberapa teknik telah digunakan dan dalam pengembangan
lebih lanjut untuk operasi di bawah air di dasar laut dengan
22 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Hubungan antara
Sistem yang
Jarak Kontrol pengambilan
Tujuan survei akan Kontrol vertikal
garis horizontal contoh dengan
digunakan
pengujian in situ
Sebagai suatu aturan umum, sebuah magnetometer harus dapat mencatat anomali dari
100 kg besi pada jarak 10 m dari tambatan alat penangkap ikan. Dengan demikian, ada
banyak faktor yang mempengaruhi pengukuran.
Metode yang digunakan untuk mencarian harus dipandang secara kualitatif dan semua
anomali yang dapat diukur harus diselidiki oleh penyelam. Jika anomalinya tidak terlihat,
mungkin perlu menyingkirkan sedimen dengan semprotan yang menghalangi sehingga
objeknya terbuka.
4.11.2.5 Gravity sampling
Gravity sampler adalah alat berat berupa tabung terbuka yang diturunkan kedasar laut
dengan kabel atau dijatuhkan secara bebas sehingga memasuki dasar laut dengan suatu
momentum yang memaksa contoh untuk masuk ke dalam tabung. Kelebihan utama dari
sistem ini adalah biaya yang rendah serta pelaksanaan yang cepat dan pada lumpur
aluvium yang sangat lunak mampu menembus cukup jauh dan mungkin mencapai
kedalaman material 6 m.
Kekurangan sistem ini adalah daya tembus yang kecil pada material selain keras,
sehingga contoh yang diperoleh sangat terganggu.
Side-scan sonar merupakan alat yang cukup baik untuk penyelidikan lokasi dan juga
yang dilakukan pada pengukuran batimetri.
4.11.2.6 Vibrocoring
Metode pengambilan contoh dengan tabung terbuka ini memanfaatkan fakta bahwa
materil granular akan mencair jika tervibrasi sehingga terjadinya penetrasi tabung lebih
mudah. Dengan demikian contoh, material granular atau material lunak yang relatif tak
terganggu akan terampil secara lebih cepat.
23 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Penggunaan grafik
Tentukan penetrasi dibawah dasar laut yang diinginkan dan ikuti grafik untuk mengetahui resolusi yang
umumnya diperoleh di pasir. Sebagai alternatif, tentukan resolusi dan lihat apakah penetrasi di pasir
memungkinkan. Jika kedua nilai dapat diterima, ambil perpotongan dengan grafik untuk mendapatkan sistem
profiling dan perpotongan vertikal dangan sumbu untuk mendapatkan frekuensi operasi serta kekuatan yang
harus digunakan pada sistem profiling tersebut. Grafik ini hanya berlaku jika arah panah diikuti.
CATATAN 1. Jika sedimen lebih kasar daripada pasir, maka penetrasinya lebih kecil, resolusi kurang baik dan
diperlukan kekuatan yang lebih besar untuk dapat menembus dasar laut.
CATATAN 2. Jika sedimen lebih halus daripada pasir, maka penetrasinya lebih besar, resolusi lebih baik dan
kekuatan yang diperlukan lebih kecil untuk menembus dasar laut.
CATATAN 3. Kerikil atau material kasar di permukaan dasar laut akan mengacak energi sehingga diperlukan
kekuatan yang lebih besar atau mungkin sumber energi dari sparker atau airgun untuk mencapai penetrasi
yang diinginkan.
CATATAN 4. Tanah liat mengandung materi organik dan gas yang menyerap energi sehingga tidak mungkin
untuk menembus di bawahnya.
CATATAN 5. Grafik ini merupakan generalisasi dari penentuan profil dengan seismic reflection dan mencakup
konsep yang luas mengenai pengangan data. Jika diperlukan prakiraan yang lebih detail dianjurkan untuk
berkonsultasi dengan ahli geofisika.
24 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Kelebihan vibrocorer adalah penanganan contoh yang relatif cepat dan murah
dibandingkan dengan shell dan auger boring dan dapat digunakan untuk melengkapi
contoh dari beberapa lubang bor untuk memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai
lokasi dengan biaya lebih murah.
Cara ini relatif cepat dan alat yang kecil dapat digunakan dari kapal kecil di pera iran
dangkal. Operator dapat mengetahui perbedaan kondisi dasar laut antara tanah dan
batu/bongkah batuan dan berguna untuk memastikan tekstur dasar laut dari penelitian
dengan side-scan sonar dan penentuan profil seisimik refleksi. Grab berukuran besar
dapat melakukan pengambilan contoh dan tidak ada aturan baku tentang tekanan yang
harus diberikan. Karena keterbatasan tersebut, metode ini seharusnya hanya digunakan
sebagai pelengkap dari metode lain yang lebih baik.
25 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Tabel 6 Dasar umum untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi tanah untuk tujuan pengerukan
Batu besar dan Lebih besar dari 200 Penyelidikan dan pengukuran visual Bentuk Partikel Tidak tersedia
kerikil 200 sampai 60 1) Bulat
Kerikil besar Kasar 60 sampai 20 Mudah diidentifikasi dengan Acak Mungkin ditemukan dalam bentuk tersemen pada dasar kerikil yang
Sedang 20 sampai 6 penyelidikan visual Bersudut merupakan batu konglomerat lunak. Kerikil keras mungkin terdapat
Halus 6 sampai 2 Berlapis dalam campuran dengan pasir
Pasir (lihat Kasar 2 sampai 0,6 Semua partikel mudah dilihat dengan Panjang Kekuatan endapan bervariasi dari endapan lepas, padat sampai
catatan 2) Sedang 0,6 sampai 0,2 mata biasa Panjang dan berlapis endapan tersementasi. Struktur mungkin homogen atau terstratifikasi.
Halus 0,2 sampai 0,06 Campuran dengan tanah liat atau lumpur mungkin menghasilkan pasir
Kohesi sangat kecil ketika kering keras.
Tanah liat (silt) Kasar 0,06 sampai 0,02 Pada umumnya partikel sulit dilihat Tak plastis atau Pada dasarnya tidak plastis tetapi karakteristiknya mungkin serupa
(lihat catatan 2) Sedang 0,02 sampai 0,006 dan hanya tanah liat berbutir kasar plastisitasnya rendah dengan pasir jika didominasi oleh pasir. Jika halus, menyerupai tanah
Halus 0,006 sampai 0,002 yang dapat dilihat dengan mata. liat dengan karakter plastis. Sangat jarang terjadi percampuran dengan
Penentuan terbaik adalah pengujian pasir halus atau tanalt liat. Konsistensi bervariasi dari lumpur cair
dilatansi 3). Material mungkin bersifat sampai lumpur keras hingga ` batu lumpur '
plastis, tetapi tanah liat dapat
dihancurkan ketika kering dan
dibubukan dengan tangan
Tanah liat Kurang dari 0,002 Tanah liat memperlihatkan kekuatan Plasitisitasnya sedang Kekuatan Kekuatan geser 4)
(clay) Pembedaan antara silt dan kohesi dan plastisitas yang kuat (tanah liat kurus - lean
clay tidak hanya dari tanpa dilatansi. Contoh yang lunak clay) Sangat Dapat ditekan dengan mudah kurang dari 20
Z
ukuran butir saja. Yang menempel pada tangan dan memiliki kN/m
lunak diantara jari
lebih penting adalah sifat sentuhan yang halus. Gumpalan Lunak Mudah dibentuk dengan tangan 20 kN/mZ - 40
fisisnya. kering tidak menjadi bubuk akan Plastisitasnya tinggi (tanah kNJmZ
Sedang Memerlukan tekanan kuat untuk 40 kN/m2 - 75
mengalami pengerutan dan liat gemuk - fat clay) kN/mZ membentuknya dengan jari
2
perpecahan selama proses Agak keras Tak dapat dibentuk dengan tangan 75 kN/m - 150
pengeringan dengan kekuatan yang kN/mZ dapat ditekan dengan ibu jari
tinggi. Keras Tetap tegar, sulit ditekan bahkan diatas 150 kNlm'
oleh kuku ibu jari
Struktur mungkin pecah, sempurna, homogen, terstratifikasi atau
hancur dimakan usia.
Peats dan Bervariasi Pada umumnya diidentifikasi dari Di alam, mungkin agak keras atau berongga. Struktur dan kekuatannya
tanah organik warna coklat atau hitam atau dengan bervariasi bergantung pada arah horizontal dan vertikal. Perlu
bau bahan organik yang kuat dan diperhatikan ada atau tidaknya gas.
adanya materil berkayu
Catatan 1. Meskipun mungkin dilakukan dengan penyelidikan dan pengamatan secara visual, tetapi satu indikasi harus diberikan terhadap partikel seperti prosentase dari ukuran yang
berbeda.
Catatan 2. `Pasir' dan `tanah liat' menunjukkan ukuran partikel. Bentuk pasir tidak terbatas hanya pada pasir kuarsa tetapi juga pasir kapur, logam besi, dll. Tanah liat juga menunjukkan
ukuran
bukanbutir,
sebuah konsistensi. Bentuk konsistensi, seperti `fresh harbour silts, muds', seharusnya tidak digunakan.
Catatan 3. Dilatansi adalah sikap yang diperlihatkan oleh tanah liat sebagai reaksi dari pengadukan. Jika sampel yang agak lembab diletakan di tangan terbuka dan diaduk, maka air akan
muncul ke permukaan sampel menampakan permukaan yang mengkilat, sedangkan tanah liat yang plastis tidak akan menunjukkan reaksi demikian.
Catatan 4. Kekuatan geser didefinisikan sebagai kekuatan geser seketika ditentukan dengan penerapan prosedur pengujian di lokasi atau di laboratorium.
26 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
27 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
28 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Kinerja alat keruk dan formasi hasil kerukan harus dipantau selama uji coba dan
parameter kunci harus ditentukan sebelumnya dengan baik dan dicatat dengan hati-hati
selama pelaksanaan pekerjaan. Perubahan cuaca selama percobaan tersebut, harus
dilihat untuk memperkirakan kinerja alat yang digunakan.
4.13.1 Umum
Karena banyaknya sifat batuan yang mempengaruhi bagaimana batu akan di bor,
diledakan atau dikeruk, maka perlu dilakukan klasifikasi yang benar terhadap batuan dan
pengujian yang akan dilakukan terhadapnya untuk menentukan sifat-sifatnya.
29 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Tujuan pengujian yang dilakukan atau untuk menentukan pengaruh dari berbagai jenis
tanah dan kondisi batuan terhadap penggalian dan pengerukan. Jika retakan cukup
dekat dan terbuka, maka perbaikan pendahuluan tidak perlu dilakukan. Jika perbaikan
pendahuluan perlu dilakukan, maka retakan batuan dapat menghalangi pekerjaan
pemboran. Kekuatan batuan mempengaruhi energi yang diperlukan untuk mengeruknya
dan abrasiveness mempengaruhi laju keausan dari komponen pengeruk.
30 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Tabel 7 Klasifikasi tanah untuk tujuan pengerukan dengan pengujian lapangan dan laboratorium
Tipe tanah Distribusi Bentuk partikel Densitas in Densitas relatif Kepadatan Kandungan Sampah plastik Kekuatan Kandungan Kandungan
utama ukuran partikel situ dari partikel (in situ) kelembaban dan Iquid geses kapur organik
/bulk densitas Alami alami (shear strength)
Boulder dan Pengamatan Pemeriksaan NA1) Pengujian NA NA NA NA NA NA
Cobble 2) di di laboratorium
Lapangan lapangan (dalam bentuk
fragmentasi)
Gravel (kerikil) Pengujian Pengujian NA Pengujian Pengujian in NA NA NA Pengujian NA
Laboratorium Laboratorium laboratorium Situ laboratorium 3)
Pasir Pengujian Pengujian Pengujian Pengujian Pengujian in Pengujian NA NA Pengujian Pengujian
Laboratorium Laboratorium Laboratorium laboratorium Situ laboratorium laboratorium laboratorium
pada sampel
yang tak
terganggu 4)
Tanah Iiat/silt Pengujian Pengujian Pengujian Pengujian Pengujian in Pengujian Pengujian Pengujian Pengujian Pengujian
5) Laboratorium Laboratorium Laboratorium laboratorium situ pengujian laboratoriurn 6) laboratorium laboratorium laboratorium laboratorium
pada sampel atau
yang tak laboratorium
terganggu pada sample
yang tak
terganggu
Tanah Pengujian NA Pengujian NA Pengujian in Pengujian Pengujian Pengujian in NA Pengujian
liat/clays Laboratorium Laborarorium situ Pengujian laboratorirun 6) Laboratorium situ atau laboratorium
7 pada sampel atau pengujian
yang tak laboratoriurn Laboratorium 8)
terganggu Pada sample
yang tak
Terganggu
Gambut dan NA NA Pengujian NA Pengujian in Pengujian Pengujian Pengujian in NA Pengujian
tanah organik Laboratorium Situ laboratorium laboratorium situ atau laboratorium
pada sampel Pengujian
yang tak Laboratorium
terganggu
Kunci
Pengujian dengan tulisan miring dan tebal merupakan prioritas pertama untuk memperkirakan karakteristik tanah untuk tujuan pengerukan; pengujian dalam tulisan miring merupakan prioritas kedua, sedangkan
pengujian dalam tulisan biasa dapat dibatasi menjadi beberapa contoh/sampel yang representatif untuk masing-masing tipe tanah.
¹NA= tidak dapat digunakan
1. Untuk prosedur pengujian lihat tabel 8
2. Diuji sebagai batuan
3. Dapat digunakan sebagai kumpulan hasil kerukan untuk tujuan konstruksi
4. Turut dianjurkan penentuan densitas kering maksimum dan minimum.
5. Silt sering mengandung sejumlah partikel clay, yang memiliki pengaruh kuat terhadap karakteristik tanah. Pada beberapa kasus, harus dilakukan pengujian pada silt sebagaimana yang dilakukan pada clay.
6. Pengujian harus dilakukan pada sampel dalam kondisi natural dan lebih baik pada contoh yang tak mengalami gangguan (undisturbed samples)
7. Mungkin ada gunanya melakukan perhitungan distribusi ukuran partikel untuk pasir/fraksi silt dalam sampel clay tetapi juga menyatakan prosentase relatif terhadap total contoh.
8. Pengujian harus meliputi keadaan representatif contoh yang sensitif.
31 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Densitas bulk atau Tidak dapat dilakukan di atas air Satuan massa tanah seperti ditemukan in situ
sensitas in situ kecuali untuk pengukuran boulder dan dinyatakan sebagai rasio antara massa total
dan cobble dan volume total tanah.
32 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
33 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
34 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Lampiran A
Tabel daftar deviasi teknis dan penjelasannya
35 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Lampiran B
(informatif)
1) Pemrakarsa
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum
2) Penyusun awal
NAMA LEMBAGA
3) Penyusun baru
NAMA LEMBAGA
36 dari 37
SNI 19-6471.1-2000
Bibliografi
SNI 19-6471.1-2000, Tata cara pengerukan muara sungai dan pantai bagian 1 : survei lokasi
dan investigasi
37 dari 37