Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH EKONOMI PANGAN

“ELASTISITAS PERMINTAAN PANGAN ”

DISUSUN OLEH:
NAMA : Ismi Wahyuni M
NIM : PO.71.31.0.18.015
PRODI : D-IV Gizi
DOSEN PEMBIMBING : Drs.H.M.Yusuf, M.Kes

PROGRAM STUDI D-IV JURUSAN GIZI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya jugalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Elastisitas permintaan pangan”.
Dalam menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
serta dorongan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati
penulis mohon maaf dan menerima saran guna membantu kesempurnaan makalah
ini.Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Palembang, 22 September 2020


Penyusun

Ismi Wahyuni M

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
BAB I...................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1
A.    Latar Belakang................................................................................................................ 1
B.    Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1
C. Tujuan.............................................................................................................................. 1
BAB II..................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ELASTISITAS PERMINTAAN.......................................................................2
A. Pengertian Elastisitas Permintaan...................................................................................2
B.  Jenis-jenis elastisitas permintaan......................................................................................4
C.  Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan.................................................5
D. Proyeksi permintaan.........................................................................................................6
E. Keseimbangan Pasar........................................................................................................6
F. Implikasi kebijakan elastisitas pangan...............................................................................7
BAB III.................................................................................................................................... 8
PENUTUP.............................................................................................................................. 8
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 8
B. Saran – saran.................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


            Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang tidak dapat ditinggalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Tanpa makan dan minum yang cukup jumlah dan mutunya, manusia
tidak dapat produktif dalam melakukan aktivitasnya. Masalah pangan menyangkut pula
keamanan, keselamatan dan kesehatan baik jasmani maupun rohani. Agar makanan dapat
berfungsi dengan baik, maka diperlukan berbagai syarat agar memenuhi kriteria seperti
yang diharapkan. Selain harus mangandung zat gizi (lemak, protein, karbohidrat, mineral
dan vitamin), makanan harus baik dan yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah
bahwa makan harus aman untuk dikonsumsi. Setelah ketiga unsur tersebut terpenuhi, maka
baru dapat disebut dengan makanan sehat. Karena pentingnya keberadaan pangan, banyak
pihak yang berkepentingan dengan konsumen dalam pemenuhan kebutuhan pangan.Salah
satu yang paling penting adalah konsep elastisitas. Dengan adanya pemahaman elastisitas,
apa yang akan terjadi terhadap permintaan pangan, jika ada perubahan harga? Apa yang
terjadi pada “keseimbangan harga” bila faktor-faktor yang mempengaruhi kurva berubah?
Dan beberapa besar pengaruhnya?                
       Elastisitas merupakaan ukuran sejauh mana pembeli dan penjual bereaksi terhadap
perubahan kondisi yang ada.Kondisi yang dimaksud berkaitan dengan perubahan harga.
Dengan kata lain, elastisitas merupakan derajat kepekaan permintaan  dan penawaran
terhadap perubahan harga.
B.       Rumusan Masalah
1.          Apa pengertian elastisitas permintaan ?
2.          Apa  saja Jenis-jenis  elastisitas permintaan ?
3.          Apa faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan ?
C. Tujuan
1.      Memahami pengertian elastisitas permintaan
2.      Memahami Jenis-jenis elastisitas permintaan
3.      Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan

1
BAB II

PEMBAHASAN ELASTISITAS PERMINTAAN

A. Pengertian Elastisitas Permintaan


Elasstisitas permintaan adalah suatu alat atau konsep yang digunakan untuk
mengukur derajat kepekaan atau respon perubahan jumlah atau kualitas barang
yang dibeli sebagai akibat perubahan factor yang mempengaruhi. Dalam hal ini pada
dasarnya ada tiga variable pertama yang mempengaruhi, maka dikenal tiga
elastisitas permintaan, yaitu: “Elastisitas Harga Permintaan, Elastisitas Silang, Dan
Elastisitas Pendapatan”.
1. Elastisitas Harga Permintaan
Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan atau respon jumlah
permintaan akibat berubahan harga barang atau dengan kata lain merupakan
perbandingan dari pada presentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan
prosentase perubahan dengan harga dipasar, sesuai dengan hokum permintaan,
dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun dan sebaliknya.
Dalam analisis, elastisitas harga permintaan lebih kerap dinyatakan sebagai elastisitas
permintaan.Nilai perbandingan antara persentasi perubahan jumlah diminta dengan
persentasi perubahan harga disebut koefisien elastisitas permintaan.
a.      Rumus perhitungan
Elastisitas permintaan digunakan untuk menjelaskan tingkat kepekaan permintaan
suatu barang terhadap perubahan harga barang tersebut.Angka yang mengukur
besarnya pengaruh perubahan harga atas perubahan jumlah barang yang diminta
disebut koefisien elastisitas permintaan, dilambangkan Ed.
Adapun rumusnya :

Keterangan :
Qo=Jumlah barang yang diminta sebelum perubahan

2
Q1 = Jumlah barang yang diminta Sudah ada perubahan
Po = Harga barang sebelum perubahan
P1 = Harga seletah perubahan
∆Q = Selisih barang yang diminta
∆P = Selisih harga barang

2.   Elastisitas Silang
Koefesien yang menunjukan sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap
suatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain dinamakan elastisitas
permintaan silang atau dengan ringkas elastisitas silang.
Apabila perubahan harga barang Y menyebabkan permintaan barang X berubah, maka
sifat penghubung diantara keduanya digambarkan oleh elastisitas silang. Besarnya
elastisitas silang (Es) dapat dihitung berdasarkan pada rumus berikut:

Perubahan harga suatu barang akan mengakibatkan pergeseran permintaan kepada


produk lain, maka elastisitas silang (Exy) adalah merupakan persentase perubahan
permintaan dari barang X di bagi dengan persentase perubahan harga dari barang Y.
Apabila hubungan kedua barang tersebut (X dan Y) bersifat komplementer (pelengkap)
terhadap barang lain, maka tanda elastisitas silangnya adalah negative, misalnya kenaikan
harga tinta akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap pena.
Apabila barang lain tersebut bersifat subtitusi (pengganti) maka tanda elastisitas
silangnya adalah positif, misalnya kenaikan harga daging ayam akan mengakibatkan
kenaikan jumlah permintaan terhadap daging sapi dan sebaliknya.

3. Elastisitas Pendapatan
Koefesien yang menunjukan sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap
sesuatu barang sebagai akibat dari pada perubahan pendapatan pembelian
dinamakan elastisitas penerimaan pendapatan atau secara ringkas elastisitas pendapatan.

3
Besarnya elastisitas pendapatan (EY) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut

Apabila yang terjadi adalah kenaikan pendapatan yang berakibatkan naiknya jumlah
barang yang diminta, maka tanda elastisitas tersebut adalah positif dan barang yang diminta
disebut barang normal atau superior.
Bila kenaikan dalam pendapatan tersebut berakibat berkurangnya jumlah suatu barang
yang diminta, maka tanda elastisitas terhadap barang tersebut adalh negative dan barang ini
disebut dengan barang inferior atau giffen.

B.     Jenis-jenis elastisitas permintaan


1. Permintaan tidak elastis sempurna :
Elastisitas = 0. Perubahan harga tidak mempengaruhi jumlah yang diminta. Dengan
demikian, kurvanya berbentuk vertikal. Kurva berbentuk vertikal ini berarti bahwa
berapapun harga yang ditawarkan, kuantitas barang/jasa tetap tidak berubah.      Contoh
barang yang permintaannya tidak elastis sempurna adalah tanah (meskipun harganya
naik terus, kuantitas yang tersedia tetap terbatas),
2.   Permintaan tidak elastis :
Elastisitas < 1. Prosentase perubahan kuantitas permintaan < dari prosentase
perubahan harga. Contoh permintaan tidak elastis ini dapat dilihat diantaranya pada
produk kebutuhan. Misalnya beras, meskipun harganya naik, orang akan tetap
membutuhkan konsumsi beras sebagai makanan pokok. Karenanya, meskipun mungkin
dapat dihemat penggunaannya, namun cenderung tidakakan sebesar kenaikan harga

4
yang terjadi. Sebaliknya pula, jika harga beras turun konsumen tidak akan menambah
konsumsinya sebesar penurunan harga. Ini karena konsumsi beras memiliki
keterbatasan (misalnya rasa kenyang).

3.  Permintaan uniter elastis :


Elastisitas = 1. Prosentase perubahan kuantitas permintaan = prosentase perubahan
harga. Contoh produk yang elastisitasnya uniter tidak dapat disebutkan secara spesifik.
Jenis permintaan ini sebenarnya lebih sebagai pembatas antara permintaan elastis dan
tidak elastis, sehingga belum tentu ada produk yang dapat dikatakan memiliki permintaan
uniter elastis.
4.  Permintaan elastis :
Elastisitas > 1. Prosentase perubahan kuantitas permintaan > prosentase perubahan
harga. Ini sering terjadi pada produk yang mudah dicari substitusinya. Misalnya saja
pakaian, makanan ringan, dan lain sebagainya. Ketika harganya naik, konsumen akan
dengan mudah menemukan barang penggantinya.

5.  Permintaan elastis sempurna :

Elastisitas tak terhingga. Dimana pada suatu harga tertentu pasar sanggup membeli
semua barang yang ada di pasar. Namun, kenaikan harga sedikit saja akan
menjatuhkan permintaan menjadi 0. Dengan demikian, kurvanya berbentuk horisontal.
Contoh produk yang permintaannya bersifat tidak elastis sempurna diantaranya
barang/jasa yang bersifat komoditi, yaitu barang/jasa yang memiliki karakteristik dan
fungsi sama meskipun dijual di tempat yang berbeda atau diproduksi oleh produsen yang
berbeda.
C.    Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan
1.    Ada beberapa faktor yang menentukan elastis harga permintaan, yaitu:
a.    Tersedia atau tidaknya barang pengganti dipasar
b.    Jumlah pengguna atau tingkat kebutuhan dari barang tersebut
c.    Jenis barang dan pola preferensi konsumen
d.    Periode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga atau
priode waktu penggunaan barang tersebut
e.    Kemampuan relative anggaran untuk mengimpor barang
2.    Elastisitas akan besar bilamana:
a.    Terdapat banyak barang subtitusi yang baik
b.    Harga relative tinggi
c.    Ada banyak kemungkinan-kemungkinan penggunaan barang lain
3.    Elastisitas umumnya akan kecil, bilamana:

5
a.    Benda tersebut digunakan dengan kombinasi benda lain
b.    Barang yang bersangkutan terdapat dalam jumlah banyak, dan dengan harga-harga
yang rendah.
c.   Untuk barang tersebut tidak terdapat barang-barang subtitusi yang baik dan benda
tersebut sangat dibutuhkan.
D. Proyeksi permintaan
Sejalan dengan keperluan pembangunan petemakan, khususnya dalam rangka
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat lokasi spesifik diseluruh Indonesia,
antara lain melalui penyediaan komoditas pangan bersumber protein hewani, maka
pembangunan sub sektor peternakan dapat diarahkan kepada keragaan lokasi berdasarkan
kemampuan dan potensi wilayah berdasarkan kepada beberapa indikator tersebut,
termasuk indikator ekonomi. Sebagai contoh, proyeksi produksi dan konsumsi produk
peternakan, termasuk daging dan telur ayam, dapat dilakukan secara sederhana apabila
angka-angka elastisitas pendapatan masyarakat terhadap pennintaan produk tersebut di
wilayah yang bersangkutan telah dimiliki. Selanjutnya, yang diperlukan adalah perkiraan
pertumbuhan pendapatan masyarakat tersebut, misalnya Goungetas, dkk (1990), dengan
skenario pertumbuhan rendah, telah menggunakan angka pertumbuhan pendapatan di
wilayah luar Jawa sebesar masing-masing 5 persen untuk perkotaan dan 3 persen untuk
perdesaan, sedangkan pada skenario pertumbuhan tinggi angka-angka tersebut masing-
masing sebesar 7 persen untuk perkotaan dan 5 persen untuk perdesaan. Camlain dapat
pula dilakukan antara lain untuk menyederhanakan perhitungan yaitu tanpa membedakan
pertumbuhan di daerah perkotaan atau perdesaan (Sudaryanto, dkk., 1995), sehingga dapat
digunakan angka rata-rata, seperti misalnya 4 persen untuk kategori pertumbuhan
pendapatan masyarakat rendah dan 6 persen untuk kategori pertumbuhan pendapatan
masyarakat yang tinggi. Untuk melihat besar pertumbuhan permintaan terhadap produk
daging, telur dan susu secara nasional.

E. Keseimbangan Pasar
Permintaan komoditas daging sebagian besar dapat dipenuhi oleh produksi dalam
negeri, sehingga volume impor hanya sedikit sekali yaitu rata-rata sebesar 2000 ton per
tahun. Hal serupa juga terjadi pada komoditas telur, tetapi dengan kondisi yang jauh lebih
baik, yaitu angka rata-rata impor dtahun hanya sebesar 100 ton saja. Lain halnya dengan
komoditas susu, di mana angka impornya masih melebihi kemampuan produksi dalam
negeri. Pemenuhan kebutuhan dan permintaan daging sapi tampaknya masih beltun dapat
tercapai tanpa bantuan produksi sapi hasil penggemukan yang menggunakan sapi bakalan
impor, sehingga volume impor sapi bakalanuntuk penggemukan semakin meningkat, sejalan
dengan peningkatan permintaan dan juga didukung oleh adanya kebijaksanaan impor sapi.
Pada tahun tersebut mulai diimpor sapi bakalan sekitar 12.500 ekor dengan kenaikan rata-

6
rata sebesar 98,5 persen per tahun pada tahun-tahun berikutnya, dan pada tahun 1996
volume impor tersebut telah mencapai 367.000 ekor. Impor sapi bakalan ini diperkirakan
sangat berkaitan erat dengan tingginya pertnintaan daging sapi di daerah DKI Jakarta, Jawa
Barat dan kota-kota besar lainnya di Pulau Jawa.

F. Implikasi kebijakan elastisitas pangan

Permintaan daging, telur dan susu di masa kini masih sangat dipengaruhi oleh harga
di samping produk substitusinya tetapi pada masa mendatang pilihan konsumen di samping
akan didasarkan kepada faktor harga, juga kualitas produk tersebut. Dengan demikian, pola
konstunsi masarakat di masa mendatang akan sangat diwamai oleh keragaman produk
sebagai pilihan yang mungkin didasarkan kepada adanya perubahan preferensi secara
fundamental. Misalnya, pilihan konsumen terhadap daging ayam bums dibanding ayam
broiler merupakan suatu ciri adanya pergeseran permintaan yang didasarkan kepada
kualitas, yaitu kandungan kolesterol yang rendah dari suatu produk. Laju permintaan daging,
telur dan susu di masa mendatang kemungkinan akan lebih ditentukan lagi oleh banyak hal
di samping parameter-parameter permintaan yang secara umum berlaku. Dengan demikan
proyeksi kemampuan penawaran yang berkait ke belalcang kepada sistem produksi, input
dan pemasaran, hams diselaraskan dengan adanya tendensi ke arah perubahan-perubahan
preferensi tersebut. Konsumsi per kapita dari produk peternakan akan selalu sejalan dengan
perbaikan tingkat pendapatan dan kemampuan penyediaan produk di samping peningkatan
kesadaran gizi konsumen. Secara historis konsumsi perkapita produk daging, telur dan susu
dari tahun ke tahun menunjukkan perbaikan yang nyata bahkan dalam beberapa hal
komoditas tertentu berasal dari spesies tertentu, seperti daging unggas dan telur, telah
mampu melebihi target. Namun demikian, terlepas dari adanya perbaikan pendapatan
masyarakat dan meningkatnya kemampuan bidang usaha untuk menyediakan produk ternak
bahkan pada tingkat kualitas yang baik, pertimbangan tentang kemampuan produksi dalam
negeri perlu tetap diperhatikan. Hal tersebut akan sangat berkaitan dengan
keberlangsungan usaha yang seharusnya memiliki keunggulan komparatif dan tidak mudah
tergoyahkan oleh penganih eksternal, terutama pada era pasar bebas. Perbedaan kondisi
antara masyarakat kota daya belinya relatif tinggi disertai dengan konsumsi protein yang
tinggi, dengan masyarakat perdesaan yang daya belt tingkat konsumsi proteinnya rendah,
memerlukan instrumen kebijaksanaanpanganyang spesifik. Bagi masyarakat kota, dengan
Icarakteristik masyarakat yang dinamis, memiliki akses ke pasar, rasional dan ciri-ciri lainnya
pada masyarakat urban, diperlukan kebijaksanaan pengendalian penawaran untuk
mengendalikan harga. Sedangkan bagi masyarakat perdesaan, terutama di desa tertinggal,
di mana akses ke pasar sangat rendah karena rendahnya daya belt, kurangnya prasarana,
langkanya alat tukar atau uang tunai, maka kebijaksanaan yang diperlukan adalah bantuan

7
yang dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia secara lokal guna menghasilkan
produk peternakan yang dapat dikonsumsi keluarganya, tanpa mengorbankan penggunaan
sumber daya untuk usaha pokoknya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Elastisitas harga permintaan mengukur seberapa banyak permintaan barang dan jasa
(konsumsi) berubah ketika harganya berubah.Elastisitas permintaan ditunjukkan dalam
bentuk prosentase perubahan atas kuantitas yang diminta sebagai akibat dari satu persen
perubahan harga.
Elastisitas harga penawaran mengukur seberapa banyak penawaran barang dan jasa
berubah ketika harganya berubah.Elastistas harga ditunjukkan dalam bentuk prosentase
perubahan atas kuantitas yang ditawarkan sebagai akibat dari satu persen perubahan
harga.
Setiap perubahan harga akan mengubah kuantitas yang diminta. Akan tetapi sampai
dimana setiap perubahan harga akan menimbulkan perubahan tersebut, berbedaan diantara
satu barang dengan barang yang lain. Ada yang menimbulkan perubahan kuantitas yang
besar, tetapi ada pula yang pertubahan kuantitasnya sangat kecil. Elastisitas permintaan
dan penawaran merupakan ukuran yang menunjukan sampai dimana kuantitas yang diminta
atau ditawarkan akan mengalami perubahan sebagai akibat dari suatu perubahan harga.

B. Saran – saran
            Interaksi antara permintaan dan penawaran akan menciptakan keseimbangan harga
pasar, apabila pada harga keseimbangan jumlah barang yang di minta konsumen, sama
persis dengan jumlah yang di tawarkan produsen, secara grafis keseimbangan pasar bisa
tercapai apabila kurva permintaan dan penawaran berpotongan, titik perpotongan tersebut
di sebut titik keseimbangan

8
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun Modul SMK. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial. Surakarta : Citra Pustaka
Mandiri
Sukwiaty, Dkk. 1995. Pengantar Mikro. Jakarta : Binapura Aksara
Yasinta. 2008. Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Wordpress.com : yasinta
Chaeraniirm. 2012. Elastisitas Permintaan dan Penawaran. blogspot.com : chaeraniirma

Anda mungkin juga menyukai