Anda di halaman 1dari 18

TOPIK 6.

PERANCANGAN DAN EVALUASI SEDIAAN STERIL

Tugas Persiapan Praktikan


1. Buatlah persyaratan, prosedur evaluasi, dan kriteria penerimaan sediaan steril
2. Buatlah prosedur cuci tangan dan berganti pakaian steril
3. Buatlah daftar aturan dasar kerja aseptis
4. Lakukan studi praformulasi untuk sediaan tetes mata kloramfenikol 10 ml. Tetapkan
prosedur pembuatan, metode sterilisasi yang digunakan, dan evaluasi apa saja yang
diperlukan

Formulasi
R/ Chloramphenicol 500 mg
Boric Acid 1,5 g
Borax 300 mg
Phenyl Mercuric Nitrate 2 mg
WFI ad 100 ml

Jawaban :
A. Persyaratan, prosedur evaluasi, dan kriteria penerimaan sediaan steril
1. Persyaratan : Steril, bebas partikel asing, bebas pirogen, stabilitas, tonisitas,
kejernihan, mempunyai pH yang sesuai
2. Prosedur Evaluasi
 Penetapan pH (FI V, 1563) :
a. pH meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan larutan dapar
b. pH meter dimasukkan ke wadah yang berisi sampel uji lalu ditunggu sampai
angka konstan
 Kejernihan larutan (FI V, 1521)
Metode Visual
 Dilakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar dengan diameter
dalam 15-25 mm, tidak berwarna, transparan dan terbuat dari kaca netral.
 Larutan uji dibandingkan dengan suspensi padanan yang dibuat segar, setinggi
40 mm.
 Kedua larutan dibandingkan di bawah cahaya yang terdifusi 5 menit setelah
pembuatan suspensi padanan tegak lurus ke arah bawah tabung menggunakan
latar belakang berwarna hitam.
 Difusi cahaya harus sedemikian rupa sehingga suspensi padanan I dapat
dibedakan dari air dan suspense padanan II dapat dibedakan dari suspense
padanan I.
 Homogenitas : Dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun
distribusi ukuran partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai
tempat menggunakan mikroskop untuk hasil yang lebih akurat atau jika sulit
dilakukan atau membutuhkan waktu yang lama, homogenitas dapat ditentukan
secara visual
(Goeswin Agus, Teknologi farmasi liquida dan semisolida, 127)
 Uji organoleptik : Mengamati penampilan sediaan dari segi bau dan warna
secara makroskopis.
(Kemenkes, Praktikum Teknologi Sediaan Steril, Modul Bahan Ajar Cetak
Farmasi, hal. 242)
 Uji Volume Terpindahkan (FI V, hal 1614)
- Dipilih 30 wadah lalu dipilih 10 wadah dari 30 wadah dan dikocok satu per
satu
- Dituang perlahan-lahan isi dari tiap wadah ke dalam gelas ukur tidak lebih
dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi
- Setelah dituang lalu didiamkan 30 menit untuk wadah dosis ganda dan 5
menit untuk wadah dosis tunggal, kecuaali dinyatakan lain dalam
monografi
- Diukur volume dari tiap campuran. Sediaan volume kecil dalam wadah
dosis tunggal, volume dapat dihitung dengan cara berikut:
a. Dikeluarkan isi dari wadah ke dalam wadah yang sesuai dan telah ditara
b. Ditentukan bobot isi dari wadah
c. Dihitung volume setelah penetapan bobot jenis
 Uji Kebocoran : Untuk cairan bening tidak berwarna (a) wadah takaran
tunggal yang masih panas setelah selesai disterilkan, dimasukkan ke dalam
larutan metilen biru 0,1%. Jika ada wadah yang bocor maka larutan metilen
biru akan masuk ke dalam karena perubahan tekanan di luar dan di dalam
wadah tersebut sehingga larutan dalam wadah akan berwarna biru. Untuk
cairan yang berwarna (b) lakukan dengan posisi terbalik, wadah takaran
tunggal ditempatkan diatas kertas saring atau kapas. Jika terjadi kebocoran,
maka kertas saring atau kapas akan basah. (c) wadah-wadah yang tidak dapat
disterilkan, kebocorannya harus diperiksa dengan memasukkan wadah-wadah
tersebut dalam eksikator, yang kemudian divakumkan. Jika ada kebocoran
larutan akan diserap keluar. Harus dijaga agar jangan sampai larutan yang
telah keluar, diisap kembali jika vakum dihilangkan. (Goeswin Agoes,
Larutan Parenteral, 191)

 Uji Sterilitas (FI V, hal. 1359)


Terdapat dua metode :
1. Prosedur Uji Inokulasi Langsung ke dalam media uji
Uji pada cairan, pindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau
jarum suntik steril. Secara aseptik inokulasikan sejumlah tertentu bahan dari tiap
wadah uji ke dalam tabung media. Campur cairan dengan media tanpa aerasi
berlebihan. Inkubasi dalam media sesuai dengan prosedur umum selama tidak
kurang 14 hari. Amati pertumbuhan pada media secara visual sesering mungkin
sekurangnya pada hari ke 3 atau ke 4 atau ke 5, pada hari ke 7 atau ke 8 dan pada
hari terakhir masa uji. Jika zat uji menyebabkan media menjadi keruh sehingga ada
atau tidaknya pertumbuhan mikroba tidak segera dapat ditentukan secara
visual, pindahkan sejumlah memadai media ke dalam tabung baru berisi media
yang sama, sekurangnya 1 kali antara hari ke 3 dan ke 7 sejak pengujian dimulai.
Lanjutkan inkubasi media awal dan media baru selama total waktu tidak kurang
dari 14 hari sejak inokulasi awal.
2. Penyaringan Membran
- Dibuat cairan pengencer dan pembilas untuk penyaringan membrane
dengan cara dilarutkan 1 gram peptic digest of animal tissue dalam air
hingga 1 liter, jika perlu saring atau sentrifus hingga jernih, pH diatur
hingga 7,1±0,2. Dibagikan ke dalam wadah-wadah dan disterilisasi
menggunakan proses yang telah divalidasi.
- Jika perlu cairan pengencer dipindahkan dalam jumlah kecil ke dalam
membrane dan disaring
- Isi dari wadah yang akan diuji dipindahkan ke dalam satu membran atau
beberapa membran, jika perlu diencerkan dengan pengencer steril yang
dipilih sesuai volume yang digunakan pada Uji Kesesuaian Metode, tetapi
jumlah yang digunakan dari yang tertera pada tabel jumlah minimum yang
digunakan untuk tiap media dan tabel jumlah minimum bahan yang diuji
sesuai dengan jumlah bahan dalam bets.
- Disaring segera dan cuci membrane tidak kurang dari 3x jika sediaan
mempunyai daya antimikroba dengan cara menyaring tiap kali dengan
sejumlah volume pengencer yang digunakan pada Uji Kesesuaian Metode.
Tiap pencucian tidak lebih dari 5x 100 ml per membrane
- Membran secara utuh atau membran yang sudah dipotong menjadi dua
bagian yang sama dipindahkan ke dalam media yang sesuai secara aseptic.
- Digunakan volume yang sama pada tiap media. Sebagai pilihan lain, media
dipindahkan ke dalam membran pada alat penyaring
- Media diinkubasi selama tidak kurang dari 14 hari.
 Uji Bebas Pirogen (FI V, hal. 1412)
Kelinci ditempatkan dalam kandang dengan suhu antara 20-23 0C. Larutan
parenteral yang diuji disuntikkan dengan dosis 10 ml per kg bobot badan kelinci,
melalui vena tepi telinga dan penyuntikan dilakukan selama waktu 10 menit. Suhu
direkam secara berturut-turut antara jam pertama sampai jam ketiga setelah
penyuntikan dengan selang waktu 30 menit
3. Kriteria Penerimaan
 Penetapan pH : pH sediaan mengikuti pada tujuan terapi yang diinginkan
 Kejernihan larutan : Larutan dianggap jernih apabila sama dengan air atau
pelarut yang digunakan bila diamati di bawah kondisi seperti tersebut di
atas atau jika opalesensinya tidak lebih nyata dari suspensi padanan I.
 Homogenitas : Sediaan yang homogen akan memperlihatkan jumlah atau
distribusi ukuran partikel yang relatif hampir sama pada berbagai tempat
pengambilan sampel.
 Uji organoleptik : Sediaan memenuhi syarat bila warna dan bau sesuai
dengan spesifikasi sediaan.
 Uji Volume Terpindahkan :
a. Untuk wadah dosis ganda, volume rata-rata cairan yang diperoleh
dari 10 wadah tidak kurang dari 100%, dan tidak ada satu wadahpun
volumenya kurang dari 95% dari volume yang tertera pada etiket.
Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100% dari volume yang
tertera pada etiket, tetapi tidak ada satu wadahpun volumenya
kurang dari 95% dari volume yang tertera pada etiket, atau B adalah
volume rata-rata tidak kurang dari 100% dan tidak lebi dari satu
wadahpun yang volumenya kurang dari 95%, tetapi tidak kurang
dari 90% dari volume yang tertera pada etiket, dilakukan uji
terhadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata cairan yang
diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100% dari volume yang
tertera pada etiket, dan volume cairan yang diperoleh tidak lebih
dari satu dari 30 wadah yang volumenya kurang dari 95%, tetapi
tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket.
b. Untuk wadah dosis tunggal, volume rata-rata cairan yang diperoleh
dari 10 wadah tidak kurang dari 100%, dan volume dari masing-
masing wadah dari 10 wadah terletak dalam rentang 95%-110% dari
volume yang tertera pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata
kurang dari 100% dari volume yang tertera pada etiket, tapi tidak
ada satu wadahpun volumenya terletak di luar rentang 95%-110%
dari volume yang tertera pada etiket, atau B adalah volume rata-rata
tidak kurang dari 100% dan tidak lebih dari satu wadah yang
volumenya di luar rentang 95%-110%, tapi dalam rentang 90%-
115%, dilakukan uji terhadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata
cairan yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100% dari
volume yang tertera pada etiket, dan tidak lebih dari satu dari 30
wadah volumenya di luar rentang 95%-110%, tapi masih dalam
rentang 90%-115% dari volume yang tertera pada etiket.
d. Uji Kebocoran : Sediaan memenuhi syarat jika larutan dalam wadah tidak
menjadi biru (prosedur a) dan kertas saring atau kapas tidak basah
(prosedur b)
e. Uji Sterilitas : Tidak menunjukkan pertumbuhan mikroba pada media
setelah inkubasi selama 14 hari.
f. Uji Bebas Pirogen :
Sediaan memenuhi syarat apabila tidak ada satupun kelinci yang
menunjukkan kenaikan suhu 0,5 0C atau lebih. Bila ada kelinci yang
0
menunjukkan kenaikan suhu 0,5 C atau lebih, uji dilanjutkan
menggunakan lima ekor kelinci lain. Sediaan memenuhi syarat bebas
pirogen bila tidak lebih dari 3 dari 8 ekor masing-masing menunjukkan
kenaikan suhu 0,5 0C atau lebih dan jumlah kenaikan suhu max 8 kelinci
tidak melebihi 3,3 0C

B. Prosedur cuci tangan dan berganti pakaian steril


a. Cuci tangan (pedoman dasar dispensing steril, kemenkes RI hal 14. 2009)

Cuci tangan secara menyeluruh di sarana cuci tangan yang disediakan dengan
menggunakan sabun cair yang disediakan. Gunakan sikat yang disediakan bila sela kuku
kotor, Sikat sampai sela kuku bersih. Kuku harus pendek pada waktu cuci tangan.
1. Basahi tangan dengan air kran. Tuangkan sabun cair di telapak tangan, gosok.
2. Gosok ujung jari di telapak tangan sisi lain secara bergantian.
3. Gosok kedua telapak tangan satu dengan yang lain.
4. Silangkan jari-jari dan gosok
5. Gosok punggung tangan kanan dengan telapak tangan kiri bergantian.
6. Laksanakan hal serupa secara bergantian.
7. Gosok jari tangan kanan secara teliti dengan tangan kiri.
8. Laksanakan hal serupa bergantian.
9. Gosok kedua pergelangan tangan secara bergantian.
10. Siram dengan air kran untuk menghilangkan semua sisa sabun.
11. Keringkan tangan dengan alat pengering tangan yang disediakan.
b. Berganti pakaian (ppop, hal 688)
kaca mata pelindung
- masker
- sarung tangan steril
- -shoe cover
 PROSEDUR TETAP BERGANTI PAKAIAN
a. Memasuki ruangan steril harus melalui ruangan-ruangan ganti pakaian dimana
pakaian biasa diganti dengan pakaiAn pelindung khusus untuk mengurangi
pencemaran jasad renik dan partikel.
b. Pakaian steril hendaklah disimpan dan ditangani sedemikian rupa setelah dicuci dan
disterilkan untuk mengurangi rekontaminasi jasad renik dan debu.
c. Ruangan Ganti Pakaian Pertama
 Mula-mula pakain biasa dilepaskan diruang ganti pakaian pertama. Arloji dan
perhiasan dilepaskan dan disimpan atau diserahkan kepada petugas yang ditunjuk.
 Pakaian dan sepatu hendaklah dilepas dan disimpan pada tempat yang telah
disediakan.
d. Ruangan Ganti Pakaian Kedua
 Petugas hendaklah mencuci tangan dan lengan hingga siku tangan dengan larutan
desinfektan (yang setiap minggu diganti). Kaki hendaklah dicuci dengan sabun dan air
dan kemudian dibasuh dengan larutan desinfektan.
 Tangan dan lengan dikeringkan dengan pengering tangan listrik otomatis. Sepasang
pakaian steril diambil dari bungkusan dan dipakai dengan cara berikut.
1. masuk ke ruang ganti white area, buka pintu dengan siku
2. sebelum memulai , buang pembungkus bila ada pada bench
3. desinfeksi sarung tangan dengan cairan desifektan
4. pilih baju steril dengan ukuran yang sesuai
5. atur perlengkapan pada bench, usahakan tidak saling bertumbuk
6. desinfeksi sarung tangan dengan cairan desifektan
7. gunakan sarung kepala steril
8. desinfeksi sarung tangan dengan cairan desifektan
9. gunakan masker
10. desinfeksi sarung tangan dengan cairan desifektan
11. gunakan baju coverall steril
12. desinfeksi sarung tangan dengan cairan desifektan
13. gunakan shoe cover steril
14. langkahkan kaki yang telah memakai shoe cover pada area bersih
15. gunakan shoe cover satunya pada area bersih
16. desinfeksi sarung tangan dengan cairan desifektan
17. gunakan kacamata pelindung, pastikan kacamata menutupi penutup kepala steril
18. desinfeksi sarung tangan dengan cairan desifektan
19. gunakan sarung tangan steril sesuai prosedur
20. desinfeksi akhir sarung tangan dengan cairan desifektan
catatan:

 Penutup kepala hendaklah menutupi seluruh rambut dan diselipkan ke dalam leher
baju terusan. Penutup mulut hendaklah juga menutupi janggut. Penutup kaki
hendaklah menyelubungi seluruh kaki dan ujung kaki.
 Celana atau baju terusan (overall) diselipkan ke dalam penutup kaki. Penutup kaki
diikat sehingga tidak turun waktu bekerja. Ujung lengan baju hendaklah diselipkan ke
dalam sarung tangan. Kaca mata pelindung dipakai pada tahap akhir ganti pakaian.
 Membuka pintu untuk memasuki ruang penyangga udara dan ruang steril hendaklah
dengan menggunakan siku tangan dan mendorongnya.

C. Teknik dasar kerja aseptis (CPOB2018, hal 145)


a. No touch technique ( hindari sentuhan jika memungkinkan )
b. Hambatan terhadap aliran udara bersih harus seminimal mungkin
c. Pengaturan tata letak alat yang tepat
d. Semua proses aseptik dikerjakan pada jarak minimal 6 inci dari tepi bagian
luar LAF
e. Semua proses aseptis dilakukan tanpa interupsi ( No interruption technique)
f. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
g. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi sesuai prosedur tetap
(lampiran 3)
h. Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF) sesuai prosedur tetap
i. Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas penyerap cairan
dalam LAF.
j. Menyiapkan kantong buangan sampah dalam LAF untuk bekas obat.
k. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alkohol 70 %.
STUDI PRAFORMULASI SEDIAAN TETES MATA KLORAMFENIKOL
10 mL

1. Preformulasi Zat Aktif Kloramfenikol


Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih
hingga putih kelabu atau putih kekuningan; larutan praktis netral
Pemerian
terhadap lakmus P; stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam
(Farmakope Indonesia Edisi 5, 2014, Hal. 684)
Sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter P, 1:7 dalam propilen
Kelarutan glikol P, praktis tidak larut dalam petrolatum dan minyak nabati
(Farmakope Indonesia Edisi 5, 2014, Hal. 684)
- Terhadap cahaya: tidak stabil
- Terhadap suhu: tidak stabil
Stabilitas - Terhadap pH: pH 4,5-7,5
- Terhadap oksigen: tidak stabil.

Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat


Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : Larutan
Cara sterilisasi sediaan : Sediaan dipanaskan pada suhu 100ºC selama 30 menit dengan prediksi
kehilangan hanya 3,6%. Pemanasan 98-100% selama 30 menit pada sediaan tetes mata tidak akan
kehilangan potensi lebih dari 10%
Wadah/Kemasan : Dalam wadah tertutup rapat

2. Preformulasi Eksipien
a. Asam Borat
Asam borat berupa bubuk kristal putih atau kristal putih, higroskopis,
Pemerian tidak berwarna
(Farmakope Indonesia, Edisi 3, Hal. 49)
Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16

Kelarutan bagian etanol (95%) P dan dalam 5 bagian gliserol P


(Farmakope Indonesia, Edisi 3, Hal. 49)

Stabilitas Asam borat bersifat higroskopis dan karenanya harus disimpan dalam
wadah kedap udara dan tertutup.
(Handbook of Pharmaceutical Exipients, Edisi 6, Hal. 68)
Kegunaan Bersifat bakteriostatik lemah. Berperan sebagai antimikroba dan
buffer pada tetes mata, kosmetik, salep dan krim.
(Handbook of Pharmaceutical Exipients, Edisi 6, Hal. 69)
Inkompatibilitas Asam borat inkompatibel dengan air, basa kuat dan alkali logam.
Akan bereaksi hebat dengan asam anhidrida dan kalium. Hal ini juga
akan membentuk kompleks dengan gliserin, yang merupakan asam
yang lebih kuat daripada asam borat.
(Handbook of Pharmaceutical Exipients, Edisi 6, Hal. 69)
b. Borax
Berbentuk kristal putih atau serbuk, kristal keras, butiran, tidak
Pemerian berbau dan tidak berkilau.
(Handbook of Pharmaceutical Exipients, Edisi 6, Hal. 633)
Larut 1:1 gliserin; 1:1 air mendidih; 1:16 dari air; praktis tidak larut
Kelarutan dalam etanol (95%), etanol (99,5%), dan dietil eter.
(Handbook of Pharmaceutical Exipients, Edisi 6, Hal. 633)
Harus disimpan dalam wadah tertutup dengan baik di tempat sejuk,
Stabilitas tempat yang kering.
(Handbook of Pharmaceutical Exipients, Edisi 6, Hal. 634)
Kegunaan Digunakan sebagai pengawet
(Handbook of Pharmaceutical Exipients, Edisi 6, Hal. 633)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan asam dan dengan logam dan garam alkaloid.
(Handbook of Pharmaceutical Exipients, Edisi 6, Hal. 633)
c. Fenil Merkuri Nitrat
Berbentuk kristal putih atau serbuk, kristal keras, butiran, tidak
Pemerian berbau dan berkilau.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, Edisi 6, hal. 496)
Larut 1:1 gliserin; 1:1 air mendidih; 1:16 dari air; praktis tidak larut
Kelarutan dalam etanol (95%), etanol (99,5%), dan dietil eter.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, Edisi 6, hal. 497)
Harus disimpan dalam wadah tertutup dengan baik di tempat sejuk,
Stabilitas tempat yang kering.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, Edisi 6, hal. 497)
Kegunaan Digunakan sebagai pengawet
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, Edisi 6, hal. 496)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan asam dan dengan logam dan garam alkaloid.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, Edisi 6, hal. 497)

3. Permasalahan dan Penyelesaian


No Permasalahan Penyelesaian
1 Kloramfenikol tidak stabil Sediaan obat tetes mata
terhadap pemanasan Kloramfenikol disterilisasi dengan
cara penyaringan membran dengan
porositas 0,4 µm, kecepatan
penyaringan 55-75 ml/menit, dan
dengan tekanan 70 cmHg.
2 Kloramfenikol kurang larut dalam Apabila dilihat dari kelarutannya
air maka kloramfenikol sangat sukar
larut dalam air (1:400), sehingga
untuk meningkatkan kelarutanya
ditambahkan atau dilarutkan dalam
dapar borat, karena dapar borat juga
berfungsi untuk meningkatkan
kelarutan Kloramfenikol.

4. Formula yang diusulkan


R/ Kloramfenikol 500 mg
Boric acid 1,5 g
Borax 300 mg
Fenil merkuri nitrat 2 mg
Water for injection ad 100 ml
5. Perhitungan Bahan
Volume yang tertera pada kemasan adalah 10 mL, karena sterilisasi menggunakan
filtrasi, dikhawatirkan adanya bahan yang tertinggal, maka penimbangan dilebihkan
50%.

Penimbangan bahan
 Kloramfenikol = 500mg/100ml x 15 ml = 75 mg
 Asam borat = 1,5g/100ml x 15 ml = 225 mg
 Borax = 300mg/100ml x 15ml = 45 mg
Borax ini nantinya akan dilarutkan ke dalam fenil merkuri nitrat untuk membuat
dapar borat. Maka, timbang 50 mg borax kemudian dilarutkan dalam 5 ml fenil
merkuri nitrat 0,02% ad larut.

x = 4,5 ml
Untuk mendapatkan borax 45 mg, maka harus memipet sebanyak 4,5 ml larutan
borax dalam fenil merkuri nitrat.
 Fenil merkuri nitrat = 2 mg/100 ml x 15 ml = 0,3 mg

x = 0,3 ml
Pengenceran dilakukan dengan menimbang 50 mg lalu dilarutkan dalam aq for
injeksi ad 50 ml kemudian dipipet 0,3 ml.
 Water for injection
Aq pro injeksi ditambahkan ad 15 ml
Vol yang tertera pada sediaan = 10 ml
Menurut FI IV, untuk cairan encer dengan volume 10 ml maka kelebihan volume
yang dianjurkan adalah 0,5 ml. Jadi sediaan yang dimasukkan pada botol adalah
10,5 ml.
6. Persiapan alat, bahan dan wadah (Kemenkes, Praktikum Teknologi Sediaan
Steril, Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi, hal. 214)
Waktu
Nama alat Cara sterilisasi
sterilisasi
Beaker glass 100 ml Sterilisasi panas kering dengan Oven 1 jam
pada suhu 170˚C
Beaker glass 50 ml Sterilisasi panas kering dengan Oven 1 jam
pada suhu 170˚C
Gelas ukur 100 ml Sterilisasi panas basah dengan autoklaf 15 menit
pada suhu 121˚C
Gelas ukur 10 ml Sterilisasi panas basah dengan autoklaf 15 menit
pada suhu 121˚C
Kaca arloji Sterilisasi panas kering dengan Oven 1 jam
pada suhu 170˚C
Batang pengaduk Sterilisasi panas kering dengan Oven 1 jam
pada suhu 170˚C
Erlenmeyer 100 ml Sterilisasi panas basah dengan autoklaf 15 menit
pada suhu 121˚C
Corong Sterilisasi panas kering dengan Oven 1 jam
pada suhu 170˚C
Kertas saring Sterilisasi panas kering dengan Oven 1 jam
pada suhu 170˚C
Pipet tetes Sterilisasi panas kering dengan Oven 1 jam
pada suhu 170˚C
Karet pipet Direndam dengan alkohol 70% 24 jam 24 jam
Spatel Sterilisasi panas kering dengan Oven 1 jam
pada suhu 170˚C
Kertas perkamen Sterilisasi panas kering dengan Oven 1 jam
pada suhu 170˚C
Tutup karet Direndam dengan alkohol 70% 24 jam
Aluminium foil Sterilisasi panas kering dengan Oven 1 jam
pada suhu 170˚C
Membran filter 0,22 µm Sterilisasi panas kering dengan Oven 1 jam
pada suhu 170˚C
Membran filter 0,45 µm Sterilisasi panas kering dengan Oven 1 jam
pada suhu 170˚C
Buret Sterilisasi panas basah dengan autoklaf 15 menit
pada suhu 121˚C
c. Sediaan disterilisasi dengan menggunakan filtrasi membran
7. Prosedur pembuatan
Ruang Prosedur
(Ruang sterilisasi) 1. Semua alat dan wadah disterilisasi
dengan cara masing-masing.
a. Gelas kimia, pipet tetes, batang
pengaduk, spatel, kaca arloji, corong,
membran filter 0,2 µm dan 0,45 µm,
kertas saring, aluminium foil, dan
kertas perkamen disterilisasi dengan
oven pada suhu 170˚C selama 1 jam.
b. Gelas ukur, erlenmeyer, buret, dan
botol 100 ml disterilisasi dengan
autoklaf pada suhu 121˚C selama 15
menit.
c. Karet pipet tetes, tutup karet, wadah
OTM dan tutup wadah OTM direndam
dengan alkohol 70% selama 24 jam.
Catatan: gelas kimia dikalibrasi
terlebih dahulu sebelum disterilisasi
2. Bahan disterilisasi dengan cara
masing-masing.
a. Asam borat 1,5 g yang
disterilkan dengan oven 170oC
b. Boraks 300 mg yang disterilkan
dengan oven 170oC
c. Fenil Merkuri Nitrat 2 mg yang
disterilkan dengan oven 170oC
3. Pembuatan air steril pro injeksi
100 ml Aquadest yang disterilkan
dengan Autoklaf pada suhu 121˚C
selama 15 menit
(Ruang penimbangan) 1. Lakukan penimbangan untuk
masing-masing bahan
a. Asam borat ditimbang sebanyak 225
g menggunakan kaca arloji steril,
ditutup dengan aluminium foil dan
diberi label.
b. Borax ditimbang sebanyak 50 mg
menggunakan kaca arloji steril,
ditutup dengan aluminium foil dan
diberi label.
c. Kloramfenikol ditimbang sebanyak
75 mg menggunakan kaca arloji
steril, ditutup dengan aluminium foil
dan diberi label.
d. Fenil merkuri nitrat dibuat dengan
dengan menimbang 50 mg lalu
dilarutkan dalam aq for injeksi ad 50
ml kemudian dipipet 0,3 ml
2. Kaca arloji dan cawan penguap yang
berisi bahan yang telah ditimbang
dan telah ditutup dengan aluminium
foil.
(Ruang pencampuran kelas C) 1. Pembuatan dapar borat pH 7,0
a. Siapkan water for injection;
b. Fenil merkuri nitrat dilarutkan
dalam fenil merkuri nitrat;
c. Asam borat dan borax yang telah
ditimbang dimasukkan ke dalam
beaker glass dan dilarutkan
dengan menggunakan fenil
merkuri;
d. Larutan dapar borat yang telah
dibuat di cek pH nya
menggunakan indikator pH
universal.
2. Pembuatan sediaan tetes mata
a. Kloramfenikol, dilarutkan
dengan larutan dapar borat yang
sudah dibuat, diaduk dan
dipanaskan diatas hot plate suhu
45oC sampai larut
b. Ditambahkan fenil merkuri
nitrat, aduk, cek pH
c. Disaring dengan membran
membrane filter 0,22 µm
(CPOB,2018) yang telah
disterilisasi di LAF
d. Masukkan ke dalam botol dan
tutup botol
(Ruang pengisian kelas A latar 1. Siapkan buret steril dan lakukan
belakang B) pembilasan dengan menggunakan
sediaan sampai semua bagian dalam
buret terbasahi;
2. Larutan dituang ke dalam buret
steril. Ujung bagian atas buret
ditutup dengan aluminium foil;
3. Sebelum diisikan ke dalam botol
tetes mata, jarum buret steril
dibersihkan dengan kapas yang telah
dibasahi alkohol 70%.
4. Isi setiap botol tetes mata dengan
larutan sebanyak 10,5 ml.
5. Pasangkan tutup botol tetes mata.
(Ruang evaluasi) 1. Dilakukan evaluasi sediaan yang
meliputi :
a. Evaluasi IPC
- Pemeriksaan pH
- Uji kejernihan dan warna
- Kejernihan larutan
b. Evaluasi sediaan akhir
1. Evaluasi fisik
- Organoleptik
- Uji kejernihan
- Penetapan pH
- Uji volume terpindahkan
- Uji Kebocoran
2. Evaluasi biologi
- Uji sterilitas
2. Sediaan diberi etiket dan brosur
kemudian dikemas dalam wadah
sekunder.

8. Evaluasi sediaan
a. organoleptis : dengan menggunakan panca indra kita dapat mengevaluasi rasa,
bau dan warna ( jernih, tidak berbau dan tidak berwarna.
b. Uji kejernihan :
- Masukkan sampel dan pelarut pembanding 2 tabung yang berbeda
- Bandingkan selama 5 menit dengan latar belakang hitam lalu amati
tegak lurus ke arah bawah tabung
- Syarat : cairan dapat dikatakan jernih apabila kejernihannya sama
dengan kejernihan air atau pelarut yang dipakai
c. Uji Volume Terpindahkan (FI V, hal 1614)
- tuang perlahan isi cairan dari wadah kedalam gelas ukur secara hati-
hati untuk menghindarkan pembentukan gelembung udara
- lihat hasilnya apakah sesuai dengan volume sebelumnya / volume yang
ditentukan
- Syarat : volume rata-rata yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang
dari 100% dan tidak ada satupun wadah yang kurang dari 95% dari
volume yang dinyatakan pada etiket.
d. Uji kebocoran
- Uji kebocoran dilakukan dengan cara membalikkan botol sediaan tetes
mata dengan mulut botol menghadap kebawah
- Diamati ada tidaknya cairan yang keluar menetes dari botol

e. uji PH (FI V, hal 687)


- Pengecekan pH dilakukan dengan menggunakan pH meter atau kertas
indikator universal
- Syarat : 7,0 – 7,5

f. uji sterilitas ( FI V, hal 1359 )


- Secara aseptis tuang volume cairan dengan menggunakan filter
membran steril porositas 0.22 µm, diameter 47 mm
- Secara aseptis pindahkan membran dari alat pemegang
- Potong membran menjadi setengah bagian
- Celupkan membran atau setengah membran ke dalam medium SCDM
(Soyabean Casein Digest Medium atau Tryptone Soya Broth) dan
inkubasi pada suhu 20-25 0C selama tidak kurang dari 7 hari
- Dengan cara yang sama celupkan membran atau setengah membran
lainnya ke dalam 100 ml media FTM (Fluid zthioglycollate Media) dan
inkubasi pada 30-35 0C selama tidak kurang dari 7 hari
- Amati jika tidak ada pertumbuhan mikroba maka sediaan termasuk
sediaan yang memenuhi syarat

Anda mungkin juga menyukai