Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kompos merupakan hasil penguraian dari campuran bahan-bahan organik yang dapat
dipercepat oleh populasi berbagai macam mikroorganisme dalam kondisi lingkungan yang
hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Wikipedia.org).
Manfaat Kompos
Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Rachman Sutanto (2002)
mengemukakan bahwa dengan pupuk organik sifat fisik, kimia dan biologi tanah menjadi
lebih baik. Selain itu Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah.
Mengurangi volume/ukuran limbah.
Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.
Aspek Lingkungan :
Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari
sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan
sampah
Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.
Aspek bagi tanah/tanaman :
Meningkatkan kesuburan tanah.
Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah.
Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah.
Meningkatkan aktivitas mikroba tanah.
Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen).
Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman.
Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman.
Meningkatkan retensi/ketersediaan hara.
Bahan Kompos
Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau bahan organik
dapat dikomposkan, diantaranya:
Sisa tanaman (batang jagung, jerami padi,rumput, daun, dan limbah panen lainnya).
Ketoran ternak (ayam, sapi, kambing)
Kapur pertanian.
Limbah rumah tangga
Abu dapur / abu dari pembakaran sampah
Mikroba pengurai (EM4, BEKA, dll)
Air untuk menyiram bahan.
Alat Pengomposan :
Cangkul dan sekop untuk mengaduk dan membalikkan kompos
Ember untuk menyirami bahan kimpos
Pisau untuk merajang bahan kompos dan memisahkan antara daun dan batang.
Tahap Pengomposan
Dalam proses pembuatan kompos dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu
sebagi berikut :
Anaerob (Tanpa Udara)
Dilakukan di tempat tertutup dan memerlukan aktivator berupa mikroorganisme (starter)
untuk mempercepat proses pengomposannya. Caranya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mempermudah bahan kompos terurai (terdekomposisi) maka harus dicincang
bahan seperti jerami, batang jagung, dan bahan besar lainnya kemudian ditimbun
setebal 20-30 cm (tergantung ketersediaan). Penimbunan bahan kompos tidak boleh
dipadatkan, tetapi dibuat longgar supaya proses penghawaan berjalan dengan lancar.
2. Menaburi timbunan dengan kotoran ternak dan abu bakar.
3. Menaburi timbunan baha kompos dengan kotoran ternak setebal 5 – 10 cm
4. Setelah selesai ditaburi kotoran ternak, kemudian diatasnya ditaburi abu dapur/abu
bakar sampah yang berasal dari sekitar halaman/pekarangan dan kapur setebal 2 cm.
5. Untuk menjaga kelembaban selama proses pengomposan, maka penyiraman secara
rutin diperlukan, titak perlu setiap hari, tetapi disesuaikan dengan kadaan kompos.
Air siraman dapat menggunakan campuran EM 4 dan air kemudian ditambahkan
pupuk urea dan TSP/SP 36 dengan takaran 2
sendok makan setiap 10 liter air. Penambahan
pupuk bertujuan untuk meningkatkan kualitas
dan membantu mempercepat pengomposan.
6. Jika persediaan bahan kompos melimpah,
maka langkah 2 dan 3 dapat diulang sampai
ketinggian bahan kompos mencapai 1- 1,5
meter.
7. Setelah proses berjalan kurang lebih 1
minggu, maka dilakukan pembalikan.
Pembalikan ini dilakukan setiap 1 minggu
sekali hingga bahan kompos berubah menjadi
menyerupai tanah.
Gambar 1. Timbunan bahan kompos
Proses Aerob (Dengan Udara)
Dilakukan di tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik. Caranya adalah sebagai
berikut :
1. Siapkan untuk bak pengomposan (lebar 1 m dan panjang 1,5 m). Lebih baik diberi
peneduh untuk menghindari hujan.
2. Siapkan bahan organik dan cacah hingga menjadi potongan-potongan kecil.
3. Susun semua bahan di dalam bak secara berlapis-lapis. Tiap lapisan disiram air
hingga kelembaban 40%.
4. Masukkan beberapa bambu yang sudah dilubangi kedalam bahan kompos dan tutup
dengan terpal/karung goni.
5. Balik bahan kompos setiap minggu hingga diperoleh kompos matang (kurang lebih 8
minggu).
6. Setelah 8 minggu, tinggi tumpukan tinggal 1/3 dari tinggi semula. Kompos sudah
dapat dipanen (Kompos matang) jika tekstur remah (mudah hancur), bau tidak
menyengat seperti bau tanah, warna coklat kehitaman.
Gambar 2. Proses pengomposan yang ditandai dengan adanya penyusutan pada bahan
kompos