Anda di halaman 1dari 7

JISIP, Vol. 2 No.

2 ISSN 2598-9944 Juli 2018


Perspektif Aliran Filsafat Progresivisme Tentang Perkembangan Peserta Didik

RUSLAN
Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Bima
Email: ruslanamarizqi@gmail.com

Abstrak: Artikel ini menjelaskan mengenai pandangan filsafat progresivisme tentang peserta
didik. Filsafat progresivisme memandang bahwa pendidikan bukan hanya sekedar mentransfer
pengetahuan kepada peserta didik, melainkan melatih kemampuan dan keterampilan mereka dengan
memberikan rangsangan yang tepat. Dalam bidang pendidikan, filsafat ini dipelopori oeh tokoh
pendidikan, John Dewey, dengan jargon utamanya pendidikan sebagai instrumen rekonstruksi
sosial. Filsafat progresivisme memiliki prinsip bahwa peserta didik seharusnya di-didik untuk
menjadi manusia yang dapat memahami kehidupan di masa mendatang. Untuk itu, peserta didik
hendaknya dibiarkan untuk bebas, aktif, berkreativitas, dan berdinamisasi sesuai dengan konteks
kehidupannya.

Kata Kunci: filsafat progresivisme, rekonstruksi sosial, student centered, pendidikan demokratis.

PENDAHULUAN pendidikan. Peserta didik sebagai manusia


Dalam membicarakan aliran filsafat juga berkedudukan sama dengan manusia
progresivisme, hendaknya kita terlebih dahulu lain, mereka adalah manusia yang tidak mau
memahami ajaran filsafat progresivisme. ketinggalan dari yang lain, mereka masih
Progresivisme digolongkan sebagai aliran dalam proses untuk menjadi manusia yang
yang bersikap anti terhadap otoritarianisme maju dalam arti individu dan lingkungan
dan absolutisme dalam segala bentuk, baik sosialnya. Dengan kata lain, pendidikan
yang kuno maupun yang modern, meliputi berperan untuk menjadikan peserta didik lebih
semua bidang kehidupan, terutama agama, maju dalam arti individu sekaligus
moral, social politik dan ilmu pengetahuan. lingkungan sosialnya.1 Adapun hal-hal yang
Selain itu, progresivisme percaya akan perlu diuraikan berikut ini adalah tinjauan
kemampuan manusia sebagai subjek (peserta tentang peserta didik. Dalam hal ini kita
didik) yang memiliki potensi alamiah, diajak untuk lebih awal memahami mereka
terutama kekuatan-kekuatan self regenerative sesungguhnya. Selanjutnya akan dikerucutkan
untuk menghadapi dan mengatasi tentang kedudukan mereka dalam perspektif
problematika hidupnya (M. Noor Syam, filsafat progresivisme.
1988: 228). Mengenal Peserta Didik sebagai Manusia
Menurut filsafat progresivisme, Peserta didik berstatus sebagai subyek
pendidikan bukan hanya mentransformasikan didik. Pandangan modern cenderung
pengetahuan kepada peserta didik saja, akan menyebut demikian, oleh karena peserta
tetapi dengan pendidikan diharapkan peserta didik, tanpa pandang usia dan jenis kelamin
didik bisa memahami realitas kehidupan yang adalah subyek dan pribadi otonom, yang ingin
akan terjadi di masa depan. Jadi, jelaslah diakui oleh siapapun keberadannya (Umar
bahwa orientasi aliran ini untuk masa depan Tirtarahardja dan La Sula, 1994: 53). Selaku
yang lebih maju sesuai dengan kebutuhan. pribadi yang otonom, ia ingin
Filsafat progresivisme berpendapat mengembangkan diri, mendidik diri secara
bahwa pendidikan sebagai upaya yang terus-menerus guna memecahkan masalah
sengaja dilakukan untuk membantu yang dihadapi dalam hidupnya.
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik
Imam Barnadib, 2000: 197). Peserta didik
merupakan salah satu unsur dalam 1
Yang penulis maksudkan dengan maju dalam
pendidikan. Jadi, ukuran keberhasilan proses arti individu dan lingkungan sosialnya adalah
pendidikan bisa dilihat dari kualitas peserta pendidikan berfungsi mengembangkan individu dan
didik yang akan menjadi output lembaga sekaligus bisa memahami dan hidup dengan realitas
social lingkungan dimana dia berada.

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 211


JISIP, Vol. 2 No. 2 ISSN 2598-9944 Juli 2018
Peserta didik sebagai manusia biasa, yang mampu menjangkau segenap hubungan,
sama seperti pendidik. Mereka terdiri dari baik hubungan dengan Tuhan, alam
jiwa dan raga, dimana keduanya saling sekelilingnya maupun dengan manusia lain
menunjang dan tidak dapat dipisahkan (Imam dalam hubungan social yang konstruktif-
Barnadib, 2000: 198). Jika sudah terpisah dinamis maupun hubungan dengan dirinya
berarti mayat. Dari jiwa dan raga yang sendiri. Pesona yang demikian pada dirinya,
dimiliki oleh peserta didik, berarti maupun akal, perasaan, kehendak dan
menunjukkan paling tidak, ada potensi dalam jasmaninya hendaklah berkembang
diri peserta didik, dan untuk sepenuhnya.
mengembangkannya tergantung juga dari Peserta didik sebagai manusia dapat
kekuatan pengaruh eksternal. Walaupun memiliki perbedaan dalam kemampuan,
dalam diri peserta didik sudah ada potensi, bakat, minat, motivasi, watak, semangat dan
namun membutuhkan untuk dikembangkan. sebagainya. Dalam berbagai ciri tersebut, ada
Maka, peran pendidikan dalam hal ini sangat peserta didik yang lebih unggul dari peserta
dinantikan oleh peserta didik. didik yang lain. Ada yang lebih unggul pada
Pendidikan diperuntukkan kepada peserta hampir semua ciri, adapula yang lebih unggul
didik. Semua bentuk aktivitas pendidikan pada sebagian ciri tertentu, sedangkan pada
yang dilaksanakan diharapkan dapat melekat ciri yang lain lemah. Untuk itu, pengetahuan
dalam diri peserta didik. Oleh karena itu, pendidik tentang karakter peserta didik,
bagaiamanpun pendidik harus dapat mengenal hendaknya menjadi pendorong untuk mencari
lebih jauh siapa peserta didiknya. Bila hal itu metode pendidikan yang lebih cocok dalam
tidak dimiliki pendidik, maka interaksi dalam membelajarkan peserta didik, sehingga dapat
pembelajaran tidak akan mencapai hasil yang berkembang seoptimal mungkin.
maksimal. Suatu usaha pendidikan akan Kedudukan Peserta Didik dalam
berjalan lancer bila pendidik dan peserta didik Perspektif Filsafat Progresivisme
saling memahami, karena keduanya Pengertian dasar yang menjadi ciri dari
merupakan kunci kesuksesan yang utama progresivisme adalah progress, yang berarti
dalam pendidikan itu sendiri. Jadi, intervensi kemajuan. Progresivisme lebih
pendidik sebagai unsur eksternal hendaknya mengutamakan perhatian ke masa depan
dilakukan dengan kebijaksanaan agar dapat daripada ke masa lalu. Kalau hal ini dikaitkan
menumbuhkan kemandirian secara memadai. dengan spektrum kesejahteraan,
Urusan utama pendidikan adalah Progresivisme melihat keagungan atau
manusia, dalam hal ini peserta didik. kecemasan masa lampau sebagai tamsil atau
Memahami dan mengenal peserta didik dalam ibarat yang diterjemahkan bagi masa sekarang
dunia pendidikan dapat mendukung atau masa depan (Notonagoro, 1973: 1). Yang
kesuksesan pendidikan. Untuk mengenal baik untuk dijadikan modal perjuangan,
peserta didik, maka hendaknya dipahami sedangkan yang kurang baik digunakan
hakikat manusia, karena peserta didik adalah sebagai dasar untuk mencegah agar tidak
juga manusia biasa. Menurut Notonagoro, terulang di kemudian hari.
hakikat manusia memiliki susunan dan kodrat Progresivisme merupakan teori yang
yang bersifat mono-dualis sebagai pribadi dianggap baru di dunia Barat. Dalam
sekaligus ciptaan Tuhan (1973: 1). Semua sejarahnya, bahwa Progresivisme di bidang
aspek tersebut harus dipelihara dengan baik pendidikan merupakan bagian dari gerakan
dalam kesatuan yang utuh, harmonis dan reformasi sosio-politik yang lebih luas di
dinamis. Amerika Serikat pada akhir abad 19 dan awal
Pendidikan sebagai usaha sadar untuk abad 20 sebagai akibat dari industrialisasi
memanusiakan manusia, harus memandang besar-besaran di Amerika Serikat (AS).
peserta didik secara manusiawi dan Dalam bidang politik, dipelopori oleh R. L
mengembangkan pribadi sepenuhnya dan Follete dan W. Wilson yang mencoba
seutuhnya dalam kesatuan yang seimbang, mengembangkan demokrasi politik,
harmonis dan dinamis (Driyarkara, 1980). sementara dalam bidang sosial dipelopori oleh
Perkembangan semua aspek kepribadiannya, James Adams yang mengadakan gerakan

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 212


JISIP, Vol. 2 No. 2 ISSN 2598-9944 Juli 2018
peningkatan kesejahteraan masyarakat sumbangan bagi ilmu pendidikan sebagai
(improvement of social welfare). ilmu kemanusiaan.
Munculnya progresivisme dalam bidang Teori progresivisme menempatkan
pendidikan sebagai reaksi untuk menentang peserta didik pada posisi sentral dalam
sistem pendidikan konvensional yang melakukan pembelajaran. karena peserta didik
dianggap tradisional-konservatif mempunyai kecenderungan alamiah untuk
(esensialisme dan perenialisme) yang belajar dan menemukan sesuatu tentang dunia
menekankan metode pembelajaran di sekitarnya dan juga memiliki kebutuhan-
ekstructional (pengajaran yang formal), kebutuhan tertentu yang harus terpenuhi
menekankan pada mental learning dan dalam kehidupannya. Kecenderungan dan
menekankan pada kemampuan baca tulis kebutuhan tersebut akan memberikan kepada
peserta didik (George R. Knight, 1982: 82- peserta didik suatu minat yang jelas dalam
84). mempelajari berbagai persoalan (H.A. Yunus,
Dalam konsep progresivisme, bahwa 2016: 34).
pendidikan bukan sekedar mentransfer Aliran ini berpandangan bahwa manusia
pengetahuan kepada peserta didik, melainkan atau peserta didik seharusnya dididik untuk
melatih kemampuan dan ketrampilan dengan menjadi manusia yang dapat memahami
memberikan rangsangan yang tepat kepada kehidupan di masa mendatang. Peserta didik
mereka (J. Hendrik Rapar, 1996: 83). dilihat sebagai makhluk yang bebas, aktif,
Progresivisme merupakan suatu gerakan kreatif, dan dinamis. Kedudukan manusia
dalam bidang pendidikan yang dipelopori sangat penting dalam menentukan kemajuan
oleh John Dewey. Sejak awal kelahirannya, dan perkembangan kebudayaan dan
aliran ini berusaha menanggapi secara positif peradaban. Dengan akal budinya, manusia
tentang pengaruh yang bersumber dari ilmu mampu menciptakan ilmu pengetahuan,
pengetahuan dan teknologi. Selain itu, sarana, kebutuhannya, sehingga mampu
pertumbuhan dan perkembangan masyarakat menghasilkan perubahan dan perkembangan
dipandang secara optimistis dan dikembalikan (progress).
kepada kemampuan manusia. Dewey Peserta didik dalam pendidikan
mengatakan bahwa pendidikan adalah progresivisme dituntut agar selalu melakukan
rekonstruksi atau reorganisasi pengalaman usaha-usaha mandiri untuk meningkatkan
yang menambahkan makna pengalaman, dan kreativitasnya dalam berbagai bidang yang
yang menambah kemampuan untuk ditekuni. Tuntutan ini tentu dengan melihat
mengarahkan pengalaman selanjutnya (Dwi berbagai pengalaman yang ada dalam
Siswoyo, 1998: 17), berarti bagi kehidupan sekitar sebagai bagian dari
progresivisme pendidikan beroriaentasi ke pengetahuan kebudayaan yang sangat
masa depan. mendukung perkembangan diri peserta didik
Progresivisme memandang sesuatu itu ke (Salu dan Triyanto, 2017: 30).
depan. Semua yang ada di belakang dijadikan Tampak bahwa filsafat progresivisme
catatan sejarah yang berguna untuk dipelajari menempatkan manusia sebagai mahkluk
dan saat dibutuhkan dapat ditampilkan dalam biologis yang utuh dan menghormati harkat
fulcrum sekarang (Imam Barnadib, 2000: 25). dan martabat manusia sebagai pelaku
Dengan konsep seperti itu, maka dalam hidup. Filsafat progresivisme telah
pandangan aliran ini, manusia adalah memberikan sumbangan yang besar dalam
makhluk yang dinamis, kreatif, dan memiliki dunia pendidikan dewasa ini, dengan
kebebasan untuk berkembang. Hal ini sangat meletakan dasar-dasar kemerdekaan dan
penting demi kemajuan yang diperlukan kebebasan kepada peserta didik, baik secara
terus-menerus oleh manusia sendiri. Peserta fisik maupun dalam ranah berpikir. Oleh
didik hendaknya tidak dipandang sebagai karena itu filsafat progresivisme tidak
individu saja, melainkan sebagai manusia menyetujui sistem pendidikan yang otoriter.
biasa yang berada dalam jaringan lingkungan Sebab pendidikan yang otoriter akan
dan pengalaman. Konsep progresivisme mematikan tunas-tunas para pelajar untuk
seperti ini berarti progresivisme memiliki hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 213


JISIP, Vol. 2 No. 2 ISSN 2598-9944 Juli 2018
menghadapi pelajaran dan mematikan daya penelitian bukan sekedar melatih ataupun
kreasi baik secara fisik maupun psikis peserta memberikan banyak tugas; keempat, prestasi
didik (Vega Ricky Salu dan Triyanto, 2017: peserta didik diukur dari segi mental, fisik,
31). moral dan juga perkembangan sosialnya;
Mengenai sekolah, filsafat progresivisme kelima, dalam memenuhi kebutuhan anak
mengatakan bahwa tujuan utama sekolah dalam fase perkembangan dan
adalah untuk meningkatkan kecerdasan pertumbuhannya mutlak diperlukan kerjasama
praktis peserta didik, untuk membuat peserta antara guru, sekolah, rumah, dan keluarga
didik lebih efektif dalam memecahkan anak tersebut; keenam, sekolah progresif yang
berbagai problema yang disajikan dalam sesungguhnya berperan sebagai laboratorium
konteks pengalaman pada umumnya. Secara yang berisi gagasan pendidikan inovatif dan
karakteristik, progresvitas pendidikan yang latihan-latihan (M. Fadlillah, 2017 dan Alan
“bersifat duniawi, menjelajah, aktif, C Ornstein and Daniel U Levine, 1985: 203).
evolusioner” ini terutama berorientasi kepada Pendidikan adalah tentang kehidupan,
sebuah tafsiran tentang cara hidup liberal maka jelas bahwa praksis pendidikan adalah
dalam budaya Amerika”. Secara filosofis, untuk menyiapkan anak bangsa menghadapi
progresivisme ditopang oleh filosofi kehidupan di masa depan (Winarno
pragmatism, ia tidak memberikan jawaban- Surachmad, 2000: 34). Untuk
jawaban terakhir (final) yang pasti, dan yang mengembangkan pendidikan yang mengabdi
mengabsahkan kesimpulan-kesimpulannya demi kepentingan peserta didik sebagai
melalui konsekuensi-konsekuensi prilaku manusia, semua unsur pendidikan hendaknya
(Willian F. O’neill, 2002). berpikir dan bertindak untuk masa depan
Menurut Salu dan Triyanto, filasafat kemnanusiaan. Dengan demikian, pendidikan
progresivisme memandang pendidikan harus memahami dan menyiapkan peserta
berfungsi sebagai alat untuk memproses dan didiknya untuk menghadapi segala tantangan
merekonstruksi kebudayaan baru haruslah di masa sekarang dan masa mendatang.
dapat menciptakan situasi edukatif yang pada Pada prinsipnya, teori progresivisme
akhirnya dapat memberikan warna dan corak berpandangan bahwa proses pendidikan harus
dari output (luaran) yang dihasilkan sehingga dilakukan berdasarkan minat dan tujuan
luaran yang dihasilkan (anak didik) adalah peserta didik (student centered) dan
manusia-manusia yang berkualitas unggul, menempatkan peserta didik pada posisi aktif,
berkompetitif, inisiatif, adaptif, dan kreatif sedangkan guru sebagai advisor, mediator,
sanggup menjawab tantangan zamannya. dan fasilitator. Progresivisme berpendapat,
Untuk itu sangat diperlukan kurikulum yang karena potensi yang dimiliki oleh manusia,
berpusat pada pengalaman atau kurikulum perubahan lingkungan yang dihadapi
eksperimental, dalam arti apa yang diperoleh diharapkan tidak berakibat negatif pada
anak didik selama ini di sekolah akan dapat perjalanan hidup sampai ia mengalami
diterapkan dalam kehidupan nyatanya ((Salu discontinuitas. Lebih dari itu, progresivisme
dan Triyanto, 2017: 31). berpendapat bahwa peserta didik mempunyai
Menurut Gutek, sebagaimana dikutip kemampuan untuk “bereksperimen” dalam
oleh Fadlillah bahwa pendidikan progresif perjalanan hidupnya, karena adanya bekal-
menekankan pada beberapa hal: Pertama, bekal pengetahuan dan keterampilan yang
pendidikan progresif hendaknya memberikan telah dipelajari dan dimiliki (Imam Barnadib,
kebebasan yang mendorong anak untuk 2000: 58-9). Artinya adalah mampu
berkembang dan tumbuh secara alami melalui menemukan permasalahan dan mencari
kegiatan yang dapat menanamkan inisiatif, alternatif-alternatif pemecahannya. Pada
kreatifitas, dan ekspresi diri anak; kedua, progresivisme muncul kemungkinan adanya
segala jenis pengajaran hendaknya mengacu diskontinuitas diharapkan dapat diselesaikan
pada minat anak, yang dirangsang melalui oleh peserta didik.
kontak dengan dunia nyata; ketiga, pengajar Progresivisme berpendapat bahwa
progresif berperan sebagai pembimbing anak pendidikan tidak tergantung pada masa lalu,
yang diarahkan sebagai pengendali kegiatan tetapi pada alam dan seluruh pengalaman

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 214


JISIP, Vol. 2 No. 2 ISSN 2598-9944 Juli 2018
hidup manusia. Pengalaman menunjukkan peserta didik, ada keseimbangan antara hak
bahwa pengetahuan itu tidak lain adalah dan kewajiban pada masing-masing pihak.
gagasan yang dapat digunakan untuk Menurut Zamroni, sebagai nilai,
memecahkan masalah yang dihadapi oleh demokrasi dalam pendidikan akan menjadi
manusia (T. Sulistiyono, 1988: 54). sumber pengembangan moral. Oleh karena
Pendidikan adalah untuk hidup sepanjang itu, pemaksaan dengan berbagai dalih tidak
hayat. Orang dapat belajar dari hidupnya, akan mendapat tempat. Pemaksaan dalam
bahkan kehidupan itu adalah pendidikan bagi bentuk apapun dalam dunia pendidikan hanya
setiap orang. Di sekolah bukan hanya akan menumbuhkan frustrasi yang cepat atau
mengajar peserta didik, tetapi mendidik lambat berimplikasi pada kurangnya percaya
peserta didik dengan memberikan kesempatan diri, putus asa, dan kekerasan (Zamroni, 2001:
untuk belajar sendiri dalam praktik. 12).
Setiap individu belajar (peserta didik) Pola asuh yang dipandang cukup
hidup sebagai individu dan di dalam memadai dalam pendidikan adalah poa asuh
kelompok, karena itulah di sekoah harus demokratis, bukan otokratis. Karakteristik
berlangsung kehidupan yang demokratis, peserta didik yang dihasilkan oleh pendidikan
misalnya: guru dengan peserta didik secara yang yang menerapkan pola asuh demokratis,
bersama-sama mengembangkan kurikulum menurut The Association for Education in
dan guru memberikan kesempatan seluas- Citizenship sebagaimana dikutip oleh
luasnya kepada peserta didik bagaimana cara Zamroni adalah: Pertama, diberikan
berpikir yang bermanfaat dalam kehidupan. kesempatan penuh mengembangkan dirinya
Demokrasi adalah usaha mencari nilai-nilai sendiri sebagai seorang individu yang
kebenaran, seperti juga proses ilmu memiliki kepribadian sehingga mampu
pengetahuan dalam mencari kebenaran (Noor menikmati hidupnya. Dengan
Syam, 245-249). mengembangkan kemampuannya sendiri dan
Dengan perkataan lain, demokrasi ialah dapat hidup sesuai dengan realitas yang
ide-ide, pemikiran-pemikiran yang dihadapi. Kedua, memiliki kemampuan
dilaksanakan dalam pergaulan sosial, maka memainkan peran social dan politik secara
esensi fenomena sosial itu ialah demokrasi, aktif sebagai warga masyarakat. Ketiga,
dan demokrasi yang telah melembaga disiapkan dengan kemampuan untuk
merupakan perwujudan dari identitas sosial. melaksanakan pekerjaan sesuai dengan minat
Dalam arti yang ideal demokrasi berarti jalan dan interesnya. Keempat, dikembangkan
menuju kebahagiaan. Demokrasi adalah nilai kemampuannya untuk dapat berkomunikasi
individual dan nilai sosial. Dengan demikan, secara efektif dengan masyarakat dan
demokrasi tidak saja dalam makna budayanya dengan senantiasa meningkatkan
persamaan, melainkan secara praksis kemampuan dan kreativitasnya (Zamroni,
mengandung makna tanngung jawab dan 2007: 61).
kewajiban untuk mengembangkan setiap Dalam demokrasi terkandung pengertian
potensi individu dalam kehidupan bersama kebebasan (Imam Barnadib, 24). Dengan
secara kooperatif. terpenuhinya kebebasan dalam praktik
Filsafat progresivisme meenilai pendidikan, maka peserta didik akan
demokrasi adalah suatu pola dan program berkembang kepemilikan kepribadian dan
bagi seluruh scope kehidupan. Demokrasi kemandirian (Barnadib, 12). Konsep
merupakan perwujudan dari nilai-nilai kebebasan dalam hal ini, menurut penulis
fundamental, sikap, dan praktik-praktik. perlu ada tatacara atau etika dalam kehidupan
Demokrasi adalah nilai yang wajib social, sebab jika tidak ada tata cara atau etika
dilaksanakan sepenuhnya dalam semua yang mengontrol kebebasan tersebut, maka
bidang kehidupan, termasuk di dalam seni, akan merugikan orang lain bila dibawa
pendidikan dan agama. Asas demokrasi dalam kepada hal-hal yang merugikan. Dewey
pendidikan berarti bahwa pendidikan harus menolak asas kebebasan, apabila kebebasan
dilaksanakan dalam suasana dan hubungan itu dimaksud kebebasan buat mengerjakan
yang proporsional antara pendidik dengan apa yang diinginkan seseorang, asal tidak

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 215


JISIP, Vol. 2 No. 2 ISSN 2598-9944 Juli 2018
menghalangi kebebasan orang lain. didik. Dalam sekolah-sekolah yang menganut
Kebebasan yang “negative” ini dapat saja aliran progresivisme ini, kebebasan dan
eksis dalam suatu Negara demokrasi, akan kemerdekaan bagi peserta didik sangat
tetapi ada pula kebebasan yang positif diutamakan. Mereka didorong dan dilatih
(Hamdani Aly, 1987: 151). Dan hal ini harus untuk berani melakukan sesuai dengan
diperjuangkan dan dimenangkan. Kebebasan kehendaknya, diberikan kebebasan dan
adalah sesuatu yang harus dicapai dan kemerdekaan berinisiatif dan percaya kepada
diperoleh, sekaligus sesuatu yang harus diri sendiri, sehingga pribadi peserta didik
dibina. dapat berkembang dengan wajar dan dapat
Ada dua aliran dalam pendidikan yang pula mengembangkan watak dan bakat yang
menurut penulis memiliki kesamaan dengan terpendam dalam dirinya tanpa terhambat dan
konsep pendidikan progresivisme. Pandangan terbentur dengan orang lain.
kedua aliran dimaksud berorientasi pada Apabila ditinjau dari sudut pragmatisme,
kepentingan peserta didik. Aliran pertama maka aliran ini merupakan pelaksana terbesar
berpendapat bahwa tujuan utama pendidikan dari pendidikan progresivisme. Tidaklah
adalah mempersiapkan peserta didik agar bisa heran kalau pendidikan progresivisme selalu
meraih kebahagiaan yang optimal melalui menekankan tumbuh dan berkembangnya
pencapaian kesuksesan kehidupan sikap mental dan pemikiran dalam pemecahan
bermasyarakat dan ekonomi, jauh lebih masalah dan kepercayaan pada diri sendiri
berhasil dari apa yang dihasilkan oleh orang bagi semua peserta didik (Hamdani Aly,
tua mereka. Dengan kata lain, pendidikan 1987: 151). Progress atau kemajuan
adalah jenjang mobilitas social ekonomi suatu menimbulkan perubahan dan perubahan
masyarakat tertentu. Aliran kedua lebih menimbulkan pembaharuan. Kemajuan
menekankan kepada peningkatan intelektual, adalah kata yang mengandung nilai. Menurut
kekayaan dan keseimbangan jiwa peserta pandangan pragmatisme, nilai-nilai itu
didik. Menurut aliran tersebut, meskipun sebagai instrument atau alat. Nilai mendorong
memiliki banyak persamaan dengan peserta seseorang untuk mencapai tujuan. Kemajuan
didik yang lain, seorang peserta didik masih terjadi kalau tujuan sudah tercapai.
tetap memiliki keunikan dalam berbagai segi Penutup
(Wan Mohd Nor Daud, 2003: 165). Dari uraian sebelumnya, pada bagian ini
Walaupun kedua aliran di atas lebih penulis menyimpulkan bahwa progresivisme
mengutamakan peserta didik sebagai individu, merupakan aliran filsafat pendidikan yang
menurut penulis masih terdapat nilai positif menekankan orientasinya kepada peserta
yang dapat dipetik yaitu pendidikan sebagai didik untuk kepentingan hidupnya di masa
proses memberikan kebebasan kepada peserta depan. Sejarah masa lalu dijadikan cermin
didik. Kedua aliran tersebut lebih hidupnya, dan kebaikan dalam sejarah
mengorientasikan pendidikan kepada peserta dijadikan sebagai tamsil atau ibarat.
didik, karena peserta didik adalah generasi Dalam pendidikan, progresivisme
yang akan melanjutkan kehidupan di masa memiliki orientasi masa depan. Masa depan
yang akan dating, sehingga diharapkan ada yang diharapkan adalah masa depan yang
nilai-nilai progresivitas yang dapat memberi berubah atau maju dibandingkan dengan masa
manfaat bagi kehidupan mereka. Jadi, tidak sebelumnya dan masa sekarang. Oleh karena
ada perbedaan yang mencolok antara konsep itu, sesuai dengan artinya, progresivisme
pendidikan progresivisme dengan kedua mendambakan kemajuan bagi peserta didik,
aliran yang diuraikan di atas. sehingga dengan kemajuan yang dimilikinya,
Aliran progresivisme boleh dikatakan mampu menjawab dan memecahkan segala
banyak berbuat dan berinisiatif untuk problem hidupnya.
mengadakan rekonstruksi dalam pendidikan Progresivisme menempatkan peserta
modern pada abad ke 20. Dalam dunia didik dalam kedudukan yang sentral dalam
pendidikan, progresivisme banyak perubahan dan perkembangan. Konsep
meletakkan tekanan dalam masalah progresivisme seperti ini karena memandang
kebebasan dan kemerdekaan bagi peserta manusia mempunyai potensi atau kemampuan

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 216


JISIP, Vol. 2 No. 2 ISSN 2598-9944 Juli 2018
lain yang dapat dikembangkan melebihi M. Fadlillah, “Aliran Progresivisme dalam
kemampuan yang memang dimiliki oleh Pendidikan di Indonesia” dalam Jurnal
makhluk lain, terutama berkaitan dengan Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran,
perkembangan akal budi manusia atau peserta Vol. 5 No. 1 Januari 2017.
didik dan kemampuan mencari ilmu Muhammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan
pengetahuan kemudian mengembangkannya dan Dasar Filsafat pendidikan
untuk dimanfaatkan bagi kehidupan. Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional,
Progresivisme memandang bahwa 1988).
kemajuan yang dinikmati manusia sekarang Notonagoro, Filsafat Pendidikan Nasional
adalah berkat perjuangan manusia itu sendiri Pancasila, (Yogyakarta: FIP-IKIP
dengan memanfaatkan berbagai ilmu Yogyakarta, 1973).
pengetahuan, baik pengetahuan social, T. Sulistiyono, “Dasar, Asas, Fungsi, dan
budaya, politik, maupun ekonomi. Tujuan Pendidikan” dalam Sumitro dkk.,
DAFTAR PUSTAKA Pengantar Ilmu Pendidikan,
Alan C Ornstein and Daniel U Levine, An (Yogyakarta: FIP UNY, 1998).
Introduction to the Foundations of Umar Tirtarahardja dan La Sula, Pengantar
Education, (Boston: Houghton Mifflin Pendidikan (Jakarta: Ditjen Dikti
Company, 1985). Depdikbud, 1994).
Driyarkara, Tentang Pendidikan, Vega Ricky Salu dan Triyanto, “Filsafat
(Yogyakarta: Kanisius, 1980). Pendidikan Progresivisme dan
Dwi Siswoyo, ”Arti dan Batas-Batas Implikasinya dalam Pendidikan Seni di
Pendidikan” dalam Sumitro dkk., Indonesia” dalam Jurnal Imajinasi, Vol
Pengantar Ilmu Pendidikan, XI No. 1 Januari 2017.
(Yogyakarta: FIP UNY, 1998). Wan Mohd Nor Daud, Filsafat dan Praktek
George R. Knight, Issue and Alternative in Pendidikan Islam Syed Naquib Al-Attas,
Educational Philosophy, (Michigan, (Bandung: Mizan, 2003).
Andrews University Press: 1982). Willian F. O’neill, Ideologi-Ideologi
H.A. Yunus, “Telaah Aliran Progresivisme Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka
dan Esensialisme dalam Perspektif Pelajar, 2002).
Filsafat Pendidikan” dalam Jurnal Winarno Surachmad, “Falsafah Pendidikan:
Cakrawala Pendas, Vol. 2 No. 1 Januari Yang Diperlukan dan yang Terbuang”,
2016. dalam Ki Supriyoko (pengantar),
Hamdani Aly, Filsafat Pendidikan, Mengurai Benang Kusut Pendidikan:
(Yogyakarta: Kota Kembang, 1987). Gagasan Para Pakar Pendidikan,
Imam Barnadib dan Sutari Imam Barnadib, (Jakarta: Transformasi UNJ, 2002).
Beberapa Aspek Substansial Ilmu Zamroni, Pendidikan dan Demokrasi dalam
Pendidikan, (Yogyakarta: Andi Offset, Transisi: Prakondisi Menuju Era
1996). Globalisasi, (Jakarta: PSAP
Imam Barnadib, “Renungan Tentang Filsafat Muhammadiyah, 2007), 61.
Pendidikan Dewasa Ini” dalam Zamroni, Pendidikan Untuk Demokrasi:
Shindhunata (ed.), Menggagas Paradigm Tantangan Menuju Civil Society,
Baru Pendidikan: Demokratisasi, (Yogyakarta: BIGRAF Publishing,
Otonomi, Civil Society, 2001).
Globalisasi,(Yogyakarta: Kanisius,
2000).
Imam Barnadib, Dasar-Dasar Kependidikan:
Memahami Makna dan Perspektif
Beberapa Teori Pendidikan, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1996)
J. Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat,
(Yogyakarta: Kanisius, 1996).

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 217

Anda mungkin juga menyukai