Anda di halaman 1dari 105

LAPORAN BENGKEL

PRAKTEK OTOMASI INDUSTRI

(KONVENSIONAL DAN PLC)

Di Buat Oleh :

NAMA : SATRIANI RAHMAYANTI

NIM : 321 18 024

KELAS : 2A D3 TEKNIK LISTRIK

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2020

i|Page
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Hasil Praktik Bengkel Semester IV Politeknik Negeri Ujung


Pandang
Nama : SATRIANI RAHMAYANTI
NIM : 321 18 024
Kelas : II A D3 TEKNIK LISTRIK
Judul : PRAKTEK OTOMASI INDUSTRI (KONVENSIONAL
DAN PLC)

Benar telah melakukan praktik semester IV di bengkel listrik yang dimulai


pada tanggal 3-03-2020 dan berakhir pada tanggal 13-03-2020, jurusan Teknik
Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang, dan laporan ini telah diperiksa dan
disetujui oleh instruktur yang bersangkutan.

Makassar, Maret 2020


Dosen Penanggung awab,

Dr.Eng. Sarwo Pranoto, S.T., M.Eng


NIP 19800620 200501 1 005

ii | P a g e
ABSTRAK

“Praktek Otomasi Industri (Konvensional dan PLC)” merupakan judul


Praktikum Bengkel Listrik pada Semester 4. Dalam dunia industri Praktikum ini
bertujuan agar mahasiswa mampu dan terampil dalam mengaplikasikan teori-teori
yang yang diberikan pada saat perkuliahan di dalam kelas. Praktikum ini juga
bertujuan untuk melatih kerjasama praktikan agar menjadi tenaga kerja
profesional dan berkompetensi dalam bidangnya kelak.
Pada bengkel kali ini, mahasiswa ditugaskan untuk mengerjakan 4 macam
job oleh pembimbing, yakni: Air Blast, Milling, Tanur, dan Pompa. Dalam dunia
industri, penggunakaan tanur, Sir blast, milling dan pusat pompa sangat tidak
asing digunakan. Tanur digunakan sebagai pemanas material, airblast digunakan
sebagai pembawa material ringan, milling digunakan sebagai pembawa material,
sedangkan pompa digunakan sebagai kontrol pengendali air.
Praktikum Bengkel Listrik ini dilaksanakan lebih kurang dua pekan.
Metode yang digunakan dalam menyelesaikan laporan ini adalah berdasarkan
hasil yang diperoleh selama praktikum berlangsung dan juga data dari dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan tugas
Praktikum Bengkel Listrik Semester IV ini.
Dengan telah terlaksananya praktikum bengkel semester ini, mahasiswa
akan lebih memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam menyelesaikan dan
memperbaiki suatu instalasi industri. Tentunya ini merupakan dampak positif dari
pelaksanaan praktikum bengkel ini.

Kata kunci : Otomasi industri, Konvensional, PLC

iii | P a g e
RINGKASAN

Pada mata kuliah bengkel semester ini membahas beberapa instalasi yang
ada di industri. Pada praktek bengkel ini mahasiswa ditugaskan untuk
mengerjakan 4 jenis job dengan metode konvensional dan PLC. Namun karena
kondisi yang tidak mendukung job yang hanya dikerjakan hanya 3 jenis yaitu
pompa, airblast, dan tanur.
Pompa adalah seperangkat alat yang digunakan untuk memindahkan air
dari bak 1 ke bak 2 dengan menggunakan dua buah pompa, dimana sistem kerja
pompa diatur oleh kerja rangkaian dengan kerja sistem tertentu.
Airblast merupakan suatu unit proses transportasi atau dikenal dengan
mesin pemindah bahan – bahan yang bersifat lunak , misalnya biji – bijian,
makanan ternak, serbuk semen, dan lain – lain yang dipindahkan dari suatu tempat
(silo) melalui pipa/cerobong ke tempat (silo) yang lainnya menggunakan tiupan
angin yang dihasilkan oleh Fan Motor.
Tanur merupakan seperangkat alat yang digunakan untuk memanaskan
suatu material, dimana dalam praktek ini semua proses berlangsung secara
otomatis mulai dari pengambilan material, proses pemanasan, hingga material
tersebut dikeluarkan dari tanur.
Dilakukannya praktek bengkel ini bertujuan mengasah mental mahasiswa
sebelum terjun di dunia kerja yang menuntut para tenaga kerja mempunyai
keterampilan yang bisa diandalkan dan profesional. Kegiatan praktek ini
memberikan pembelajaran yang penting kepada mahasiswa mengenai keadaan
perencanaan dan instalasi di lapangan nantinya. Sehingga mahasiswa sudah
memiliki bayangan kedepannya, memiliki pengalaman, dan lebih percaya diri lagi
untuk menghadapi dunia kerja nantinya. Akhirnya kegiatan ini dapat membentuk
mahasiswa menjadi tenaga kerja profesional dan berkompetensi dalam bidang
keahliannya.

iv | P a g e
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, penulis memanjatkan puji


syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan laporan ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Laporan ini berisi tentang hal–hal yang berkaitan dengan praktek yang
telah dilakukan. Praktek ini merupakan salah satu mata kuliah pada semester IV
yang berjudul “PRAKTEK OTOMASI INDUSTRI (KONVENSIONAL DAN
PLC)”.
Pada mata kuliah bengkel semester ini membahas beberapa instalasi
control yang ada di industri. Adapun judul job pada semester ini yaitu Pusat
Airblast, Pusat Milling, Pusat Tanur dan Pusat Pompa.
Dengan selesainya laporan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada berbagai pihak, khususnya kepada dosen pembimbing yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini.
Penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan laporan ini.

Makassar, Maret 2020

Penulis

v|Page
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
ABSTRAK ........................................................................................................ iii
RINGKASAN.................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................. 2
BAB II TEORI DASAR
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ............................................. 3
2.2 Pengasutan Motor................................................................................ 4
2.3 Kontrol Industri Konvesional.............................................................. 6
2.4 Programmable Logic Controller (PLC).............................................. 7
2.5 Perkakas Kerja..................................................................................... 16
2.6 Saklar................................................................................................... 17
2.7 Relay.................................................................................................... 18
2.8 Miniature Circuit Breaker (MCB)....................................................... 19
2.9 Thermal Overload Relay...................................................................... 19
2.10 Penghantar......................................................................................... 20
2.11 Wire Duct........................................................................................... 20
2.12 Lampu Indikator .............................................................................. 21
2.13 Saklar Impuls..................................................................................... 21
2.14 Terminal Line Up............................................................................... 22
2.15 Time Delay......................................................................................... 22
2.16 Kontraktor.......................................................................................... 23
2.17 PHB................................................................................................... 24

vi | P a g e
2.18 PLC.................................................................................................... 25
2.19 Power Supply..................................................................................... 26

BAB III ALAT DAN BAHAN


3.1 Daftar Alat Yang Digunakan .............................................................. 28
3.2 Daftar Bahan / Material ...................................................................... 28
BAB IV LANGKAH KERJA
4.1 Langkah Kerja Praktik PLC................................................................. 35
4.2 Langkah Kerja Praktik Konvensional ................................................. 40
BAB V GAMBAR RANGKAIAN
5.1 Pusat Pompa ....................................................................................... 46
5.2 Air Blast .............................................................................................. 60
5.3 Tanur ................................................................................................... 72
BAB VI ANALISA RANGKAIAN
6.1 Pusat Pompa ....................................................................................... 83
6.2 Air Blast .............................................................................................. 84
6.3 Tanur ................................................................................................... 85
6.4 Troubleshooting................................................................................... 86
BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan ......................................................................................... 87
7.2 Saran ................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 89
LAMPIRAN ...................................................................................................... 90

vii | P a g e
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Simbol Perangkat Masukan PLC.................................................... 10


Gambar 2.2 Contoh Simbol Perangkat Keluaran................................................ 10
Gambar 2.3 Simbol Diagram Ladder LD dan LD NOT..................................... 12
Gambar 2.4 Simbol Diagram Ladder AND dan AND NOT.............................. 12
Gambar 2.5 Simbol Diagram Ladder OR dan OR NOT..................................... 13
Gambar 2.6 Simbol Diagram Ladder Out........................................................... 13
Gambar 2.7 Simbol Diagram Ladder OR Load.................................................. 14
Gambar 2.8 Simbol Diagram Ladder TIMER dan COUNTER.......................... 14
Gambar 2.9 Simbol Diagram Ladder Reversible Counter.................................. 15
Gambar 2.10 Obeng............................................................................................ 16
Gambar 2.11 Tang............................................................................................... 16
Gambar 2.12 Tester............................................................................................. 17
Gambar 2.13 Push button dan simbol pengawatannya....................................... 17
Gambar 2.14 Selector Switch dan Simbol pengawatannya................................ 18
Gambar 2.15 Relay dan Simbol Pengawatannya................................................ 18
Gambar 2.16 MCB dan simbol pengawatannya................................................. 19
Gambar 2.17 TOR dan Simbol pengawatannya................................................. 19
Gambar 2.18 Kabel NYAF................................................................................. 20
Gambar 2.19 Kabel NYM................................................................................... 20
Gambar 2.20 Wire duct....................................................................................... 21
Gambar 2.21 Lampu indikator dan Simbol pengawatannya............................... 21
Gambar 2.22 Simbol Lokasi dan Pengawatan Saklar Impuls............................. 22
Gambar 2.23 Terminal line up............................................................................ 22
Gambar 2.24 Timer On Delay............................................................................. 23
Gambar 2.25 Kontaktor, Simbol lokasi dan pengawatannya.............................. 24
Gambar 2.36 PHB............................................................................................... 25
Gambar 2.27 PLC OMRON CP1E.................................................................... 26
Gambar 2.27 Power Supply................................................................................ 27

viii | P a g e
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Alat........................................................................................... 28


Tabel 3.2 Daftar Pump Station PLC................................................................... 28
Tabel 3.3 Daftar Material Pump Station Konvensional...................................... 29
Tabel 3.4 Daftar Material Air Blast PLC............................................................ 30
Tabel 3.5 Daftar Material Air Blast Konvensional............................................. 31
Tabel 3.6 Daftar Material Tanur PLC................................................................. 31
Tabel 3.7 Daftar Material Tanur Konvensional.................................................. 32
Tabel 3.8 Daftar Material Milling PLC............................................................... 33
Tabel 3.9 Daftar Material Milling Konvensional................................................ 34

ix | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di zaman modern sekarang ini kebutuhan akan pnggunaan listrik


sangat tinggi, dapat dilihat dari penggunaannya pada industri kecil maupun
industri besar. Contoh industri yang ada di Indonesia mengenal sebuah kontrol
industri konvensional dan PLC. Dikatakan Konvensional karena jenis mesin
konvensional mutlak diperlukan keterampilan manual dari operatornya. Lain
halnya dengan PLC (programmable logic control) yang mesin-mesinnya
dikontrol secara manual dengan komputer yang menggunakan aplikasi CX-
ONE.
Politeknik Negeri Ujung Pandang merupakan jalur pendiikan yang
sangat menunjang profesionalisme kerja yang dalam hal ini yaitu kegiatan
praktek bengkel Listrik. Dimana pada prakteknya secara tidak langsung dapat
memberikan pembelajaran mengenai sebuah contoh simulasi control yang
kedepannya di dunia industry dapat diaplikasikan dengan baik dan benar.
Untuk melaksanakan semua itu dibutuhkan kerja yang maksimal agar
hasil dari pekerjaan yang dikerjakan sesuai yang diinginkan. Dalam hal
mencapai efisiensi kerja didalam bengkel perlu mempersiapkan terlebih
dahulu tenaga dan pengalaman kerja pada waktu melaksanakan praktek.
Terlepas dari itu, pentingnya pembelajaran mengenai kontrol industri
konvensional dan plc sejak awal dibutuhkan dan akan sangat bermanfaat
nantinya di dunia kerja.

1|Page
1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktik bengkel Otomasi Industri ini yaitu sebagai
berikut :
1. Mahasiswa dapat menerapkan standar aturan kelistrikan dalam
melaksanakan pekerjaan instalasi tenaga sesuai PUIL 2011.
2. Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam
menggunakan alat dan bahan sesuai dengan fungsinya.
3. Mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa
dalam pemilihan komponen yang tepat untuk suatu rancangan listrik
4. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal merangcang,
menggambar, dan memasang suatu instalasi
5. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja dari rangkaian-rangkaian kontrol
industri konvensional
6. Mahasiswa dapat mengerjakan rangkaian sesuai dengan gambar yang
diberikan
7. Mahasiswa mampu menganalisa setiap rangkaian bila terjadi kerusakan
8. Mahasiswa dapat menggunakan PLC dan program simulasi (CX-
Programmer) dengan benar.
9. Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan dalam
kehidupan masyarakat.
10. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip Kerja rangkaian secara konvensional
dan PLC pada sistem Pompa, Airblast, dan Tanur

2|Page
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja


2.1.1 Keselamatan Umum
Pekerja harus waspada pada waktu bekerja karena tidak seorangpun yang
akan celaka atau mesin-mesin dan alat-alat kerja yang rusak tanpa sebab. Oleh
karenanya pekerja harus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mentaati peraturan dan instruksi untuk bekerja dengan persis dan aman,
2. Bertindak dengan baik dan benar serta tepat jika terjadi suatu kecelakaan
dan segera melaporkan kepada instruktur,
3. Menerangkan sebab terjadinya kecelakaan,
4. Melakukan pertolongan pertama pada pekerja yang mengalami
kecelakaan,
5. Menempatkan benda-benda kerja pada tempat yang aman, dan
6. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup.

2.1.2.Kesadaran dan keselamatan kerja

Istilah keselamatan kerja disini sama halnya dengan keselamatan pada waktu
kita mengendarai sebuah kendaraan dijalan.
Segala perlengkapan peralatan dan alat-alat potong yang terdapat di bengkel
sudah direncanakan untuk memotong, membentuk, mengukur, mengikir, dan lain
sebagainya sesuai dengan bidang pekerjaan yang dikehendaki.
Penyebab kecelakaan yang terbesar dengan mudah dapat diambil kesimpulan:
1. Ujung sisi yang tajam memotong bagian tubuh yang tidak terlindungi,
2. Benda-benda berputar menjepit tangan dan menjambret pakaian, dan
3. Kecelakaan dan suatu yang tidak disangka, jatuh dan terluka.
4. Perlengkapan diri sendiri
5. Jangan menyimpan benda tajam,

3|Page
6. Rambut yang panjang harus diikat,
7. Gunakan sepatu yang sesuai, dan
8. Kebersihan
9. Bersihkan tangan sebelum dan sesudah bekerja,
10. Gunakan pakaian kerja sebersih mungkin, dan meja tempat kerja dalam
keadaan bersih.

2.1.3 Keselamatan kerja di bangku kerja


Kecelakaan ini disebabkan oleh ujung-ujung alat potong atau benda kerja
yang tajam.
Pencegahannya:
1. Bekerja dengan hati-hati,
2. Pergunakan alat-alat sesuai dengan fungsinya
3. Menggunakan alat pengaman
4. Lindungi ujung-ujung alat yang tajam dengan gabus atau bahan lainnya,
5. Tidak boleh bergurau/bercanda pada waktu sedang bekerja atau
melamun, dan bersihkan alat-alat sebelum dan sesudah dipakai.

2.2 Pengasutan Motor


Pada praktek bengkel kali ini, digunakan empat macam sistem pengasutan
yaitu sistem Direct On Line (DOL), sistem Bintang Segitiga (Y-∆), sistem Dua
Arah Balik Putaran (Auto Reverse), dan sistem Dua Tingkat Kecepatan.

1.2.1 Sistem Direct On Line (DOL)


Direct On Line biasa juga disebut pengasutan secara langsung. Pengasutan
ini banyak digunakan dalam motor-motor rotor sangkar dengan daya kecil. Cara
ini mempunyai keuntungan yaitu instalasinya yang lebih sederhana dan biayanya
pun lebih terjangkau.
Starting Direct On Line dapat dilakukan dengan cara magnetis yaitu dengan
menggunakan saklar magnet dir(kontaktor). Dengan menggunakan kontaktor ini
motor dapat dilayani dari jauh secara otomatis. Starting Direct On Line banyak

4|Page
ditemui dalam instalasi motor dengan saklar magnet, instalasi motor dilayani dari
beberapa tempat.

1.2.2 Sistem Bintang-Segitiga (Y-∆)


Pengasutan sistem bintang-segitiga ini berguna untuk menurunkan tegangan
apit. Dalam hal ini pada start awal motor bintang tegangan apit adalah tiga lebih
rendah dari hubungan delta. Sebagaimana kita ketahui pada saat motor terhubung
bintang maka Vll = Vln = 220 volt, sedangkan dalam hubung delta Vll = √3 x ln =
380 volt.
Bentuk konstruksi dari saklar bintang–segitiga adalah saklar tangan, saklar
otomatis. Pada saklar tangan hubungan bintang–segitiga maka semua kegiatan
diatur secara manual, dimana operator melihat pada pengukuran ampere yang
berguna untuk menentukan kapan pindah ke posisi segitiga. Pada saklar otomatis
hal ini dilakukan secara otomatis dengan bantuan ON Delay timer sebagai sistem
waktu dimana kita sudah menentukan kapan berpindah keposisi segitiga secara
otomatis.

1.2.3 Starting Dengan Tahanan Rotor


Untuk melakukan pengasutan motor dalam kondisi berbeban umumnya
digunakan motor induksi dengan jenis rotor belitan karena memberi kemungkinan
untuk melakukan penyambungan rangkaian rotor dengan tahanan luar melalui
cincin slip dan sikat untuk meningkatkan torsi asut motor. Pada saat awal
pengasutan motor, resistansi rotor luar adalah bernilai maksimum, kemudian
seiring dengan meningkatnya putaran motor, resistansi rotor luar ini dikurangi
secara bertahap hingga pada saat kecepatn penuh motor tercapai nilai
resistansinya adalah nol dan motor bekerja normal sepertin halnya rotor motor
sangkar.
Rangkaian pengasut motor ini dilengkapi juga dengan peralatan proteksi
beban lebih, proteksi terhadap terjadinya kehilangan tegangan serta system
interlocking untuk mencegah terjadinya pengasutan motor dalam kondisi

5|Page
pengasutan motor dalam kondisi resistansi rotor tak terhubungkan. Rangkaian
seperti pada gambar, tetapi rangkaian proteksinya tidak ditunjukkan.

1.3 Kontrol Industri Konvensional


Pada industri penggunaan suatu kontrol atau pengendali sistem sangatlah
diperlukan untuk lancarnya proses produksi di industri tersebut. Penggunaan
kontrol sistem ini paling utama yang diperlukan sehingga membuat kita harus
memahami dan lancar dalam merencanakan rangkaian. Rangkaian kontrol yang
umum digunakan pada industry Yang masih menggunakan rangkaian kontrol
yang berawal dari rangkaian konvensional. Adapun jenis rangkaian kontrol yang
selalu dirancang dalamrangkaian konvensional adalah selalu menggunakan
peralatan–peralatan yang bersifat listrik. Rangkaian kontrol atau pengendali harus
difahami mulai dari jenis dan dasar komponen yang digunakan.

1.3.1 Simulasi Pompa


Simulasi pompa ini bertujuan untuk memindahkan air dari bak 1 ke bak 2
dengan menggunakan dua buah pompa, dimana sistem kerja pompa diatur oleh
kerja rangkaian kontrol dengan sistem kerja sebagai berikut:
 Jika air berada dalam level 1 maka kedua pompa tidak bekerja.
 Jika air berada dalam level 2 maka hanya satu pompa yang bekerja,
dimana pompa satu dan pompa dua akan bergantian kerjanya bila level 2
terjadi berulang-ulang.
 Jika air berada dalam level 3 maka kedua pompa bekerja bersama.
 Jika air berada pada level 4 maka kedua pompa bekerja bersama dan alarm
serta lampu tanda akan bekerja sebagai isyarat bahwa air berada lebih
daripada maksimum.

1.3.2 Air Blast


Sistem Air Blast adalah merupakan suatu unit proses transportasi yang
sering di gunakan di dunia industri. Air Blast juga sering disebut sebagai mesin

6|Page
pemindah bahan-bahan yang bersifat lunak seperti : biji-bijian, bahan makanan
ternak, serbuk semen, tepung dan lain sebagainya yang dipindahkan dari suatu
tempat (silo) ke tempat yang lain (silo) lainnya melalui pipa dengan menggunakan
tiupan angin yang dihasilkan oleh Fan Motor.
Air Blast di dunia Industri mempunyai peranan penting disebabkan air
blast adalah alat transportasi atau pengangkut material untuk dilanjutkan ke
proses selanjutnya dalam suatu industri.

1.3.3 Tanur
Proses kerja dari rangkaian tanur ini yaitu bekerja secara otomatis untuk
memanaskan material dengan suhu awal sebesar 800 C hingga nantinya di
pertahankan sampai 820 C didalam suatu tempat tertentu yang biasanya disebut
tungku pemanas atau Heater dan selanjutnya berakhir pada suatu tempat yang
disebut kontainer atau silo.

1.3.4 Milling
Dalam dunia industri, Milling biasanya di jumpai pada perusahaan semen,
pemecah batu dan lain-lain. Dengan menggunakan ban berjalan untuk
memindahkan material dari tempat atau silo ke tempat atau silo lainnya.
Rangkaian tidak bekerja secara otomatis, oleh karena itu operator harus
mengendalikan sistem ini dari ruang kontrol. Operator harus menghubungkan dan
memutuskan rangkaian kontrol untuk setiap langkah pengoperasian pada sisttem
instalasi yang bekerja secara berurutan dan saling mengunci bertujuan untuk
menjamin tidak ada hal-hal yang membahayakan.

1.4 PLC (Programmable Logic Controller)


Dunia industri semakin pesat berkembang semakin membutuhkan
otomatisasi sistem, untuk menjawab hal tersebut maka munculah teknologi PLC
(Progammable Logic Controller). Menurut Agfianto (2004:1), “PLC adalah
sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan relai yang
dijumpai pada sistem kontrol proses konvensional”. PLC bekerja dengan cara

7|Page
mengamati masukan (melalui sensor-sensor terkait), kemudian melakukan proses
dan melakukan tindakan sesuai yang dibutuhkan, yang berupa menghidupkan atau
mematikan keluarannya (logic, 0 atau 1, hidup atau mati).
Pengguna membuat program (yang umumnya dinamakan diagram tangga
atau ladder diagram) yang kemudian harus dijalankan oleh PLC yang
bersangkutan. Dengan kata lain, PLC menentukan aksi apa yang harus dilakukan
pada instrumen keluaran berkaitan dengan status suatu ukuran atau besaran yang
diamati.
Ada beberapa keuntungan menggunakan PLC, diantaranya adalah sebagai
berikut :
a) Waktu implementasi proyek dipersingkat.
b) Modifikasi lebih mudah tanpa biaya tambahan.
c) Biaya proyek dapat dikalkulasi secara akurat.
d) Training penguasaan teknik lebih cepat.
e) Perancangan dengan mudah diubah dengan software, perubahan dan
penambahan dapat dengan mudah dilakukan dalam software.
f) Aplikasi kontrol yang luas serta maintenance atau perawatan yang mudah.
g) Keandalan yang tinggi, perangkat controller standar, serta dapat menerima
kondisi lingkungan industri yang berat.

1.4.1 Sistem PLC (Progammable Logic Controller)


Sistem PLC memiliki tiga komponen utama yaitu unit prosesor, bagian
masukan/keluaran, dan perangkat pemrograman.
1.4.1.1 Unit Prosesor

Prosesor adalah bagian pemroses dari sistem PLC yang akan


membuat keputusan logika. Keputusan yang telah dibuat berdasarkan pada
program yang telah disimpankan pada memori. Prosesor adalah bagian
dari Central Processing Unit (CPU) dari PLC yang akan menerima,
menganalisa, memproses dan memberikan informasi ke modul keluaran.
Di dalam CPU PLC dapat dibayangkan seperti kumpulan dari ribuan relai.
Hal tersebut bukan berarti di dalamnya terdapat banyak relay dalam

8|Page
ukuran yang sangat kecil tetapi berisi rangkaian elektronika digital yang
dapat difungsikan sebagai kontak NO dan NC relay.
Memori berfungsi sebagai tempat di mana informasi tersebut
disimpan. Ada bermacam-macam jenis serpih memori dalam bentuk
Integrated Circuits (IC). Salah satu jenis memori yang digunakan dalam
CPU PLC adalah Random Access Memory (RAM). Satu kerugian dari
jenis memori tersebut adalah diperlukannya catu daya untuk menjaga agar
memori tetap bekerja. Pada aplikasi PLC diperlukan catu daya cadangan
yang digunakan untuk menjaga agar isi dari memori tidak hilang apabila
tiba-tiba catu daya hilang.
Read Only Memory (ROM) adalah jenis memori yang semi
permanent dan tidak dapat diubah dengan pengubah program. Memori
tersebut hanya digunakan untuk membaca saja dan jenis memori tersebut
tidak memerlukan catu daya cadangan karena isi memori tidak hilang
meskipun catu daya terputus.
Programmable Read Only Memory (PROM) adalah jenis lain dari
memori yang bekerja hampir menyerupai ROM, dengan satu pengecualian
yaitu bisa diprogram. PROM dirancang untuk diisi dengan program yang
terprogram. Apabila data dapat diubah, maka dapat diadakan
pemrograman. Pemrograman ulang dari PROM, membutuhkan
perlengkapan khusus yaitu PROM Programmer di mana PLC sendiri tidak
dapat melakukannya.

1.4.1.2 Perangkat dan Modul Masukan


Perangkat masukan merupakan perangkat keras yang dapat
digunakan untuk memberikan sinyal kepada modul masukan. Sistem PLC
dapat memiliki jumlah perangkat masukan sesuai dengan sistem yang
diinginkan. Fungsi dari perangkat masukan untuk memberikan perintah
khusus sesuai dengan kinerja perangkat masukan yang digunakan,
misalnya menjalankan atau menghentikan motor. Dalam hal tersebut
seperti misalnya, perangkat masukan yang digunakan adalah push button

9|Page
yang bekerja secara Normally Open (NO) yaitu kondisi dimana suatu
kontak dalam kondisi terbuka atau tidak terhubung, sehingga arus listrk
tidak mengalir. ataupun Normally Close (NC), NC itu sendiri artinya
kondisi dimana suatu kontak dalam kondisi tertutup atau terhubung,
sehingga arus listrik dapat mengalir. Ada bermacam-macam perangkat
masukan yang dapat digunakan dalam pembentukan suatu sistem kendali
seperti misalnya : selector switches, foot switches, flow switches, sensors
dan lain-lain. Gambar 2.8.1 memperlihatkan simbol-simbol perangkat
masukan yang sering digunakan pada sistem kendali.

Gambar 2.1 Simbol Perangkat Masukan PLC


Keterangan :
1.   NO Push Button
2.   NC Push Button
3.   NO Flow Switch
4.   NO Pressure Switch

1.4.1.3 Perangkat dan Modul Keluaran


Perangkat keluaran adalah komponen-komponen yang memerlukan
sinyal untuk mengaktifkan komponen tersebut. Pada sistem PLC dapat
mempunyai beberapa perangkat keluaran seperti motor listrik, lampu
indikator, sirine dan lain-lain. Gambar 3 dibawah ini memperlihatkan
contoh-contoh simbol dari perangkat keluaran yang sering digunakan.

Keterangan :
Gambar 2.2 Contoh Simbol Perangkat
1. Simbol Motor Listrik
Keluaran

10 | P a g e
2. Simbol Lampu
3. Simbol Sirine

1.4.1.4 Catu Daya


Sistem PLC memiliki dua macam catu daya dibedakan berdasarkan
fungsi dan operasinya yaitu catu daya dalam dan catu daya luar. Catu daya
dalam merupakan bagian dari unit PLC itu sendiri sedangkan catu daya
luar yang memberikan catu daya pada keseluruhan bagian dari sistem
termasuk di dalamnya untuk memberikan catu daya pada catu daya dalam
dari PLC. Catu daya dalam akan mengaktifkan proses kerja pada PLC.
Besarnya tegangan catu daya yang dipakai disesuaikan dengan
karakteristik PLC. Bagian catu daya dalam pada PLC sama dengan bagian-
bagian yang lain di mana terdapat langsung pada satu unit PLC atau
terpisah dengan bagian yang lain.

1.4.1.5 Pemograman PLC (Progammable Logic Controller)


Pemrograman PLC adalah memasukkan instruksi-instruksi dasar
PLC yang telah membentuk logika pengendalian suatu sistem kendali yang
diinginkan. Bahasa pemrograman biasanya telah disesuaikan dengan
ketentuan dari pembuat PLC itu sendiri. Dalam hal ini setiap pembuat PLC
memberikan aturan-aturan tertentu yang sudah disesuaikan dengan
pemrograman CPU yang digunakan pada PLC tersebut. Program yang
digunakan dalam pemrograman PLC tergantung dari jenis atau merek PLC
itu sendiri. Jika PLC yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian
menggunakan PLC merek Omron maka program yang digunakan adalah
CX-Proggrammer. Sedangkan seri CS-Programmer yang digunakan adalah
CX-Proggrammer 9.2.

Program yang akan dimasukkan ke dalam PLC sebagai perintah


adalah menggunakan Diagram Tangga (Ladder Diagram). Ladder logic
adalah bahasa pemrograman dengan bahasa grafik atau bahasa yang

11 | P a g e
digambar secara grafik. Pemrogram dengan mudah menggambar skematik
diagram dari program pada layar. Hal tersebut menyerupai diagram dasar
yang digunakan pada logika kendali sistem kontrol panel di mana
ketentuan instruksi terdiri dari koil-koil, NO, NC dan dalam bentuk
penyimbolan.

1.4.1.6 Instruksi Dasar PLC dengan Menggunakan Ladder Diagram


a. LD (Load) dan LD NOT (Load not)

Gambar 2.3 Simbol Diagram Ladder LD dan LD NOT


Load adalah sambungan langsung dari line dengan logika
pensakelarannya seperti sakelar NO sedangkan LD NOT logika
pensakelarannya adalah seperti sakelar NC. Instruksi ini dibutuhkan
jika urutan kerja pada suatu sistem kendali hanya membutuhkan satu
kondisi logic saja untuk mengeluarkan satu keluaran.

b. AND dan AND NOT

Gambar 2.4 Simbol Diagram Ladder AND dan AND NOT

Apabila memasukkan logika AND maka harus ada rangkaian


yang berada di depannya, karena penyambungannya seri. Logika
pensaklarannya AND seperti sakelar NO dan AND NOT seperti sakelar
NC. Instruksi tersebut dibutuhkan jika urutan kerja pada suatu sistem

12 | P a g e
kendali membutuhkan lebih dari satu kondisi logic yang harus terpenuhi
semuanya untuk memperoleh satu keluaran.

c. OR dan OR NOT

Gambar 2.5 Simbol Diagram Ladder OR dan OR NOT


OR dan OR NOT dimasukkan seperti sakelar yang posisinya
paralel dengan rangkaian sebelumnya. Instruksi tersebut dibutuhkan
jika sequence pada suatu sistem kendali membutuhkan salah satu saja
dari beberapa kondisi logic yang terpasang paralel untuk mengeluarkan
satu keluaran. Logika OR logika pensakelarannya adalah seperti sakelar
NO dan OR NOT logika pensakelarannya seperti sakelar NC.

d. OUT

Gambar 2.6. Simbol Diagram Ladder Out


Out digunakan sebagai keluaran dari beberapa instruksi yang
terpasang sebelumnya yang telah membentuk suatu logika pengendalian
tertentu. Logika pengendalian dari instruksi OUT sesuai dengan
pemahaman pengendalian sistem PLC yang telah dibahas di atas di
mana instruksi OUT ini sebagai koil relai yang mempunyai konak di
luar perangkat lunak. Sehingga jika OUT memperoleh sinyal dari
instruksi program yang terpasang maka kontak di luar perangkat lunak
akan bekerja.

e. OR LD (OR Load)

13 | P a g e
Gambar 2.7 Simbol Diagram Ladder OR Load
Sistem penyambungannya seperti gambar di atas pada
prisnsipnya sama dengan AND NOT, di mana untuk memberikan
keluaran sesuai dengan instruksi yang telah terpasang pada gambar
tersebut.

f. TIMER (TIM) dan COUNTER (CNT)


Nilai Timer/Counter pada PLC bersifat countdown (menghitung
mundur) dari nilai awal yang ditetapkan oleh program. Setelah hitungan
mundur tersebut mencapai angka nol, maka kontak NO Timer/Counter
akan bekerja. Timer mempunyai batas antara 0000 sampai dengan 9999
dalam bentuk BCD (Binary Code Decimal) dan dalam orde sampai 100
ms. Counter mempunyai orde angka BCD dan mempunyai batas antara
0000 sampai dengan 9999.

Gambar 2.8 Simbol Diagram Ladder TIMER dan COUNTER

Keterangan :
N      : Nomor TIM/CNT
SV : Set Value
CP : Pulsa
R      : Reset

g. REVERSIBLE COUNTER(CNT/CNTR)

14 | P a g e
Perintah CNT atau CNTR adalah perintah menghitung pulsa
yang masuk/counter. Bedanya CNT(counter) menghitung pulsa masuk
secara mundur atau sekali saja, tetapi untuk CNTR(Reversible
Counter) menghitung pulsa yang masuk bias maju dan mundur, yaitu
setelah hitungan selesai CNTR dari nol sampai yang ditentukan
menghitung mundur sampai menjadi nol lagi.
Deskripsi fungsi dari CNTR sebagai berikut:
 Sebuah hitungan naik akan mengontrol increment input
 Sebuah hitungan mundur akan mengontrol decrement input
 Sebuah hitungan naik akan increment akumulator
 Sebuah hitungan naik akan decrement akumulator

.
Gambar 2.9 Simbol Diagram Ladder Reversible Counter

1.5 Perkakas Kerja


Perkakas kerja adalah seperangkat alat yang digunakan dalam mendukung
kerja praktikan :
a. Obeng
Digunakan untuk memasang dan membuka sekrup. Obeng dapat dilihat pada
gambar 2.10

15 | P a g e
Gambar 2.10 Obeng
b. Tang
Tang adalah alat yang digunakan untuk mengkupas isolasi kabel, dan juga
untuk mengulir kebel. Tang dapat dilihat seperti pada gambar 2.11

Gambar 2.11 Tang


c. Tester
Tester adalah alat yang di gunakan untuk mengecek atau pun mengetahui
apakah suatu rangkaian atau kabel dalam keaadaan terhubng atau tidak. Tester
delengkapi dengan buzzer sehingga akan berbunyi ketika rangkaian atau kabel
dalam keadaan terhubung.

Gambar 2.12 Tester

1.6 Saklar

16 | P a g e
Saklar adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk memutuskan dan
menghubungkan aliran listrik. Jadi saklar pada dasarnya adalah suatu alat yang
dapat atau berfungsi menghubungkan atau pemutus aliran listrik (arus listrik) baik
itu pada jaringan arus listrik kuat maupun pada jaringan arus listrik lemah.
Adapun beberapa macam saklar yang digunakan dalam praktek bengkel
otami industri adalah sebagai berikut:
1.6.1 Saklar Tekan (Push Button)
Pada umumnya saklar push button adalah tipe saklar yang hanya kontak
sesaat saja saat ditekan dan setelah dilepas akan kembali lagi menjadi NO,
biasanya saklar tipe NO ini memiliki rangkaian pengunci yang dihubungkan
dengan kontaktor dan tipe NO digunakan untuk tombol ON. Push button ada juga
yang bertipe NC, biasanya digunakan untuk tombol OFF. Terdapat 4 konfigurasi
saklar push button: tanpa-pengunci (no guard), pengunci-penuh (full
guard), extended guard, dan mushroom button.

Gambar 2.13 Push button dan simbol pengawatannya

1.6.2 Saklar Selektor

Saklar ini lebih dikenal dengan nama selektor yang merupakan jenis saklar
putar. Saklar ini sering digunakan dalam rangkaian pengaturan, misalnya untuk
dua posisi pengaturan (pengaturan manual dan otomatis).

17 | P a g e
Gambar 2.14 Selector Switch dan Simbol pengawatannya

1.7 Relay
Relay merupakan sebuah saklar elektrik yang dapat mengubah kontak-
kontak dari NO (Normally Open) menjadi NC (Normally close) sewaktu
mendapat supply aliran listrik. Untuk mengendalikan suatu sistem dengan beban
keadaan AC/DC.
Prinsip kerja dari relay adalah berdasarkan gejala elektromagnetik di mana
terdiri dari lilitan kawat/kumparan, coil, yang dililitkan pada sebuah inti dari besi
baja yang bersifat lunak. Apabila pada kumparan tersebut kita alirkan arus maka
inti baja tersebut akan menarik jangkar dan relay dinamis

Gambar 2.15 Relay dan Simbol Pengawatannya

Adapun jenis relay ada dua, yaitu :


1. Relay yang bekerja dengan arus searah (DC)
2. Relay yang bekerja dengan arus bolak-balik (AC)

1.8 Miniature Circuit Breaker


Fungsi Miniature Circuit Breaker (MCB) adalah untuk pengaman
terhadap beban lebih atau arus hubung singkat. Jika terjadi arus beban lebih atau
hubung singkat MCB akan bekerja memutuskan rangkaian dari sumber. MCB
dibuat dengan kutub tunggal untuk pengaman 1ᴓ dan kutub banyak untuk

18 | P a g e
pengaman 3ᴓ. Jika 3 MCB 1ᴓ digunakan untuk mengamankan beban 3 ᴓ, maka
tuasnya harus disatukan (dikopel) .

Gambar 2.16 MCB dan simbol pengawatannya

1.9 Thermal Overlod Relay


Thermal relay atau overload relay adalah peralatan switching yang peka
terhadap suhu dan akan membuka atau menutup kontaktor pada saat suhu yang
terjadi melebihi batas yang ditentukan atau peralatan kontrol listrik yang berfungsi
untuk memutuskan jaringan listrik jika terjadi beban lebih.

95 97 1 3 5

96 98 2 4 6
Gamabar 2.17 TOR dan Simbol pengawatannya

1.10 Penghantar
1.10.1 Kabel NYAF
Kabel NYAF merupakan jenis kabel fleksibel dengan penghantar tembaga
serabut berisolasi PVC. Digunakan untuk instalasi panel-panel yang memerlukan
fleksibelitas yang tinggi.

19 | P a g e
Gambar 2.18 Kabel NYAF

1.10.2 Kabel NYM


Kabel NYM memiliki lapisan isolasi PVC (biasanya warna putih atau abu-
abu), ada yang berinti 2, 3 atau 4. Kabel NYM memiliki lapisan isolasi dua lapis,
sehingga tingkat keamanannya lebih baik dari kabel NYA (harganya lebih mahal
dari NYA). Kabel ini dapat dipergunakan dilingkungan yang kering dan basah,
namun tidak boleh ditanam.

Gambar 2.19 Kabel NYM

1.11 Wire Duct


Wire Duct dimaksudkan dalam pemasangannya adalah untuk menjadi
tempat saluran kawat atau kabel serabut agar hasilnya kelihatan rapi.Penggunaan
wiring channel biasanya ditemukan dalam peralatan kontrol di kotak panel kontrol
dengan menggunakan wiring channel pada setiap panel kontrol sehingga
rangkaian menjadi kelihatan rapi sehingga mudah dalam pengontrolan
pengecekan gangguan.

20 | P a g e
Gambar 2.20 Wire duct

1.12 Lampu Indikator


Lampu indikator berfungsi sebagai isyarat atau indikator dalam sebuah
panel untuk mengetahui apakah sebuah panel bekerja dengan baik ataukah terjadi
sebuah gangguan. Lampu indicator dipakai pada instalasi tenaga karena untuk
mengoperasikan suatu control listrik, perlu adanya penandaan untuk kondisi-
kondisi tertentu, misalnya kondisi beban lebih (over load), kondisi manual
maupun kondisi otomatis.

Gambar 2.21 Lampu indikator dan Simbol pengawatannya

1.13 Saklar Impuls


Saklar impuls adalah suatu saklar yang bekerja berdasarkan prinsip kerja
magnet, dimana posisi saklarnya akan berubah setiap impuls. Lamanya
mengoperasikan dari kontak tekan tidak mempengaruhi sistem kerjanya. Saklar
ini mempunyai dua posisi kontak, “off” pada impuls kedua dan kontak “on” pada
posisi pertama.
Dalam mengendalikan (on dan off) suatu lampu menggunakan push button
sebagai control Bantu, dipakai suatu saklar impuls yang bekerja oleh adanya
impuls (sinyal) yang diberikan dari push button.

21 | P a g e
Gambar 2.22 Simbol Lokasi dan Pengawatan Saklar Impuls

1.14 Terminal Line Up


Terminal Line Up adalah tempat penyambungan kabel dari satu peralatan
ke peralatan-peralatan lainnya.
Terminal line up dimaksudkan untuk mempermudah pemasangan
pengawatan instalasi listrik untuk kontrol serta mempermudah mencari gangguan
yang terjadi dalam suatu rangkaian. Terminal line up terbuat dari bahan plastik
yang konstruksinya terdiri dari dua buah tempat penyambungan.

Gamabar 2.23 Terminal line up

1.15 Time Delay


Timer adalah saklar waktu yang bekerja berdasarkan magnetisasi yang
akan memutuskan rangkaian beban secara otomatis, dengan batasan waktu yang
telah ditentukan. Pada penggunaan Timer dalam rangkaian kontrol ada juga
berbeda pengunaan, sehingga ada beberapa jenis Timer yang dapat dihubungkan
langsung dengan kontaktor yaitu :timer on delay yang berfungsi menunggu untuk
on, selama batas waktu yang telah di tentukan atau di atur, dan timer off delay
yang berfungsi menunggu untuk off selasa batas waktu yang ditentukan atau
diatur sebelumnya.

22 | P a g e
Coil
ON
t
Relay

Coil
OFF
t Relay

Gambar 2.24 Timer On Delay beserta simbol dan Diagram kerja Off delay -
On Delay

1.16 Kontaktor
Kontaktor magnet adalah gawai elektromekanik yang dapat berfungsi
sebagai penyambung dan pemutus rangkaian, yang dapat dikendalikan dari jarak
jauh.
Pergerakan kontak-kontaknya terjadi karena adanya gaya elektromagnet.
Kontaktor magnet merupakan sakelar yang bekerja berdasarkan kemagnetan,
artinya alat ini bekerja bila ada gaya kemagnetan. Magnet berfungsi sebagai
penarik dan pelepas kontak-kontak.
Arus kerja normal adalah arus yang mengalir selama pemutaran tidak
terjadi. Kumparan atau belitan magnet (coil) suatu kontaktor magnet dirancang
untuk arus searah (DC) saja atau arus bolak-balik (AC) saja.

23 | P a g e
Gambar 2.25 Kontaktor, Simbol lokasi dan pengawatannya

1.17 Panel Hubung Bagi (PHB)


Panel hubung bagi merupakan kotak pembagi yang berbentuk sebuah
kotak atau almari yang berisikan komponen-komponen listrik, yang bertugas
sebagai pembagi arus dan daya ke peralatan / pesawat pemakai listrik. Kotak
pembagi sangat diperlukan terutama jika pemakai tenaga listrik menggunakan
banyak peralatan /pesawat listrik, misalnya; motor-motor listrik, mesin pencuci,
mesin pemanas mesin bor dan sebagainya.
Hal sebagai di atas malahan menjadi suatu ketentuan / keharusan karena
untuk memudahkan :
a. Pembagian tenaga listrik secara tepat dan merata
b. Pengamanan instalasi dan pemakain
c. Pemeriksaan
d. Perbaikan
Kotak pembagi dapat dibuat dari bahan almunium , besi tuang, pelat besi,
pualam/marmer (Fiberglass). Di dalam kotak pembagi inilah komponen-
komponen listrik, seperti;sekring, sakelar dan kawat hubung dirangkai.

Gambar 2.26 PHB

1.18 PLC
PLC memiliki dua bagian dasar, yaitu : Input/Output interface system dan
Central Processing Unit.

24 | P a g e
 Input
Input yang masuk ke dalam CPU berupa signal dari sensor atau tranducer.
Signal sensor ini terdapat dua jenis, yaitu: discrete signal dan analog signal.
Discrete signal berupa saklar biner dimana hanya sebuah ON atau OFF signal (1
atau 0, Benar atau salah), Contohnya : push button, limit switch dan level sensor.
Sedangkan analog signal menggunakan prinsip rentang suatu nilai antara nol
hingga skala penuh. Contoh nya dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika anda
sedang memutar volume speaker atau radio anda. Rentang nilai dari sensor ini
akan diinterpretasikan sebagai nilai-nilai integer oleh CPU PLC. CPU PLC pada
saat ini sering menggunakan 16 bit processor sehingga nilai integer nya memiliki
rentang -32768 hingga 32767. Contoh dari analog signal ini adalah sensor
tekanan, sensor temperatur, dan sensor aliran. Analog signal dapat berupa
tegangan atau arus listrik dan nilai ini akan diproporsionalkan dengan nilai integer
CPU, contohnya: sebuah analog 0 – 5 V atau 4 – 20 mA akan dikonversikan
menjadi nilai integer 0 – 32767.
 CPU
Semua aktivitas atau pemprosesan data yang diambil dari sensor (data
input) terjadi pada Central Processing Unit (CPU). CPU ini memiliki tiga bagian
utama, yaitu : Processor, Memory System, dan System Power Supply.

Processor akan memproses signal input secara aritmatik dan logic, yaitu
melakukan operasi logika, sequential, timer, counter dan mengolah fungsi-fungsi
yang diinginkan berdasarkan program yang telah ditentukan. Selain itu, processor
juga mengolah program yang ada di dalam memori, serta mengatur komunikasi 
antara input-output, memori dengan processor itu sendiri.
 Output
Hasil pemrosesan data yang diolah pada CPU akan berupa signal keluaran
digital yang dikirim ke modul output untuk menjalankan actuator. Actuator ini
dapat berupa motor listrik, solenoid, heater, led display, injector, heater, pompa,
dan lain-lain. Actuator ini akan berfungsi sesuai instruksi dari CPU, jika pada
CPU telah diprogram timer ON dari lampu selama dua detik maka lampu pada

25 | P a g e
aktuator akan menyala selama dua detik dan kemudian setelah dua detik lampu
akan OFF.
PLC yang digunakan pada saat praktik bengkel yaitu PLC jenis OMRON
tipe CP1E jumlah modul 20 dengan alamat lokasi:
 Input : 000.00 s/d 000.11
 Output : 010.00 s/d 010.07

Gambar 2.27 PLC OMRON CP1E dan CPM1A


1.19 Power Supply
Power supply adalah perangkat keras berupa kotak yang isinya merupakan
kabel-kabel untuk menyalurkan tegangan ke dalam perangkat keras lainnya.
Perangkat keras ini biasanya terpasang di bagian belakang (di dalam) casing
komputer. Input power supply berupa arus bolak-balik (AC) sehingga power
supply harus mengubah tegangan AC menjadi DC (arus searah). Besarnya listrik
yang mampu ditangani power supply ditentukan oleh dayanya dan dihitung
dengan satuan Watt.

Gambar 2.28 Power Supply

26 | P a g e
BAB III

ALAT DAN BAHAN

3.1 Daftar Alat yang Digunakan


Tabel 3.1 Daftar Alat

N ALAT JUMLAH SATUAN


O
1. Obeng Terminal 2 Buah

2. Obeng Bunga 1 Buah

3. Obeng Plat 1 Buah

4. Tang Potong 1 Buah

27 | P a g e
5. Tang Lancip 1 Buah

6. Tang Kombinasi 1 Buah

7. Tang Kupas 1 Buah

8. Test Pen 1 Buah

3.2 Daftar Bahan/Material


3.2.1 Daftar Material Pump Station

Tabel 3.2 Daftar Material Pump Station PLC

NO NAMA JUMLAH SATUAN

A B C D

1 Panel kontrol 1 Buah

2 MCB 1 Ø 1 Buah

3 PLC Omron CP1E 1 Buah

A B C D

4 Push Button NO 8 Buah

5 Kontaktor 2 Buah

6 Lampu tanda 3 Buah

7 Line Up Terminal 10 Buah

8 WireDuct 1 Meter

9 Kabel NYAF Secukupnya Meter

10 Selector Switch 2 Buah

Tabel 3.3 Daftar Material Pump Station Konvensional

NO NAMA JUMLAH SATUAN

28 | P a g e
A B C D

1 Panel kontrol 1 Buah

2 MCB 1 Ø 1 Buah

3 Kontaktor 5 Buah

4 Timer 2 Buah

5 Relay 6 Buah

6 Implus 1 Buah

7 Line Up Terminal 10 Buah

8 Wire Duct 1 Meter

A B C D

9 Push button NO 6 Buah

10 Selector switch 2 Buah

11 Lampu tanda 5 Buah

12 Kabel NYAF Secukupnya Meter

3.2.2 Daftar Material Air Blast

Tabel 3.4 Daftar Material Air Blast PLC

NO NAMA JUMLAH SATUAN

1 Panel kontrol 1 Buah

2 MCB 1 Ø 1 Buah

3 Push Button NO 11 Buah

4 Kontaktor 7 Buah

5 Timer 1 Buah

6 Line Up Terminal 15 Buah

29 | P a g e
7 Wire Duct 1 Meter

8 Kabel NYAF 1,5 mm2 Secukupnya Meter

9 Selector 1 Buah

10 PLC CPM1A 1 Buah

Tabel 3.5 Daftar Material Air Blast Konvensional

NO NAMA JUMLAH SATUAN

1 Panel kontrol 1 Buah

2 MCB 1 Ø 1 Buah

3 Push Button NO 9 Buah

4 Kontaktor 10 Buah

5 Timer 3 Buah

6 Line Up Terminal 15 Buah

7 WireDuct 1 Meter

8 Kabel NYAF 1,5 mm2 Secukupnya Meter

9 Selector 1 Buah

10 Lampu tanda 5 Buah

3.2.3 Daftar Material Tanur


Tabel 3.6 Daftar Material Tanur PLC

NO NAMA JUMLAH SATUAN

A B C D

1 Panel kontrol 1 Buah

2 MCB 1 Ø 2 Buah

3 Kontaktor 6 Buah

30 | P a g e
A B C D

4 PLC CP1E 1 Buah

5 Line Up Terminal 10 Buah

6 Push Button NO 8 Buah

7 Kabel NYAF secukupnya Meter

8 Wire Duct 1 Meter

9 Lampu tanda 2 Buah

Tabel 3.7 Daftar Material Tanur Konvensional

NO NAMA JUMLAH SATUAN

A B C D

1 Panel control 1 Buah

2 MCB 1 Ø 1 Buah

3 Kontaktor 14 Buah

4 Timer 2 Buah

5 Emergency Stop 1 Buah

6 Push Button NO 6 Buah

7 Push Button NC 2 Buah

8 Kabel NYAF 1,5 mm2 Secukupnya Meter

A B C D

9 TOR 4 Buah

10 Lampu Indikator 2 Buah

11 Line Up Terminal 12 Buah

12 WireDuct 1 Meter

31 | P a g e
3.2.4 Daftar Material Milling

Tabel 3.8 Daftar Material Milling PLC

NO NAMA JUMLAH SATUAN


1 Panel kontrol 1 Buah
2 MCB 1 Ø 1 Buah
3 PLC CPM1A 1 Buah
4 Push Button NO 7 Buah
5 Push Button NC 7 Buah
6 Kontaktor 10 Buah
7 Line Up Terminal 20 Buah
8 WireDuct 1 Meter
9 Kabel NYAF 1,5 mm2 Secukupnya Meter
10 Selector 1 Buah

Tabel 3.8 Daftar Material Milling Konvensional

NO NAMA JUMLAH SATUAN


1 Panel control 1 Buah
2 MCB 1 Ø 1 Buah
3 MCB 3 Ø 1 Buah
4 Push Button NO 6 Buah
5 Push Button NC 7 Buah
6 Kontaktor 14 Buah
7 Timer 3 Buah
8 Line Up Terminal 20 Buah
9 WireDuct 1 Meter
10 Kabel NYAF 1,5 mm2 Secukupnya Meter
11 Selector 1 Buah
12 Over load 5 Buah
13 Lampu tanda 14 Buah
14 Kontak bantu 11 Buah

32 | P a g e
BAB IV

LANGKAH KERJA

4.1 Langkah Kerja Praktik PLC


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Memasangkan isntalasi pada PLC dengan menghubungkan port Com
pada input ke port positif (-) pada output.
3. Memasang atau menghubungkan tiap port com pada port output.
4. Menghubungkan pin negatif (-) pada port output ke sumber Push Button
kemudian menghubungkan keluaran Push Button ke port input mulai dari
port 00, 01, 02, dan seterusnya.
5. Menghubungkan port output ke koil kontaktor mulai dari port 00, 01, 02,
dan seterusnya.
6. Membuat ladder diagram dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuka aplikasi CX Programmer
b. Setelah aplikasi terbuka maka selanjutnya adalah membuat project
baru dengan cara klik menu File > New

33 | P a g e
Gambar 4.1 Tampilan Awal Aplikasi CX-Programmer
c. Kemudian akan muncul jendela Change PLC. Memastikan bahwa
Device Type nya adalah CPM1A kemudian Network Type adalah
SYSMAC WAY

Gambar 4.2 Pengaturan pada Aplikasi CX-Programmer

d. Kemudian akan muncul workspace baru

34 | P a g e
Gambar 4.3 Tampilan Workspace

e. Lalu men-save all page dengan mengklik menu file > save all page.
Kemudian menyimpan ditempat atau lokasi yang diinginkan.
f. Selanjutnya adalah membuat ladder diagram dengan mengacu pada
rangkaian konvensional yang ada.
g. Untuk membuat kontak bantu kondisi NO maka memilih no.1 pada
gambar sedangkan untuk membuat kontak bantu kondisi NC maka
memilih no.2 pada gambar. Jika ingin menggunakan output maka
memilih no.3 pada gambar, sedangkan jika ingin menggunakan
timer atau counter maka memilih no.4 pada gambar.

1 2 3 4
Gambar 4.4 Komponen-komponen pada CX-Programmer

h. Setelah memilih, misalkan kontak yang dipilih adalah NO maka


akan muncul tampilan sebagai berikut :

Gambar 4.5 Pemberian Alamat pada Komponen

i. Selanjutnya adalah memasukkan alamat kontak tersebut. Misalkan


kontak NO tersebut adalah sebuah Push Button yang kondisinya
adalah NO, maka dibuatkan kontak NO dengan alamat sesuai yang

35 | P a g e
terpasang pada PLC. Contoh Push Button tersebut berada pada Pin
00, maka alamat yang diberikan adalah “0.00”. Kode 0 didepan .00
adalah kode bahwa alamat tersebut adalah sebuah input yang
terpasang pada pin ke 00.
j. Jika ingin menggunakan kontak bantu tambahan tanpa ada kontak
yang sebenarnya maka dapat digunakan kontak bantu internal
dengan menggunakan kode awal “200”. Prinsip kerja dari kontak ini
sama seperti kontakor atau relay pada umumnya yakni pada saat koil
mendapat tegangan maka anak kontak akan berubah dari NO
berubah menjadi NC kemudian NC berubah menjadi NO.

k. Contoh rangkaian sederhana sebagai berikut :

Gambar 4.6 Contoh Rangkaian Ladder Sederhana

l. Rangkaian diatas secara prinsip kerja sama, akan tetapi untuk K1


terhubung ke alamat 10.00 yang berarti bahwa K1 terletak pada Port
Output kode “10“ dengan alamat pin “00”. Sedangkan untuk
kontaktor 200.00 sama dengan K1 akan tetapi 200.00 adalah
kontaktor yang ada didalam PLC sehingga penggunaan kontaktor
bisa diperkecil.

7. Setelah ladder diagram selesai maka langkah selanjutnya adalah


menyambungkan PLC ke PC kemudian men-download program yang
telah dibuah ke PLC. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

36 | P a g e
a. Memastikan bahwa kabel converter atau usb support dan driver
kabel komunikasi telah terinstall.
b. Jika sudah terinstall maka selanjutnya adalah mendeteksi PLC. Klick
menu Tools > Network setting.
c. Kemudian memilih project > scan serial port. Maka akan muncul
tampilan sebagai berikut :

Gambar 4.7 Pengaturan untuk Mendownload Program

d. Memilih COM sesuai dengan letak COM kabel usb atau converter.
Lalu pada kolom baud rates pilih 9600, sedangkan pada kolom cable
types pilih SYSMAC WAY.
e. Langkah selanjutnya adalah mensetting CPU yang digunakan sesuai
dengan PLC yang digunakan. Klik menu tools > option > lalu
setelah muncul tampilan option maka pilih PLCs > pilih CPU yang
digunakan sesuai pada PLC.

37 | P a g e
Gambar 4.8 Pengaturan Jumlah I-O

f. Langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa Device Type yang


digunakan adalah CPM1A. Klik sesuai gambar dibawah :

Gambar 4.9 Pengaturan Jenis PLC yang Digunakan


g. Setelah selesai maka selanjutnya adalah menyambung PLC ke PC
dengan cara meng-klik PLC > Work Online.

38 | P a g e
h. Sedangkan untuk mendownload file atau memindahkan program
yang sudah dibuat ke dalam PLC adalah dengan cara meng-klik PLC
> transfer > transfer to PLC.
i. Lalu atur Operating Modenya dengan cara meng-klik PLC >
Operating Mode > Run.

4.2 Langkah Kerja Praktik Konvensional


4.2.1 Pusat Pompa
 Merangkai alat dan bahan sesuia gambar.
 Untuk operasi secara manual dapat dilakukan menggunakan langkah –
langkah berikut :
- Memutar saklar pilih 1 pada posisi 3 maka pompa 1 akan beroperasi.
Jika beberapa detik kemudian ternyata tidak ada aliran menuju
pompa 1 maka pompa 1 akan berhenti beroperasi. Sedangkan jika
ada aliran menuju pompa 1 maka pompa 1 akan tetap beroperasi.
- Memutar saklar pilih 2 pada posisi 3 maka pompa 2 akan beroperasi.
Jika beberapa detik kemudian ternyata tidak ada aliran menuju
pompa 2 maka pompa 2 akan berhenti beroperasi. Sedangkan jika
ada aliran menuju pompa 2 maka pompa 2 akan tetap beroperasi.
 Untuk pengoperasian secara automatis dapat dilakukan dengan cara
berikut :
- Memutar saklar pilih 1 pada posisi 1 maka pompa 1 akan beroperasi.
Jika beberapa detik kemudian ternyata tidak ada aliran menuju
pompa 1 maka pompa 1 akan berhenti beroperasi. Sedangkan jika
ada aliran menuju pompa 1 maka pompa 1 akan tetap beroperasi.
- Memutar saklar pilih 2 pada posisi 1 maka pompa 2 akan beroperasi.
Jika beberapa detik kemudian ternyata tidak ada aliran menuju
pompa 2 maka pompa 2 akan berhenti beroperasi. Sedangkan jika
ada aliran menuju pompa 2 maka pompa 2 akan tetap beroperasi.
- Sistem kerja dari kedua motor ini diatur oleh rangkaian kontrol
berdasarkan ketinggian air di bak 1 sebagai berikut :

39 | P a g e
 Bila air pada bak berada dalam level 1 maka kedua pompa tidak
bekerja.
 Bila air berada dalam level 2 maka hanya 1 pompa yang bekerja.
Dimana pompa 1 dan pompa 2 akan bergantian bekerja bila
level 2 terjadi berulang – ulang.
 Bila air berada dalam level 3 maka kedua pompa bekerja
bersamaan.
 Bila air berada dalam level 4 maka kedua pompa bekerja
bersamaan dan alarm serta lampu tanda akan bekerja sebagai
isyarat bahwa air berada lebih dari batas maksimum.
 Dan untuk mematikan sistem secara keseluruhan jika terjadi gangguan
dapat dilakukan dengan menekan saklar off.

4.2.2 Pusat Airblast


 Merangkai alat dan bahan sesuai dengan gambar rangkaian.
 Pengoperasian secara automatis dilakukan dengan langkah-langkah
berikut :
- Memutar saklar selektor ke posisi normal.
- Menekan saklar normal on untuk menjalankan system. Maka motor 1
bekerja. Jika saklar flow switch bekerja maka motor penggetar akan
beroperasi. Benda akan diangkut dari silo 1 menuju silo 2. Jika
material dalam silo 2 sudah hampir penuh dan melewati saklar light
barrier maka system akan berhenti dengan sendirinya.
- Menekan saklar normal off untuk mematikan system saat system
beroperasi.
 Mengoperasikan system secara manual dilakukan dengan langkah –
langkah sebagai berikut :
- Memutar saklar selector ke posisi manual.

40 | P a g e
- Menekan saklar fan on untuk menjalankan motor 1 / fan motor dan
menekan saklar fan off untuk mematikan motor 1.
- Menekan saklar vibrator on untuk menjalankan motor 2 / motor
penggetar dan menekan saklar vibrator off untuk mematikan motor 2.
 Menekan saklar emergency jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan saat
sistem beroperasi.

4.2.3 Pusat Tanur


 Merangkai alat dan bahan sesuai yang ditunjukkan oleh gambar
rangkaian.
 Menekan saklar start untuk menyalakan motor conveyor belt. Saat benda
melewati light barrier dan terjatuh ke dalam tanur, maka door 1 akan
menutup. Kemudian door 1 akan menekan limited switch 1 dan door 2
akan menutup. Selanjutnya door 2 menekan limited 2 dan proses
pemanasan dimulai.
Jika suhu dalam tanur mencapai 820 0C maka proses pemanasan berhenti
dan door 1 dan door 2 akan terbuka. Jika door 2 menekan limited switch
3 maka bahan akan ditarik keluar dari tanur oleh seperangkat alat.
Kemudian benda akan terjatuh ke dalam kontainer dan melewati light
barrier. Maka sistem akan beroperasi kembali.
 Untuk mematikan sistem dilakukan dengan meneka saklar stop.

4.2.4 Pusat Milling


a. Posisi normal
Dalam system kontrol ini pengoperasian motor dilakukan secara
beurutan. Mulai dari M1 , M2, M3, M4, dan M5. M2 hanya dapat
dioperasikan setelah M1 beroperasi. Begitu pula dengan motor – motor
berikutnya. Hal ini disebabkan karena motor – motor tersebut saling
mengunci. Dan mematikan motor – motor tersebut dilakukan dengan
urutan M5 terlebih dahulu, kemudian M4 , M3, M2, M1. Berkut langkah
– langkah dalan menjalankan system ini :

41 | P a g e
 Menekan saklar M1 on untuk menjalankan motor 1.
 Menekan saklar M2 on untuk menjalankan motor 2.
 Menekan saklar M3 on untuk menjalankan motor 3.
 Menekan saklar FC on untuk menjalankan motor 4.
 Menekan saklar E.P.V on untuk menjalankan electro pneumatic
valve.
 Menekan saklar M5 on untuk menjalankan motor 5.
Adapun langkah – langkah untuk mematikan motor – motor
tersebut sebagai berikut :
 Pertama , menekan saklar M5 off untuk mematikan motor 5.
 Kemudian menekan saklar E.P.V off untuk mematikan E.P.V.
 Menekan saklar FC off untuk mematikan motor 4.
 Menekan saklar M3 off untuk mematikan motor 3.
 Menekan saklar M2 off untuk mematikan motor 2.
 Dan menekan saklar M1 off untuk mematikan motor 1.

b. Posisi Repair
Pada posisi ini peralatan atau motor – motor tidak bekerja saling
mengunci. Setiap motor / peralatan dapat dioperasikan secara tersendiri
tanpa dipengaruhi oleh peralatan lain.

42 | P a g e
BAB V

GAMBAR RANGKAIAN

Gambar rangkaian dari tiap job dalam praktek Bengkel Otomasi Industri
(Konvensional & PLC) meliputi : Diagram Garis, Diagram Pengawatan dan
Ladder Diagram . Adapun daftar gambar adalah sebagai berikut :

A. Pompa (Pump Station)


B. Air Blast
C. Tanur
D. Milling

43 | P a g e
44 | P a g e
PUSAT POMPA

SEMESTER IV

GAMBAR RANGKAIAN

46 | P a g e
60 | P a g e
61 | P a g e
62 | P a g e
63 | P a g e
64 | P a g e
65 | P a g e
66 | P a g e
67 | P a g e
68 | P a g e
69 | P a g e
70 | P a g e
71 | P a g e
72 | P a g e
PUSAT AIR BLAST

SEMESTER IV

GAMBAR RANGKAIAN

73 | P a g e
72 | P a g e
73 | P a g e
74 | P a g e
75 | P a g e
76 | P a g e
77 | P a g e
78 | P a g e
79 | P a g e
80 | P a g e
81 | P a g e
82 | P a g e
PUSAT TANUR

SEMESTER IV

GAMBAR RANGKAIAN

83 | P a g e
84 | P a g e
85 | P a g e
86 | P a g e
87 | P a g e
88 | P a g e
89 | P a g e
90 | P a g e
91 | P a g e
92 | P a g e
BAB VI

ANALISA RANGKAIAN

6.1 Pusat Pompa


Adapun prinsip kerja instalasi pompa secara umum yaitu bila air berada
dalam level 1 maka kedua pompa tidak bekerja, bila air berada dalam level 2
maka hanya 1 pompa yang bekerja,dimana pompa 1 dan pompa 2 akan
bergantian kerjanya bila level 2 terjadi berulang-ulang,bila air berada dalam
level 3 maka kedua pompa bekerjasama, dan bila air berada pada level 4 maka
kedua pompa bekerjasama dan alarm serta lampu tanda akan bekerja sebagi
isyarat bahwa air berada lebih daripada maksimum Untuk keseluruhan
rangkaian kontrol maupun daya yang dilayani S01.
Motor pompa 1 dan 2 masing-masing dilayani oleh sebuah MCB dan
kontaktor serta TOR sebagai pengamannya. Untuk mengoperasikan rangkaian
kemudian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
 Secara impuls tangan
 Secara otomatis

 Secara impuls tangan


Untuk posisi impuls tangan ini pengoperasiannya dari pompa bergantung
dari kemauan pemakai yang mengoperasikannya, apakah pompa 1 atau pompa
2 yang akan dioperasikan. Setelah memindahkan saklar S01 pada posisi satu
selanjutnya memindahkan saklar yang melayani pompa 1 ke posisi impuls
tangan.
Dengan terhubungnya S01 keposisi impuls tangan, maka supplai tegangan
akan langsung terhubung ke D11, yang mana kontak bantu NO-nya akan
menghubungkan supplai tegangan ke kontaktor C21 yang melayani pompa 1.
Ketika kontaktor C21 bekerja maka kontak utamanya akan segera
menghubungkan motor pompa dengan supplai tegangan (tegangan 1 fasa) yang
mengakibatkan motor pompa 1 bekerja. Jika C21 bekerja secara otomatis, anak

83 | P a g e
Bila terjadi overload maka C21 atau C23 akan terlepas sehingga arus yang
menuju pompa akan terputus dan menyebabkan pompa berhenti beroperasi.
Kontak NO dari TOR akan dihubungkan ke D27 dan D39 maka kontaknya
akan terhubung dengan lampu tanda H26 dan H29. Disesuaikan dengan pompa
mana yang mengalami overload.
Jika ketinggian air berada pada level 4 dimana kedua pompa masih bekerja
secara bersamaan maka B37 akan bekerja dan mengoperasikan D37, dimana
kontak NO dari D37 akan menyalakan lampu tanda H39 yang menandakan
bahwa air berada pada tingkat maksimum. Lampu tanda level ini akan menyala
terus walaupun ketinggian air telah turun lewat level 4. Untuk mematikan
lampu tersebut kita harus menekan saklar S38.
Disamping itu untuk mengetahui pompa beroperasi maka kita cukup
dengan menekan S32 (test pompa). Jika ternyata pompa 1 yang bekerja maka
lampu tanda H25 akan menyala, jika pompa 2 yang beroperasi maka lampu
H28 akan menyala. Dan jika keduanya yang bekerja maka kedua lampu
tersebut akan menyala. Selang waktu beberapa lama berdasarkan setting
waktunya pada D32 lampu tanda akan padam.
Jika ketinggian air turun melewati level 3, maka pompa 1 akan berhenti
bekerja dan bila melewati level 2 maka pompa 2 juga akan berhenti bekerja.
Akan tetapi jika air kembali naik ke level 2, maka bukan pompa 2 lagi yang
bekerja melainkan pompa 1, hal ini karena jika level 2 ini terjadi secara terus
menerus maka kedua pompa tersebut akan bekerja secara bergantian. Hal ini
disebabkan oleh menutupnya B11, saklar impuls yang kedua OFF sehingga
D15 tidak bekerja. Dengan tidak terhubungnya D15 maka kontak bantunya
tidak berubah. Oleh karena itu, pada saat D11 menutup maka pompa 1 yang
berjalan dan pada saat air mencapai level 3 maka pompa 2 juga akan bekerja.
Cara kerja inilah yang terjadi secara terus menerus dari proses pemindahan air
dari tangki 1 menuju tangki 2 secara otomatis

86 | P a g e
6.2 Pusat Airblast
Di dalam menjalankan atau mengoperasikan sistem ini, terlebih dahulu
saklar pilih (selector switch) dipindahkan ke posisi “NORMAL”, kemudian
menekan tombol normal operation on (S6B). Dengan menekan tombol normal
operation ini, maka Fan motor (M1) akan beroperasi pada hubungan bintang
sampai batas arus nominal bintang. Pada saat mencapai arus nominal bintang
maka dengan otomatis Fan motor akan beroperasi dengan hubungan segitiga
yang menghasilkan putaran penuh.
Di dalam proses ini udara akan melewati sebuah control aliran (S13)
yang mana akan membuka kunci motor penggetar sehingga motor tersebut
akan beroperasi. Fan motor akan mentranspot benda yang ada di silo 1 menuju
silo 2. Selama ada aliran motor penggetar (M2) ini akan selalu beroperasi
hingga sebuah alat pengontrol penuh (LIGHT BARRIER) beroperasi
menandakan tempat (silo) sudah penuh untuk menampung benda yang
ditranspot.
Pengaruh ini akan mematikan motor penggetar (M2) secara otomatis
dan setelah diperkirakan pipa pentranspot sudah kosong maka secara otomatis
juga Fan motor (M1) akan berhenti beroperasi dengan demikian system airblast
berhenti melakukan proses transportasi. Selain itu sistem airblast yang sedang
beroperasi dapat diberhentikan dengan menekan tombol tekan “NORMAL
OFF”.
Untuk membersihkan sisa – sisa bahan yang ditranspot dapat dilakukan
dengan memindahkan selector switch ke posisi “MANUAL”. Dalam keadaan
posisi ini Fan motor dan motor penggerak dapat dioperasikan secara sendiri –
sendiri dalam arti tidak saling tergantung kepada komponen lainnya. Posisi
manual ini pun dapat difungsikan untuk melakukan pemeliharaan dan
perbaikan pada system airblast itu sendiri.

87 | P a g e
6.3 Pusat Tanur
Pertama menekan push button S11 untuk mengaktifkan K11M . K11M
berfungsi untuk mengaktifkan motor yang akan menggerakkan CONVEYOR
BELT, dimana CONVEYOR BELT berfungsi mengangkut benda yang akan
dimasukkan ke dalam tanur. Saat benda tersebut terjatuh ke dalam tanur akan
melewati LIGHT BARRIER . Dimana secara berurutan LIGHT BARRIER
mengaktifkan kontaktor K13M, kemudian kontaktor K13M mengaktifkan
kontaktor K14M, kemudian kontaktor K14M mengaktifkan relay Y15.
Dimana relay Y15 akan mengaktifkan solenoid 1 untuk VALVE 1 yang akan
menutup DOOR 1. Kemudian DOOR 1 menekan LS1 yang akan
mengaktifkan solenoid 2 , kemudian (Y16) VALVE 2 dan menutup DOOR 2.
Saat DOOR 2 menekan LS2 , maka K17 , K18, dan K19 aktif dan proses
pemanasan dimulai. Dimana dalam system ∆ ini bertujuan untuk mencapai
suhu 800 0C.
Bia suhu tanur mencapai 800 0C saklar S17AE1 (sensor suhu) aktif /
terputus , kemudian K17, K19 berhenti beroperasi dan K16 , K18, K20M, dan
K21M aktif. K21M berfungsi mengaktifkan timer heater. Dimana dalam
system Y ini bertujuan untuk mencapai suhu 820 0C. Jika tercapai suhu yang
diinginkan maka saklar S17AE2 aktif / terputus , kemudian K16 dan K20M
berhenti bekerja. Saat timer heater habis, K22 aktif dan Y16, Y16, dan K18M
berhenti bekerja, kemudian system pada solenoid 1 dan 2 berhenti beroperasi,
kemudian DOOR 1 dan DOOR 2 terbuka. Saat DOOR 2 menekan LS3 , maka
solenoid 3 aktif dan menggerakkan VALVE 3. VALVE 3 berfungsi
mengambil benda yang telah dipanasi di dalam tanur , kemudian menarik
benda tersebut keluar dari dalam tanur. Saat benda terjatuh ke dalam konteiner
, benda tersebut juga melewati LIGHT BARRIER 2. LIGHT BARRIER 2
berfungsi mengaktifkan kembali K11M (CONVEYOR BELT). Dan sistem
tanur ini beroperasi kembali.

88 | P a g e
6.4 Trouble Shooting
Selama pengerjaan job pada bengkel semester IV ini, ada sebuah masalah
yang kami dapatkan yaitu
1. Pada pengerjaan airblast (Konvensional), dimana kami mengalami
masalah pada rangkaian karena kami menggunakan jobsheet lama dan
tulisannya sudah tidak jelas sehingga kami salah memilih kontaktor
untuk digunakan sebagai rangkaian pengunci.
2. Airblast (PLC), pada praktik ini rangkaian yang terpasang pada panel
suah benar tetapi pada rangkaian PLC terdapat kesalahan (error)
dikarenakan ada kesalahan rangkai dan waktu yang digunakan juga
sedikit sehingga rangkaian PLC tidak dapat terselesaikan dengan baik.

89 | P a g e
BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Praktikum Bengkel Otomasi Industri (Konvensional & PLC),
maka praktikan dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Praktikum dapat menerapkan standar aturan kelistrikan dalam
melaksanakan pekerjaan instalasi tenaga sesuai PUIL 2011.
2. Praktikum mampu memenuhi atau melengkapi mata kuliah praktikum
bengkel semester IV.
3. Praktikum dapat mengetahui mengenai sistem kontrol industri
konvensional dan PLC.
4. Paraktikum dapat menggunakan alat dan bahan sesuai dengan fungsi
dan kegunaannya.
5. Praktikum mampu membaca gambar rangkaian serta memahami prinsip
kerja dari sebuah rangkaian kontrol.
6. Praktikum mampu memahami apa yang telah didapatkan pada mata
kuliah yang berkaitan dengan praktikum bengkel kali ini.
7. Praktikum mampu berfikir kreatif dalam hal perencanaan sebuah
kontrol.
8. Praktikum kompak dan bekerja sama dengan teman kelompoknya.
9. Praktikum mampu membuat laporan hasil praktikum sesuai dengan
waktu yang ditentukan.
10. Prinsip kerja dari sistem pompa, airblast, dan tanur
 Prinsip kerja dari rangkaian pompa adalah memindahkan air dari bak
1 ke bak 2 dengan menggunakan dua buah pompa, dimana sistem
kerja pompa diatur oleh kerja rangkaian kontrol.
 Prinsip kerja dari rangkaian airblast adalah memindahkan bahan-
bahan yang bersifat lunak seperti : biji-bijian, bahan makanan ternak,

90 | P a g e
serbuk semen, tepung dan lain sebagainya yang dipindahkan dari
suatu tempat (silo) ke tempat yang lain (silo) lainnya melalui pipa
dengan menggunakan tiupan angin yang dihasilkan oleh Fan Motor.
Airblast adalah alat transportasi atau pengangkut material untuk
dilanjutkan ke proses selanjutnya dalam suatu industri.
 Prinsip kerja dari rangkaian tanur adalah bekerja secara otomatis
untuk memanaskan material dengan suhu awal sebesar 800 C hingga
nantinya di pertahankan sampai 820 C didalam suatu tempat tertentu
yang biasanya disebut tungku pemanas atau Heater dan selanjutnya
berakhir pada suatu tempat yang disebut kontainer atau silo

7.2 Kritik dan Saran


Setelah melakukan praktek instalasi penerangan dan tenaga, maka
praktikan ingin menyampaikan beberapa hal yang kiranya menjadi perhatian
oleh tekhnisi, pembimbing maupun teman - teman praktikan:
 Memeriksa peralatan dan bahan sebelum menggunakan untuk menghindari
masalah yang mungkin terjadi akibat kerusakan alat maupun bahan.
 Disampaikan kepada teman – teman agar menggunakan alat sesuai dengan
fungsinya.
 Disampaikan kepada teman – teman agar hati – hati dalam menggunakan
peralatan agar alat tidak rusak.

DAFTAR PUSTAKA

91 | P a g e
 Asryadi.2007. Standarisasi dan Peralatan Instalasi Listrik.Makasar.
Makassar : Politeknik Negeri Ujung Pandang.
 Jobsheet praktikum Bengkel Listrik Semester IV
 Jayadi, M. Adi Pati.2011.Laporan Bengkel Semester 3. Makassar:
Politeknik Negeri Ujung Pandang.
 http://sikil-rayapen.blogspot.co.id/2015/01/pengertian-dan-macam-
macma-saklar.html
 http://www.surajswitches.com/images/Push-Button-Switches1.jpg
 http://www.listrik-praktis.com/2016/06/4-syarat-sinkron-generator-ke-
grid.html (diakses tanggal 20 Maret 2020)

 http://plc-aceh.blogspot.com/2012/06/pengenalan-plc-omron-cpm1a.html
(diakses tanggal 20 Maret 2020)
 http://rinalakbar.blogspot.com/2013/07/pengertian-dasar-kontaktor-
magnet.html (diakses tanggal 20 Maret 2020)
 http://sukasukapaktri.blogspot.com/2013/04/pengertian-plc-programmable-
logic.html (diakses tanggal 20 Maret 2020)
 http://uripgumulya.com/mengenal-pompa-berdasarkan-prinsip-dan-cara-
kerjanya-bagian-1/ (diakses tanggal 20 Maret 2020)
 https://www.scribd.com/document/333612632/Laporan-Kelompok-1-Tanur
(diakses tanggal 20 Maret 2020)

LAMPIRAN

92 | P a g e
93 | P a g e
94 | P a g e
95 | P a g e
96 | P a g e
97 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai