Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELLITUS

Di susun oleh :

Nama : Ulfiya Afrida


Nim : 820163103
Prodi : S1 - Ilmu Keperawatan
Kelas : 3-A
Semester : 6 (enam)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN AJARAN 2018/2019
Jln. Ganesha I, Purwosari, Kudus 59316, Telp/Fax. +62 291 437 218
Website: www.umkudus.ac.id Email: sekretariat@umkudus
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Pengertian Diabetes Mellitus

a. Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang


mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan
berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan
neurologis
b. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan
gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia
yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak
adekuat
c. Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang
disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-
sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
d. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di
seluruh dunia dengan prevalensi penduduk yang bervariasi dari 1 – 6
%
2. Anatomi Fisiologi Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat
mirip dengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram.
Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam lekukan duodenum
dan ekornya menyentuh kelenjar lympe, mengekskresikannya insulin dan
glikogen ke darah.
Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :
a) Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di
sebelah kanan umbilical dalam lekukan duodenum.
b) Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya
sebelah lambung dan depan vertebra lumbalis pertama.
c) Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang
sebenarnya menyentuh lympa.

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :

a) Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.


b) Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.

Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu


sel alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur
dan sifat pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa
mengekresi glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.
Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :

a) Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang


membentuk getah pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis
enzim dari pancreas adalah :
1. Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau
maltosa dijadikan polisakarida dan polisakarida dijadikan
sakarida kemudian dijadikan monosakarida.
2. Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian
menjadi asam amino.
3. Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi
asam lemak dan gliserol gliserin.
b) Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk
hormon dalam pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil
yang tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak
mempunyai saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau
langerhans langsung diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa
ke tempat yang membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon
penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin dan
glucagosa.
1) Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk
manusia. Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain
dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa
darah dan asam amino yang memegang peranan penting. Perangsang
sekresi insulin adalah glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah 80 – 90
mg/ml.
Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu
a) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu
meningkatkan konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga
meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang di absorbsi dari usus dan
kemudian disimpan dalam hati dengan bentuk glikogen.
b) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah
normal.
c) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah
terhadap hypothalamus adalah merangsang simpatis. Sebaliknya
epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih
menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih lanjut dari hati. Juga
membantu melindungi terhadap hypoglikemia berat.
Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :

a) Menambah kecepatan metabolisme glukosa


b) Mengurangi konsentrasi gula darah
c) Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.
2) Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa
pulau langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan
insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa
dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat
molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino.
Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :
a) Pemecahan glikogen (glikogenolisis)
b) Peningkatan glukosa (glukogenesis)

Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah


mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon
dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat
menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml
darah pancreas mengekresi glukosa dalam jumlah yang sangat banyak
yang cepat memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu
melindungi terhadap hypoglikemia.

3. Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum
diketahui dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita
mengetahui bahwa Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu sindrom
yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu
penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap
penyebab yaitu :
1. Dibetes melitus tipe I
Diabetes melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel
beta pankreas yang merupakan kombinasi dari beberapa faktor:
a. Faktor genetic
Penderita tidak mewarisi diabetas tipe I sendiri
tetapi mewarisi suatu predisposisi kearah terjadinya
diabetas tipe I yaitu dengan ditmukannya tipe antigen
HLA (Human Leucolyte antoge) teertentu pada individu
tertentu
b. Faktor imunologi
Pada diabetae tipe I terdapat suatu respon autoimun
sehingga antibody terarah pada sel-sel pulau lengerhans
yang dianggapnya jaringan tersebut seolah-olah sebagai
jeringan abnormal
c. Faktor lingkungan
Penyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan
faktor-faktor ekternal yang dapat memicu destruksi sel
beta, contoh hasil penyelidikan yang menyatakan
bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
2. Diabetas Melitus Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin pada diabetas melitus tipe II
masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin dan juga
terspat beberap faktor resiko teetentu yang berhubngan dengan
proses terjadinya diabetea tipe II yaitu:
 Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat usia
diatas 65 tahun
 Obesitas
 Riwayat keluarga
 Kelopok etnik tertentu
3. Faktor non genetic
a. Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang
sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap
Diabetes Mellitus.
b. Nutrisi
1. Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap
insulin.
2. Malnutrisi protein
3. Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya
pankreatitis.
c. Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka
bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia
sementara.
d. Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison
dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah
somatotropin meninggi, feokromositoma karena
konsentrasi glukagon dalam darah tinggi,
feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat
4. Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :
a. Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus
(IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes
(JOD), penderita tergantung pada pemberian insulin untuk
mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup.
Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena
keturunan.
b. Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus
(NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset
Diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
1) Non obesitas
2) Obesitas
c. Diabetes Mellitus type lain
1) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas,
kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan
reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
2) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam
hidotinik
3) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa
selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM
pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon
pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS).
Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan
glukosa ke fetus.
5. Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan
satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut :
(1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan
akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200
mg/hari/100 ml.
(2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan
lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan
lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis.
(3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada
Diabetes Mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam
urine penderita Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk
tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225
mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine.
Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka
luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat
ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir
semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam
Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter
sampai setinggi 10 Meq/Liter.

6. Pathway
7. Gambaran Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
penderita mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih
banyak minum.
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar).
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini
disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain
yaitu lemak dan protein.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katara

8. Penatalaksanaan Medik
1. Perencanaan makan
Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi
seimbangan dalam hal Karbohidrat (KH), Protein, lemak yang sesuai
kecukupan gizi :
a. KH 60 –70 %
b. Protein 10 –15 %
c. Lemak 20 25 %

Beberapa cara menentukan jumlah kelori uantuk pasien DM


melalui perhitungan mennurut Bocca: Berat badan (BB) Ideal:
(TB – 100) – 10% kg

1) BB ideal x 30% untuk laki-laki


BB ideal x25% untuk Wanita

Kebutuan kalori dapat ditambah lagi dengan kegiatan sehari-hari:


 Ringan : 100 – 200 Kkal/jam
 Sedang : 200 – 250 Kkal/jam
 Berat : 400 – 900 Kkal/jam

2) Kebutuhhan basal dihitung seperti 1), tetapi ditambah kalori


berdasarkan persentase kalori basal:
 Kerja ringan ditambah 10% dari kalori basal
 Kerja sedang ditambah 20% dari kalori basal
 Kerja berat ditambah 40 – 100 % dari kalori basal
 Pasien kurus, masih tumbuh kumbang, terdapat
infeksi, sedang hamil atau menyesui, ditambah 20 –
30-% dari kalori basal
3) Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut:
 Pasien kurus : 2300 – 2500 Kkal
 Pasien nermal : 1700 – 2100 Kkal
 Pasien gemuk : 1300 – 1500 Kkal
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihian jasmani secara teratur (3 –4 x seminggu)
selama kurang lrbih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan
dan kondisi penyakit penyerta. Latihian yang dapat dijadikan pilihan
adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda dan mendayung.
Sespat muingkain zona sasaran yaitu 75 – 85 % denyut nadi
maksimal : DNM = 220-umur (dalam tahun)
3. Pengelolaan farmakologi
a. Obat hipoglikemik oral (OHO)
1) Golongan sulfonilures bekerja dengan cara:
o Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
o Menurunkan ambang sekresi insulin
o Meningkatkna sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa

2) Biguanid
Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai bawah
normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat
ini dianjurkan untuk pasien gemuk
3) Inhibitor alfa glukosidase
Secara kompettitf menghambat kerja enzim alfa glukosidase di
dalam saluran cerna sehingga menrunkan hiperglikemia pasca
pransial
4) Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang
mempunyai sfek farmakologi meningkatkan sensitivitas insulin
sehingga bisa mengatasi nasalah resistensi insulin dan berbagai
masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan
hipoglikemia.
9. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes
Mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata,
riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa
lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan
istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan
aktivitas dan koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri,
kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh,
kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung
dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek,
mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan,
lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme
menurun dan terjadi impoten pada pria.
10. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi
berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
klien Diabetes Mellitus yaitu :
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis
osmotik.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan
dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang
lain.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
kesalahan interpretasi informasi.

11. Rencana Keperawatan


a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis
osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas
normal.
Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital.

Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan


takikardia.

2. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran


mukosa.

Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume


sirkulasi yang adekuat.

3. Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.

Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan


pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.

4. Timbang berat badan setiap hari.

Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status


cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan
cairan pengganti.
5. Berikan terapi cairan sesuai indikasi.

Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat


kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.

b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan :
 Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
 Menunjukkan tingkat energi biasanya
 Berat badan stabil atau bertambah.

Intervensi :

1. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.

Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari


kebutuhan terapeutik.

2. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk


absorbsi dan utilisasinya).

3. Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan


etnik/kultural.

Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam


perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.

4. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.

Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi


pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.

5. Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.

Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan


cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.


Tujuan :
 Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan
resiko infeksi.
 Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk
mencegah terjadinya infeksi.

Intervensi :

1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.

Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah


mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
nosokomial.

2. Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan


yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien
termasuk pasiennya sendiri.

Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.

3. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.

Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media
terbaik bagi pertumbuhan kuman.

4. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.

Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien


pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan
infeksi.

5. Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.

Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan


memobilisasi sekret.

d. Resiko tingi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan


ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan :
 Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.
 Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.

Intervensi :

1. Pantau tanda-tanda vital dan status mental.

Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal

2. Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan


kebutuhannya.
Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk
mempertahankan kontak dengan realitas.

3. Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk


melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.

Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan


realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.

4. Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada


paha/kaki.

Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman


yang berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko
tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.


Tujuan :
 Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
 Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi
dalam aktivitas yang diinginkan.

Intervensi :

1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.

Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk


meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.

2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.

Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.

3. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah


melakukan aktivitas.

Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi


secara fisiologis.

4. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari


sesuai toleransi.

Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif


sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang
lain.
Tujuan :
 Mengakui perasaan putus asa
 Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
 Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan
secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk aktivitas
perawatan diri.

Intervensi :

1. Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang


perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.

Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara


pemecahan masalah.

2. Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.

Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang
lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan
kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.

3. Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam


perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan
usaha yang dilakukannya.

Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

4. Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam


perawatan diri sendiri.

Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
keselahan interpretasi informasi.
Tujuan :
 Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
 Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses
penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
 Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan
menjelaskan rasional tindakan.

Intervensi :
1. Ciptakan lingkungan saling percaya

Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum


pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.

2. Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat


membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.

3. Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.

Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu


pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.

4. Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan


jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.

Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih


ketat.

Pelaksanaan

Pelaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan atau tindakan


yang diberikan kepada klien sesuai dengan rencana asuhan keperawatan.
Pada tahap ini perawat menerapkan keterampilannya dan pengetahuannya
berdasarkan ilmu keperawatan dan ilmu lain, yang terkait secara integrasi.
Pada waktu perawat memberikan asuhan keperawatan, proses
pengumpulan data berjalan terus-menerus guna perubahan/penyesuaian
tindakan keperawatan.

Beberapa faktor dapat mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan


keperawatan, antara lain sumber-sumber yang ada, pengorganisasian
pekerjaan perawat serta lingkungan fisik dimana asuhan keperawatan
dilakukan.

Pelaksanaan tindakan keperawatan pasien (empat tindakan yang


utama) :

a. Melaksanakan prosedur keperawatan


b. Melakukan observasi
c. Memberikan pendidikan kesehatan (penyuluhan kesehatan).
d. Melaksanakan program pengobatan.

Pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan,


dilakukan berdasarkan standar asuhan keperawatan dan sistem
pendelegasian yang telah ditetapkan.
Evaluasi

Hasil yang diharapkan pada klien Diabetes Mellitus adalah

a. Apakah kebutuhan volume cairan klien terpenuhi/adekuat ?


b. Apakah nutrisi klien terpenuhi ke arah rentang yang diinginkan ?
c. Apakah infeksi dapat dicegah dengan mempertahankan kadar
glukosa ?
d. Apakah tidak terjadi perubahan sensori perseptual ?
e. Apakah kelelahan dapat diatasi dan produksi energi dapat
dipertahankan sesuai kebutuhan ?
f. Apakah klien dapat menerima keadaan dan mampu merencanakan
perawatannnya sendiri ?
g. Apakah klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit ?

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, (2009), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.

Doenges, E. Marylin, dkk, (2010), Rencana Asuhan Keperawatan (edisi 3), EGC,
Jakarta.
Engram, Barbara, (2010), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC,
Jakarta.

Price, A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson, (2009), Patofisiologi, Edisi IV, EGC.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai