Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BIMBINGAN SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN BELAJAR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pembelajaan Bahasa Indonesia SD Kelas Tinggi

Dosen Pengampu
Drs. Sukardi, M. Pd.

Disusun Oleh :
1. Eva Sherina Zumrotun Faizah 1401418005
2. Fatia Nur Azizah 1401418124
3. Alifah Ratri W. 1401418196
4. M. Aditya Wildan A. 1401418339

Rombel J

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan inti dalam kegiatan pendidikan. Segala sesuatu
yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran yang melibatkan
semua komponen pembelajaran dan akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai. Salah satu komponen penting dalam kegiatan pembelajaran
adalah guru. Keberhasilan suatu pendidikan lebih banyak dipengaruhi oleh tenaga
kependidikan terutama guru, selain itu kepala sekolah, orangtua dan lingkungan. Semua
kompnen tersebut berperang memperlancar proses geraknya guru dalam mencapai tujuan
pendidikan. Oleh karena itu, komponen tersebut merupakan hal yang penting dan
berpengaruh terhadap pendidikan anak. Ketidakberhasilan dalam pembelajaran karena
adanya hambatan atau kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik.
Kesulitan belajar merupakan suatu hal yang dialami oleh peserta didik di sekolah
dasar bahkan dialami oleh siswa yang belajar di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menunjuk sejumlah kelainan yang
berpengaruh pada pemerolehan, pengorganisasian, penyimpanan, pemahaman dan
penggunaan informasi secara verbal dan non verbal. Akibat dari keadaan ini maka
individu yang mengalami kesulitan belajar dalam mengoperasikan fikiran karena kondisi
yang berkaitan dengan keseulitan belajar mempengaruhi operasi fungsi intelektual.
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, guru dihadapkan dengan sejumlah
karakteristik siswa yang beraneka ragam. Ada peserta didik yang menempuh kegiatan
belajarnya secara lancar dan keberhasilan tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain
tidak sedikit pula peserta didik yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai
kesulitan belajar yang ditunjukkan oleh hambatan- hambatan tertentu untuk mencapai
hasil belajar, dapat bersifat psikologis, sosiologis maupun fisiologis sehingga pada
akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapai berbeda di bawah semestinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi faktor kesulitan siswa dalam belajar bahasa Indonesia?
2. Bagaimana cara membimbing dan mengatasi kesulitan siswa dalam belajar bahasa
Indonesia?
3. Apa peranan bimbingan dalam pembelajaran siswa?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menganalisis dan mengidentifikasi faktor kesulitan siswa dalam
belajar bahasa Indonesia.
2. Mahasiswa mampu menganalisis dan mengidentifikasi cara membimbing dan
mengatasi kesulitan siswa dalam belajar bahasa Indonesia.
3. Mahasiswa mampu menganalisis dan mengidentifikasi peranan bimbingan dalam
pembelajaran siswa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor Kesulitan Siswa dalam Belajar Bahasa Indonesia


Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan
atas tiga macam, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar.
Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan
kualitas hasil belajar.
1) Faktor internal
Secara umum faktor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas
tiga macam, yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Ketiga
faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan
kualitas hasil belajar.
a) Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama,
keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi
aktivitas belajar seseorang . Kondisi organ tubuh yang lemah apalagi jika disertai
pusing kepala berat misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif)
sehingga materi yang dipelajaripun kurang atau tidak membekas. Untuk
mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan
mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu siswa dianjurkan
memilih pola istirahat dan olah raga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara
tetap dan berkesinambungan.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung,
peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar,
terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah
aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi
segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehingga manusia dapat
menangkap dunia luar. Panca indera yang memiliki peran besar dalam aktivitas
belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu
menjaga panca indera dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat
kuratif.
b) Faktor psikologis
Faktor –faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
1) Kecerdasan/intelegensia siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam
mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara
yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak
saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan,
tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena
fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir
seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses
belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi
inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses
dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit
individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar
dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis
yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman
tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga
mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya.
2) Motivasi
Motivasi merupakan pemberian dorongan atau semangat sehingga dapat
menimbulkan minat, perhatian dan kemauan siswa dalam belajar. Menurut Woodwert
dan Maarques motivasi adalah suatu tujuan jiwa yang mendorong individu untuk
aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuantujuan tertentu terhadap situasi di
sekitarnya.
Motivasi merupakan keadaan internal organisme yang mendorongnya untuk
berbuat sesuatu. Motivasi dapat dibedakan ke dalam motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Motivasi Intrinsik merupakan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang
dapat mendorongnya untuk belajar, misalnya perasaan menyenangi materi dan
kebutuhannya terhadap materi tersebut. Motivasi Ekstrinsik merupakan keadaan yang
datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan
belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, keteladanan orang tua,
guru merupakan contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa
untuk belajar.
3) Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan gairah yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber minat tidak
termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak
pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan,
motivasi dan kebutuhan. Minat juga mempengaruhi dalam pencapaian prestasi pada
bidang-bidang studi tertentu. Misal seorang anak yang suka terhadap matematika
akan memusatkan perhatiannya pada materi itu. Guru dalam hal ini seyogianya
berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang
terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang kurang lebih sama dengan kiat
membangun sikap positif.
4) Sikap Siswa
Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif, berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek tertentu, seperti orang, barang dan sebagainya, baik secara positif
maupun negatif. Misalnya, siswa yang bersikap acuh terhadap bahasa Arab, Inggris
dan lain-lain. Akan menyebabkan siswa yang bersangkutan kurang mempelajari mata
pelajaran tersebut, sehingga pada gilirannya menyebabkan hasil belajarnya selalu
rendah.
5) Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara
umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Apabila bakat
seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan
mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. Pada
dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar
sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena belajar juga dipengaruhi oleh
potensi yang dimiliki setiap individu,maka para pendidik, orang tua, dan guru perlu
memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta
didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa
anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
2) Faktor eksternal
Selain faktor internal ada juga faktor eksternal yang mempengaruhi belajar siswa.
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
a) Lingkungan sosial
1) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas
dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi
dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
2) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal
siswa akan mempengaruhi belajar siswa.Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajarsiswa,
paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
3) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan
belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak
rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap
aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak,
atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar
dengan baik.
b) Lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah
dan rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan
cuaca, dan waktu yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang menentukan
keberhasilan belajar siswa.
3) Faktor Pendekatan Belajar
Faktor pendekatan belajar dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan
siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu.
Faktor ini juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa. Siswa yang
terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, mungkin sekali berpeluang
untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan
pendekatan belajar surface atau reproductive.

B. Cara Membimbing dan Mengatasi Kesulitan Siswa dalam Belajar Bahasa Indonesia
a. Pengertian kesulitan belajar

“National Joint Commite on Learning Disabilities”(NJLCD) menyatakan bahwa


kesulitan belajar adalah istilah generik yang merupakan kelompok kelainan yang
heterogen yang bermanifestasi sebagai kesulitan yang bermakna dalam memperoleh dan
menggunakan kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis
mengeluarkan pendapat dan matematika. Dalam pengertian lain kesulitan merupakan
suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam mencapai
tujuan, sehingga memerlukan usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan
belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai
adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.

Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara


lain:

1) Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada
siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah
3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
4) Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5) Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak
mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
6) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu.
Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau
menyesal, dan sebagainya.
b. Jenis-jenis kesulitan belajar
Kesulitan belajar dapat dibagi menjadi tiga kategori besar.
1) Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa
2) Permasalahan dalam hal kemampuan akademik
3) Kesulitan lain yang mencakup kesulitan dalam mengkoordinasikan gerakan anggota
tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua kategori di atas.
Kesulitan membaca, menulis dan berhitung termasuk dalam kesulitan dalam hal
kemampuan akademik sebagaimana penjelasan dibawah ini:
a) Kesulitan Membaca (disleksia)
Membaca yaitu melihat serta menahami isi dari apa yang tertulis dengan
melisankan atau hanya dalam hati atau dapat pula diartikan mengeja atau melafalkan apa
yang tertulis.
Membaca merupakan proses yang kompleks yang melibatkan kedua belahan otak.
Anak harus sudah memahami bahasa dan curah verbal harus baik, mengenal huruf dan
arah, dapat mengingat apa yang dilihat dan didengar, dapat mengintegrasikan yang
dibaca dengan bahasa tutur (koneksi visual-auditoris). Juga atensi dan minat membaca
anak harus cukup.
Anak dinyatakan mengalami disleksia bila pada usia 7 tahun atau akhir kelas 1
SD anak belum dapat membaca. Disleksia pada anak laki-laki 3 hingga 6 kali lebih
banyak daripada perempuan. Dua jenis disleksia yang perlu diketahui adalah disleksia
visual dan disleksia auditoris.
Pada disleksia visualis anak mengalami kesulitan dalam persepsi visual-spasial
dan memori visual. Anak sulit membedakan bentuk huruf yang mirip (bayangan cermin
seperti b-d, p-g, p-q, atau terbalik seperti m-w), gangguan urutan huruf (ibu-ubi) atau
urutan suku kata (mata-tama). Analisis dan sintesis visual kulit. Kelainan ini jarang hanya
5% dari jenis disleksia. Anak ini menonjol dalam kemampuan persepsi auditoris atau
mengingat cerita.
Pada disleksia auditoris atau disleksia linguistik, anak mengalami kesulitan
mengingat kembali kata-kata yang diucapkan, kesulitan membedakan huruf yang
bunyinya mirip seperti t-d, b-g, kesulitan mengeja, kesulitan menemukan kata dan urutan
yang didengar kacau (sekolah-sekohla). Prevalensi cukup besar 50-80% dari jenis
disleksia.
b) Kesulitan membaca (Disgrafia)
Menulis berasal dari kata dasar tulis, menulis berarti membuat huruf atau angka
dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya), melahirkan pikiran atau perasaan seperti
mengarang, membuat surat dengan tulisan.
Bahasa tulisan merupakan bentuk bahasa yang ekspresif yang paling kompleks.
Bahasa tulisan merupakan sistem simbol untuk mengutarakan pikiran, perasaan, dan ide.
Untuk itu anak harus memahami bahasa, menggunakan bahasa tutur, dapat membaca, dan
akhirnya mengekspresikan idenya melalui kata-kata tulisan. Kesulitan menulis dapat pula
disebabkan anak tidak dapat mengalihkan informasi atau persepsi visual ke sistem
motorik tangan.
Kesulitan menulis anak dengan gangguan integrasi visual-motor tidak mampu
belajar pola motorik untuk menulis, atau keterampilan motorik non verbal. Solusi awal
adalah dengan memberikan soal dengan jawaban ganda.
c) Kesulitan menghitung (Diskalkulia)
Berhitung dalam kamus besar bahasa indonesia berasal dari kata hitung yang
berarti perihal membilang (menjumlahkan, mengurangi, membagi, memperbanyak, dan
sebagainya). Berhitung yaitu mengerjakan hitungan (menjumlahkan, mengurangi, dan
sebagainya). Sedangkan menghitung yaitu mencari jumlahnya (sisa pendapatannya)
dengan menjumlahkan, mengurangi dan sebagainya. Gangguan pada kemampuan
menghitung atau kemampuan matematika adalah salah satu gangguan belajar. Gangguan
matematika ini dikelompokkan menjadi empat keterampilan.
1) Keterampilan linguistik yaitu yang berhubungan dengan mengerti istilah matematika
dan mengubah masalah tertulis menjadi simbol matematika.
2) Keterampilan perseptual yaitu kemampuan mengenali dan mengerti simbol dan
mengurutkan kelompok angka.
3) Keterampilan matematika yaitu penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian
dasar dan urutan operasi dasar.
4) Keterampilan atensional yaitu menyalin angka dengan benar dan mengamati simbol
operasional dengan benar.
c. Upaya untuk menangani anak yang mengalami kesulitan belajar membaca,
menulis dan berhitung.
Pemecahan kesulitan belajar dapat dilakukan dengan cara melakukan diagnosis.
Diagnosis adalah upaya mengenali gejala dengan cermat terhadap fenomena yang
menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa. Dalam
melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri dari langkah-langkah
tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang
dialami siswa. Prosedur jenis ini dikenal sebagai “diagnostic” kesulitan belajar.
Dalam melakukan diagnostic kesulitan belajar siswa, perlu ditempuh langkah-langkah
sebagai berikut.
1) Melakukan observasi kelas untuk melihat perilakunya menyimpang siswa ketika
mengikuti pelajaran.
2) Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga
mengalami kesulitan belajar.
3) Mewawancarai orang tua atau wali untuk mengetahui hal-hal keluarga siswa yang
mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
4) Memberikan tes diagnostic bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat
kesulitan belajar yang dialami siswa.
5) Memberikan tes kemampuan inteligensi (IQ) khususnya kepada siswa yang
mengalami kesulitan belajar.
Selain itu untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pengidap sindrom disleksia,
disgrafia, dan diskalkulia, guru dan orang tua sangat dianjurkan untuk
memanfaatkan support teacher (guru pendukung). Guru khusus ini biasanya
bertugas menangani para siswa yang mengalami sindrom-sindrom tersebut di
samping melakukan remedial teaching (pengajaran perbaikan). Aktivitas remedial
untuk menangani kesulitan belajar berhitung hendaknya mencakup tiga kategori
yaitu pengajarab konsep matematika, keterampilan, dan pemecahan masalah.
C. Peranan Bimbingan dalam Pembelajaran Siswa
1. Bimbingan belajar
Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mengatasi masalah yeng berhubungan
dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah, bimbingan ini
meliputi:
a. cara belajar, baik belajar secara berkelompok maupun individual
b. cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar
c. cara mengatasi kesulitan belajar yang berkaitan dengan mata pelajaran(bahasi
Indonesia)
2. Bimbingan social
Dalam proses bimbingan belajar di kelas siswa juga harus mampu menyesuaikan
diri dengan kehidupan kelompok. Dalam kehidupan kelompok perlu adanya toleransi
saling memberi dan menerima, tidak mau menang sendiri dan menghargai pendapat
orang lain, langsung atau tidak langsung suasana di kelas atau disekolah akan dapat
mempengaruhi perasaan aman bagi siswa yang bersangkutan
Bimbingan social di maksudkan agar siswa dapat melakukan penyesuaian diri
terhadap teman sebayanya baik disekolah maupun di luar sekolah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang
ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar. Secara
umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas tiga macam,
yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Kesulitan belajar
dapat dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu : kesulitan dalam berbicara dan berbahasa,
permasalahan dalam hal kemampuan akademik, kesulitan lain yang mencakup kesulitan
dalam mengkoordinasikan gerakan anggota. Pemecahan kesulitan belajar dapat dilakukan
dengan cara melakukan diagnosis. Diagnosis adalah upaya mengenali gejala dengan
cermat terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar
yang melanda siswa.

B. Saran
Bimbingan untuk peserta didik sangat dibutuhkan terutana bagi mereka yang
sedang mendapat kesulitan belajar khususnya dalam bidang studi bahasa Indonesia maka
penulis perlu menyarankan hal-hal yang diinginkan sebagai seorang
pendidik/pembimbing bimbinglah peserta didik tersebut sesungguhnya supaya tercipta
belajar yang sebenarnya. Lakukan pengarahan terhadap mereka yang kesulitan
mempelajari bahasa Indonesia, dalam dan arahkanlah mereka agar belajar bahasa
Indonesia menyenangkan. Demikian saran yang perlu dimuat oleh penulis dalam masalah
ini apabila ada kesalahan ataupun kekurangan dalam isi makalah, penulis meminta maaf
kepada pihak yang terkait semoga makalah ini bermanfaat bagi kita. 

DAFTAR PUSTAKA

Martikaningsih, Riastuti. 2011. “Upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan bahasa


Indonesia berdasarkan gambar seri di kelas 3 MI Muhammadiyah Jumoyo”, Dalam Skripsi,
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Mulyadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar
Khusus. Yogyakarta: Nuha Litera.

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal.151.

Lili Djokosetio Sidiarto, Perkembangan Otak dan Kesulitan Belajar Pada Anak. (Universitas
Indonesia : UI-Press, 2007), hal.35.

Soejipto, kosasi, Raflis. 2007. profesi keguruan. Jakarta; rineka cipta

https://nellahutasoit.wordpress.com/2011/11/17/bimbingan-untuk-mengatasi-kesulitan-belajar-
bahasa-indonesia-yang-dihadapi-siswa/ Diakses pada 14 September pukul 14.13

Anda mungkin juga menyukai